PEMICU III
1.4 Manfaat
Penulis dapat membahas, mengklarifikasi, dan menganalisa proses pengkorosian
pipa ferrule yang terjadi pada PT.Kaltim Methanol Industri serta dapat menjelaskan
proses produksi metanol yang terjadi pada PT. Methanol Industri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PT. Kaltim Methanol Industri penghasil methanol dengan grade AA (Purity Min
99,85%) menggunakan gas alam dari Badak Gas Field Center sebagai bahan baku
yang di pasok oleh perusahaan production sharing Pertamina yaitu Total Fina Elf
Indonesie, Vico Indonesia dan Chevron.
Pabrik mulai dioperasikan secara komersial dan tercapai kapasitas terpasang 660.000
MTPY pada tanggal 29 Juli 2000. Melihat lokasi pelabuhan yang strategis yaitu 00-
10-34 Lintang Utara dan 117-20-36 Bujur Timur memungkinkan PT. Kaltim
Methanol Industri dapat mencapai pelanggan (customer) dengan mudah, khususnya
untuk kawasan Asia.
Untuk melancarkan kegiatan pemuatan methanol ke kapal tersedia fasilitas
pelabuhan khusus milik sendiri dengan nomor ijin Keputusan Menteri Perhubungan
No. SK-52/AL.003/PHB/1998, ISPS Code No. 02-0014-DV Tahun 2004, dengan
kapasitas jetty 30.000 DWT, panjang dermaga 206 meter, kolam dermaga 11,50
meter LWS dan 2 buah loading arm dengan kapasitas masing-masing 1.300 MT/jam.
Teknologi yang digunakan adalah teknologi proses synthesa methanol tekenan
rendah lisensi dari Lurgi Jerman dan pengoperasiannya di dukung oleh 200 orang
tenaga kerja trampil di bidangnya.
Produksi dari PT. Kaltim Methanol Industri telah dipasarkan berbagai wilayah
Indonesia maupun luar negeri. Untuk pemasaran luar negeri dilakukan oleh Sojitz
Corporation sebesar 70% (480.000 MT) dan sisanya 30% (180.000 MT) untuk
wilayah Indonesia oleh PT. Humpuss.
Pembeli methanol adalah industri formaldehyde, acetic acid, MTBE dan industri
lain yang menggunakan methanol sebagai bahan baku. Untuk wilayah Indonesia,
80% pembeli methanol adalah industri. formaldehyde yang
menghasilkan adhesives untuk playwood dan industri wood processing lainnya
(KMI, 2014).
Pabrik Methanol PT Kaltim Methanol Industri (PT KMI) beroperasi secara terus
menerus, memproduksi methanol dengan kapasitas 2000 ton per hari. Pabrik
Methanol ini secara keseluruhan terdiri dari dua unit produksi, yaitu unit produksi
utilitas dan unit produksi methanol.
Unit utilitas memproduksi kebutuhan utilitas pabrik, mulai dari air, baik air untuk
umpan maupun untuk pendingin, udara untuk keperluan instrumentasi dan keperluan
pabrik lainnya, tenaga listrik, steam, nitrogen dan oksigen yang digunakan sebagai
bahan umpan di unit produksi methanol. Sistem dan peralatan utama dalam unit
produksi utilitas meliputi unit pompa air laut, unit desalinasi, unit pengolahan air,
pembangkit steam, sistem kompresi udara, pembangkit tenaga listrik dan unit
pemisahan udara menjadi oksigen dan nitrogen.
Unit produksi methanol menghasilkan produk utama yang berupa methanol dari
bahan baku utama natural gas melalui sejumlah peralatan produksi. Sistem dan
peralatan utama dalam unit produksi methanol meliputi Natural Gas Compression,
Desulfurizer, Prereformer, Steam Reforming System, Autothermal Reformer,
Reformer Gas Waste Heat System, Synthesis Gas Compression, Methanol Synthesis
Reactor dan Methanol Distillation.
2.2.1.2 Oksigen
Oksigen atau zat asam adalah salah satu bahan farmakologi, merupakan gas
yang tidak berwarna, tidak berbau digunakan untuk proses pembakaran dan oksidasi.
