Anda di halaman 1dari 7

Nama : Nurul Zaizatu Musdalifah

Kelas : TKIM 5A

NIM : 12212173044

Atomic Fluorescence Spectroscopy (AFS)

A. Definisi Alat
Atomic Fluoresence Spectroscopy (AFS) adalah salah satu jenis spektroskopi
elektromagnetik yang menganalisis fluorescence dari atom sampel. Didalamnya meliputi
penggunaan sorotan sinar, biasanya sinar ultraviolet, yang mengeksitasi elektron dalam
atom dan menyebabkannya memancarkan sinar. Alat untuk mengukur fluorescence
disebut fluorometers atau fluorimeter.
Fluoresensi spektroskopi alias atau metode spektrofluorometri, merupakan jenis
spektroskopi elektromagnetik yang menganalisis fluoresensi dari sampel seperti definisi
diatas. Ini melibatkan menggunakan berkas cahaya, biasanya sinar ultraviolet, bahwa
eksitasi elektron pada molekul senyawa tertentu dan menyebabkan mereka memancarkan
cahaya dari energi yang lebih rendah biasanya, tetapi tidak harus, cahaya tampak.
Molekul memiliki berbagai bentuk disebut sebagai tingkat energi. Fluoresensi
spektroskopi terutama yang bersangkutan dengan elektronik dan bentuk getaran. Secara
umum, spesies yang diperiksa akan memiliki bentuk energi rendah.
Energi yang tersimpan di dalam atom dapat dilepaskan dengan berbagai cara.
Ketika energi dilepaskan sebagai cahaya, maka dikenal sebagai fluorescent (cahaya yang
berpendar). Atomic fluorescent spectroscopy ini mengukur cahaya yang teremisi ini.
Fluorescent umumnya diukur pada sudut dari sumber eksitasi untuk
meminimalisasi berkumpulnya cahaya yang tersebar dari sumbereksitasi dan biasanya
menggunakan rotasi pada prisma PellinBroca pada meja kemudi yang juga dapat
memisahkan cahaya menjadi spektrum-spektrumnya untuk anilisi yang lebih
jelas.Panjang gelombang akan memberitahu kita tentang komposisi atomnya. Untuk
penyerapanyang sedikit (konsentrasi yang sedikit pula), intensitas dari cahaya yang
terserap sebandingdengan konsentrasi atom. Umumnya atomic fluorescent lebih sensitif
(dapat mendeteksikonsentrasi yang rendah) daripada atomic absorption.
Spektroskopi Fluoresensi Atom. Pada metode ini seperti pada spektroskopi
absorpsi atom untuk membentuk partikel-partikel atom diperlukan nyala api. Energi
radiasi yang diserap oleh partikel atom akan dipancarkan kembali ke segala arah
sebagai radiasi fluoresensi dengan panjang gelombang yang karakteristik. Sumber
radiasi ditempatkan tegak lurus terhadap nyala api sehingga hanya radiasi fluoresensi
yang dideteksi oleh detektor setelah melalui monokromator. Intensitas radiasi
fluoresensi ini berbanding lurus dengan konsentrasi unsur.1

Spektroskopi fluorosensi (juga dikenal sebagai fluorimetri atau


spektrofluorometri) adalah jenis spektroskopi elektromagnetik yang menganalisis
fluoresensi dari sampel. Ini melibatkan penggunaan berkas cahaya, biasanya sinar
ultraviolet, yang menarik elektron dalam molekul senyawa tertentu dan menyebabkan
cahaya terpancar, tetapi tidak harus cahaya yang tampak. Teknik pelengkap
adalah spektroskopi serapan . Dalam kasus khusus spektroskopi fluoresensi molekul
tunggal, fluktuasi intensitas dari cahaya yang dipancarkan diukur dari fluorofor tunggal,
atau pasangan fluorofor. Perangkat yang mengukur fluoresensi disebut fluorometer.2

B. Tujuan Alat
Spektroskopi elektromagnetik yang melakukan analisis flourescence yang berasal
dari atom sampel. Spektrokopi ini menggunakan sorotan sinar (sinar ultraviolet)
sedangkan alat yang digunakan untuk mengukur flouresence yatu fluorimeter atau
fluorometer. Fluoresensi spektroskopi alias atau metode spektrofluorometri, merupakan
jenis spektroskopi elektromagnetik yang menganalisis fluoresensi dari sampel seperti
definisi diatas. Ini melibatkan menggunakan berkas cahaya, biasanya sinar ultraviolet,
bahwa eksitasi elektron pada molekul senyawa tertentu dan menyebabkan mereka
memancarkan cahaya dari energi yang lebih rendah biasanya, tetapi tidak harus, cahaya
tampak.

