Anda di halaman 1dari 63

GREENSHIP RATING TOOLS untuk NEW BUILDING (NB) v 2.

0
DRAFT TAG JULI 2018
Green Building Council Indonesia
RINGKASAN KRITERIA
Poin Maks Persentase
Kode Bonus Sub
NB 1.2 NB 2.0 NB 1.2 NB 2.0
Appropriate Site Development 17 21 17% 17%

Energy Efficiency and Conservation 26 31 5 26% 26%

Water Conservation 21 23 21% 19%

Material Resource and Cycle 14 13 14% 11%

Indoor Health and Comfort 10 14 10% 12%

Building Environment Management 13 19 13% 16%


Total Nilai Keseluruhan Maksimum 101 121 100% 100%

POINTS
LEVEL
MINIMUM PERCENTAGE (%)
PLATINUM 86 73
GOLD 67 57
SILVER 54 46
BRONZE 41 35
ELIGIBILITY
E1
TOLOK UKUR
Minimum luas gedung adalah 2500 m2
Pada bangunan dengan luasan <2500 m2 dapat dilakukan dengan memenuhi persyaratan berikut:
- Minimal fasilitas untuk kegiatan manusia yang harus disediakan antara lain, tidak terbatas pada: ruang aktif, kama
mandi/toilet, dan lahan terbuka hijau,
serta fasilitas lain sesuai peraturan/perundang-undangan yang berlaku.
- Terdapat pengguna tetap dalam seluruh bangunan yang bekerja dan beraktifitas di dalam bangunan penuh waktu
satu tahun.
- Minimum luasan bangunan ≥ 200 m2
E2
TOLOK UKUR
Pihak manajemen bersedia menandatangani surat yang berisi persetujuan untuk memperbolehkan seluruh data pi
manajemen yang berhubungan dengan sertifikasi GREENSHIP dipergunakan untuk dipelajari dalam studi kasus yan
diselenggarakan oleh GBC Indonesia.
E3
TOLOK UKUR
Gedung memiliki fungsi yang sesuai dengan peruntukan lahan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
E4
TOLOK UKUR
Gedung memiliki sistem perlindungan dan pengelolaan lingkungan dalam bentuk AMDAL dan/atau UKL/UPL.
E5
TOLOK UKUR
Memiliki surat pernyataan bahwa gedung memiliki ketahanan terhadap kebakaran sesuai dengan ketentuan yang b
E6
TOLOK UKUR
Memiliki surat pernyataan bahwa gedung memiliki ketahanan gempa sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
E7

TOLOK UKUR
Memiliki surat pernyataan bahwa gedung memiliki aksesibilitas bagi penyandang cacat sesuai dengan ketentuan ya
ELIGIBILITY
Luas Minimum Gedung (Minimum Building Area)
TOLOK UKUR
Minimum luas gedung adalah 2500 m2
Pada bangunan dengan luasan <2500 m2 dapat dilakukan dengan memenuhi persyaratan berikut:
- Minimal fasilitas untuk kegiatan manusia yang harus disediakan antara lain, tidak terbatas pada: ruang aktif, kamar
mandi/toilet, dan lahan terbuka hijau,
serta fasilitas lain sesuai peraturan/perundang-undangan yang berlaku.
- Terdapat pengguna tetap dalam seluruh bangunan yang bekerja dan beraktifitas di dalam bangunan penuh waktu selama
satu tahun.
- Minimum luasan bangunan ≥ 200 m2
Transparansi Data Proyek (Project Data Transparency)
TOLOK UKUR
Pihak manajemen bersedia menandatangani surat yang berisi persetujuan untuk memperbolehkan seluruh data pihak
manajemen yang berhubungan dengan sertifikasi GREENSHIP dipergunakan untuk dipelajari dalam studi kasus yang
diselenggarakan oleh GBC Indonesia.
Kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang (Compliance with Detailed Spatial Plan)
TOLOK UKUR
Gedung memiliki fungsi yang sesuai dengan peruntukan lahan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota Setempat
Kepemilikan Rencana Sistem Manajemen Lingkungan (Having Environmental Management System Plan)
TOLOK UKUR
Gedung memiliki sistem perlindungan dan pengelolaan lingkungan dalam bentuk AMDAL dan/atau UKL/UPL.
Kesesuaian dengan Standar Proteksi Kebakaran (Compliance with Fire Protection Standards)
TOLOK UKUR
Memiliki surat pernyataan bahwa gedung memiliki ketahanan terhadap kebakaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Kesesuaian dengan Standar Ketahanan Gempa (Compliance with Earthquake Resistance Standards)
TOLOK UKUR
Memiliki surat pernyataan bahwa gedung memiliki ketahanan gempa sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kesesuaian dengan Standar Aksesibilitas Difabel (Compliance with Accesibility Standards for Different Ability People)
TOLOK UKUR
Memiliki surat pernyataan bahwa gedung memiliki aksesibilitas bagi penyandang cacat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pendapat Penjelasan / Alasan
APPROPRIATE SITE DEVELOPMENT
NB 2.0
KODE TUJUAN No NILAI NILAI PENDAPAT
TOLOK UKUR 2.0 TOTAL

ASD P1 Ketahanan Tata Guna Lahan (Site Development Resilience) Hasil TAG SIDANG PLENO P

Adanya upaya mitigasi bencana dalam pemilihan tapak bangunan, yang dibuktikan
dengan data/hasil kajian/laporan analisis pemetaan potensi beberapa faktor
bencana, ancaman bahaya lingkungan sekitar dan penilaian manajemen resiko
yang sesuai di setiap peruntukan lahan (Hazard Mapping and Risk Assessment),
Mempersiapkan tata guna lahan pembangunan untuk lebih
yang mencakup antara lain seperti :
responsif, mitigatif dan memiliki Ketahanan terhadap berbagai
bencana alam. Serta aplikatif dalam penerapan manajemen
1. Ancaman bencana yang diakibatkan intervensi manusia (Man-Made Disaster)
resiko bencana alam, sebagai salah satu komponen analisis di seperti halnya ; sejarah dan potensi bahaya banjir musiman/tahunan, ancaman
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Sekaligus
melakukan perubahan paradigma dari sikap respon terhadap 1 bahaya kebakaran dari lingkungan sekitar tapak, tanah longsor, pendangkalan P
aliran sungai, waduk dan danau, perlambatan aliran permukaan akibat reklamasi
bencana - menjadi sadar akan bencana sehingga memiliki pantai, pembakaran hutan, kerusakan lereng akibat pembangunan dan
budaya untuk pencegahan dini dan kesiap-siagaan guna
pembukaan lahan, dan lain sebagainya.
penentuan langkah efektif perlindungan lingkungan dan
kesejahteraan manusia dalam proses pembangunan. 2. Ancaman bencana yang diakibatkan kondisi alam (Natural Disaster) seperti
halnya : zonasi daerah bahaya kegempaan, bencana daerah pesisir (tsunami, erosi
dan perubahan garis pantai), perubahan kondisi geologis tanah dan sedimentasi,
penurunan air tanah, dan lain sebagainya.

ASD P2 Area Dasar Hijau (Basic Green Area) P


Adanya area lansekap berupa vegetasi (softscape) yang yang bebas dari struktur
bangunan dan struktur sederhana bangunan taman (hardscape) di atas
permukaan tanah atau di bawah tanah sehingga mampu meresapkan air tanah.

1. Untuk konstruksi baru, luas areanya adalah minimal 10% dari luas total lahan.

Memelihara atau memperluas kehijauan kota untuk 2. Untuk major renovation, luas area hijau nya disesuaikan dengan
meningkatkan kualitas iklim mikro, mengurangi CO2 dan zat Peraturan Daerah Setempat dan Izin Mendirikan Bangunan yang masih berlaku.
polutan, mencegah erosi tanah, mengurangi beban sistem 1 P
drainase, menjaga keseimbangan neraca air bersih dan sistem 3. Untuk daerah Pusat Kota yang sudah padat seperti contohnya : Bangunan Deret
air tanah. dan Bangunan Konservasi yang melakukan major renovation, dengan GSB (Garis
Sepadan Bangunan) = 0, akan memiliki penilaian berbeda yang ditentukan oleh
Green Building Council Indonesia
APPROPRIATE SITE DEVELOPMENT
NB 2.0
KODE TUJUAN No NILAI NILAI PENDAPAT
TOLOK UKUR 2.0 TOTAL

ASD P3 Keanekaragaman Hayati (Biodiveristy) P

Area ini memiliki vegetasi mengikuti Permendagri No 1 tahun 2007 Pasal 13 (2a)
Meningkatkan keanekaragaman hayati untuk menjaga dengan komposisi 50% lahan hijau yang tertutupi luasan pohon ukuran kecil,
ukuran sedang, ukuran besar, perdu setengah pohon, perdu, semak dalam ukuran
kestabilan ekosistem dan habitat di Ruang Terbuka Hijau 1 dewasa dengan jenis tanaman sesuai dengan Permen PU No. 5/PRT/M/2008, P
(RTH)
mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pasal 2.3.1 tentang Kriteria Vegetasi untuk
Pekarangan.

