Anda di halaman 1dari 2

Nama : Sutomo (Bung Tomo)

Lahir : 3 Oktober 1920 di Surabaya


Wafat : 7 Oktober 1981 di Padang Arafah. Dimakamkan di
Tempat Pemakaman Umum Ngagel di Surabaya.
Ayah : Kartawan Tjiptowidjojo

Pada usia 17 tahun, ia menjadi terkenal ketika berhasil menjadi


orang kedua di Hindia Belanda yang mencapai peringkat Pandu
Garuda.

Bung Tomo memiliki minat pada dunia jurnalisme. Berikut adalah perjalanan karir Bung Tomo di dunia
jurnalisme:
 Menjabat sebagai wartawan lepas pada Harian Soeara Oemoem di Surabaya pada tahun 1937.
Sebagai Redaktur Mingguan Pembela Rakyat di Surabaya pada tahun 1939.
 Bekerja di kantor berita tentara pendudukan Jepang, Domei, bagian Bahasa Indonesia untuk seluruh Jawa
Timur di Surabaya pada tahun 1942-1945.
 Menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Kantor Berita Antara, 1945.

Sejarah perjuangan Bung Tomo dalam Pertempuran 10 November tercatat dalam laman Perpustakaan
Sekretariat Negara. Pada bulan Oktober dan November 1945, Bung Tomo menjadi salah satu Pemimpin
yang sangat penting. Hal ini karena Bung Tomo berhasil menggerakkan dan membangkitkan semangat
rakyat Surabaya, yang pada waktu itu Surabaya diserang habis-habisan oleh pasukan Inggris yang mendarat
untuk melucuti senjata tentara pendudukan Jepang dan membebaskan tawanan Eropa. Pertempuran di
Surabaya, 10 November 1945, Bung Tomo tampil sebagai orator ulung di depan corong radio, membakar
semangat rakyat untuk berjuang melawan tentara Inggris dan NICA-Belanda. Bung Tomo melalui kalimat-
kalimat patriotisnya berhasil membakar semangat rakyat untuk melawan sekutu demi mempertahankan
kemerdekaan Indonesia.
Nama Lengkap : Raden Mas Soewardi Soerjaningrat
Nama Panggilan : Ki Hadjar Dewantara
Lahir : Yogyakarta, 2 Mei 1889
Wafat : Yogyakarta, 26 April 1959
Agama : Islam
Orang Tua : Pangeran Soerjaningrat (Ayah), Raden Ayu
Sandiah (ibu)

Ki Hajar Dewantara dalam biografinya lahir di Kota Yogyakarta, pada tanggal 2 Mei 1889. Hari kelahiran
tokoh pendidikan Indonesia ini kemudian diperingati setiap tahun oleh Bangsa Indonesia sebagai Hari
Pendidikan Nasional. Beliau sendiri terlahir dari keluarga Bangsawan.

Tahun 1908, organisasi Budi Utomo didirikan oleh Dr. Soetomo. Budi Utomo berdiri sebagai organisasi
sosial dan politik kemudian mendorong Ki Hadjar Dewantara untuk bergabung didalamnya. Di Budi Utomo
ia berperan sebagai propaganda dalam menyadarkan masyarakat pribumi tentang pentingnya semangat
kebersamaan dan persatuan sebagai bangsa Indonesia. Munculnya Douwes Dekker yang kemudian
mengajak Ki Hadjar Dewantara untuk mendirikan organisasi yang bernama Indische Partij yang terkenal.

Pada tahun 1913, Ki Hadjar Dewantara kemudian mempersunting seorang wanita keturunan bangsawan
yang bernama Raden Ajeng Sutartinah yang merupakan putri paku alaman, Yogyakarta. Mengenai Biografi
Ki Hajar Dewantara, Dari pernikahannya dengan R.A Sutartinah, beliau kemudian dikaruniai dua orang
anak bernama Ni Sutapi Asti dan Ki Subroto Haryomataram. Selama di pengasingannya, istrinya selalu
mendampingi dan membantu segala kegiatan suaminya terutama dalam hal pendidikan.

Kemudian pada tahun 1919, ia kembali ke Indonesia dan langsung bergabung sebagai guru di sekolah yang
didirikan oleh saudaranya. Pengalaman mengajar yang ia terima di sekolah tersebut kemudian digunakannya
untuk membuat sebuah konsep pendidikan baru. Adapun konsep ini berupa metode pengajaran baru pada
sekolah yang ia dirikan sendiri pada tanggal 3 Juli 1922. Sekolah tersebut bernama Nationaal Onderwijs
Instituut Tamansiswa yang kemudian kita kenal sebagai Taman Siswa.
Di usianya yang menanjak umur 40 tahun, tokoh yang dikenal dengan nama asli Raden Mas Soewardi
Soerjaningrat resmi mengubah namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara, hal ini ia maksudkan agar ia dapat
dekat dengan rakyat pribumi ketika itu.

Anda mungkin juga menyukai