1
https://docplayer.info/64680892-Bab-i-pendahuluan-a-latar-belakang.html diakses pada 14 November 2019 pukul
12.00 WIB
2
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Fluorescence_spectroscopy diakses pada 14 November 2019 pukul 12.12 WIB
Gambar 1. Prinsip Kerja AFS

Energi yang tersimpan di dalam atom dapat dilepaskan dengan berbagai cara.
Ketika energi dilepaskan sebagai cahaya, maka dikenal sebagai fluorescent (cahaya yang
berpendar). Atomic fluorescent spectroscopy ini mengukur cahaya yang teremisi ini.
Analisa dari larutan atau solid membutuhkan atom sampel yang menguap atau
teratomisasi pada temperature yang relativerendah dalam pipa panas, flame atau
graphitefurnace. Sebuah lampu HCL atau Lasermenghasilkan eksitasi untuk membawa
atom keenergy yang lebih tinggi. Atomic fluorescent akanterdispersi dan dideteksi oleh
monokromator dan photomultiplier tube yang mirip dengan alat AAS.

Gambar 2. Prinsip Kerja AFS


C. Cara Kerja Alat
Flourensence biasanya diukur pada sudut yang berasal dari eksitasi untuk
meminimalisasi berkumpulnya cahaya yang tersebar, digunakan rotasi prisma Pellin-
Broca yang terdapat pada meja kemudi. Selain itu, fungsi prisma untuk memisahkan
cahaya menjadi spektrum-spektrum agar lebih mudah dianalisis nantinya. Nantinya
cahaya yang melewati filter dan pemogokan sampel. Sebagian dari cahaya tersebut
diserap oleh sampel dan beberapa molekul di antaranya akan berpendar di dalam sampel.
Beberapa lampu neon yang dipancarkan akan melewati filter kedua untuk mencapai
detektor (biasanya pada suhu 90o).3
Fluoresensi adalah proses pemancaran radiasi cahaya oleh suatu materi
setelah tereksitasi oleh berkas cahaya berenergi tinggi. Emisi cahaya terjadi
karena proses absorbsi cahaya oleh atom yang mengakibatkan keadaan atom
tereksitasi. Keadaan atom yang tereksitasi akan kembali keadaan semula dengan
melepaskan energi yang berupa cahaya (de-eksitasi). Fluoresensi merupakan
proses perpindahan tingkat energi dari keadaan atom tereksitasi (S1 atau S2)
menuju ke keadaan stabil (ground states). Proses fluoresensi berlangsung kurang
lebih 1 nano detik sedangkan proses fosforesensi berlangung lebih lama, sekitar 1
sampai dengan 1000 mili detik.
Gambar 3 adalah gambar diagram Jablonski yang menunjukan terjadinya
proses fluoresensi dan fosforesensi. Ketika suatu atom atau molekul mengabsorbsi
energi cahaya sebesar hνA maka elektron-elektron pada kondisi dasar (ground
sate) S0 akan berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi ke tinggat S1 atau S2.
Waktu yang dibutuhkan untuk proses tersebut kurang dari 1piko detik.
Prinsip-prinsip umum dapat diilustrasikan dengan diagram Jablonski (Veberg,
2006). Menurut diagram Jablonski, energi emisi lebih rendah dibandingkan dengan
eksitasi. Ini berarti bahwa emisi fluoresensi yang lebih tinggi terjadi pada panjang
gelombang dari penyerapan (eksitasi). Perbedaan antara eksitasi dan panjang gelombang
emisi dikenal sebagai pergeseran Stoke.

3
https://ilmugeografi.com/astronomi/spektroskopi diakses pada 14 November 2019 pukul 12.14 WIB
Gambar 3. Prinsip Spektrum Fluoresensi

