Anda di halaman 1dari 42

PEMENUHAN

REGULASI & STANDAR TEKNIS


BANGUNAN GEDUNG HIJAU
(dari perspektif arsitektur)

Jimmy S. Juwana
Dosen Purna Bhakti Universitas Trisakti
Direktur Pengembangan Rating Greenship GBCI
Praktisi Bangunan Gedung
E-mail: jimmy28112000@yahoo.com
HP.: 081 679 4511

Disampaikan pada:
Seminar Green Building
Universitas Pelita Bangsa
Jakarta, 2 September 2023
Sustainable Building
MATERI BAHASAN
• Pengertian Konstruksi Berkelanjutan
dan Bangunan Gedung Hijau (BGH)
• Ragam Pemeringkatan di Dunia
dan Parameternya
• Klasifikasi Bangunan Gedung
• Regulasi dan SNI
• Regulasi dan Standar bidang
Arsitektur BGH Madya
BANGUNAN PENYUMBANG TERBESAR BAGI PEMANASAN GLOBAL
(SEKITAR 50% ENERGI DIGUNAKAN)

MENGKONSUMSI 36% DARI TOTAL ENERGI


MENGKONSUMSI 62,5% DARI PASOKAN DAYA LISTRIK
MENGKONSUMSI 12% DARI PASOKAN AIR MINUM
MENGKONSUMSI 40% DARI BAHAN MENTAH
MENGHASILKAN 30% DARI EMISI RUMAH KACA
MENGHASILKAN 136 JUTA TON SAMPAH BONGKARAN KONSTRUKSI

BANGUNAN GEDUNG MENGKONSUMSI ENERGI LEBIH


BESAR DARI SEKTOR TRANSPORTASI & INDUSTRI
SEJARAH & PERKEMBANGAN
BANGUNAN GEDUNG HIJAU
• 400 SM  zaman Romawi - pasif solar
• 1.200  suku Indian di Colorado – bangunan adobe
• 1987  PBB mencetuskan prinsip pembangunan/pengembangan berkelanjutan
• 1999  Gagasan bangunan gedung hijau
• 2001  USGBC didirikan  WGBC
• 2002  LEED disusun
• 2014  Edge disusun di Amsterdam
• 2015  JLL Australia – bangunan gedung bertingkat dengan 50% hemat energi
• 2050  Smart Building Net Zero Building

Sumber: youtube.com/watch?v=JOG4GwSPsY8, 2016


PRINSIP KONSTRUKSI BERKELANJUTAN
PEMBONGKARAN/DEKONSTRUKSI

PERUBAHAN/MODIFIKASI

PEMELIHARAAN & PERAWATAN


PEMANFAATAN/PENGOPERASIAN

PELAKSANAAN KONSTRUKSI

PERANCANGAN

PENGEMBANGAN

PERENCANAAN

TANAH
PENGURANGAN
BAHAN

PENGGUNAAN KEMBALI AIR


ENERGI
PENDAUR-ULANGAN EKOSISTEM

PERLINDUNGAN ALAM

PEMUSNAHAN RACUN

BIAYA DAUR HIDUP

PERTIMBANGAN MUTU

PRINSIP

Sumber: Kilbert C. J. (2005); Sustainable Construction – Green Building and Delivery, John Wiley & Sons, Inc,, Hoboken.
MANFAAT RACANGAN BERKELANJUTAN
PERBEDAAN KONVENSIONAL vs KONSTRUKSI BERKELANJUTAN

TAHAPAN
PENYELENGGARAAN LINGKUNGAN TERBANGUN KONVENSIONAL KONSTRUKSI BERKELANJUTAN
BANGUNAN GEDUNG
URBANISME BARU
TRANSIT ORIENTED DEVELOPMEN (TOD)
PERENCANAAN RANCANG KOTA KONSERVASI RANCANG KAWASAN
BIO-URBANISME
BIO-REGIONALISME
ARSITEKTUR KONVENSIONAL
LANSEKAP KONVENSIONAL
PERANCANGAN RANCANGAN BERORIENTASI PADA EKOLOGI
DESAIN INTERIOR KONVENSIONAL
REKAYASA TEKNIS KONVENSIONAL
KONSTRUKSI PELAKSANAAN KONSTRUKSI PELAKSANAAN KONSTRUKSI HIJAU
PEMANFAATAN PENGELOLAAN FASILITAS PENGELOLAAN FASILITAS HIJAU
RENOVASI/UBAH-SUAI RANCANGAN KONVENSIONAL RANCANGAN BERORIENTASI PADA EKOLOGI
PEMBONGKARAN PEMBONGKARAN DEKONSTRUKSI

