Anda di halaman 1dari 2

Praktikum kali ini membahas tentang disperse koloidal dan sifat-sifatnya.

Tujuan
praktikum ini adalah mengetahui pengertian koloidal, klasifikasi koloid dan perbedaannya,
dan membedakan sifat koloid liofilik dan liofobik. Pengertian dari sistem koloidal adalah
sistem yang terdiri dari fase terdispers dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersnya.
Zat yang didispersikan disebut fase dispers, sedangkan medium dispers. Larutan koloidal
yang dibuat yaitu menggunakan FeCl3, Sodium lauril sulfat dan gelatin. Ketiga sampel
tersebut dilarutkan dalam air mendidih.
EFEK TYNDALL
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada sistem
koloid, cahaya akan dihamburkan. Sedangkan pada larutan sejati jika disinari dengan cahaya,
maka larutan tersebut tidak akan menghamburan cahaya. Hal ini terjadi karena partikelpartikel koloid mempunyai partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan cahaya,
sedangkan pada larutan sejati partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya
sedikit dan sulit diamati. Pada percobaan ini ada yang tidak sesuai teori yaitu sodium lauril
sulfat yang seharusnya menghamburkan cahaya namun tidak menghamburkan cahaya. Hal ini
mungkin dikarenakan kadar Na lauril sulfat terlalu kecil karena pada sistem amfifilik akan
terbentuk koloid atau micel jika konsentrasi dinaikkan
VISKOSITAS
Viskositas adalah hambatan untuk cairan mengalir. Pada koloid hidrofilik, partikel
fase dispersnya tersolvatasi dengan molekul solven maka dengan adanya kenaikan kadar akan
menyebabkan kenaikan viskositas secara nyata sehingga cps besar. Pada koloid hidrofobik,
dimana fase dispersnya tidak tersolvatasi oleh molekul solven sehingga kadar
tidak
mempengaruhi vskositasnya. Secara teori, koloid hidrofilik, semakin tinggi konsentrasi zat
dalam larutan maka viskositasnya semakin tinggi. Hasil percobaan yaitu semakin besar
viskositas, semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk mengalir. Hasi percobaan ada yang
tidak sesuai teori yaitu FeCl3, karena berdasar teorinya, konsentrasi tidak mempengaruhi
viskositasnya. Ketidaksesuaian ini bisa disebabkan praktikan tidak teliti dalam pembacaan
waktu karena perbedaan waktu yang sangat sedikit.
REVERSIBILITAS
Percobaan reversibilitas ditujukan untuk mengetahui sifat koloid yaitu kemampuan
untuk membentuk larutan koloid lagi setelah koloid diuapkan. Secara teori, koloid liofobik
tidak akan kembali ke bentuk semula yang ditandai dengan adanya kerak. Hal ini dikarenakan
pada sistem koloid liofobik membutuhkan pelarut khusus untuk membuat reversibel. Koloid
liofilik dan amfifilik bersifat reversibel karena tidak membutuhkan pelarut khusus. Pada hasil
percobaan terdapat penyimpangan hasil pada larutan FeCl3 yang seharusnya kembali ke
bentuk koloid tetapi tidak kembali, dan Na lauril sulfat yang seharusnya reversible tetapi
irreversible. hal ini dapat disebabkan oleh; Penguapan terlalu kering sehingga menjadi kerak
yang tebal sehingga ketikan ditambah pelarut tetap menjadi kerak. Air yang ditambahkan
tidak diukur seharusnya diukur dengan takaran yang sama untuk masing-masing sampel

ELEKTROLIT
Pencampuran koloid dengan zat elektrolit (NaCl), akan terjadi reaksi antara ion-ion
elektrolit tersebut dengan partikel partikel koloid dan akan menimbulkan perubahan warna
atau terjadinya endapan. Pencampuran dua koloid yang berbeda muatan dapat menyebabkan
terjadinya peristiwa koagulasi ketika ada penambahan NaCl. Hubungan elektrolit dengan
koloid yaitu elektrolit dapat menetralkan muatan dengan memutuskan ikatan larutan antara
fase dispers dan fase pendispers. Pada koloid hidrofilik fase dispersnya membungkus diri
dengan air (pendispers) atau tersolvatasi. Pada koloid hidrofobik fase dispersnya tidak dapat
membungkus diri dengan air (pendispers) sehingga tidak ada solvent yang mengelilingi
dispers atau tidak tersolvatasi.
Jadi dengan adanya NaCl sebagai larutan elektrolit dapat menetralkan dengan memutuskan
ikatan antara fase dispers dan fase pendispers, hal ini dapat terjadi mudah pada koloid
hidrofobik yang fase dispersnya tidak dilindungi oleh fase pendispers sehingga muatannya
mudah dinetralkan (mudah diendapkan). Dari percobaan dibutuhkan NaCl yang lebih sedikit
untuk koloid hidrofobik dan lebih banyak pada koloid hidrofilik karena medium dispers
hidrofilik dilindungi pendispers. Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa Sod lauril
sulfat, gekatin dan campuran FeCl3+gelatin adalah liofilik, FecL3 liofobik. Pada teorinya,
larutan koloid yang memiliki konsentrasi lebih tinggi (FeCl3 0,5% dan gelatin 10%),
diperlukan larutan NaCl yang lebih banyak untuk memecah ikatan partikel dan membentuk
endapan. Pada praktikum ini, (FeCl3 0,5% dan gelatin 10%) tidak membentuk endapan pada
volume 50 mL, mungkin diperlukan NaCl yang lebih banyak untuk membentuk endapan.
ALKOHOL
Penambahan alkohol pada larutan gelatin menyebabkan terjadinya kekeruhan pada
larutan karena terjadi koagulasi antara gelatin dan alkohol. Pada teorinya semakin tinggi
kadar gelatin maka semakin sedikit alkohol yg diperlukan untuk mengendapkannya karena
dengan kadar tinggi berarti lebih banyak gelatin yang didesak. Pada percobaan ini tidak
sesuai teori karena jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk mengendap antara gelatin 5% dan
10% sama.hal ini mungkin disebabkan praktikan yang kurang teliti dalam memperhatikan
pengendapan, terkadang endapan tidak langsung turun ke bawah dan diperlukan waktu untuk
mengendap di bawah.

KESIMPULAN
Pada percobaan efek tyndall larutan sampel Na lauril sulfat tidak sesuai teori. Uji
reversibilitas, FeCl3 dan Na lauril sulfat tidak sesuai teori. viskositas koloid pada fecl3 tidak
sesuai teori. Uji pengaruh elektrolit secara keseluruhan sesuai teori. Pada pengaruh akohol
tidak sesuai teori.

Anda mungkin juga menyukai