ASD P4 Analisis Limpasan Air Hujan (Stormwater Analysis) P

Menghimbau para perencana dan pelaksana industri


bangunan sejak awal untuk mulai bertanggung jawab dalam Membuat analisis perhitungan pengelolaan air limpasan guna perencanaan
1 P
mengelola air limpasan yang jatuh pada lahan dan lingkungan strategi pengurangan debit limpasan air hujan
sekitar bangunan

ASD 1 Pemilihan Tapak (Site Selection) 3

Memilih daerah pembangunan yang dilengkapi minimal 8 (Delapan) dari 13 (Tiga


Belas) prasarana sarana kota.
1. Jaringan Jalan.
2. Jaringan Penerangan dan Listrik.
3. Jaringan Drainase.
4. STP Kawasan.
5. Sistem Pembuangan Sampah.
1 6. Sistem Pemadam Kebakaran. 1
7. Jaringan Fiber Optik.
8. Danau Buatan (Minimal 1% luas area).
9. Jalur Pejalan Kaki Kawasan.
10. Jalur Pemipaan Gas.
11. Jaringan Telepon.
12. Jaringan Air bersih.
13. Jaringan Transportasi Umum

Menghindari pembangunan di area greenfields dan


menghindari pembukaan lahan baru. 2 Memilih daerah pembangunan dengan ketentuan KLB >3 1
APPROPRIATE SITE DEVELOPMENT
NB 2.0
KODE Menghindari pembangunanTUJUAN
di area greenfields dan No NILAI NILAI PENDAPAT
menghindari pembukaan lahan baru. TOLOK UKUR 2.0 TOTAL

Melakukan revitalisasi dan pembangunan di atas lahan yang bernilai negatif dan
tak terpakai karena bekas pembangunan atau dampak negatif pembangunan,
didahului dengan memberikan:
Rencana Konsolidasi Lahan yang menginformasikan secara jelas antara lain :
3 1. Rencana pemetaan status lahan, 2
2. Rencana pemetaan fisik, dan
3. Rencana pemetaan sosial dari Pemerintah Daerah, Kementerian Agraria dan
Tata Ruang - Badan Pertanahan Nasional serta Pimpinan dari Komunitas Daerah
yang direvitalisasi (Peer Leader)

4 Melakukan pembangunan atau memilih lokasi proyek di area atau lahan dalam 2
kawasan yang telah bersertifikasi GREENSHIP Neighboorhood (NH).

ASD 2 Aksesibilitas Komunitas (Community Accesibility) 3


APPROPRIATE SITE DEVELOPMENT
NB 2.0
KODE TUJUAN No NILAI NILAI PENDAPAT
TOLOK UKUR 2.0 TOTAL

Terdapat minimal 7 (Tujuh) jenis fasilitas umum dalam jarak pencapaian jalan
utama sejauh 700 meter dari tapak, antara lain:

1. Bank
2. Taman Umum
3. Fasilitas Pendidikan
4. Parkir Umum Bersama (di luar lahan).
5. Gedung Serba Guna.
6. Pos Keamanan/Polisi.
7. Tempat Ibadah.
8. Lapangan Olah Raga Publik
1 1
9. Tempat Penitipan Anak.
10. Apotek
11.Rumah Makan/Kantin.
12.Fasilitas Kesehatan (Rumah Sakit /Puskesmas)
13.Kantor Pos/ Jasa logistik
14.Kantor Pemadam Kebakaran.
15.Terminal/Stasiun Transportasi Umum Massal
16.Perpustakaan.
17.Kantor Pemerintah.
18.Pasar.
19.Balai masyarakat/community space.

Mendorong pembangunan di tempat yang telah memiliki


jaringan konektivitas dan meningkatkan pencapaian Membuka akses pejalan kaki selain ke jalan utama di luar tapak yang
penggunaan gedung sehingga mempermudah masyarakat 1A menghubungkannya dengan jalan sekunder dan/atau lahan milik orang lain 1
dalam menjalankan kegiatan sehari-hari dan menghindari sehingga dapat di akses pejalan kaki ke minimal 3 (tiga) fasilitas umum sejauh 400
penggunaan kendaraan bermotor. meter jarak pencapaian pejalan kaki.

atau

Membuka akses (tidak berpagar) pada dua sisi bangunan yang disertifikasi
(dengan tetap mempertimbangkan faktor keamanan gedung), yang bersinggungan
1B dengan bangunan lainnya sehingga memungkinkan pejalan kaki mendapatkan 1
akses untuk melalui bangunan yang bersinggungan tersebut tanpa harus memutar
kawasan.
APPROPRIATE SITE DEVELOPMENT
NB 2.0
KODE TUJUAN No NILAI NILAI PENDAPAT
TOLOK UKUR 2.0 TOTAL

Menyediakan fasilitas/akses yang aman (minimum lebar, kualitas permukaan),


nyaman (terlindungi) dan bebas dari perpotongan dengan akses kendaraan
2 bermotor untuk menghubungkan secara langsung bangunan dengan bangunan 1
lain, di mana terdapat minimal 3 (tiga) fasilitas umumdan/atau dengan stasiun
transportasi massal, sejauh 200 meterjarak pencapaian pejalan kaki

Membuka lantai dasar gedung sehingga dapat menjadi akses pejalan kaki yang
3 aman dan nyaman selama minimum selama 16 - 18 jam sehari pada bangunan 1
tersebut. (pertimbangan kepada hunian dan akses kepada stasiun transportasi
umum yang terintegrasi dalam gedung)
APPROPRIATE SITE DEVELOPMENT
NB 2.0
KODE TUJUAN No NILAI NILAI PENDAPAT
TOLOK UKUR 2.0 TOTAL

ASD 3 Transportasi Publik (Public Transportation) 2

Adanya halte atau stasiun transportasi umum dalam jangkauan 500 meter
(Walking Distance)dari gerbang lokasi bangunan, serta menyediakan fasilitas jalur
pedestrian di dalam area gedung untuk menuju ke halte atau stasiun transportasi
1 umum atau simpul transit antar moda transportasi terdekat tersebut yang aman 1
dan nyaman, sesuai dengan Peraturan Menteri PU 30/PRT/M/2006 mengenai
Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan Lampiran 2B.
Mendorong pengguna gedung untuk menggunakan kendaraan
umum dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.

Menyediakan Shuttle Busuntuk pengguna tetap gedung dengan jumlah unit


2 minimum untuk 10% pengguna tetap gedung, yang harus dilengkapi dengan: data 1
trayek dan jadwal reguler operasi bus.

ASD 4 Fasilitas Pengguna Sepeda (Bicycle Facilities) 3


APPROPRIATE SITE DEVELOPMENT
NB 2.0
KODE TUJUAN No NILAI NILAI PENDAPAT
TOLOK UKUR 2.0 TOTAL

Menyediakan tempat parkir sepeda dan shower yang berimbang, layak, aman dan
nyaman terlindungi serta berlokasi strategis, persyaratan tempat parkir mengacu
ke Lampiran III Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
14/PRT/M/2017 tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung
Ketersedian tempat parkir sepeda dan shower berimbang, berdasarkan Luas
Lantai Bangunan (GFA)
GFA > 2500 - 7500 m2 = 10 Parkir Sepeda = 1 Shower
GFA > 7500 - 12.500 m2 = 20 Parkir Sepeda = 2 Shower
1 1
GFA > 12.500 - 17.500 m2 = 30 Parkir Sepeda = 3 Shower

* Selanjutnya setiap kelipatan penambahan Luas Lantai Bangunan sebesar 5000


m2 = Penambahan 10 Parkir Sepeda = Penambahan 1 Shower
*Area parkir sepeda dapat diletakkan di dalam satu gedung jika dan hanya jika ;
gedung tersebut mempunyai fungsi yang berbeda namun masih dalam satu
kawasan yang terintegrasi (contohnya : Mix Used Building)

Mendorong penggunaan sepeda bagi pengguna gedung


dengan memberikan fasilitas yang memadai bagi
penggunanya sehingga dapat mengurangi penggunaan Menyediakan konektivitas ke jalur khusus (dedicated)/ jalur aman (shared)sepeda
kendaraan bermotor. 2 diluar kawasan bangunan dengan jarak maksimal 5 Km menuju ke stasiun moda 2
transportasi umum.

Untuk mendukung fasilitas bersepeda di dalam kawasan gedung, minimal gedung


wajib menyediakan minimal 2 (Dua) persyaratan dibawah ini :
1. Menyediakan strategi Perlambatan Lalu Lintas (Traffic Calming)dalam rangka
meningkatkan keselamatan pejalan kaki dan pengguna sepeda, serta mengurangi
kebisingan dan polusi dari kendaraan bermotor.
2. Menyediakan marka dan rambu permanen yang menyatakan
peringatan/petunjuk batas kecepatan kendaraan yang melintas, terutama pada
3 1
persinggungan dengan jalur sepeda dan pejalan kaki
3. Menyediakan jalur sepeda khusus yang terpisah dari jalur pejalan kaki dan
kendaraan atau jalur sepeda aman yang berbagi dengan pejalan kaki, didalam
kawasan gedung, sehingga melindungi masing-masing pengguna jalan sesuai
dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 03/PRT/M/2014 tentang
Pedoman Perencanaan, Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana
Jaringan Pejalan Kaki
APPROPRIATE SITE DEVELOPMENT
NB 2.0
KODE TUJUAN No NILAI NILAI PENDAPAT
TOLOK UKUR 2.0 TOTAL

ASD 5 Lansekap Pada Lahan (Site Landscaping) 3

Adanya area lansekap berupa vegetasi (softscape)yang bebas dari bangunan


taman (hardscape)yang terletak di atas permukaan tanah seluas minimal 40% luas
total lahan. Luas area yang diperhitungkan adalah termasuk yang tersebut di
1A 1
Prasyarat 1, taman di atas basement, roof garden, terrace garden,dan wall
garden, sesuai dengan Permen PU No. 5/PRT/M/2008 mengenai Ruang Terbuka
Hijau (RTH) Pasal 2.3.1 tentang Kriteria Vegetasi untuk Pekarangan.