Oksigen merupakan unsur golongan kalkogen dan dapat dengan mudah bereaksi
dengan hampir semua unsur lainnya (utamanya menjadi oksida). Pada Temperatur
dan tekanan standar, dua atom unsur ini berikatan menjadi dioksigen, yaitu senyawa
gas diatomic (Agustinaar, 2013).
2.2.1.3 Metanol
Metanol atau methyl alkohol adalah produk industri hulu petrokimia dan
biasa digunakan oleh berbagai industri seperti industri plywood, tekstil, plastik, resin
sintetis, farmasi, insektisida dan lainnya. Metanol juga dipakai sebagai pelarut, bahan
pendingin, dan bahan baku perekat. Pada industri migas, metanol digunakan sebagai
antifreeze dan gas hydrate inhibitor pada sumur gas alam dan pada pipa gas. Methyl
tertiary butyl eter (MTBE) adalah komponen pencampur untuk mendapatkan oktan
tinggi pada BBM. Bahan ini dibuat dari reaksi antara isobuty-lene dengan metanol.
Salah satu turunan methanol yang kinidikembangkan untuk energi alternatif
pengganti LPG (Liquified Petroleum Gas) adalah Dimethyl Ether (DME). Bahan
bakar ini diperoleh dari metanol yang berasal dari berbagai sumber seperti gas alam
atau batubara. Di Indonesia kini sedang dikembangkan metanol yang diperoleh dari
proses gasifikasi batubara muda (rendah kalori) untuk pembuatan DME. Di
Indonesia pemakaian terbanyak metanol adalah pada industri formaldehyde dan
produk turunannya seperti urea formaldehyde, phenol formaldehyde, dan melamine
formaldehyde.
2.2.2.3 Kompressor
Fungsi Menaikkan tekanan gas alam reaktor dari tekanan 28 bar menjadi 44
bar
Jenis : sentrifugal
P kompressor : 0,84 MW, P Motor stage : 0,88 MW
2.2.2.5 Reaktor
Tetapi pada PT. Metanol Kaltim dalam proses reforming ini gas metana direaksikan
dengan gas oksigen untuk menghasilkan gas H2 dan CO. Reaksi dapat digambarkan
sebagai berikut :
Gas hasil reforming kemudian didinginkan dengan serangkaian alat penukar panas.
Panas yang dimiliki oleh gas hasil digunakan untuk membuat uap panas yaitu pada
pemanas awal gas alam, pemanas air umpan masuk boiler dan alat re-boiler di
kolom distilasi. Gas hasil tersebut kembali dikompresi hingga 80-90 bar tergantung
pada optimasi proses yang ingin dicapai. Setelah dikompresi gas hasil reforming
kemudian dikirim ke dalam reaktor pembentukan metanol. Gas dihidrogenasi dengan
gas H2 membentuk metanol dalam reaktor. Dalam reaktor sintesis akan mengalami
proses isotermal yang mengubah gas hasil menjadi crude methanol. Reaksi yang
terjadi dapat diberikan sebagai berikut :
CO + 2H2 CH3OH
Crude methanol hasil kemudian dikirim ke dalam unit kolom distilasi untuk
menghasilkan kemurnian metanol yang dihasilkan. Flowchart pembuatan metanol
dengan tekanan rendah lurgi dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 2.3 Flowsheet Proses Lurgi
Sintesis metanol pertama kali pada suhu rendah di operasikan pada suhu 250-
300 oC dan pada tekanan 50-100 atm. Katalis baru Cu/Zn oksida yang digunakan
mudah untuk meracuni, deaktivasi menjadikan pengontrolan reaktor methanol sangat
penting. Metanol adalah produk yang diinginkan, yang lebih reaktif dari metana,
beberapa penemuan telah berhasil mensintesis langsung metanol dari metana
menggunakan pemilihan katalis yang tepat. Menurut Chang, Miranda dan Bennett
(1988) oksidasi parsial metana pada suhu rendah menggunakan katalis molibdenum
oksida (MoO3) (Khirsariya, 2012).
