Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KIMIA DASAR II

TITRASI ASAM BASA

OLEH :
NAMA : BERI RAHMAD
BP : 1920034
KELAS : AK 1 A

POLITEKNIK ATI PADANG


2019/2020
TITRASI ASAM BASA

A. Tujuan
1. Melatih keterampilan memipet, menitrasi, dan menggunakan indikator
phenolflatein
2. Menstandardisasi larutan natrium hidroksida dengan asam oksalat
3. Menentukan konsentrasi molar dan persen massa asam asetat dalam
larutan cuka
4. Belajar menggunakan hukum stoikiometri pada titrasi asam basa
B. Teori Dasar
Titrasi adalah prosedur menetapkan kadar suatu larutan dengan
mereaksikan sejumlah larutan tersebut yang volumenya terukur dengan
suatu larutan lain yang telah diketahui kadarnya (larutan standar) secara
bertahap. Berdasarkan jenis reaksi yang terjadi, titrasi dibedakan menjadi
titrasi asam basa, titrasi pengendapan, dan titrasi redoks.
Penggunaan indikator pH sangat penting dalam titrasi asam basa
(netralisasi) untuk menunjukkan perubahan warna pada saat akhir titrasi.
Selama ini dalam titrasi asam basa masih banyak digunakan indikator
sintetis dengan ketersediaan terbatas dan biaya relatif mahal. Penelitian ini
bertujuan mengetahui potensi bahan alami antosianin dari ekstrak kelopak
bunga rosella sebagai alternatif indikator titrasi asam basa dengan biaya
murah dan mudah didapatkan. Indikator tersebut dibuat dengan cara
mengekstrak kelopak bunga rosella menggunakan pelarut etanol 96%
dengan perbandingan (1 : 10). Penelitian ini menggunakan metode
asidimetri-alkimetri dengan indikator metil orange (MO) dan
phenolptalein (PP) sebagai pembanding. Berdasarkan hasil penelitian
disimpulkan bahwa hasil ekstrak kelopak bunga rosella dapat digunakan
sebagai indikator alternatif pada titrasi basa kuat dengan asam kuat dan
basa lemah dengan asam kuat yang ditandai oleh perubahan warna yang
jelas pada akhir titrasi. Sedangkan pada titrasi asam lemah dengan basa
kuat tidak dapat diguakan karena terjadi perubahan warna sebelum tiitk
ekivalen.
Indikator pH sangat penting keberadaannya terutama dalam bidang kimia
yang digunakan untuk analisis volumetri. Salah satu metode dalam analisis
tesebut adalah titrasi asam basa atau titrasi netralisasi. Pada titrasi ini
melibatkan penambahan indikator yang berfungsi membantu menentukan
titik ekivalen yang ditandai dengan mengamati terjadinya perubahan
warna pada akhir titrasi. Indikator yang dgunakan dalam titrasi penetralan
dinamakan indikator asam basa. Indikator yaitu bahan kimia yang sangat
khusus yang dapat mengubah warna larutan dengan perubahan pH setelah
penambahkan asam atau basa (Gupta, 2012).
Indikator asam basa cenderung untuk bereaksi dengan kelebihan
asam atau basa pada saat titrasi ISSN 2087-0725 Jurnal Sains Vol.8 No.15
(2018) 2 untuk menghasilkan perubahan warna (Abbas, 2012).Hingga saat
ini indikator yang banyak digunakan dalam titrasi asam basa adalah jenis
indikator sintetis seperti fenolphtalein (PP), metil merah (MM), metil
orange (MO) dan merah fenol (MF). Penggunaan Indikator tersebut selain
harganya reatif mahal juga berdampak dihasilkannya limbah bahan kimia
yang dapat mencemari lingkungan. Solusi mengatasi masalah tersebut
adalah dengan memanfaatkan penggunaan bahan alami sebagai pengganti
indikator sintetis. Indikator alami merupakan zat warna atau pigmen yang
dapat diisolasi dari berbagai tumbuh-tumbuhan, jamur dan alga.Tumbuhan
yang paling banyak menghasilkan warna adalah bagian bunga. Zat warna
pada bunga yang paling dominan digunakan sebagai indikator asam basa
adalah antosianin (Sudarshan, et al., 2010). Antosianin adalah bagian
senyawa fenol yang tergolong flavonoid yang memiliki kemampuan
sebagai antioksidan dan jumlahnya sekitar 90-96 % dari total senyawa
fenol. Pigmen ini berperan terhadap timbulnya warna merah hingga biru
pada beberapa bunga, buah, dan daun. Antosianin bersifat polar sehingga
dapat dilarutkan pada pelarut polar seperti etanol, aceton, dan air (Durst
and Wrolstad, 2005).
Titrasi asam-basa memerlukan indikator untuk menunjukkan
perubahan warna pada setiap interval derajad keasaman (pH). Indikator
sintetis yang digunakan selama ini mempunyai beberapa kelemahan
seperti polusi kimia, ketersediaan dan biaya produksi mahal. Upaya
penelitian sudah dilakukan untuk menggantikan indikator sintetis dengan
indikator dari ekstrak mahkota bunga sepatu. Indikator herbal tersebut
dibuat dengan cara mengekstrak mahkota bunga Hibiscus rosa sinensis L
dengan mengunakan pelarut metanol-asam asetat. Kemudian dievaluasi
dengan indikator pembanding fenolftalein dan metil oranye (produksi E
merck) untuk titrasi asam-basa yaitu asam kuat-basa kuat, basa lemah-
asam kuat dan asam lemah-basa kuat. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa indikator dari mahkota bunga sepatu untuk menunjukkan titik
ekivalen dalam titrasi tersebut memberikan hasil yang setara dengan
indikator pembandingnya. Hasil penelitian menunjukkan, indikator dari
mahkota bunga sepatu dapat sebagai pengganti indikator sintetis (metil
oranye dan fenolftalein) yang selama ini digunakan.