Memelihara atau memperluas kehijauan kota untuk


meningkatkan kualitas iklim mikro, mengurangi CO2 dan zat Atau
polutan, mencegah erosi tanah, mengurangi beban sistem
drainase, menjaga keseimbangan neraca air bersih dan sistem
air tanah. 1B Bila tolok ukur 1 dipenuhi, setiap penambahan 10% area lansekap dari luas total
lahan mendapat 1 poin.
2
Dan menyerahkan perhitungan reduksi CO2 dari seluruh tanaman yang dipilih
2
dalam pengelolaan lansekap

Penggunaan tanaman yang telah dibudidayakan radius dalam skala provinsi atau
3 terdekat dengan lokasi proyek, sebesar 60% luas tajuk dewasa terhadap luas areal 1
lansekap pada ASD 5 tolok ukur 1.
APPROPRIATE SITE DEVELOPMENT
NB 2.0
KODE TUJUAN No NILAI NILAI PENDAPAT
TOLOK UKUR 2.0 TOTAL

ASD 6 Iklim Mikro (Micro Climate) 3

Menggunakan berbagai material untuk menghindari efek Heat Islandpada area


1A atap gedung sehingga nilai albedo (daya refleksi panas matahari) minimum 0,3 1
sesuai dengan perhitungan.

Atau

Menggunakan Green Roof sebesar 50% dari luas atap yang tidak digunakan untuk
1B Mechanical Electrical (ME),dihitung dari luas tutupan tanaman (Plant Coverage) 1

Atau

Menggunakan instalasi Panel Surya pada area atap gedung, sebesar 30% - 50 %
1C dari luasan area atap untuk menghindari efek Heat Island 1

Menggunakan berbagai material untuk menghindari efek heat island pada area
Meningkatkan kualitas iklim mikro di sekitar gedung yang 2A perkerasan non-atap sehingga nilai albedo (daya refleksi panas matahari) 1
mencakup kenyamanan manusia dan habitat sekitar gedung. minimum 0,3 sesuai dengan perhitungan

Atau

Menggunakan perencanaan badan air - Retention atau Detention Pond (danau


buatan atau kolam buatan) dengan luasan yang berimbang rasionya terhadap
2B keseluruhan luasan lahan hijau, untuk membantu menurunkan efek Heat Island 1
serta menyeimbangkan komposisi tatanan lansekap

3 Desain lansekap berupa vegetasi (Softscape) pada sirkulasi utama pejalan kaki 1
menunjukkan adanya pelindung dari panas akibat radiasi matahari
APPROPRIATE SITE DEVELOPMENT
NB 2.0
KODE TUJUAN No NILAI NILAI PENDAPAT
TOLOK UKUR 2.0 TOTAL

Desain lansekap berupa vegetasi (Softscape) pada sirkulasi utama pejalan kaki
4 setinggi ≥ 2 Meter yang menunjukkan adanya pelindung dari terpaan angin 1
kencang, sesuai dengan Permen PU No. 5/PRT/M/2008

ASD 7 Manajemen Limpasan Air Hujan (Stormwater Management) 3

Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari
1A lokasi bangunan hingga 85%, yang dihitung menggunakan nilai intensitas curah 1
hujan.

Atau

Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari
Mengurangi beban sistem drainase lingkungan dari kuantitas 1B lokasi bangunan hingga 100%, yang dihitung menggunakan nilai intensitas curah 2
limpasan air hujan dengan sistem manajemen air hujan secara hujan
terpadu.

Menunjukkan adanya upaya penanganan pengurangan beban banjir lingkungan


2 dari luar lokasi bangunan. 1

Menggunakan teknologi-teknologi yang dapat mengurangi debit limpasan air


3 1
hujan.

Kesehatan dan Kesejahteraan Manusia (Human Health and


ASD 8 1
Well Being)
APPROPRIATE SITE DEVELOPMENT
NB 2.0
KODE TUJUAN No NILAI NILAI PENDAPAT
TOLOK UKUR 2.0 TOTAL

Menyediakan minimal 5 (Lima) fasilitas untuk menunjang kesehatan dan


kesejahteraan manusia di dalam kawasan bangunan mengacu ke Lampiran III
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 14/PRT/M/2017
tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung, antara lain dapat
menyediakan :
1. Fasilitas Kantin Bersubsidi, dapat berada diluar bangunan.
2. Fasilitas Tunggu supir bersama yang layak, nyaman dan strategis
3. Ruang Laktasi yang nyaman dan cukup (sesuai Peraturan Menteri Kesehatan
1A Republik Indonesia Nomor 15 Thn 2013 Tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas 1
Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air Susu Ibu)
4. Fasilitas Toilet Disabilitas (mengikuti Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30
Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas Umum)
5. Fasilitas Cuci Tangan
6. Fasilitas Kebugaran / Fitness Center
7. Fasilitas Penitipan dan Bermain Anak (TPA) yang diperuntukkan bagi anak-anak
dari Penggunan Bangunan Gedung Tetap, dengan jam operasional yang
disesuaikan jam operasional kantor.

Atau

Menyediakan suatu sistem pengelolaan tapak yang mengutamakan unsur


keamanan dan kenyamanan bagi pengguna, minimal 4 (Empat)aspek dibawah ini
antara lain;
1. Sistem pencahayaan yang cukup pada akses masuk dan keluar serta di
Memberikan nilai lebih terhadap tatanan lansekap dan tapak sepanjang jalur pejalan kaki sesuai dengan SNI 7391 edisi terbaru tentang
yang dikelola sehingga mempunyai identitas, meningkatkan Spesifikasi Penerangan Jalan di Kawasan Perkotaan, untuk menciptakan rasa aman
fungsi tapak dalam melindungi pengguna, bangunan dan dan nyaman.
lingkungan binaan disekitarnya, serta memberikan 1B 2. Community Engagement ; melibatkan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah 1
keuntungan ekononi dan nilai sosial pengguna demi untuk mengembangkan bisnis bersama di dalam kawasan guna menciptakan
kesehatan dan keberlangsungan kesejahteraan pengguna interaksi sosial
bangunan dan masyarakat sekitar. Interaksi sosial dan 3. Sistem Keamanan dan Kontrol terhadap aksesibilitas (Security)
meningkatkan derajat manusia. 4. Penyedian "Wayfinding" yang tepat dan terarah untuk mempermudah
pengguna
5. Marka/Signage yang cukup dan informatif pada tapak dan kawasan (taman,
jalun pejalan kaki, sirkulasi antar bangunan dan lahan parkir).

Atau
kesehatan dan keberlangsungan kesejahteraan pengguna
bangunan dan masyarakat sekitar. Interaksi sosial dan
meningkatkan derajat manusia.

APPROPRIATE SITE DEVELOPMENT


NB 2.0
KODE TUJUAN No NILAI NILAI PENDAPAT
TOLOK UKUR 2.0 TOTAL

Menyediakan ruang publik yang berimbang dengan menyediakan minimal 3 (Tiga)


fasilitas untuk menunjang aktivitas mental dan fisik bagi pengguna dan
masyarakat sekitar / Pedestrian Amenities and Promotion antara lain :
1. Complimentary Access ke ruang terbuka hijau kawasan (vegetasi
lansekap/taman/Playground/Workout Station, dan ruang terbuka biru kawasan
(danau/kolam buatan; retensi atau detensi)
2. Penyediaan perabot jalan (Street Furniture)dan jalurnya sesuai dengan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.03/PRT/M/2014 tentang pedoman
1C perencanaan, penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan 1
kaki di kawasan perkotaan
3. Fasilitas penyediaan air minum (Tap Water / Drinking Fountain / Water Refilling
Station)yang sesuai dengan persyaratan SNI 7831 edisi terbaru tentang
Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum, yang disertai dengan sertifikat baku
mutu kualitas air minum yang disediakan.
4. Fasilitas Budaya yang dapat menunjang aktivitas fisik pengguna (Community
Center,Taman Interaktif, Playground, Courtyard, Plaza Bersama, Temporary
Scheduled Events Space, Public Art, dan lain sebagainya)

TOTAL NILAI 0 21
PENJELASAN / ALASAN
PENJELASAN / ALASAN
PENJELASAN / ALASAN
PENJELASAN / ALASAN
PENJELASAN / ALASAN
PENJELASAN / ALASAN
PENJELASAN / ALASAN
PENJELASAN / ALASAN
PENJELASAN / ALASAN
PENJELASAN / ALASAN
PENJELASAN / ALASAN
PENJELASAN / ALASAN
ENERGY EFFICIENCY & CONSERVATION
NB 2.0 NILAI
KODE TUJUAN No. NILAI TOTAL PENDAPAT
TOLOK UKUR
EEC P1 Pemasangan Sub-meter P

Memasang kWh meter untuk mengukur konsumsi listrik pada


setiap kelompok beban dan sistem peralatan, yang meliputi:
Memantau penggunaan energi
sehingga dapat menjadi dasar a. sistem tata udara;
penerapan manajemen energi 1 P
yang lebih baik. b. sistem tata cahaya dan kotak kontak;
c. sistem transportasi vertikal
d. sistem beban lainnya
EEC P2 Perhitungan OTTV P

Perhitungan OTTV berdasarkan SNI 03-6389 edisi terbaru tentang


Konservasi Energi Selubung Bangunan pada Bangunan Gedung.
Solar Factor (SF) mengikuti SNI atau PERDA setempat jika ada.
Mendorong sosialisasi arti
selubung bangunan gedung yang 1 P
baik untuk penghematan energi.
Dengan syarat maksimal OTTV sebesar: (harap memilih salah satu
opsi di bawah)

EEC 1 Efisiensi dan Konservasi Energi 20

Menggunakan Energy modelling software untuk menghitung


konsumsi energi di gedung baseline dan gedung designed. Selisih
konsumsi energi dari gedung baseline dan designed merupakan
penghematan. Untuk setiap penghematan sebesar 1.5%, yang
dimulai dari penurunan energi sebesar 5% dari gedung baseline,
mendapat nilai 1 nilai (wajib untuk Platinum).

1A 1-20
dan

Menyerahkan perhitungan pengurangan emisi CO2 yang


didapatkan dari selisih kebutuhan energi antara gedung designed
dan gedung baseline dengan menggunakan Faktor Emisi GRK
Sistem Interkoneksi Tenaga Listrik Tahun 2016 yang telah
Mendorong penghematan ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan ESDM.
konsumsi energi melalui aplikasi
langkah-langkah efisiensi energi.
atau

Menggunakan perhitungan worksheet, setiap penghematan 2%


dari selisih antara gedung designed dan baseline mendapat nilai 1
nilai. Penghematan mulai dihitung dari penurunan energi sebesar
5% dari gedung baseline. Worksheet yang dimaksud disediakan
oleh atau GBCI.

