PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kebutuhan analisis suatu sample/produk semakin meningkat seiring
bertambahnya kesadaran untuk mengetahui suatu komponen secara detail dan tepat.
Spektroskopi merupakan salah satu metode yang umumnya digunakan untuk
menganalisis suatu produk dengan mengukur absorbansi dengan melewatkan cahaya
dengan panjang gelombang tertentu pada kuvet, sebagian cahaya tersebut akan diserap
dan sebagian akan dilewatkan. Spektroskopi merupakan studi antaraksi radiasi
elektromagnetik dengan materi (Rhys-williams, 2011). Interpretasi spektrum yang
dihasilkan dari spektroskopi dapat digunakan untuk analisis unsur kimia, meneliti arus
energi atom dan molekul, meneliti struktur molekul, dan untuk menentukan komposisi
dan gerak benda-benda langit (Danusantoso,2012).
3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana prinsip kerja dari
spektroskopi flouresence.
1. Bagaimana prinsip kerja dari spektroskopi flouresence?
2. Bagaimana aplikasi spektroskopi flouresence?
BAB II
Tinjauan Pustaka
Pada gambar 2.2, sumber dalam daerah uv/vis menyinari sampel sehingga
sampel berfluoresensi. Adapun bagian-bagian prinsip dasar pengamatan fluoresensi
adalah Source merupakan sumber spectrum yang kontinyu misalnya dari jenis lampu
merkuri atau xenon. Monokromator (M1) untuk menyinari sampel dengan panjang
gelombang tertentu. Monokromator kedua (M2) yang pada iradiasi konstan dapat
dipakai menentukan panjang gelombang spectrum fluoresensi sampel.
Detektor berupa fotosel yang sangat peka misalnya fotomultiplier merah untuk
panjang gelombang lebih besar dari pada 500 nm. Detektor merupakan suatu bagian
spektrofotometer yang penting karena kualitas detector akan menentukan kualitas
spektrofotometer. Fungsi detector didalam spektrofotometer adalah menangkap
cahaya yang diteruskan dari sampel dan mengubah signal radiasi menjadi signal
elektronik. Pada detector diinginkan kepekaan radiasi yang tinggi terhadap radiasi
yang diterima, dengan tingkat kebisingan yang rendah, kemampuan respon kuantitatif
dan signal elektronik yang ditansfer oleh detector dapat diaplikasikan oleh penguat
(amplifier) ke recorder (rekaman / pembacaan). Amplifier atau penguat dan Visual
display untuk menggandakan radiasi dan meneruskan ke pembacaan. Amplifier
dibutuhkan saat signal elektronik yang dialirkan setelah melewati detector untuk
menguatkan karena penguat dengan resistensi masukan yang tinggi sehingga
rangkaian detector tidak tersadap habis yang menyebabkan keluaran yang cukup besar
untuk dapat dideteksi oleh suatu alat pengukur (meter). Sebagai gambaran dapat
dilihat pada Gambar 2.3.
Umumnya wadah sampel disebut sel atau kuvet. Kuvet yang terbuat dari
kuarsa baik untuk spektroskopi ultra violet dan juga untuk spektroskopi sinar
tampak. Kuvet plastik dapat digunakan untuk spektroskopi sinar tampak. Panjang sel
untuk spektroskopi UV-Vis biasanya 1 cm, ada juga sel dengan panjang 0,1 cm.
Monokhromator adalah alat yang paling umum dipakai untuk menghasilkan berkas
radiasi dengan satu panjang gelombang. Monokhromator untuk radiasi ultra violet,
sinar tampak dan infra merah adalah serupa yaitu mempunyai celah (slit), lensa,
cermin, dan prisma atau grating (Susila,2013).
1. Prinsip Frank-Condon: inti tidak berubah selama transisi elektronik, dan juga
eksitasi terjadi sampai tingkat keadaan elektronik tereksitasi secara vibrasi.
2. Emisi terjadi dari tingkat vibrasi terendah pada keadaan singlet tereksitasi
terendah karena relaksasi dari tingkat vibrasi tereksitasi lebih cepat
dibandingkan emisi.
3. The Stokes shift: emisi selalu merupakan energi yang lebih rendah daripada
absorbsi karena relaksasi inti pada keadaan tereksitasi.
4. The mirror image rule: emisi spektrum merupakan bayangan cermin dari pita
absorbsi energi terendah.
