MANAJEMEN
LINGKUNGAN,
KESEHATAN, DAN
HYGIENE
BIMBINGAN TEKNIS SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN KONSTRUKSI
2 ACUAN HUKUM
OUTLINE
3 DASAR MANAJEMEN LINGKUNGAN
4
DAMPAK LINGKUNGAN
Contoh Dampak Lingkungan pada Salah
Satu Proyek yang Memerlukan
Pengendalian/Mitigasi Lingkungan
“
Kerusakan Rumah Warga Akibat
Kegiatan Blasting Tunnel
8
DASAR HUKUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Permen Lingkungan Hidup dan Kehutanan
No. 4 Tahun 2021
tentang Daftar Usaha dan/atau Kegiatan
UU No. 32 Tahun 2009 yang Wajib Memiliki Amdal/UKL-UPL/SPPL
PP No. 88 Tahun 2019
tentang Perlindungan dan 1 4 Kesehatan Kerja
Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
8
PP No. 14 Tahun 2021
tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor
UU No. 2 Tahun 2017
tentang Jasa Konstruksi 2 5 22 Tahun 2020 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2017
Tentang Jasa Konstruksi
10
DASAR MANAJEMEN LINGKUNGAN
LATAR BELAKANG
MANAJEMEN LINGKUNGAN
suatu kerangka kerja yang dapat diintegrasikan
ke dalam proses/tahapan–tahapan pekerjaan
konstruksi agar dapat diukur, dikelola dan di
dipantau dampak-dampak lingkungan secara
efektif.
TAHAPAN
Identifikasi Dampak
Terjaganya Kualitas
Upaya Pengelolaan
Lingkungan Lingkungan
Pemantauan dan Evaluasi
Lingkungan
DASAR MANAJEMEN LINGKUNGAN
KEGIATAN
PEMBANGUNAN
PENYUSUNAN
DOKUMEN
LINGKUNGAN
Kecelakaan Konstruksi
Pencegahan
Kecelakaan Kecelakaan Kerja, Kecelakaan pada Kecelakaan
Terhadap
Keteknikan Konstruksi Penyakit Akibat Kerja Masyarakat Lingkungan
Identifikasi bahaya, penilaian risiko, penentuan pengendalian risiko, dan peluang (IBPRP), Prosedur Kerja Aman,
Metode Analisis Keselamatan Konstruksi (AKK), Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK),
Pencegahan Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK), Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
(RKPPL), Program Mutu, dan Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP)
SKEMA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN PENGELOLAAN
TERDAMPAK PROYEK LINGKUNGAN KERJA
ASPEK LINGKUNGAN
01 01
PENGENALAN
TAHAP PRA KONSTRUKSI LINGKUNGAN KERJA
PENGELOLAAN LINGKUNGAN 02 02
PENILAIAN
TAHAP KONSTRUKSI LINGKUNGAN KERJA
PENGELOLAAN
LINGKUNGAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN
03 03
TAHAP PASCA KONSTRUKSI LINGKUNGAN KERJA
04
15
MANAJEMEN LINGKUNGAN DALAM TAHAPAN
PENYELENGGARAAN KONSTRUKSI
PENGKAJIAN &
TAHAPAN
PERENCANAAN PERANCANGAN PEMBANGUNAN
PEMILIHAN PELAKSANAAN
RKPPL _
RMLLP _
RKK Pelaksanaan
(RKK Penawaran)
(Biaya Penerapan
Dok. Penawaran
Dok. Penawaran
Rancangan Konseptual
Program Mutu
Pengawasan/
DOKUMEN SMKK (memuat tingkat
& RMPK
SMKK)
Teknis
Harga
RKK
Rancangan risiko keselamatan
MK
Konseptual SMKK konstruksi, biaya
Risiko
penerapan SMKK yang
sedang
ada di dalam EE) & besar
Penjabaran Dokumen
Penyusunan Lingkungan dalam Pemantapan dan Pemantauan
Dokumen Lingkungan Perancangan, Penyusunan RKPPL
Rekomendasi RKPPL
PRA-KONSTRUKSI
Hidup atau Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup
yang telah mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Pusat yang
(Pengkajian–Perencanaan) dilengkapi dengan AMDAL atau UKL-UPL.