1B dan 1-15

Menyerahkan perhitungan pengurangan emisi CO2 yang


didapatkan dari selisih kebutuhan energi antara gedung designed
dan gedung baseline dengan menggunakan Faktor Emisi GRK
Sistem Interkoneksi Tenaga Listrik Tahun 2016 yang telah
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan ESDM.
ENERGY EFFICIENCY & CONSERVATION
NB 2.0 NILAI
KODE TUJUAN No. NILAI TOTAL PENDAPAT
TOLOK UKUR
EEC 2 Fitur Hemat Energi 4
1 OTTV
Maksimum Nilai OTTV sesuai dengan SNI 03-6389 edisi terbaru 1
tentang Konservasi Energi Selubung Bangunan pada Bangunan 1
Gedung.
2 PENCAHAYAAN BUATAN*
*Untuk mengambil poin ini harus memenuhi IHC 4 - Kenyamanan
Visual

Menggunakan lampu dengan daya pencahayaan lebih hemat


sebesar 40% daripada daya pencahayaan yang tercantum dalam
A 1 1
SNI 03 6197 edisi terbaru tentang Konservasi Energi pada Sistem
Pencahayaan.
Mendorong penghematan Atau
konsumsi energi melalui Zonasi pencahayaan untuk seluruh ruang aktif yang dilengkapi
pemakaian fitur yang hemat B 1
energi. dengan occupancy sensor.
3 VERTICAL TRANSPORTATION

Lift menggunakan traffic management system (DOAS - Destination 1


Oriented Allocation System) dan menggunakan regenerative drive 1
system pada lift dan sensor gerak pada eskalator.

4 SISTEM PENGKONDISIAN UDARA

Menggunakan peralatan AC dengan COP minimum 10%, dan


khusus untuk centrifugal water cooled chiller minimum 5% lebih 1
A besar sesuai dengan Tabel 1 pada SNI 03-6390 edisi terbaru 1
tentang Konservasi Energi pada Sistem Tata Udara Bangunan
Gedung

EEC 3 Pencahayaan Alami 4

Penggunaaan cahaya alami secara optimal sehingga minimal 40%


luas lantai yang digunakan untuk bekerja mendapatkan intensitas
1 cahaya alami minimal sebesar 300 lux dan melakukan zoning lampu 2
pada area yang mendapatkan sumber cahaya alami secara
Mendorong penggunaan langsung. Perhitungan dapat dilakukan dengan software.
pencahayaan alami yang optimal
untuk mengurangi konsumsi
energi dan mendukung desain
bangunan yang memungkinkan
pencahayaan alami semaksimal
mungkin.
ENERGY EFFICIENCY & CONSERVATION
Mendorong penggunaan NB 2.0 NILAI
KODE pencahayaanTUJUAN
alami yang optimal No. NILAI TOTAL PENDAPAT
untuk mengurangi konsumsi TOLOK UKUR
energi dan mendukung desain Khusus untuk pusat perbelanjaan, minimal 20% luas lantai
bangunan yang memungkinkan nonservice mendapatkan intensitas cahaya alami minimal sebesar
pencahayaan alami semaksimal 300 lux
mungkin.
Jika butir satu dipenuhi lalu ditambah dengan adanya lux sensor
2 pada setiap ruang aktif untuk otomatisasi pencahayaan buatan 2
apabila intensitas cahaya alami kurang dari 300 lux, didapatkan
tambahan 2 nilai
EEC 4 Ventilasi Alami 3

Mendorong desain bangunan


Menggunakan ventilasi alami pada minimal 10% luas (total) GFA
yang mengutamakan ventilasi 1 sehingga mencapai tingkat kenyamanan sesuai dengan ASHRAE 3
alami untuk mengurangi
konsumsi energi. Standard 55 dan dibuktikan dengan software.

EEC 5 Energi Terbarukan 5

Menggunakan sumber energi terbarukan. Setiap 0,5% daya listrik


Mendorong penggunaan sumber 1 yang dikonsumsi dari peralatan-peralatan di bangunan dapat 1-5
energi baru dan terbarukan. dipenuhi oleh sumber energi terbarukan mendapatkan 1 nilai
(sampai maksimal 5 nilai).

TOTAL 31
ENERGY EFFICIENCY & CONSERVATION
PENJELASAN / ALASAN
ENERGY EFFICIENCY & CONSERVATION
PENJELASAN / ALASAN
ENERGY EFFICIENCY & CONSERVATION
PENJELASAN / ALASAN
WATER CONSERVATION
TUJUAN TOLOK UKUR NILAI
KODE NO NILAI TOTAL PENDAPAT
NB 2.0
WAC P1 Water Metering P

Pemasangan alat meteran air (volume meter) yang ditempatkan di


lokasi-lokasi tertentu pada sistem distribusi air, sebagai berikut:

o Satu volume meter di setiap sistem keluaran sumber air bersih


seperti sumber PDAM atau air tanah
1
o Satu volume meter untuk memonitor keluaran sistem air daur
Memantau penggunaan air ulang
sehingga dapat menjadi dasar
penerapan manajemen air yang P
o Satu volume meter dipasang untuk mengukur tambahan
lebih baik. keluaran air bersih apabila dari sistem daur ulang

o Satu keluaran dari sistem keluaran air hujan apabila sistem


tidak tergabung dengan air daur ulang

Membuat penyataan akan melakukan monitoring konsumsi air


2 secara bulanan dan berkomitmen memberikan data monitoring
kepada GBCIndonesia
(diserahkan setiap tahun selama masa berlaku sertifikasi)

WAC P2 Water Calculation P

Memahami perhitungan
menggunakan worksheet
perhitungan air dari GBC Melakukan perhitungan konsumsi air bersih sesuai cara
Indonesia untuk mengetahui perhitungan yang disediakan P
simulasi penggunaan air pada saat
tahap operasi gedung.
WATER CONSERVATION
TUJUAN TOLOK UKUR NILAI
KODE NO NILAI TOTAL PENDAPAT
NB 2.0
WAC 1 Water Calculation 9

Konsumsi air bersih dengan jumlah tertinggi 80% dari sumber


1.1 primer tanpa mengurangi jumlah kebutuhan per orang sesuai 1
dengan kalkulator air yang disediakan
Meningkatkan penghematan
penggunaan air bersih yang akan
mengurangi beban konsumsi air Setiap penurunan konsumsi air bersih dari sumber primer sebesar
bersih dan mengurangi keluaran 1.2 5% sesuai dengan acuan pada poin 1 akan mendapatkan nilai 1 7
air limbah. dengan dengan nilai maksimum sebesar 7 poin.

1.3 Kualitas air bersih sesuai dengan standard baku mutu yang berlaku 1

WAC 2 Water Fixtures 3


Penggunaan water fixture yang sesuai dengan kapasitas buangan
1A di bawah standar maksimum kemampuan alat keluaran air sesuai 2
dengan lampiran, sejumlah minimal 75% dari total pengadaan
produk water fixture.

Memfasilitasi upaya penghematan


air dengan pemasangan fitur air
efisiensi tinggi
WATER CONSERVATION
TUJUAN TOLOK UKUR NILAI
KODE NO NILAI TOTAL PENDAPAT
NB 2.0
atau
Penggunaan water fixture yang sesuai dengan kapasitas buangan
di bawah standar maksimum kemampuan alat keluaran air sesuai
1B 3
dengan lampiran, sejumlah minimal 90% dari total pengadaan
produk water fixture.

Alat Kemampuan yang dinilai


Memfasilitasi upaya penghematan WC Flush Valve < 4,4 Liter/flush
air dengan pemasangan fitur air WC Flush Tank <4,4 Liter/flush
efisiensi tinggi
Urinal /Peturasan < 4 Liter/flush
Keran Wastafel < 6 Liter/menit
Keran Tembok < 8 Liter/menit
Hand Shower < 9 Liter/menit
Fix Shower < 12 Liter/menit

*Pada gedung dengan target peringkat Platinum wajib menggunakan fitur otomatis pada keran
wastafel.

Tambahan poin Untuk Rumah sakit: bila menggunakan water


2 fixture anti microbacteria. 1

WAC 3 Water Recycling 4

Penggunaan seluruh air bekas pakai dan atau air kotor (grey &
1A black water) yang telah di daur ulang untuk kebutuhan minimal 2 2
sistem contoh : flushing /cooling tower/ siram taman/dll

atau

Penggunaan seluruh air bekas pakai dan atau air kotor (grey &
1B black water) yang telah didaur ulang untuk kebutuhan minimal 3 3
Menyediakan air dari sumber daur sistem contoh : flushing /cooling tower/ siram taman/dll
ulang yang bersumber dari air
limbah gedung untuk mengurangi
kebutuhan air dari sumber utama.
*Pengolahan air bekas pakai dapat berasal dari pengolahan
mandiri maupun bekerjasama dengan pihak ketiga
Menyediakan air dari sumber daur
ulang yang bersumber dari air
limbah gedung untuk mengurangi
kebutuhan air dari sumber utama. WATER CONSERVATION
TUJUAN TOLOK UKUR NILAI
KODE NO NILAI TOTAL PENDAPAT
NB 2.0

Mutu keluaran sesuai dengan standard baku mutu yang berlaku


2 1
sesuai peruntukannya.