Atom akan mengalami konversi internal atau relaksasi pada kondisi S1


dalam waktu yang sangat singkat sekitar 10-1ns, kemudian atom tersebut akan
melepaskan sejumlah energi sebesar hνf yang berupa cahaya. Karenanya energi
atom semakin lama semakin berkurang dan akan kembali menuju ke tingkat energi dasar
S0 untuk mencapai keadaan suhu yang setimbang (thermally
equilibrium). Emisi fluoresensi dalam bentuk spektrum yang lebar terjadi akibat
perpindahan tingkat energi S1 menuju ke sub-tingkat energi S0 yang berbeda-beda
yang menunjukan tingkat keadaan energi dasar vibrasi atom 0, 1, dan 2
berdasarkan prinsip Frank-Condon.
Apabila intersystem crossing terjadi sebelum transisi dari S1 ke S0 yaitu
saat di S1 terjadi konversi spin ke triplet state yang pertama (T1), maka transisi
dari T1 ke S0 akan mengakibatkan fosforesensi dengan energi emisi cahaya sebesar
hνP dalam selang waktu kurang lebih 1μs sampai dengan 1s. Proses ini
menghasilkan energi emisi cahaya yang relatif lebih rendah dengan panjang
gelombang yang lebih panjang dibandingkan dengan fluoresensi.
Beberapa kondisi fisis yang mempengaruhi fluoresensi pada molekul
antara lain polaritas, ion-ion, potensial listrik, suhu, tekanan, derajat keasaman
(pH), jenis ikatan hidrogen, viskositas dan quencher (penghambat de-eksitasi).
Kondisi-kondisi fisis tersebut mempengaruhi proses absorbsi energi cahaya
eksitasi. Hal ini berpengaruh pada proses de-eksitasi molekul sehingga menghasilkan
karakteristik intensitas dan spektrum emisi fluoresensi yang
berbeda-beda.4

D. Aplikasi dalam Penelitian


Fluoresensi Pada Fitoplankton
Fitoplankton memiliki berbagai pigmen, diantaranya klorofil, karotenoid,
dan ficobiliprotein, yang berupa molekul-molekul organik yang terdiri dari ikatan
karbon-hidrogen. Ketiga pigmen inilah yang dapat menyebabkan proses
fluoresensi. Keberadaan dan komposisi (kandungan) dari ketiga jenis pigmen
tersebut selain berperan memberikan ciri khas pewarnaan pada setiap fitoplankton
juga memiliki fungsi biologis yang unik dan khas terkait dengan fungsi
metabolisme dan fisiologis. Secara fisis dengan adanya pigmen tersebut akan
terjadi interaksi dengan cahaya, yaitu proses absorbsi energi cahaya dalam proses
fotosintesis.
Penyerapan cahaya eksitasi oleh molekul-molekul penyusun pigmen
mengakibatkan tingkat energi molekul tersebut meningkat dari keadaan dasar
menjadi keadaan tereksitasi (proses fluoresensi). Saat kondisi tereksitasi molekulmolekul
pigmen mengalami relaksasi dalam waktu yang singkat dan selanjutnya
kembali ke tingkat energi dasar semula dengan melepaskan radiasi energi cahaya
fluoresensi.
Berbagai penelitian berhasil mengidentifikasi dan mengkarakterisasi
spektrum emisi fluoresensi dari berbagai jenis fitoplankton. Penelitian tersebut
dilakukan dengan metode in-vitro maupun in-vivo untuk mengukur karakteristik
spektrum fluoresensi. Hasil pengukuran emisi spektrum fluoresensi dari jenisjenis
pigmen menunjukkan bahwa fitoplankton memiliki karakteristik spektrum
yang khas. Karakteristik spektrum tersebut memiliki arti penting dalam
pengidentifikasian dan penggolongan jenis fitoplankton, karena spektrum tersebut
tidak dihasilkan oleh partikel atau bahan lainnya.

Penerapan yang lainnya, yaitu:

4
Probe optik..., Gunady Haryanto, FT UI, 2008, hal 6-7
1. Spektroskopi fluoresensi digunakan antara lain dalam bidang penelitian biokimia,
medis, dan kimia untuk menganalisis senyawa organik . Ada juga laporan
penggunaannya dalam membedakan tumor kulit ganas dari jinak.
2. Teknik Spektroskopi Fluoresensi Atom (AFS) berguna dalam jenis analisis lain /
pengukuran senyawa yang ada di udara atau air, atau media lain,
seperti CVAFS yang digunakan untuk deteksi logam berat, seperti merkuri.
3. Fluoresensi juga dapat digunakan untuk mengarahkan foton, lihat kolektor surya
fluoresen .
4. Selain itu, spektroskopi Fluoresensi dapat disesuaikan dengan tingkat mikroskopis
menggunakan mikrofluorimetri
5. Dalam kimia analitik, detektor fluoresensi digunakan dengan HPLC

Anda mungkin juga menyukai