”
(UU No. 11/2020 tentang Cipta Kerja dan PP No. 22/2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan LH)
Amdal disusun oleh pihak
Kegiatan berdampak penting
USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Pemrakarsa atau pihak ketiga yang
terhadap lingkungan hidup memiliki sertifikat kompetensi
WAJIB AMDAL atau berisiko besar penyusun Amdal pada tahap
Prakonstruksi
BAB II
Rona Lingkungan pada Lokasi Pekerjaan
3 Konstruksi/Kegiatan dan Foto Kondisi existing Rona Lingkungan Awal
BAB III
Rencana Pengelolaan Lingkungan dari setiap tahapan
4 pekerjaan Potensi dampak yang ditimbulkan Rencana Pengelolaan Lingkungan
BAB IV
Rencana Pemantauan terhadap Pengelolaan Lingkungan
5 yang dilakukan dan Potensi dampak yang ditimbulkan Rencana Pemantauan Lingkungan
18
Lampiran
Contoh Penerapan Pertimbangan Lingkungan
dalam Desain
(Tugas Tahap Perancangan)
A
20
BIAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN PADA
PEKERJAAN KONSTRUKSI
Biaya Penerapan SMKK dalam Pekerjaan Konstruksi mencakup rincian:
1. Penyiapan RKK, RKPPL, dan RMLLP BIAYA PELAPORAN
2. Sosialisasi, promosi, dan pelatihan
3. Alat Pelindung Kerja (APK) dan Alat Pelindung Diri (APD)
4. Asuransi dan perizinan
5. Personel Keselamatan Konstruksi BIAYA PERSONEL
6. Fasilitas sarana, prasarana, dan alat kesehatan
7. Rambu dan perlengkapan lalu lintas yang diperlukan atau manajemen
lalu lintas
BIAYALOREM
KOORDINASI
IPSUM
8. Konsultasi dengan ahli terkait Keselamatan Konstruksi DAN KONSULTASI
DOLOR SIT AMET
1. Pelaksanaan/Penerapan RKK
Dokumen Pemilihan
BENTUK
ORGANISASI
Pada Penyedia Jasa Direktur OP Direktur QHSE
Level Proyek
Pimpinan Proyek Pimpinan Unit Keselamatan
Konstruksi (UKK)
Laborat
Nama
Assisten Nama Petugas
Inspector/ Operator
Nama
Tenaga tanggap
Garis Instruksi QC/QE
Ahli darurat
Garis Koordinasi
Operator/ Operator/
Teknisi Teknisi
STRUKTUR ORGANISASI Direktur Utama
Level Proyek
Pimpinan Proyek Pimpinan Unit Keselamatan
Konstruksi (UKK)
Laborat
Nama
Assisten Nama Petugas
Inspector/ Operator
Nama
Tenaga tanggap darurat
Garis Instruksi QC/QE
Ahli
Garis Koordinasi
Operator/ Operator/
Teknisi Teknisi
TAHAP
SERAH TERIMA PEKERJAAN
(PHO–Pemeliharaan–FHO)
D
*) Dokumen RKL-RPL/UKL-UPL dan RKPPL
bersifat dinamis, dapat berubah ketika Dokumen Lingkungan
terjadi perubahan desain/ruang lingkup
C (Amdal/UKL-
Pemantauan UPL/SPPL), Dok
B pengelolaan RKPPL
A Pemantapan disusun oleh lingkungan (Pemutakhiran),
Penyedia Jasa Pekerjaan dilakukan oleh RMPK
Pelaksanaan dan
Konstruksi berdasarkan Konsultan (Pemutakhiran),
pemantapan RKL-
RPL/UKL-UPL dan hasil Pengawas dan Laporan pemantauan
pelaksanaan dokumen dilaporkan lingkungan hidup
RKPPL pada tahap
RKL-RPL/UKL-UPL dan kepada diserahkan kepada
operasi dan
RKPPL*) dimutakhirkan Pengguna Jasa Pengguna Jasa
pemeliharaan
5
PENGELOLAAN
LINGKUNGAN KERJA
30
Konsep Dasar Pengelolaan Lingkungan
Kerja (Proyek Konstruksi)
Tempat Kerja (UU No. 1/1970) Ialah tiap ruangan atau lapangan
Mengetahui pekerja yang berisiko baik terbuka atau tertutup, bergerak maupun menetap dimana
terdapat tenaga kerja yang bekerja atau sering dimasuki orang
bekerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat32
sumber atau sumber-sumber bahaya
3. PENGENDALIAN LINGKUNGAN
Penerapan metode teknik tertentu untuk menurunkan tingkat
faktor bahaya lingkungan sampai batas yang masih dapat
ditolerir oleh manusia dan lingkungannya dengan Nilai Ambang Nilai Ambang Batas adalah kadar rata-rata faktor
Batas (NAB) dan Baku Mutu Lingkungan. dalam lingkungan kerja agar tenaga kerja yang
bekerja paling lama 8 jam perhari dan 40 jam
perminggu tidak mengalami gangguan kesehatan
atau gangguan kenyamanan kerja.