*Bila menggunakan black water, wajib melampirkan surat


pernyataan owner yang menyatakan bahwa black water bisa
digunakan kembali untuk gedung

WAC 4 Alternative Water Resources 2

Menggunakan salah satu sumber air alternatif, contoh : air


1A kondensasi AC, air bekas wudu, air hujan, air sungai/danau. 1
Untuk penggunakan air harus mampu memenuhi minimal 30% dari
kebutuhan air bersih.
Menggunakan sumber air
alternatif yang diproses sehingga
menghasilkan air bersih untuk
mengurangi kebutuhan air dari
sumber utama.
WATER CONSERVATION
TUJUAN TOLOK UKUR NILAI
KODE Menggunakan sumber air NO NILAI TOTAL PENDAPAT
alternatif yang diproses sehingga NB 2.0
menghasilkan air bersih untuk atau
mengurangi kebutuhan air dari
sumber utama.
Menggunakan lebih dari satu sumber air alternatif, contoh : air
kondensasi AC, air bekas wudu, air hujan, air sungai/danau.
1B *untuk penggunaan badan air di area agar memperoleh izin dari 2
pemerintah setempat.

WAC 5 Rainwater Harvesting 3

Curah hujan sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku, bila


tidak ada dapat menggunakan curah hujan rata-rata harian 1
tahunan yang diperoleh dari BMKG sesuai daerah
Mendorong penggunaan air hujan
atau limpasan air hujan sebagai
salah satu sumber air untuk Menyediakan Instalasi tangki penampungan air hujan kapasitas
mengurangi kebutuhan air dari 1A 2
75% dari perhitungan di atas.
sumber utama.
atau

1B Menyediakan Instalasi tangki penyimpanan penampungan air 3


hujan kapasitas 100 % dari perhitungan di atas.
WAC 6 Water Efficiency Landscaping 2

Penghematan air untuk irigasi gedung tidak berasal dari sumber air
tanah dan/atau PDAM.
Lingkup :
1 100% untuk office, apartemen, edukasi, mall 1
50% untuk healthcare, airport.
Meminimalisasi penggunaan *untuk irigasi menggunakan air daur ulang wajib menyediakan
sumber air bersih dari air tanah tanda (signage) / fitur pengaman recycle water pada keluaran.
dan PDAM untuk kebutuhan
irigasi lansekap dan menggantinya
dengan sumber lainnya.

Menerapkan teknologi untuk irigasi yang dapat mengontrol


2 kebutuhan air untuk lansekap yang tepat, sesuai dengan 2
kebutuhan tanaman. (harus ≥ 80% area coverage teknologi dan
memberikan perhitungan penghematan)

TOTAL 23
PENJELASAN / ALASAN
PENJELASAN / ALASAN
PENJELASAN / ALASAN
PENJELASAN / ALASAN
PENJELASAN / ALASAN
MATERIAL RESOURCES AND CYCLE
NILAI
KODE TUJUAN NO TOLOK UKUR NB 2.0 NILAI TOTAL PENDAPAT PENJELASAN / ALASAN

MRC P Fundamental Refrigerant P

Mencegah pemakaian bahan Tidak menggunakan hydro chloro fluoro carbon (HCFC)
dengan potensi merusak ozon sebagai refrigeran dan halon sebagai bahan P
yang tinggi pemadam kebakaran

MRC 1 Building and Material Reuse 2

Menggunakan kembali semua material bekas, baik


dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa
1A 1
bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi,
kusen, dan dinding, minimal 10% dari total material.
Menggunakan material bekas
bangunan lama dan/atau dari
tempat lain untuk mengurangi atau
penggunaan bahan mentah
yang baru, sehingga dapat Menggunakan kembali semua material bekas, baik
mengurangi limbah pada dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa
pembuangan akhir serta bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi,
memperpanjang usia kusen, dan dinding, minimal 20% dari total material
pemakaian suatu bahan
material. 1B 2

Cara Perhitungan :
Opsi 1: perkomponen harus 10% / 20% dari material
reuse
Opsi 2: Biaya Material (real)

Environmentally Processed
MRC 2 3
Product

Menggunakan material yang memiliki sertifikat sistem


manajemen lingkungan pada proses produksinya
1 minimal bernilai 30% dari total material. Sertifikat 1
dinilai sah bila masih berlaku dalam rentang waktu
proses pembelian dalam konstruksi berjalan.

Menggunakan material yang merupakan hasil proses


2 1
daur ulang minimal bernilai 10% dari total material.

Mengurangi jejak ekologi dari


proses ekstraksi bahan mentah
dan proses produksi material.
MATERIAL RESOURCES AND CYCLE
NILAI
KODE TUJUAN NO TOLOK UKUR NB 2.0 NILAI TOTAL PENDAPAT PENJELASAN / ALASAN

Mengurangi jejak ekologi dari


proses ekstraksi bahan mentah Menggunakan material yang bahan baku utamanya
dan proses produksi material. berasal dari sumber daya (SD) terbarukan dengan
3 1
masa panen jangka pendek (<10 tahun) minimal
bernilai 2% dari total material

atau

Menggunakan material yang memiliki eco label /label


ramah lingkungan (contoh : KLHK, GPCI, dan lembaga2
lain yang di akui GBCIndonesia), minimal 10% dari
4 total material 1

"Cara Perhitungan :
Biaya Material (real)"
MRC 3 Non ODS Usage 1

Menggunakan bahan yang tidak Tidak menggunakan bahan perusak ozon untuk fire
1
memiliki potensi merusak ozon. suppresion system.

MRC 4 Certified Wood 2


Menggunakan bahan material kayu yang bersertifikat
legal sesuai dengan Peraturan Pemerintah tentang
1 asal kayu (seperti SVLK) dan sah terbebas dari 1
perdagangan kayu ilegal sebesar 100% biaya total
Menggunakan bahan baku kayu material kayu
yang dapat
dipertanggungjawabkan asal-
usulnya untuk melindungi Jika 30% dari butir di atas menggunakan kayu
kelestarian hutan. bersertifikasi dari pihak Lembaga Ekolabel Indonesia
2 (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC) 1

Cara perhitungan: per komponen


MRC 5 Prefab Material 3

Desain yang menggunakan material modular atau


prafabrikasi (tidak termasuk equipment) sebesar 30%
dari total material
Meningkatkan efisiensi dalam
penggunaan material dan 1 3
mengurangi sampah konstruksi. Cara Perhitungan :
Opsi 1: perkomponen harus ≥30% modular dari total
Opsi 2: Biaya Material (real)

MRC 6 Regional Material 2


MATERIAL RESOURCES AND CYCLE
NILAI
KODE TUJUAN NO TOLOK UKUR NB 2.0 NILAI TOTAL PENDAPAT PENJELASAN / ALASAN

Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku


utama dan pabrikasinya berada di dalam radius 1.000
1 1
km dari lokasi proyek minimal bernilai 50% dari total
Mengurangi jejak karbon dari material.
moda transportasi untuk
distribusi dan mendorong
pertumbuhan ekonomi dalam
negeri. Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku
utama dan pabrikasinya berada dalam wilayah
2 Republik Indonesia bernilai minimal 80% dari total 1
material.

MRC 7 Life Cycle 2

Menjaga siklus kehidupan


material dari mulai ekstraksi Menggunakan carbon calculator / LCA untuk merinci
hingga dapat dipakai kembali 3 jejak karbon material (gate to gate) 2 s/d 3 Bonus
sehingga mengurangi jejak
karbon

TOTAL 13
Bobot Poin

bahan struktur utama (m3) -- 1 poin


fasad (m2) -- 0,5 poin
MRC 1 Material ReUse plafon (m2) --0,5 poin > 20% 2
lantai (m2) --0,5 poin
partisi, kusen, dinding (m)-- 0,5 poin

30% 1
Memiliki Sertifikat sistem manajemen lingkungan

Hasil Proses Daur Ulang 5% 1


MRC 2
Sumber Daya Terbarukan 2% 1

Eco Label 10% 1

SLVK 100% 1

MRC 4 Kayu Bersertfikat

LEI / FSC 30% 1

bahan struktur utama (m3)


fasad (m2)
plafon (m2) -- modular ceiling
MRC 5 Material Modular 30% 3
lantai (m2) -- floor slab, tanggal
partisi, kusen, dinding (m)
Exclude MEP, sanitary fixture equipment.

1000km 50% 1

MRC 6 Material Lokal


Indonesia 80% 1
Cara Perhitungan

Opsi 1: perkomponen harus ≥30% modular dari


total

Opsi 2: Biaya Material (real)

material /total material

Opsi 1: Biaya Material (real)

kayu /kayu

di breakdown per komponen (unit & m2)

Opsi 1: perkomponen harus ≥30% modular dari


total atau

Opsi 2: Biaya Material (real) 10% 1 poin


20% 2 poin
30% 3 poin

Opsi 1: Biaya Material (real)


INDOOR HEALTH AND COMFORT
NB 2.0
NILAI
KODE TUJUAN NO TOLOK UKUR 2.0 NILAI
TOTAL

IHC P1 Introduksi Udara Luar (Outdoor Air Introduction) P

Menjaga dan meningkatkan kualitas udara di dalam ruangan Desain ruangan yang menunjukkan adanya potensi introduksi udara luar minimal
dengan melakukan introduksi udara luar ruang sesuai
kebutuhan laju ventilasi untuk kesehatan pengguna gedung P1 sesuai dengan Standar ASHRAE 62.1 edisi terbaru. *ASHRAE 62.1 edisi terbaru yang P
sudah diakui dan digunakan oleh ASHRAE Indonesia Chapter.
dengan mengacu kepada standar yang berlaku.

IHC P2
Pengendalian Asap Rokok di Lingkungan (Environmental P
Tobacco Smoke Control - ETS)

Memasang tanda “Dilarang Merokok (termasuk tidak menggunakan E -


Cigarattes)di Seluruh Area Dalam Gedung” dan tidak menyediakan bangunan/area
P2 1
khusus untuk merokok (termasuk tidak menggunakan E - Cigarattes) di dalam P
gedung. Apabila tersedia, bangunan/area merokok di luar gedung, minimal berada
pada jarak 7,5 meter dari seluruh pintu masuk, outdoor air intake, dan seluruh
bukaan pintu dan jendela

Dan/Atau

Jika disediakan ruang merokok di luar bangunan (Designated Smoking Area), maka
wajib diberikan Signage Dilarang Merokok (termasuk tidak menggunakan E -
P2 2 Cigarattes) di area-area strategis di sekitar/ seluruh bangunan (terutama di setiap P
gerbang masuk bangunan di kawasan), serta dilengkapi dengan prosedur
pengawasan berkala.

