Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Melalui Pendekatan Kontekstual Terhadap Hasil
Belajar IPA Kimia Siswa Kelas VIII SMPN 30 Makassar (Studi pada Materi Pokok Bahan Kimia
1)
Niluh Asriniasih, 2)Sugiarti, 3)Netti Herawati
1, 2, 3)
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Makassar, Jl. Dg Tata Raya Makassar, Makassar 90224
Email:niluh.asriniasih@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui apakah
ada pengaruh positif model pembelajaran learning cycle 5E melalui
pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar IPA kimia siswa kelas VIII
SMPN 30 Makassar tahun pelajaran 2013/2014 pada materi pokok bahan
kimia. Sampel penelitian adalah kelas VIII9 untuk kelas eksperimen dan
kelas VIII5 untuk kelas kontrol dengan jumlah siswa masing-masing 40
orang. Kelas ekperimen diajar menggunakan model pembelajaran learning
cycle 5E melalui pendekatan kontekstual dan kelas kontrol menggunakan
model pembelajaran konvensional. Prosedur penelitian terdiri atas tiga
tahap, yakni tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Data
diperoleh dari tes hasil belajar siswa yang terdiri atas 20 butir soal pilihan
ganda. Analisis data menggunakan statistik deskriptif dan inferensial.
Pengujian hipotesis yang dilakukan dengan uji t menghasilkan thitung>ttabel =
4,88>1,67, sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran learning
cycle 5E melalui pendekatan kontekstual berpengaruh positif terhadap hasil
belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 30Makassar pada materi pokok bahan
kimia.
Kata kunci: Learning cycle 5E, Pendekatan kontekstual, Hasil belajar,
Bahan kimia
ABSTRACT
The aim of this quasi experiment research is to find out the postive
effects ofLearning Cycle 5E ModelThrough Contextual Approach To
Student’s Achievement of ClassVIII SMPN30 Makassareducation year
2013/2014(study on chemical substance). The research samples are class
VIII9 for experiment class and class VIII5 for control class which consist of
PENDAHULUAN
Belajar merupakan proses diaplikasikan dalam kehidupannya.
perubahan perilaku yang didapatkan Ada juga siswa yang menghadapi
seorang individu melalui proses kesulitan dalam memahami konsep
pembelajaran, perubahan perilaku saat mereka diajar dengan metode
yang dimaksud dapat berupa tradisional, padahal mereka sangat
pengetahuan, keterampilan dan membutuhkan pemahaman konsep
pemahaman baru mengenai sesuatu ketika mereka kembali ke kehidupan
hal. Dalam rangka menciptakan suatu nyata (Trianto, 2009). Selain itu,
pembelajaran yang efektif, perlu pembelajaran siswa belum banyak
dikembangkan pemahaman konsep menyentuh objek lingkungan alam
siswa. Ilmu kimia merupakan ilmu sebagai sumber belajar dan hanya
penuh dengan konsep yang berorientasi pada buku paket.
mengandung materi-materi yang Berdasarkan survei pendahuluan
bersifat abstrak dan deskriptif, dan wawancara yang dilakukan
sehingga diperlukan pembelajaran terhadap guru mata pelajaran IPA
yang efektif untuk membangun Kimia kelas VIII di SMPN 30
motivasi dan kemampuan pemahaman Makassar, diperoleh bahwa ketuntasan
konsep siswa (Trianto, 2009). Oleh belajar pada kelas VIII semester genap
karena itu, diperlukan model-model tahun ajaran 2012/2013 sebelum
pembelajaran yang dapat diadakan remedial, hanya 15 siswa
mengkonstruk pemahaman siswa. dari 40 siswa (37%) yang tuntas.