JENIS PENGENDALIAN
PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI
• Pengendalian untuk mengurangi getaran
pada pekerjaan konstruksi
• Pengendalian limbah konstruksi
• Pengendalian debu pekerjaan konstruksi
• Pengendalian emisi pada mesin konstruksi
• Pengendalian pencahayaan di tempat kerja
• Pengendalian suhu dan kelembaban pada
pekerjaan konstruksi
• Pengendalian bahan berbahaya beracun
33
FAKTOR BAHAYA LINGKUNGAN KERJA
34
PENGARUH LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KESEHATAN
Faktor Kimia
36
UU Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 164
PROGRAM (1) Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi
pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan
HYGIENE PROYEK kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan
Keuntungan (6) Pengelola tempat kerja wajib menaati standar kesehatan
kerja dan menjamin lingkungan kerja yang sehat serta
01 Meningkatkan kesehatan dan hygiene bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja.
(7) Pengelola tempat kerja wajib bertanggung jawab atas
02 Mengurangi kompensasi kecelakaan kerja yang terjadi di lingkungan kerja sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
03 Meningkatkan kepuasan kerja
04 Mengurangi mangkir kerja
05 Meningkatkan produktivitas
Meningkatkan perilaku
06 pekerja terhadap manajemen 37
JENIS PROGRAM PEMANTAUAN
1. Pemantauan air (alat ukur berdasarkan parameter biologi, fisika dan Kimia)
2. Pemantauan lahan (uji tanah HMP LFG (Light Weight Tester (untuk daya dukung
dan kepadatan tanah), Static Plate Load Tester (Kapasitas beban yang mampu
ditahan oleh tanah)
3. Pemantauan biologis (pencatatan secara manual jumlah orang yang terkena
penyakit akibat kerja)
4. Pemantauan udara (personal dust sampler, gas detector)
5. Pemantauan kebisingan (sound level meter, octave band analyzer, noise dose
meter)
6. Pemantauan limbah (COD/Chemical Oxygen Demand-meter, waste water tester)
7. Pemantauan penduduk/masyarakat (jumlah keluhan masyarakat yang
terdampak proyek)
38
Fasilitas Umum di Lingkungan Proyek
• Pencegahan Kebakaran
Penyediaan ruang karantina dan isolasi pada proyek Pemberian vitamin secara berkala
40
Pemeriksaan suhu pagi dan sore hari Bekerja sama dengan unit Kesehatan setempat Penyemprotan disinfektan berkala
CONTOH PENERAPAN PROGRAM 5R
TOILET 41
TEMPAT JEMURAN BAJU
Contoh: Kondisi Lingkungan Kerja
Pada Pekerjaan Konstruksi
42
Atur dan susun
tata letak
peralatan dan
Pertahankan
perlengkapan
ringkas, rapi, resik,
kerja agar selalau
siap pada saat
RINGKAS diperlukan RESIK RAJIN
PROGRAM 5R
RAPI RAWAT
Bersihkan tempat
Pisahkan dan
kerja dan
singkirkan barang Jadikan sebagai
senantiasa
yang tidak perlu suatu kebiasaan
melaksanakan
dari tempat kerja
kebersihan
KEBERHASILAN Partisipasi dan dukungan semua pihak Menjadi kesadaran setiap orang
5R Adanya komitmen manajemen Sejalan dengan program kualitas lainnya
43
44
45
46
47
TEMPAT KERJA
(PENYIMPANAN MATERIAL)
YANG MENERAPKAN PROGRAM
5R
48
49
50
51
52
KESEHATAN KERJA
(PENGANGKATAN)
53
54
55
KESEHATAN KERJA
(MENCEGAH DEHIDRASI)
56
57
KESEHATAN KERJA
(FOGGING NYAMUK)
58
TERIMA
KASIH
59
CONTOH MATRIKS RKL
B. Pengendalian Getaran
► Menghilangkan sumber getaran ditempat kerja
► Mengganti alat, bahan, proses kerja yang
menimbulkan getaran
► Mengurangi pajanan getaran dengan
menambah/menyisipkan bantalan/peredam diantara
alat dan bagian tubuh yang kontak dengan alat
bergetar
► Membatasi waktu pajanan, SOP, pengaturan jam
kerja
► Penggunaan APD Whole Body Pad
65
PENGENDALIAN LINGKUNGAN
(Metode Pengamanan Umum)
C. Pengendalian Limbah Konstruksi
Cara meminimalkan atau menghilangkan pembuangan
polutan (bahan pencemaran) dari limbah berbahaya
konstruksi ke saluran pembuangan atau ke aliran air.