Mengurangi ter-eksposnya para pengguna gedung,


permukaan material interior dan habitat di sekelilingnya dari
lingkungan yang tercemar asap rokok sehingga kesehatan
pengguna gedung dan habitat di sekelilingnya dapat
terpelihara.
INDOOR HEALTH AND COMFORT
NB 2.0
NILAI
KODE TUJUAN NO TOLOK UKUR 2.0 NILAI
TOTAL
Dan/Atau

Untuk Bangunan Terminal untuk Moda Transportasi Udara/Bandara, yang


disediakan Designated Smoking Room, minimal harus memenuhi beberapa
persyaratan antara lain:

1. Standart Operasional Prosedur dan Kampanye Edukasi Tertulis, tentang tata cara
menggunakan ruang merokok

2. Pintu ruangan harus dilengkapi dengan Automatic Door Closer dan untuk seluruh
bukaan lainnya harus dilengkapi dengan sistem otomatis penutup yang terhubung
dengan sistem peringatan/alarm.

3. Properly Sealed untuk semua potensi penetrasi udara melalui dinding, plafon
Mengurangi ter-eksposnya para pengguna gedung, dan lantai, mencakup :
permukaan material interior dan habitat di sekelilingnya dari
lingkungan yang tercemar asap rokok sehingga kesehatan a. Inlet, Outlet dan Switch dari perpipaan & elektrikal.
pengguna gedung dan habitat di sekelilingnya dapat
terpelihara.
b. Insulasi plafon dan dinding

c. Lampu dan fan tersembunyi (mounted) yang memerlukan insulasi pada


pemasangannya.
d. Dropped dan Cantilever ceiling

P2 3 e. Exhaust Vent, Exhaust Ducting dan Sambungan MVAC lainnya. P

f. Shaft gedung untuk utilitas, sampah, transportasi lift, dan barang.

4. Menyediakan teknologi penunjang untuk mengendalikan dan memonitor asap


rokok/asap E-Cigarettes seperti contohnya : alat detektor silent , sistem exhaust,
informasi/display, sistem keamanan untuk pengawasan/CCTV.

5. Exhaust air louver/ duct harus terletak minimal 7,5 meter dari pintu masuk,
outdoor air intake, dan bukaan jendela, bilamana syarat diatas tidak terpenuhi,
maka dapat menggunakan Active Air Filter System

6. Jika diperlukan, ruangan dapat dilengkapi dengan media filtrasi dengan


Minimum Efficiency Reporting Value (MERV) = 13 atau lebih (ASHRAE 52.2) sebagai
mitigasi terhadap bahaya kimia asap rokok dan asap E-Cigarettes untuk tujuan
menjaga kesehatan manusia

7. Designated Smoking Room dipelihara dikondisi tekanan udara negatif lebih


rendah 10 Pascal dari ruangan disekitarnya.

*Untuk Bangunan Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya, seluruh
gedung dan kawasan termasuk kedalam Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
INDOOR HEALTH AND COMFORT
NB 2.0
NILAI
KODE TUJUAN NO TOLOK UKUR 2.0 NILAI
TOTAL

IHC P3 Material Tanpa Asbestos (Non Asbestos Material) P

Mendukung komitmen Indonesia untuk melarang ,


membatasi dan mengalihkan penggunaan chrysotile (Bahan
dasar digunakan untuk pembuatan bahan bangunan asbes) 100 % tidak menggunakan material yang mengandung asbestos pada seluruh
P3 P
yang secara nyata mengancam kesehatan manusia, sekaligus bangunan
sebagai langkah nyata upaya pencegahan dan perlindungan
terhadap industri bahan bangunan

IHC 1 Pemantauan kadar CO dan CO2 (CO and CO2 Monitoring) 2

Ruangan dengan kepadatan tinggi, yaitu < 2.3 m2 per orang dilengkapi dengan
instalasi sensor gas karbon dioksida (CO2) yang memiliki mekanisme untuk
1.1
mengatur jumlah ventilasi udara luar sehingga konsentrasi C02 di dalam ruangan 1
tidak lebih dari 800 ppm *ASHRAE 62.1,mempunyai indikator (visual and audible).
Sensor diletakkan dekat dan 1,5 meter di atas permukaan lantai (Breathing Zone)
atau di dalam Return Air Duct.
Memantau konsentrasi karbonmonoksida (CO) dan
### karbondioksida (CO2) dalam mengatur masukan udara segar
sehingga menjaga kesehatan pengguna gedung.

Pengendalian dengan instalasi sensor karbon monoksida (CO) pada perencanaan


area parkir tertutup yang memiliki mekanisme mengatur jumlah ventilasi udara
1.2 sehingga konsentrasi CO tidak lebih dari 23 PPM (PerGub DKI Jakarta No.38 Tahun 1
2012 Tentang Bangunan Gedung Hijau) atau mengikuti Peraturan Daerah/Wilayah
Setempat. Sensor diletakkan 50 cm diatas lantai dekat Exhaust Grille.

IHC 2 Polutan Kimia (Chemical Pollutan) 4

Menggunakan cat dan coating yang mengandung kadar Volatile Organic


Compounds (VOCs) rendah, yang ditandai dengan label/sertifikasi yang diakui GBC
Indonesia
Penilaian dapat dilihat dari area yang tercakup pemakaian cat dan coating yang
2.1
mengandung VOC rendah sebesar, 1
a. 90 % dari total area dinding ruang dalam/ interior (berlaku untuk base-coating
dan finishing coating)
b. Area lain yang dapat diaplikasikan untuk cat dan coating (contohnya pada :
instalasi flooring, sprinkler/instalasi pemadam kebakaran, exposed ceiling dan
exposed piping)

Mengurangi polusi udara ruang dari emisi material


bangunan yang dapat mengganggu kenyamanan dan
kesehatan pekerja konstruksi dan pengguna gedung.
INDOOR HEALTH AND COMFORT
NB 2.0
NILAI
KODE TUJUAN NO TOLOK UKUR 2.0 NILAI
TOTAL

Mengggunakan produk kayu komposit, produk agrifiber, laminating adhesivedan


insulationdengan syarat 100 % tidak mengandung Urea Formaldehida, yang
ditandai dengan label/sertifikasi Green Label Indonesia atau setara yang diakui GBC
Indonesia dan GPC Indonesia

1. Kayu Komposit dan Produk Agrifiber yang dapat ditemukan di: Particle Board,
Medium Density Board (MDF), Plywood, Papan Berserat (Wheatboard, Strawboard,
Panel Substrates) dan Door Cores
2.2 1

2. Laminating Adhesives; perekat, lem, sealant yang dipakai pada saat pemasangan
dan perakitan on site pada loose material maupun material fabrikasi

3. Insulasi; Insulation Foam

4. Tekstil Dekorasi/ Draperies ; Windows Treatment, Curtain dan Wall Covering


Mengurangi polusi udara ruang dari emisi material
bangunan yang dapat mengganggu kenyamanan dan Menggunakan material lampu yang tidak mengandung merkuri atau kandungan
kesehatan pekerja konstruksi dan pengguna gedung. merkurinya pada toleransi maksimum, sesuai dengan standar International dan
2.3 1
GBC Indonesia

Pengurangan penggunaan material bangunan lainnya yang bebas dari Persistent -


Bio-Cumulative and Toxic (PBT) antara lain seperti :
*Timbal (Pb) pada
1. Roofing dan Waterproofing
2. Cat Dinding Interior dan Eksterior
3. Kabel, Kawat dan Alat-alat Elektrikal
4. Piping Fitting, Plumbing Fitting
5. Kran (Faucet)
6. Baja (baja lembaran, baja gulungan lapis paduan seng/magnesium/aluminium,
baja laminasi,
*Kadmium (Cd)baja
padaringan)
2.4 1. Baja (baja lembaran, baja gulungan lapis paduan seng/magnesium/aluminium, 1
baja laminasi, baja ringan)
2. Cat Dinding Eksterior dan Interior
*Tembaga (Cu) pada

1. Aplikasi Sistem Perpipaan (terutama pada sistem sambungan) , untuk


menghindari korosi yang akan larut dan mengkontaminasi sumber air bersih

*Memakai Safety Data Sheet (SDS) yang dimiliki produsen material yang merujuk
ke hasil uji Certificate Of Analysis (COA) dengan metode uji Restriction of
Hazardous Subtances (RoHS) dari laboratorium terakreditasi / memakai data dari
Green Product Council Indonesia (GPCI)
INDOOR HEALTH AND COMFORT
NB 2.0
NILAI
KODE TUJUAN NO TOLOK UKUR 2.0 NILAI
TOTAL

IHC 3 Pemandangan ke Luar Gedung (Outside View) 1

Memiliki luas ruang aktif (disesuaikan dengan fungsi bangunan) yang menghadap
langsung ke pemandangan luar yang dibatasi bukaan transparan bila ditarik suatu
garis lurus. (bukaan transparan harus tanpa terhalang pola, tekstur, intalasi, lapisan
yang dapat mengganggu keseimbangan pemandangan)

1. Bangunan Kantor Sewa, Hotel dan Apartemen, 75% dari luasan ruang aktif
2. Warehouse dan Distribution Center,
a. Area Office/Pengelola, 75% dari luasan ruang aktif
b. Area Storage, Sorting, dan Distribution,25% dari luasan ruang aktif
3. Rumah Sakit / Healthcare Facilities
a. Area Rawat Inap (yang terletak di perimeter bangunan) 75% dari luasan ruang
aktif
b. Area Office/Pengelola (yang terletak di perimeter bangunan/ bangunan terpisah)
75% dari luasan ruang aktif

c. Area Lainnya dapat menyesuaikan dengan fleksibiltas layout tata ruang dalam,
sebagai contoh

Mengurangi kelelahan mata dan peregangan stress dengan - Apabila konfigurasi fasilitas rawat pasien yang mengelilingi fasilitas inti; seperti
memberikan pemandangan jarak jauh dan menyediakan 1 Ruang Klinik, Ruang Staff, Nursing Station, Ruang Konsultasi/Pendukung dan Ruang 1
koneksi visual ke luar gedung. Administratif yang tidak mendapatkan pemandangan luar, maka tidak ikut dihitung

- Apabila konfigurasi area publik, sirkulasi, fungsi diagnostic, area staff berada
mengelilingi di perimeter bangunan, maka perhitungan mengikuti 75% dari luasan
ruang aktif.