Beberapa fenomena dari belajar Sedangkan tuntutan Kurikulum 2013,
yang cukup memprihatinkan yaitu siswa harus mencapai kompetensi 75%
kebanyakan siswa di sekolah tidak secara individu dan 75% secara
dapat membuat hubungan antara apa klasikal yang mencapai nilai
yang mereka pelajari dengan ketuntasan minimal.
bagaimana pengetahuan tersebut akan
Keterangan:
Nilai Kategori Nilai
X2 = Kai kuadrat (Chi Square)
Oi = Frekuensi observasi
91-100 Baik Sekali Ei = Frekuensi ekspektasi
81-90 Baik (harapan)
71-80 Cukup
Tabel 6. Nilai Statistik Deskriptif Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen
Nilai Statistik
Statistik Eksperimen Kontrol
deskriptif Gain Gain
Pretest Posttest Pretest Posttest
Skor Skor
Ukuran Sampel 40 40 40 40 40 40
Nilai Terendah 20 60 5 20 40 0
Nilai Tertinggi 70 100 70 55 85 60
Nilai rata-rata 44,7 81,55 39,25 34,95 65,75 29,43
Standar Deviasi 11,81 9,4 9,49 9,83 18,7 7,35
Apabila hasil belajar IPA kimia belajar siswa (pretest dan posttest),
siswa dikelompokkan berdasarkan diperoleh data frekuensi dan
kriteria nilai hasil belajar IPA kimia persentase kelas eksperimen dan kelas
siswa dalam bidang studi IPA Terpadu kontrol pada Tabel 8.
di SMPN 30 Makassar, maka
diperoleh frekuensi kelas eksperimen 20
dan kelas kontrol pada Gambar 1. 15
Apabila hasil belajar IPA kimia 10 Kelas
5
siswa dikelompokkan berdasarkan 0 Eksperimen
Kurang…
Cukup
Kurang
Baik
b. Pengujian Hipotesis
Nilai thitung=4,88, dengan taraf menggunakan model pembelajaran
signifikasi α=0,05, dan n=40 diperoleh konvensional. Selain itu, jumlah siswa
ttabel=1,67. Dari hasil perhitungan yang mencapai kriteria ketuntasan
menunjukkan bahwa thitung=4,88 dan pada kelas eksperimen lebih banyak
ttabel=1,67, maka thitung>ttabel. Dengan yakni 36 orang dengan persentase
menggunakan kriteria tolak hipotesis ketuntasan sebesar 90%. Sedangkan
nol jika thitung >ttabel maka jelas bahwa kelas kontrol hanya 21 orang dengan
hipotesis nol H0 ditolak dan diterima persentase sebesar 52,5%.
H1: 𝜇 1> 𝜇 2. Jadi dapat disimpulkan Hasil analisis statistik deskriptif
bahwa model pembelajaran learning pada peningkatan hasil belajar siswa
cycle 5E melalui pendekatan kelas eksperimen dan kelas kontrol
kontekstual berpengaruh positif juga menunjukkan bahwa peningkatan
terhadap hasil belajar IPA kimia siswa. hasil belajar pada kelas eksperimen
lebih tinggi daripada kelas kontrol.
B. Pembahasan Pada kelas eksperimen diperoleh gain
Penelitian ini dilakukan untuk score rata-rata yaitu 39,25 sedangkan
mengetahui apakah ada pengaruh pada kelas kontrol yaitu 29,43. Jumlah
positif dari penggunaan model siswa yang memperoleh nilai N-Gain
pembelajaran learning cycle 5E dalam kategori tinggi pada kelas
melalui pendekatan kontekstual eksperimen yaitu 23 siswa (57,5%),
terhadap hasil belajar siswa.Kedua dalam kategori sedang yaitu 14 siswa
kelas diberikan perlakuan yang (35%) dan dalam kategori rendah yaitu
berbeda,kelas eksperimen diajarkan 3 siswa (7,5%). Pada kelas kontrol,
dengan menggunakan model jumlah siswa yang memperoleh nilai
pembelajaran learning cycle 5E N-Gain dalam kategori tinggi yaitu 20
melalui pendekatan kontekstual, siswa (50%), dalam kategori sedang
sedangkan kelas kontrol hanya yaitu 11 siswa (27,5%) dan dalam
menggunakan model pembelajaran kategori rendah yaitu 9 siswa (22,5%).