▪ Menyediakan fasilitas penahanan sementara
(secondary containment) dengan kapasitas 110% dari
volume tersimpan.
▪ Menjaga fasilitas penahanan sementara bebas dari
Tempat khusus penyimpanan
bercampurnya air hujan dan tumpahan. limbah
▪ Area penyimpanan limbah berbahaya di lokasi harus
terletak jauh dari saluran aliran air.
▪ Meminimalkan pemakaian atau produksi limbah
berbahaya di lokasi kerja.
▪ Memisahkan limbah yang berpotensi berbahaya dari
puing-puing yang tidak berbahaya.
▪ Limbah berbahaya cair atau semi-cair harus disimpan
dalam wadah yang sesuai (drum tertutup atau
sejenisnya) dan tertutup. 66
Metode penyimpanan limbah
PENGENDALIAN LINGKUNGAN
(Metode Pengamanan Umum)
Limbah Beton Limbah Septik
▪ Limbah mortar beton dilarang dibuang ke ▪ Menempatkan fasilitas sanitasi sementara
saluran pembuangan air atau aliran air. (portable toilet) sejauh mungkin dari fasilitas
▪ Limbah mortar beton harus dikumpulkan drainase aliran air, tetapi masih berlokasi
dan dibuang dengan benar atau strategis bagi personel.
ditempatkan di fasilitas pencucian beton ▪ Tidak membuang atau mengubur air limbah di
sementara. dalam area kegiatan.
▪ Memasang rambu tempat membuang ▪ Fasilitas sanitasi sementara harus dibuang ke
sistem saluran pembuangan resmi.
limbah beton dekat setiap fasilitas
▪ Limbah cair dari sanitasi sementara dibuang
pencucian beton.
ke sistem saluran pembuangan sanitasi resmi.
▪ Menunjuk seorang pengawas pekerjaan ▪ Fasilitas sanitasi/septik harus dijaga dengan
beton di lokasi untuk memantau kegiatan baik.
pemotongan beton, coring, penggilingan, ▪ Portabel toilet dibersihkan setiap hari dan
dan grooving. selalu diberikan air secukupnya.
67
PENGENDALIAN LINGKUNGAN
(Metode Pengamanan Umum)
D. Pengendalian Debu Pekerjaan Konstruksi Mist Sprayer Kabut Air Meriam Untuk Debu Kontrol
minum
70
PENGENDALIAN LINGKUNGAN
(Metode Pengamanan Umum)
H. Penyimpanan Bahan Berbahaya Beracun
Bagaimanakah cara menyimpan material/ bahan
agar tidak mencemari drainase?
Manajemen atau pengelolaan aliran air pada kegiatan Sedimentasi adalah proses partikel-partikel dalam
pembangunan jalan telah mengidentifikasi adanya ancaman suspensi untuk mengendap dari cairan (air) di mana
signifikan terhadap kualitas air dan badan air. mereka tertahan pada penghalang. Partikel padat
Salah satu penyebab buruknya kualitas air karena yang terperangkap oleh turbulensi air yang bergerak
meningkatnya erosi dan sedimentasi di dapat dihilangkan secara alami dengan sedimentasi
sekitar lokasi pembangunan jalan. dalam air danau.
Gambar 2. Aliran Air
Kesalahan pengelolaan sedimen dan erosi di lokasi kerja Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, Mengandung Sedimen
berpotensi menimbulkan dampak ekonomi, keselamatan, dan tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat
ekologis yang merugikan. transportasi angin, air atau es, yang berpindah dari
satu lokasi di permukaan bumi, dan kemudian
Penumpukan sedimen pada saluran drainase menyebabkan mengangkutnya ke lokasi lain.
pendangkalan dan berpotensi banjir. Endapan sedimen di
jalan dapat menyebabkan jalan licin dan/atau mengakibatkan
kecelakaan kendaraan.