- Area Laundry/linen, Medical Record Area, Kamar Mandi Pasien, Short Term
Charting Space, Preparaton - Cleanup area dan Operating Room, tidak ikut dihitung

4. Terminal untuk moda Transportasi Darat, Air dan Udara

a. Area Kantor dan Pengelola (Bandara, Maskapai dan Kargo), Ruang Tunggu
Keberangkatan dan Lobby Kedatangan / Arrival Hall sebesar 75% dari luasan ruang
aktif

b. Area Pre - Boarding ( Lobby Keberangkatan / Departure Hall, Selasar/Koridor


Publik, Ruang Pengambilan Bagasi, Area Check In, Pelayanan Jasa Penumpang,
Konsesi) ≥ 50% dari luasan ruangan aktif

c. Area lainnya yang tidak menghadap langsung ke arah pemandangan luar, maka
tidak ikut dihitung (seperti halnya ; ruang cek imigrasi, ruang karantina, ruang
beacukai, dan ruang dengan persyaratan keamanan tinggi lainnya)

IHC 4 Kenyamanan Penglihatan (Visual Comfort) 1

Mencegah terjadinya gangguan visual akibat tingkat Menggunakan pencahayaan dengan iluminansi (tingkat pencahayaan) ruangan
pencahayaan yang tidak sesuai dengan daya akomodasi 1 sesuai dengan SNI 03-6197 edisi terbaru, Tentang Konservasi Energi pada Sistem 1
mata. Pencahayaan.

IHC 5 Kenyamanan Thermal (Thermal Comfort) 1

Menjaga kenyamanan suhu dan kelembaban udara ruangan


yang dikondisikan stabil untuk meningkatkan produktivitas 1
Menetapkan perencanaan kondisi termal ruangan secara umum pada suhu 25 1
derajat Celcius dan kelembaban relatif 60% (25°C ± 1 dan 55% ± 5%)
pengguna gedung.

IHC 6 Tingkat Kebisingan (Acoustic Level) 1

Tingkat kebisingan pada 90% dari luas ruang aktif yang digunakan tidak lebih dari
Menjaga kenyamanan suhu dan kelembaban udara ruangan
yang dikondisikan stabil untuk meningkatkan produktivitas 1
atau sesuai dengan SNI 03-6386-2000 tentang Spesifikasi Tingkat Bunyi dan Waktu 1
Dengung dalam Bangunan Gedung dan Perumahan (kriteria desain yang
pengguna gedung. direkomendasikan).
INDOOR HEALTH AND COMFORT
NB 2.0
NILAI
KODE TUJUAN NO TOLOK UKUR 2.0 NILAI
TOTAL

IHC 7
Pengujian Kualitas Udara Dalam Ruang (Indoor Air Quality 3
Assessment)

Melakukan minimal 7 (Tujuh) Advanced Air Testing setelah masa konstruksi dan
sebelum okupansi, dalam ruangan yang terkondisikan dan bersih, dengan
mengukur tingkat beberapa kontaminan kimiawi ruangan sesuai baku mutu
kualitas udara :
1. Formaldehyde, ≤ 0,37 mg/m3 atau ≤ 0,3 ppm *SNI 19-0232-2005 Tentang Nilai
Ambang Batas Zat Kimia di Udara Tempat Kerja (telah diolah kembali)
2. Debu Respirabel PM 10, ≤ 0,15 mg/m3 (24 Jam) *Permenkes No.48 Tahun 2016
Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran dan ASHRAE Handbook
62.1 - 2016
3. Debu Respirabel PM 2.5, ≤ 0,035 mg/m3 (24 Jam) dan 0,015 mg/m3 (1 Tahun)
*Bakumutu Udara Ambien Nasional - PP.No.41 Thn 1999 dan ASHRAE Handbook
62.1 - 2016
4. Ozone O3, 0,08 ppm - 0,1 ppm (≤ 2 jam) *Permenkes No.48 Tahun 2016 Standar
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran dan ASHRAE Handbook 62.1 - 2016
5. Kadar Volatile Organic Compound (VOC)sesuai dengan SNI 19-0232-2005 tentang
Nilai Ambang Batas (NAB) Zat Kimia di Udara Tempat Kerja.
6. Lead (Pb), ≤ 0,05 mg/m3 *Permenkes No.70 Tahun 2016 Standar & Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Industri

7.1 2

Menciptakan kualitas, kenyamanan dan kesehatan udara


ruang dalam bangunan setelah masa konstruksi bangunan
dan selama bangunan dihuni
7.CO (Karbon Monoksida) 10 ppm sesuai dengan Permenkes No.48 Tahun 2016 ,
Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran
8. S02 (Sulfur Dioksida) ≤ 0,25 ppm (15 menit) **
9. NO2 (Nitrogen Dioksida) ≤ 0,2 ppm **
10. Radioaktivitas Tanah - Radon, 100 - 300 Bq/m3 sesuai dengan *Permenkes
No.48 Tahun 2016 Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran dan
World Health Organisation (WH0)

** Association Advancing Occupational and Environmental Health (ACGIH)dan


Permenkes No.70 Tahun 2016 Standar & Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Industri

Untuk Kantor, Retail, Sekolah dan Mall, titik pengambilan test minimal dilakukan 1
(satu) titik sampel per 1000 m2 atau jumlah maksimal penilaian sampel adalah 25
titik untuk satu gedung.

Menjaga kualitas udara dalam ruang dengan menggunakan Ultraviolet Germicidal


Irradiation (UVGI) System pada sistem suplai Air Handling Unit (AHU)dan Fan Coil
7.2 Unit (FCU) - Cooling Coil, Drain Pandan sambungan-sambungan Plenum) untuk 1
mengendalikan mikroorganisme - mikrobiologi, virus dan jamur yang beresiko
menular di udara, terutama untuk ruang berkepadatan tinggi.
INDOOR HEALTH AND COMFORT
NB 2.0
NILAI
KODE TUJUAN NO TOLOK UKUR 2.0 NILAI
TOTAL

Peningkatan Strategi Kualitas Udara Kesehatan dan


IHC 8 Kenyamanan Dalam Ruang (Enhanced Indoor Air, Health 1
and Comfort Strategies)

Melakukan minimal 5 (Lima) strategi peningkatan kualitas, kesehatan dan


kenyamanan udara dalam, serta membersihkan sumber polutan dan debu, selama
dan setelah masa konstruksi, antara lain

Masa Konstruksi
A. Umum
1. Isolasi ruang yang sedang dalam konstruksi terhadap ruang aktif lainnya, dengan
cara mengkondisikan tertutup rapat (Sealed)pada semua seluruh bukaan dan
memberikan Barrier/ruang perantara.
2. Melindungi beberapa material bangunan (Furnishing dan Finishing)dari resiko
terpapar polutan, kotoran, debu dan lembab (karpet, panel ceiling akustik, wall
covering, insulasi, material interior, dan lain-lain) dengan menempatkannya di
ruang terpisah.

B. Sistem Bangunan
3. Jika sistem MVAC dipasang pada saat masa konstruksi, maka dianjurkan untuk
menutup rapat (Sealed)seluruh Flexibel Ducting MVAC (supply and return) sebelum
dilakukan ujicoba, pengetesan ulang dan pengoperasian, serta membersihkannya
segera sebelum pemasangan Registers, Grills dan Diffusers.

