PENDAHULUAN
I-1
Bioetanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber
karbohidrat (pati) menggunakan bantuan mikroorganisme. Bahan-bahan yang
mengandung karbohidrat yang tinggi, dapat diolah menjadi bioetanol. Misalnya
singkong, ubi jalar, pisang, kulit pisang, dan lain-lain (Retno dan Nuri, 2011). Kulit
singkong merupakan limbah dari singkong yang memiliki kandungan karbohidrat
tinggi sehingga kulit singkong dapat dijadikan salah satu alternatif bahan baku
pembuatan bioetanol. Persentase jumlah limbah kulit bagian luar sebesar 0,5 – 2 %
dari berat total singkong segar dan limbah kulit bagian dalam sebesar 8 – 15 %
(Sukmawati dan Milati, 2009). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, diketahui
produksi umbi singkong pada tahun 2014 sebanyak 23,4 juta ton, artinya potensi
kulit singkong di Indonesia mencapai angka 3,7 juta ton/tahun. Jumlah produksi
umbi singkong di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.2 di bawah ini.
Ketersediaan bahan baku yang berupa kulit singkong ini dapat diambil dari
perkebunan yang berada di Lampung. Dari data yang diperoleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS), produksi umbi singkong pada provinsi Lampung mencapai angka
8.034.016 ton/tahun dan merupakan penghasil umbi singkong terbanyak di
Indonesia. Untuk lokasi pabrik bioetanol ini kami menentukan lokasi di daerah
Lampung Tengah yang merupakan lahan singkong terbesar di Lampung dengan luas
mencapai 113.464 ha dengan produksi kulit singkong tiap tahunnya yaitu 306000
ton. Kami memilih lokasi tersebut untuk memudahkan pengumpulan kulit singkong
yang akan menjadi bahan baku pabrik pembuatan bioetanol.
Pembuatan bioetanol dari limbah kulit singkong melalui dua tahap yaitu proses
hidrolisa asam yang kemudian dilanjutkan dengan proses fermentasi. Proses hidrolisa
asam dilakukan untuk mengubah selulosa dari kulit singkong menjadi glukosa.
Hidrolisa asam akan memutuskan ikatan polisakarida dan sekaligus memasukkan
elemen H2O. Fermentasi alkohol merupakan proses pembuatan alkohol dengan
I-2
memanfaatkan aktivitas yeast (Saccharomyces cerevisiae). Proses fermentasi etanol
ini dilakukan secara anaerob, yaitu mengubah glukosa menjadi alkohol tanpa adanya
oksigen tetapi dalam pembuatan starter dibutuhkan suasana aerob dimana oksigen
diperlukan untuk pembiakan sel (Hikmiyatie dan Yanie, 2008).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Jawa Timur, produksi bioetanol
dan kebutuhan ekspor bioetanol di Indonesia disajikan dalam Tabel 1.3 berikut ini.
Dari tabel data ekspor bioetanol di atas, dapat dilihat bahwa produksi bioetanol
di Indonesia dari tahun 2003 hingga 2007 terus mengalami kenaikan. Berdasarkan
hal tersebut, kapasitas produksi untuk pabrik bioetanol ini ditetapkan 51.000
ton/tahun yang diharapkan akan mengurangi beban produksi bioetanol di Indonesia.
Dengan demikian, dengan adanya rancangan pendirian pabrik bioetanol ini
diharapkan mampu terus meningkatkan komoditi ekspor di Indonesia dalam rangka
meningkatkan devisa negara, serta mampu meningkatkan pemanfaatan bahan baku
yang digunakan.
I-3
1.3 Tujuan Pra Rancangan Pabrik
Ada beberapa tujuan Pra Rancangan Pabrik pembuatan bioetanol dari bahan
baku limbah kulit singkong, yaitu :
1. Untuk menerapkan berbagai displin ilmu teknik kimia khususnya dibidang
perancangan dan operasi teknik kimia.
2. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan limbah kulit singkong diindonesia dan
menentukkan kelayakan pendirian pabrik pembuatan bioetanol dari segi ekonomi.
I-4