1 MENSTABILKAN SALURAN
2 MENGENDALIKAN SEDIMENTASI
A
Menstabilkan saluran air
menggunakan rumput atau Membangun/membuat pagar sedimen yang
pelindung batu dibangun di ujung lereng untuk menampung
limpasan sedimen
Merencanakan konstruksi
B saluran air untuk
memperlambat aliran air
3 MENGENDALIKAN EROSI
74
Contoh : Manajemen/Pengendalian Sedimen
Dengan memasang struktur penahan sedimen untuk mencegah
sedimen keluar dari lokasi melalui aliran limpasan permukaan.
Ada beberapa cara pengendalian sedimen untuk aliran air yang tidak terlalu deras antara lain dengan:
1.Pagar lanau dari gulungan jerami (Straw 4. Check Dam
Bale) Check Dam adalah bendungan kecil yang
Memasang gulungan jerami secara rapat bersamaan sebagai dibangun melintasi parit drainase, sengkedan,
penghalang aliran air untuk meminimalkan celah pada aliran permukaan atau saluran untuk menurunkan kecepatan
pembawa sedimen berfungsi sebagai pagar lanau. Jerami kering diikat aliran. Kecepatan limpasan yang berkurang
membentuk gulungan jerami yang dipasang pada aliran air. Gulungan mengurangi erosi dan alur di saluran dan
jerami diberi penguat yang diikatkan pada tiang atau patok agar tidak memungkinkan sedimen mengendap.
hanyut. Bendungan ini dapat dibangun dari batu,
(Lanau adalah tanah atau butiran penyusun tanah/batuan yang karung pasir yang diisi dengan kerikil kacang,
berukuran diantara pasir dan lempung) atau batang kayu.
Check Dam dapat digunakan untuk mengurangi
2. Kantong Kerikil (Rock Bund) aliran di saluran sementara kecil yang saat ini
Penyaring lanau sintetis berpori (permeable) ini terdiri dari penutup sedang mengalami degradasi.
geotekstil. Kantung kerikil bekerja mirip dengan kantung pasir tetapi
diisi dengan batuan drain dan digunakan untuk melindungi lubang
drainase. 5. Kolam Sedimen /
Batuan yang lebih besar memungkinkan pasir untuk
menyaring tanpa membuat bendungan.
Sediment Basin
Permeable/permeabel adalah membran sintetis berpori yang dapat
dilewati oleh semua cairan.
Kolam Sedimen adalah bak pengendapan
sementara yang dibangun di lokasi
3. Pagar Lanau Sintetis (Synthetic Silt konstruksi untuk menangkap tanah yang
Fence) tererosi atau terganggu yang tersapu saat
hujan, dan untuk melindungi kualitas air dari
Pagar lanau sintetis dari anyaman bahan sintetis adalah
aliran terdekat, sungai, danau, atau teluk.
penghalang sedimen sementara. Pagar lanau sintetis terbuat dari Kolam sedimen dibangun di sepanjang jalur
anyaman, bahan sintetis yang memungkinkan air meresap, tetapi air atau daerah dataran rendah di lokasi
tidak memungkinkan partikel lanau yang lebih besar lewat. konstruksi
Pagar lanau ditempatkan di tempat antara tanah yang terganggu 75
dan saluran air atau sistem drainase yang akan mengalir.
Contoh : Manajemen/Pengendalian Erosi
Dengan memasang struktur penahan sedimen untuk mencegah
sedimen keluar dari lokasi melalui aliran limpasan permukaan.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk pengendalian Erosi, antara lain dengan:
3. Riprap / Hamparan Batu
1. Selimut pengendali erosi (Erosion control Hamparan Batu yaitu susunan batu yang
ditempatkan sepanjang garis pantai, pondasi
blankets) jembatan, dan/atau lereng curam untuk
Selimut Pengendali Erosi dan tikar jerami atau mulsa melindungi dari gerusan dan erosi.
dirancang untuk melindungi bukit, lereng, lahan basah,
Ukuran batu yang dibutuhkan tergantung
dan tepian dari erosi angin dan air. Selimut pengendali kepada
erosi terbuat dari bahan biodegradable (alami) seperti
sabut, jerami, atau serbuk kayu. Bahan-bahan ini kecuraman lereng dan seberapa cepat air
memberikan pengendalian erosi yang efektif sampai bergerak.
vegetasi dapat berakar.
76