Salahsatu aplikasi stoikiometri larutan adalah titrasi. Titrasi asam


basa adalah suatu prosedur untuk menentukan konsentrasi suatu larutan
asam atau basa berdasarkan reaksi asam-basa.
Kadar larutan asam dapat ditentukan dengan menggunakan larutan basa
yang sudah diketahui kadarnya atau konsentrasinya,dan sebaiknya kadar
suatu larutan basa dapat ditentukan dengan menggunakan larutan asam
yang sudah diketahui kadarnya.
Untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan suatu indikator.
Indikator untuk suatu titrasi dipilih sedemikian sehingga pH pada titik
ekivalen berada dalam rentang pH indikatornya.Titrasi asam basa
dibedakan menjadi tiga yaitu titrasi asam kuat dengan basa kuat, titrasi
asam kuat dengan basa lemah dan titrasi asam lemah dengan basa lemah.
Kesalahan titrasi sering terjadi dikarenakan:
1. Kesalahan dalam membuat larutan baku. Misalnya HCl yang harusnya
dibuat dengan konsentrasi 1 M karena tidak teliti maka malah membuat
larutan dengan konsentrasi 0,98 M
2. Kesalahan dalam mengamati perubahan warna indikator (biasanya
phenolftalein)
3. Kesalahan dalam membaca skala ukur di buret
4. Kesalahan dalam menentukan titik ekivalen dan titik akhir titrasi
5. Kesalahan dalam menghitung M1V1 = M2V2
C. Prosedur Kerja
1. Alat
a. Gelas ukur : untuk mengukur volume larutan secara
tidak teliti
b. Erlenmeyer : untuk menampung zat dan sebagai wadah
saat titrasi
c. Corong : membantu memindahkan zat supaya tidak
berceceran
d. Batang pengaduk : untuk menghomogenkan larutan
e. Pipet gondok 10 mL : untuk transfer cairan secara teliti
f. Labu ukur 100 mL : sebagai wadah membuat larutan standar
primer atau pengenceran
g. Standar dan klem : sebagai peyangga dan mempertahan buret
supaya tidak jatuh
h. Buret : sebagai alat pentitrasi
i. Bola hisap : untuk membantu menaikan cairan ke pipet
j. Botol semprot : sebagai wadah aquades
k. Gelas piala 500 mL : untuk menampung larutan
2. Bahan
a. Larutan NaOH encer :sebagai larutan standar sekunder
b. Kristal asam osalat : sebagai larutan standar primer
c. Indikator pp : sebagai indikator
d. Sampel cuka : sebagai sampel
3. Cara Kerja
A. Pembuatan larutan standar Natrium Hidroksida
1. Ambil 5 mL larutan NaOH 6 M dengan menggunkan gelas
ukur dan masukan ke dalam gelas piala yang berisi 300 mL air
suling. Aduk hingga homogen.
2. Bilas buret dengan menggunkan larutan NaOH yang telah
dibuat. Pasang buret pada standar, tutup kran buret, dan isi
dengan larutan NaOH.
3. Timbang 1 g asam oksalat dan larutkan dalam labu ukur 100
mL dengan menggunakan aquades. Ppet 10 mL larutan asam
oksalat dan masukan ke dalam erlenmeyer tambahkan 2-3 tetes
indikator pp.
4. Catat skala awal buret dan titrasi asam oksalat dengan
menggunkan lerutan NaOH sampai titik akhir titrasi (warna
merah muda). Catat kembali skala pada buret.
5. Ulangi percobaan ini sebanyak 3 kali.
6. Hitung kemolara larutan standar NaOH untuk masing-masing
pengulangan dan hitung rata-ratanya.
B. Penentuan konsentrasi asam asetat dalam asam cuka
1. Pipet 5 mL sampel cuka ke dalam erlenmeyer. Tambahkan 100
mL air dan 2-3 tetes indikator pp.
2. Isi buret kembali dan catat skala awal. Tittasi sampel cuka
sampai warna merah muda. Catat kembali skala buret.
3. Ulangi percobaan 1-2 sampai 3 kali.
4. Hitung kemolaran asam asetat dalam cuka.
5. Ubahlah konsentrasi molar ke konsentrasi % dengan
menganggap density sampel cuka 1,01 g/mL.
4. Skema kerja
A. Pembuatan larutan standar natrium hidroksida

