Pendahuluan
All other forms of light emission
Luminescence :
1. Chemoluminescence
2. Radioluminescence
3. Photoluminescence:
a. Fluorescence
b. Phosporescence
Fotoluminesensi
Merupakan peristiwa dimana suatu
senyawa obat atau senyawa kimia
dapat dieksitasikan oleh radiasi
elektromagnetik
dan
kemudian
memancarkan kembali sinar yang
panjang gelombangnya sama atau
berbeda dengan panjang gelombang
semula (panjang gelombang eksitasi)
2. Fosforesensi
A=bc
Io > It
I - dI
X
Io
It
Y
db
b
dI dS
I
S
S n
sehingga
dS dn
Bila diintegralkan
It
It
Ln
Io
dI
k .dn
I
S
Io
0
k .n
S
V
cm 2
b
It
Ln
Io
sehingga :
k .n.b
V
atau
Io
Ln
It
k .n.b
V
n partikel
1000 cm 3 / l
c
x
23
6.02 x10 partikel / mol
V cm 3
1000n
mol / l
c
23
6.02 x10 V
atau
23
6
.
02
x
10
C
n
V
1000
Sehingga:
Io
Ln
It
Jadi
23
Io
Log
It
.b.c
atau
atau
Io
Log
It
A .b.c
a. Absorptivitas molar
Absorptivitas molar * lebih besar
100-1000 kali dari pada n*
Absorptivitas molar merupakan
ukuran kebolehjadian adanya
transisi, baik dari tingkat energi
yang rendah ke tingkat energi yang
lebih tinggi atau sebaliknya. Dengan
demikian kebolehjadian transisi
* lebih besar dibandingkan
transisi n*
3. Pengaruh suhu
Efisiensi kuantum semakin berkurang jika
suhu tinggi hal ini disebabkan karena pada
suhu lebih tinggi tabrakan antar molekul atau
tabrakan dengan molekul pelarut menjadi
lebih sering dimana pada peristiwa tabrakan
molekul kelebihan energi molekul yang
tereksitasi dilepaskan ke molekul pelarut.
Sehingga semakin tingga suhu maka
terjadinya konversi ke luar akan besar
mengakibatkan efisiensi fluoresensi
berkurang.
4. Pengaruh pelarut
Ada dua hal yang perlu diperhatikan
terhadap pengaruh pelarut pada
fluoresensi:
a. Intensitas fluoresensi makin besar jika
pelarut makin polar. Semakin polar
pelarut akan menurunkan energi proses
transisi * sehingga energi transisi ini
lebih kecil dibandingkan energi transisi
n* akibatnya intensitas fluoresensi
semakin besar.
5. Pengaruh pH
pH berpengaruh pada letak keseimbangan antara
bentuk terionisasi dan bentuk tak terionisasi.
Sifat fluoresensi dari kedua bentuk itu berbeda.
Contoh:
a. Fenol dalam suasana asam akan berada dalam
bentuk molekul utuh dengan antara 285-365
nm, =18 M-1cm-1. Dalam suasana basa fenol
akan terionisasi membentuk ion fenolat dengan
antara 310-400 nm, =10 M-1cm-1
Spektrofluoromet
er
Komponen-Komponen
Spektrofluorometer
Spektrofotometer
Measuring equipment
All fluorescence instruments contain
five basic
items:
1) Source of light
2) Excitation filter
3) Sample holder
4) Emission filter
5) Detector
Source of light
Two types of light sources:
1) wide spectrum (tungsten halogen
lamp)
2) series of discrete lines (mercury
lamp)
Detectors
1.All
commercial
fluorescence
instruments
use
photomultiplier
tubes as detectors and a wide variety
of types are available.
2.The material from which the
photocathode is made determines
the
spectral
range
of
the
photomultiplier and generally two
tubes are required to cover the
complete UV-visible range.
Analisa Kuantitatif
Pada larutan dengan konsentrasi
tinggi,sebagian besar cahaya diserap
lapisan larutan yang paling dulu
kontak dengan radiasi eksitasi,
sehingga fluoresensi hanya terjadi
pada bagian yang menyerap cahaya
tersebut. Dengan demikian, pada
analisis kuantitatif harus digunakan
larutan yang encer (serapan tidak
lebih dari 0,02) supaya dapat
F = 2,3Ioabc atau F = kc
Keterangan:
F = fluoresensi
k = konstanta = 2,3Ioabc
Io = intensitas sumber cahaya
= efisiensi fluoresensi
a = daya serap
b = tebal larutan
c = konsentrasi
Tahapan analisis
1.Mula-mula dibuat kurva kalibrasi (grafik
hubungan fluoresensi dengan konsentrasi).
2. Mengukur intensitas fluoresensi dari zat
yang diperiksa, lalu membaca konsentrasi
dari kurva kalibrasi tersebut. Selama
pengukuran, kondisi percobaan harus dijaga
supaya tetap konstan. Pengotoran dapat
menurunkan efisiensidari fluoresensi
sehingga mengurangi sensifitas (quenching).
3. Metoda iluminasi
a.right angle method : mengukur
fluoresensi yang tegak lurus radiasi
eksitasi. Cara ini lebih umum dipakai
karena alat yang dibuat untuk cara
ini lebih ekonomis dan memberikan
nilai blangko yang lebih kecil untuk
cahaya terhamburdan fluoresensi
dari dinding kuvet.
b. frontal-method : mengukur
fluoresensi pada sudut beberapa
derajat dari arah radiasi eksitasi.
Cara ini dipakai untuk larutan yang
kurang transparan (opaque), larutan
pekat atau zat padat, kromatrografi
kertas atau KLT
4. pH. pH mempengaruhi
keseimbangan bentuk molekul dan
ionik
5. Oksigen terlarut. Adanya oksigen
terlarut dalam larutan cuplikan
menyebabkan intensitas fluoresensi
berkurang sebab Oksigen terlarut
oleh pengaruh cahaya dapat
mengoksidasi senyawa yang
diperiksa
Contoh spektrum
spektrofluorometri
SEKIAN
Semoga Bermanfaat
Terimakasih