Tabel 2.2 Katalis yang digunakan pada oksidasi metana
Penyebab korosi suhu tinggi akibat adanya lapisan oksida yang dapat menahan
serangan dari peristiwa korosi yang lain, bila jumlah oksigen di lingkungannya
cukup (jumlah oksigen dalam lingkungan disebut oksigen potensial). Tetapi harus
terkontrol dan oksidasinya terbentuk dari senyawa dengan unsur-unsur yang
menguntungkan. Karburasi dan metal dusting terjadi dalam lingkungan yang
mengandung CO, CH4 dan gas hidrokarbon lainnya. Penguraian C ke permukaan
logam mengakibatkan penggetasan dan degradasi sifat mekanik lainnya. Karena ada
reaksi penambahan atau peningkatan oksigen oleh suatu unsur atau senyawa.
Oksigen masuk ke dalam pipa akibat ada kebocoran dari shell tube boiler dan gas
alam. Hasil reaksi oksidasi corundum, natrium dan silicon oxide yang terbawa pada
permukaan logam akibat proses gas alam adalah :
AlCrO3 + Na + SiO (g) > NaAlSiO4 + -Cr
Sedangkan reaksi pembentukan kerak pada pipa ferrule adalah :
2 Ni(s) + O2(g) > 2 NiO(s)
4 Na(s) + O2(g) > 2 Na2O(s) (Wijayanto, 2011)
BAB III
PENGOLAHAN LIMBAH DAN K3L
3.2 K3L
Pelaksanaan K3L adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan lingkungan
kerja yang aman, sehat dan sejahtera, bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja, serta bebas dari pencemaran lingkungan menuju peningkatan
produktivitas sebagaimana diamanatkan dalam Undang- undang No. 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja.
Seperti kita ketahui bersama kecelakaan kerja bukan hanya menimbulkan korban
jiwa maupun kerugian material bagi pekerja dan pengusaha, tetapi dapat juga
menggangu proses produksi secara menyeluruh dan merusak lingkungan yang
akhirnya berdampak kepada masyarakat luas.
PT. Kaltim Methanol Industri dalam menjalankan seluruh kegiatan pabrik telah
menetapkan suatu prosedur terdokumentasi untuk menjelaskan perihal mekanisme
identifikasi terhadap bahaya dan aspek lingkungan, penilaian dan pengendalian
resiko dan dampak lingkungan yang dapat ditimbulkan maupun yang berpotensi dari
proses-proses yang terdapat dalam pembuatan methanol dari gas alam.
Kegiatan rutin dan non rutin, kegiatan seluruh personil yang memiliki hubungan
kerja dengan PT. KMI termasuk subkontraktor dan tamu diberikan informasi serta
diwajibkan untuk selalu mentaati peraturan yang berlaku, baik peraturan perusahaan
PT. KMI maupun semua peraturan perundangan yang berlaku dan persyaratan
lainnya yang menjadi acuan dan atau estndar nasional maupun internasional terkait
dengan mutu, keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan.
Fire Fighting & Rescue Team
PT. Kaltim Methanol Industri merupakan asset yang dalam operasionalnya perlu
dijaga dan dilindungi dari kemungkinan terjadi kebakaran, peledakan, kecelakaan
kerja dan pencemaran lingkungan dan kejadian-kejadian yang dapat merugikan.
Untuk menanggulangi hal tersebut PT. KMI telah membentuk tim khusus yaitu Fire
Fighting & Rescue Team.
Emergency Drill
Dalam hal penanggulangan keadaan darurat PT. KMI melalui unit kerja HSE
berketetapan melakukan pelatihan-pelatihan penanggulangan keadaan darurat
(emergency drill) minimal 6 (Enam) kali dalam 1 (satu) tahun.
BAB IV
KESIMPULAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
1. PT.Kaltim Methanol merupakan pabrik yang bergerak dalam produksi
metanol.
2. Proses Produksinya menggunakan sistem lurgi lisensi jerman, meliputi :
proses reforming, sintesa, dan destilasi.
3. Satuan proses yang digunakan adalah hidrogenasi yang berupa reaksi dengan
gas hidrogen.
4. Korosi yang terjadi pada pipa ferule disebabkan oleh suhu yang tinggi, serta
mineral Na yang menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi pada pipa tersebut.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah pembuatan metanol menggunakan
proses ICI sebagai pembandingan untuk melihat kemurnian metanol yang
diperoleh, kebutuhan metanol di indonesia yang meningkat, serta digunakan
batubara sebagai alternatif lain dalam memproduksi metanol.
DAFTAR PUSTAKA