5 mL NaOH
6M

Bilas buret dan


rangkai

300 mL air
suling

Timbang 1 gram
asam oksalat

100 mL asam oksalat,


paskan pada labu ukur
+ 2-3 tetes PP

Pipet 10 mL
Titrasi, catat skala awal buret
dan titrasi hingga sampai titik
akhir titrasi

Ulangi hingga 3 kali

Hitung kemolaran larutan

B. Penentuan konsentrasi asam asetat dalam asam cuka

+ 100 mL air
+ 2-3 tetes PP

Titrasi sampai
Pipet 5 mL sampel cuka warna merah muda

Ubah M ke % Hitung kemolaran


Rho cuka=1,01 asam asetat Lakukan triplo
g/mL dalam cuka
D. Pertanyaan Jawaban
1. Jelaskan istilah dari :
 Titik akhir titrasi : Adalah titik dimana titrasi harus dihentikan
pada saat terjadi perubahan indikator
 Indikator : adalah alat atau bahan yang digunakan untuk men
cek pH suatu larutan berdasarkan perbedaan perubahan warna.
 Kemolaran : Adalah banyaknya mol zat terlarut dalam tiap liter
larutan.
 Konsentrasi : Adalah ukuran yang menggambarkan banyaknya
zat dalam suatu campuran dibagi dengan volume total
campuran tersebut
 Standardisasi : merupakan suatu proses yang digunakan untuk
menentukan secara teliti konsentrasi suatu larutan
 Titrasi : adalah suatu motode kimia untuk dapat menetukan
konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan sejumlah
volume larutan itu terhadap sejumlah volume larutan lain yang
konsentrasinya itu sudah diketahui.
2. Bagaimana mengetahui bahwa titik akhir hampir dicapai ?
Jawab : ketika warna dari larutan sudah mulai agak berubah,
contohnya warna merah muda
3. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil titrasi.
Jawab : 1. Konsentrasi analit dan titran
2. kekuatan asam lemah atau basa lemah
3. pemilihan indikator
DAFTAR PUSTAKA
Siti Nuryanti, Sabirin Matsjeh, Chairil Anwar, Tri Joko
Raharjo,Dkk.2010. Indicator of Acid-Base Titration from the Extract
of Hibiscus rosa sinensis L Flower. Jurusan Kimia. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universias Gadjah Mada

Ratnasari ,Sinta,Dkk.2016. STUDI POTENSI EKSTRAK DAUN ADAM


HAWA (Rhoeo discolor) SEBAGAI INDIKATOR TITRASI ASAM-BASA.
Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi:Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati.

Marzuki ,Hasan.2017. KONSEP TITRASI ASAM BASA.kimia:


Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang.

Agustian Yazid ,Edy.2016. POTENSI ANTOSIANIN DARI EKSTRAK


BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) SEBAGAI ALTERNATIF
INDIKATOR TITRASI ASAM BASA. Akademi Analis Kesehatan Delima
Husada Gresik.

Khairunnisa.2017. KAJIAN EKSTRAK ETANOL MAHKOTA BUNGA


KETEPENG CINA (Cassia alata L) SEBAGAI BIOINDIKATOR ASAM
BASA. Jurusan Kimia, Fakultas MIPA: Universitas Tadulako Palu .

Anda mungkin juga menyukai