4. Jika sistem MVAC yang terpasang diujicoba dan dioperasikan pada masa proses
konstruksi, direkomendasikan untuk memasang media filter yang memiliki
Minimum Efficiency Reporting Value (MERV)= 8 atau lebih tinggi sesuai dengan
(ASHRAE 52.2) edisi terbaru yang sudah diakui dan digunakan oleh ASHRAE
Indonesia Chapter.
5. Menggunakan media filter (disposable)pada saat Testing Commissioning dan
Faktor penghasil polutan yang besar dapat juga dihasilkan menggantinya dengan media filter permanen (washable)sebelum ruangan dihuni,
dari residu kegiatan konstruksi dan penggunaan alat disemua sistem MVAC yang memasok udara luar ke ruangan. Yang memiliki
konstruksi, baik secara langsung ataupun tidak. Ditambah Minimum Efficiency Reporting Value (MERV)= 14 atau lebih tinggi (ASHRAE 52.2)
dengan pemakaian sistem MVAC bangunan yang menyatu edisi terbaru yang sudah diakui dan digunakan oleh ASHRAE Indonesia Chapter.
ataupun terpisah (dedicated) yang memerlukan udara segar
luar bangunan digunakan ke dalam ruangan sehingga *(Untuk Rumah Sakit dianjurkan menggunakan media filtrasi pada sistem MVAC
memperbesar resiko polutan berbahaya di udara luar masuk dengan Minimum Efficiency Reporting Value (MERV) = 15 atau lebih tinggi sesuai 1
melalui sistem ventilasi gedung. Oleh karena itu, sejak dengan (ASHRAE 52.2) edisi terbaru yang sudah diakui dan digunakan oleh ASHRAE
dimulainya proses konstruksi hingga masa okupansi, Indonesia Chapter, sesuai dengan kebutuhan ruang spesifik di Rumah Sakit (seperti
bangunan dihimbau untuk melakukan prosedur pencegahan halnya Ruang Operasi,Laboratorium dan Ruang Steril lainnya)
dini sebagai mitigasi, agar performa bangunan secara
keseluruhan setelah masa okupansi dapat berkelanjutan
serta dapat meningkatkan kualitas udara dalam ruangan dan
kesehatan dan kesejahteraan penghuni.
dini sebagai mitigasi, agar performa bangunan secara
keseluruhan setelah masa okupansi dapat berkelanjutan
serta dapat meningkatkan kualitas udara dalam ruangan dan
kesehatan dan kesejahteraan penghuni.
INDOOR HEALTH AND COMFORT
NB 2.0
NILAI
KODE TUJUAN NO TOLOK UKUR 2.0 NILAI
TOTAL
Setelah Masa Konstruksi
Umum
1. Menyediakan mekanisme/desain akses masuk permanen bangunan yang
dilengkapi strategi penahan (Buffering),berupa (griiles/grates/slots/rollout
mats/carpet tileatau strategi lainnya),berfungsi utama untuk menangkap partikel
debu kotoran dan mencegah kontaminasi polutan/bakteri yang berpotensi
menempel pada alas kaki terbawa manusia ketika masuk ke dalam gedung.
2. Untuk bangunan Rumah Sakit, Hotel dan Bandara, mekanisme/desain akses
masuk permanen dilengkapi dengan desain ruang perantara (Vestibules
Entryway)berupa (lobby kecil/hall kecil/chamber/foyer/dll). Berfungsi menahan
dan mengurangi infiltrasi udara ke ruang dalam disekitar area pintu masuk utama
yang cenderung berbeda tekanan/suhu, untuk tujuan konservasi energi dan
kenyamanan bagi penghuni di dalamnya

Sistem Bangunan
3. Memberikan aksesbilitas/sirkulasi khusus yang terpisah dan berlokasi strategis,
untuk jalur pemasangan, perawatan dan perbaikan; konstruksi, interior, mekanikal,
elektrikal dan perpipaan sehingga tidak menganggu sirkulasi pengguna tetap
bangunan.

Total Nilai 14
BUILDING ENVIRONMENT MANAGEMENT
NB 2.0
KODE TUJUAN No. NILAI NILAI TOTAL PENDAPAT PENJELASAN / ALASAN
TOLOK UKUR
BEM P1 Dasar Pengelolaan Sampah P

Mendorong gerakan pemilahan Adanya instalasi atau fasilitas untuk memilah dan
mengumpulkan sampah sejenis sampah rumah
sampah secara sederhana yang 1 tangga (seperti yang tersebut pada UU No. 18 Tahun P
mempermudah proses daur
ulang. 2008 pasal 2) berdasarkan jenis organik, anorganik
daur ulang, residu, dan B3.

BEM 1 GP Sebagai Anggota Tim Proyek 2

Melibatkan minimal satu tenaga ahli yang sudah


bersertifikat GREENSHIP Professional (GP) yang
Mengarahkan langkah-langkah 1 1
bertugas untuk memandu proyek hingga
desain suatu green building sejak mendapatkan sertifikat GREENSHIP.
tahap awal sehingga
memudahkan tercapainya suatu
desain yang memenuhi rating.
Adanya satu struktur green team yang bertugas
menjaga penerapan prinsip sustainability / green
2 building. 1

BEM 2 Polusi dari Aktivitas Konstruksi 2


Memiliki rencana manajemen polusi konstruksi yang
terdiri atas:

Limbah padat, dengan menyediakan area


pengumpulan, pemisahan, dan sistem pencatatan.
Pencatatan dibedakan berdasarkan limbah padat
Mendorong pengurangan 1A yang dibuang ke TPA, digunakan kembali, dan didaur 1
sampah yang dibawa ke tempat ulang oleh pihak ketiga.
pembuangan akhir (TPA) dan
polusi dari proses konstruksi.
Limbah cair, dengan menjaga kualitas seluruh
1B buangan air yang timbul dari aktivitas konstruksi agar 1
tidak mencemari drainase kota
Gangguan polusi lainnya; polusi udara, kebisingan,
2 dan getaran. 1

BEM 3 Pengelolaan Sampah Tingkat Lanjut 2

Mengelola limbah organik gedung yang dilakukan


secara mandiri maupun bekerjasama dengan pihak
1 ketiga sehingga menambah nilai manfaat dan dapat 1
mengurangi dampak lingkungan.

Mendorong manajemen
kebersihan dan sampah secara
terpadu sehingga mengurangi
beban TPA.
BUILDING ENVIRONMENT MANAGEMENT
NB 2.0
KODE TUJUAN No. NILAI NILAI TOTAL PENDAPAT PENJELASAN / ALASAN
TOLOK UKUR

Mendorong manajemen Mengelola limbah anorganik gedung yang dilakukan


kebersihan dan sampah secara secara mandiri maupun bekerjasama dengan pihak
terpadu sehingga mengurangi 2 1
ketiga sehingga menambah nilai manfaat dan dapat
beban TPA. mengurangi dampak lingkungan.

Mengelola limbah B3 gedung yang dilakukan secara


3 mandiri maupun bekerjasama dengan pihak ketiga 1
sehingga menambah nilai manfaat dan dapat
mengurangi dampak lingkungan.

BEM 4 Sistem Komisioning yang Baik dan Benar 3

Melakukan prosedur testing-commissioning sesuai


dengan petunjuk GBC Indonesia, termasuk pelatihan
terkait untuk optimalisasi kesesuaian fungsi dan
2
kinerja peralatan/sistem dengan perencanaan dan
acuannya, dan dilakukan oleh pihak ketiga yang
direkomendasi GBCI.*

Melaksanakan komisioning yang Khusus untuk gedung yang menggunakan AC VRF:


baik dan benar pada bangunan Memasang instrumen di lapangan yang menunjukkan 1
agar kinerja yang dihasilkan pembacaan kapasitas dan efisiensi*
sesuai dengan perencanaan awal.

*tolok ukur ini wajib untuk sertifikasi Gold dan


Platinum

Memastikan seluruh measuring adjusting instrument


telah terpasang pada saat konstruksi dan
2 memperhatikan kesesuaian antara desain dan 1
spesifikasi teknis terkait komponen proper
commissioning.

BEM 5 Penyerahan Data Bangunan Hijau 2


BUILDING ENVIRONMENT MANAGEMENT
NB 2.0
KODE TUJUAN No. NILAI NILAI TOTAL PENDAPAT PENJELASAN / ALASAN
TOLOK UKUR

Memberi pernyataan bahwa pemilik gedung akan


menyerahkan data implementasi green building
1 (energi, air dan sampah) dari bangunannya dalam 2
waktu 12 bulan setelah tanggal sertifikasi kepada
GBC Indonesia.
BUILDING ENVIRONMENT MANAGEMENT
NB 2.0
KODE TUJUAN No. NILAI NILAI TOTAL PENDAPAT PENJELASAN / ALASAN
TOLOK UKUR
BEM 6 Kesepakatan dalam Melakukan Aktivitas Fit Out 2

Memiliki surat perjanjian dengan penyewa gedung


(tenant) untuk gedung yang disewakan atau POS
untuk gedung yang digunakan sendiri, yang terdiri
atas:
a. Penggunaan kayu yang bersertifikat untuk material
fit-out
1 1
b. Pelaksanaan pelatihan yang akan dilakukan oleh
manajemen gedung
c. Pelaksanaan manajemen indoor air quality (IAQ)
Mengimplementasikan prinsip setelah konstruksi fit-out.
Implementasi dalam bentuk Perjanjian Sewa (lease
green building saat fit out
agreement) atau POS.
gedung.

Membuat surat pernyataan / kontrak bahwa gedung


akan melaksanakan green based operation and
2 maintenance dan menyerahkan data kenaikan 1
investasi untuk mengimplementasikan green building
sesuai dengan form dari GBC Indonesia.

BEM 7 Survei Pengguna Gedung 2

Memberi pernyataan bahwa pemilik gedung akan


mengadakan survei suhu dan kelembaban paling
lambat 12 bulan setelah tanggal sertifikasi dan
menyerahkan laporan hasil survei paling lambat 15
Mengukur kenyamanan bulan setelah tanggal sertifikasi kepada GBC
pengguna gedung melalui survei Indonesia.
yang baku terhadap pengaruh 1 2
desain dan sistem pengoperasian
gedung.
Catatan: Apabila hasilnya lebih dari 20% responden
menyatakan ketidaknyamanannya, maka pemilik
gedung setuju untuk melakukan perbaikan selambat-
lambatnya 6 bulan setelah pelaporan hasil survei.
BUILDING ENVIRONMENT MANAGEMENT
NB 2.0
KODE TUJUAN No. NILAI NILAI TOTAL PENDAPAT PENJELASAN / ALASAN
TOLOK UKUR
BEM 8 Inovasi 3

1 Menyediakan charging station berbasis energi baru 1


dan terbarukan.
2 Menyediakan car charging station 1
Memberikan apresiasi bagi Menerapkan Building Information Modelling (BIM) >=
proyek sertifikasi bangunan hijau 3 1
5D
yang menerapkan inovasi guna
peningkatan efisiensi pada
bangunan 4 Menunjukkan chiller plant efficiency sebesar 0,7 1
kW/T

Menggunakan air to air heat recovery atau total


5 enthalpy heat recovery atau sistem DOAS (Dedicated 1
Outdoor Air System)
BEM 9 Digital and Integrated Information 1

Memasang display monitoring energy dengan


Mendorong penghuni gedung 1 1
menunjukkan: IKE, penurunan energi, dan emisi CO2.
dalam meningkatkan efisiensi
melalui informasi gedung yang
terintegrasi. Menerapkan Building Automation System (BAS) yang
2 1
bekerja dengan baik.
Total 19

Anda mungkin juga menyukai