3. Emisi
Ketika fluorophore kembali ke groundstate (S0), ia akan memancarkan foton
berenergi hƲEM yaitu sesuai dengan berbedaan energi antara S1 dan S0. Karena
adanya pengurangan energi pada tahap 2 maka foton yang diemisikan hƲEM
memiliki energi yang lebih kecil dan panjang gelombang yang lebih besar daripada
foton yang diserap hƲEX , sehingga spektrum emisi fluoresensi tidak tergantung
panjang gelombang eksitasi. Perbedaan energi eksitasi dan emisi (hƲEX - hƲEM )
disebut pergeseran stoke. Intensitas emisi fluoresensi sebanding dengan amplitudo
spektrum eksitasi, tetapi panjang gelombang emisi tidak bergantung pada panjang
gelombang eksitasi
BAB IV
KESIMPULAN
Energi radiasi yang diserap oleh partikel atom akan dipancarkan kembali ke
segala arah sebagai radiasi fluoresensi dengan panjang gelombang yang sesuai dengan
karakteristik. Sumber radiasi ditempatkan tegak lurus terhadap nyala api sehingga
hanya radiasi fluoresensi yang dideteksi oleh detektor setelah melalui monokromator.
Intensitas radiasi fluoresensi ini berbanding lurus dengan konsentrasi unsur.
DAFTAR PUSTAKA
Didalamnya meliputi penggunaan sorotan sinar, biasanya sinar ultraviolet, yang mengeksitasi
elektron dalam atom dan menyebabkannya memancarkan sinar. Fluoresensi spektroskopi atau
metode spektrofluorometri, merupakan jenis spektroskopi elektromagnetik yang menganalisis
fluoresensi dari sampel seperti definisi diatas. Ini melibatkan menggunakan berkas cahaya, biasanya
sinar ultraviolet, bahwa eksitasi elektron pada molekul senyawa tertentu dan menyebabkan mereka
memancarkan cahaya dari energi yang lebih rendah biasanya, tetapi tidak harus cahaya tampak.
Molekul memiliki berbagai bentuk disebut sebagai tingkat energi. Fluoresensi spektroskopi terutama
yang bersangkutan dengan elektronik dan bentuk getaran. Secara umum, spesies yang diperiksa
akan memiliki bentuk energi rendah. Energi yang tersimpan di dalam atom dapat dilepaskan dengan
berbagai cara. Ketika energi dilepaskan sebagai cahaya, maka dikenal sebagai fluorescent (cahaya
yang berpendar). Atomic fluorescent spectroscopy ini mengukur cahaya yang teremisi ini.
Fluorescent umumnya diukur pada sudut dari sumber eksitasi untuk meminimalisasi berkumpulnya
cahaya yang tersebar dari sumber eksitasi dan biasanya menggunakan rotasi pada prisma
PellinBroca pada meja kemudi yang juga dapat memisahkan cahaya menjadi spektrum-spektrumnya
untuk anilisi yang lebih jelas.
Untuk penyerapan yang sedikit (konsentrasi yang sedikit pula), intensitas dari cahaya
yang terserap sebanding dengan konsentrasi atom. Umumnya atomic fluorescent lebih
sensitif (dapat mendeteksi konsentrasi yang rendah) daripada atomic absorption. Prinsip-
prinsip umum dapat diilustrasikan dengan diagram Jablonski (Veberg, 2006). Menurut
diagram Jablonski, energi emisi lebih rendah dibandingkan dengan eksitasi. Ini berarti bahwa
emisi fluoresensi yang lebih tinggi terjadi pada panjang gelombang dari penyerapan
(eksitasi). Perbedaan antara eksitasi dan panjang gelombang emisi dikenal sebagai pergeseran
Stoke. Analisa dari larutan atau solidmembutuhkan atom sampel yang menguap atau
teratomisasi pada temperature yang relativerendah dalam pipa panas, flame atau
graphitefurnace. Sebuah lampu HCL atau Lasermenghasilkan eksitasi untuk membawa atom
ke energi yang lebih tinggi. Atomic fluorescent akanterdispersi dan dideteksi oleh
monokromator dan photomultiplier tube yang mirip dengan alat AAS. Cahaya dari sumber
eksitasi melewati filter atau monokromator, dan pemogokan sampel. Sebagian cahaya insiden
diserap oleh sampel, dan beberapa molekul dalam sampel berpendar. Lampu neon yang
dipancarkan ke segala arah. Beberapa lampu neon ini melewati filter kedua atau
monokromator dan mencapai detektor, yang biasanya diletakkan pada suhu 90°. Untuk
insiden sinar untuk meminimalkan risiko memantulkan cahaya yang ditransmisikan atau
kejadian mencapai detektor.