konvensional. Berdasarkan hasil uji
Berdasarkan hasil analisis normalitas kelas eksperimen dan kelas
statistik deskriptif, diperoleh bahwa kontrol diketahui bahwa data
rata-rata hasil belajar kelas eksperimen terdistribusi normal. Uji homogenitas
sebesar 81,55 dengan standar deviasi menunjukkan bahwa data berasal dari
9,4 dan kelas kontrol 65,75 dengan varians yanghomogen. Setelah
standar deviasi 18,7. Hasil rata-rata diketahui bahwa sampel terdistribusi
kelas eksperimen lebih besar daripada normal dan variansnya homogen
kelas kontrol. Hal ini menunjukkan dilanjutkan dengan uji-t, dari hasil uji-t
bahwa model pembelajaran learning diperoleh bahwa nilai thitung>ttabel,
cycle 5E melalui pendekatan sehingga disimpulkan bahwa model
kontekstual memberikan hasil belajar pembelajaran learning cycle 5E
yang lebih baik daripada hanya melalui pendekatan kontekstual yang
dari konsep yang telah mereka pelajari contoh dari konsep yang telah
secara langsung. dipelajari sebelumnya. Dari 40 siswa,
Berdasarkan hasil observasi 27 (67.5%) diantaranya termasuk
aktivitas siswa pada lampiran 5, pada dalam kategori sangat baik, 9 (22,5%)
poin 3, 6, 8, 9, 14 dan 17 diperoleh termasuk dalam kategori baik dan 4
bahwa hasil observasi yang dilakukan (10%) termasuk dalam kategori cukup
terhadap aktivitas siswa kurang dari mampu untuk mengenali dan
50%. Hal ini menunjukkan bahwa menemukan contoh konsep yang telah
keaktifan siswa pada poin tersebut mereka pelajari di sekitar lingkungan
masih kurang. Hal ini berkaitan belajarnya. Dengan demikian, dapat
dengan faktor intern dari siswa saat disimpulkan bahwa dengan tes aplikasi
belajar. Faktor intern tersebut konsep guru dapat menilai kemampuan
diantaranya adalah minat, bakat, siswa untuk mengenali dan
kognitif dan kesiapan siswa untuk menemukan contoh konsep yang telah
mengikuti pelajaran. Namun, dipelajari.
walaupun persentase hasil observasi Berdasarkan hasil pemberian
kurang dari 50%, tetapi persentase tugas pada lampiran 6 diperoleh bahwa
keaktifan siswa dari pertemuan I pada kelas eksperimen terdapat 26
sampai pertemuan III mengalami siswa (65%) yang memperoleh nilai
peningkatan. Meskipun keaktifan yang termasuk dalam kategori sangat
siswa pada poin tersebut kurang dari baik, 13 siswa (32.5%) termasuk
50%, namun dengan adanya dalam kategori baik dan 1 siswa
peningkatan menunjukkan bahwa (2.5%) termasuk dalam kategori cukup
siswa mulai termotivasi untuk aktif baik. Sedangkan pada kelas kontrol
dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil terdapat 14 siswa (35%) yang
observasi dapat disimpulkan bahwa memperoleh nilai yang termasuk
model pembelajaran Learning cycle 5E dalam kategori sangat baik, 19 siswa
melalui pendekatan kontekstual dapat (47.5%) termasuk dalam kategori baik
meningkatkan motivasi siswa untuk dan 7 siswa (17.5%) termasuk dalam
belajar sehingga dapat meningkatkan kategori cukup baik. Hal ini
hasil belajar siswa. Hal ini sesuai menunjukkan bahwa rasa tanggung
dengan penelitian yang dilakukan oleh jawab dan motivasi siswa untuk
Wahyuni (2013) yang mengemukakan mengerjakan tugas pada kelas
bahwa pembelajaran learning cycle 5E eksperimen lebih tinggi daripada siswa
dapat membuat proses pembelajaran pada kelas kontrol.
menjadi lebih bermakna karena Berdasarkan hasil observasi KI
mengutamakan pengalaman nyata dan 1 dan KI 2 pada lampiran 13, diperoleh
membentuk siswa menjadi aktifdan bahwa pada kelas eksperimen terdapat
kreatif. 27,5% siswa yang termasuk dalam
Berdasarkan hasil aplikasi kategori sangat baik dan 72,5% siswa
konsep pada lampiran 6 diperoleh yang termasuk dalam kategori baik
bahwa sebagian besar siswa telah pada KI 1 (aspek spiritual). Sedangkan
mampu mengenali dan menemukan pada kelas kontrol terdapat 42,5%