Sumber: Kibert, C.J. (2003); “Green Buildings: An Overview of Progress; https://www.researchgate.net/publication/236144351, University of Florida
LIMA PRINSIP BANGUNAN GEDUNG HIJAU

• Komunitas yang nyaman


• Efisiensi energi
• Mutu udara dalam gedung
• Konservasi sumber daya
• Konservasi air

Sumber: Howland Built Construction (louisianalandcan.org/article/The-five-principles-of-green-building/868, diakses 29 Agustus 2022


PARAMETER KINERJA
BANGUNAN GEDUNG HIJAU
• Perencanaan tapak dan lansekap
• Bentuk dan orientasi bangunan gedung
• Selubung bangunan gedung dan konfigurasi bukaan
• Integrasi efisiensi tata cahaya dan cahaya alami
• Efisiensi sistem tata udara
• Pengelolaan efisiensi air
• Pengendalian sistem
• Energi yang terbarukan
• Material yang berkelanjutan dan ramah lingkungan
• Rancangan inovatif
NEGARA ANGGOTA WGBC & RATING TOOLS-nya

Sudah 90 negara yang menjadi anggota WGBC,


termasuk Indonesia yang diwakili oleh GBCI.
PERINGKAT KINERJA (RATING TOOLS)
BANGUNAN GEDUNG HIJAU DI INDONESIA

Permen PUPR no. 21/2021 Greenship Versi NB 2,0 (GBCI)


No.
Parameter Nilai Parameter Nilai
1 Pengelolaan Tapak 38 Tepat Guna Lahan 25
2 Efisiensi Penggunaan Energi 46 Efisiensi & Konservasi Energi 30
3 Efisiensi Penggunaan Air 22 Konservasi Air 24
4 Kualitas Udara dlm Ruang 19 Sumber & Siklus Material 14
Penggunaan Material Ramah Kesehatan & Kenyaman dalam
5 21 15
Lingkungan Ruang
Manajemen Lingkungan
6 Pengelolaan Sampah 7 16
Bangunan
7 Pengelolaan Air Limbah 12
Total 165 Total 124
Sumber: Permen PUPR no 21, 2021 dan GBCI, 2019.
KETENTUAN REGULASI & STANDAR
TENTANG BANGUNAN GEDUNG HIJAU
MULAI

FUNGSI
BANGUNAN

KETENTUAN STANDAR KRITERIA


TEKNIS BANGUNAN GEDUNG RANCANGAN

PP no. 16/2021 REGULASI SNI

RANCANGAN
STANDAR

KRITERIA PARAMETER
PENILAIAN
BGH BGH
KETENTUAN STANDAR
VERIFIKASI &
VALIDASI BANGUNAN GEDUNG HIJAU
Permen PUPR
Memiliki RANCANGAN no. 21/2021
BGH
Persetujuan Bangunan Gedung Memiliki
(PBG) Sertifikat Laik Fungsi (SLF)
SELESAI
PENYELENGGARAAN
BANGUNAN GEDUNG
TERKAIT
PROSES PBG DAN SLF
KATEGORI KRITERIA BGH
Peraturan Menteri PUPR
Nomor 21 Tahun 2021
KATEGORI KRITERIA BGH
Peraturan Menteri PUPR
Nomor 21 Tahun 2021
KRITERIA RANCANGAN
• Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang –
KKPR (dahulu Keterangan Rencana
Kota/Kabupaten – KRK)
• Kriteria Rancangan Fungsi Bangunan Gedung
• Standar Keandalan Bangunan Gedung
= Keselamatan
= Kesehatan
= Kenyamanan
= Kemudahan

Standar Keandalan Bangunan Gedung


REGULASI & STANDAR TEKNIS
- UU no. 11 / 2020 – Cipta Kerja
- UU no. 02 /2017 – Jasa Konstruksi
- UU no. 06 /2017 – Arsitek
- UU no. 11 / 2014 – Keinsinyuran

Standar Nasional Indonesia (SNI)


SNI TERKAIT
KOMPONEN
BANGUNAN
GEDUNG
(dari sekitar 270
SNI untuk
Bangunan
Gedung)
BEBERAPA REGULASI DAN STANDAR
ARSITEKTUR YANG PENTING
Kesesuaian Perencanaan dengan KKPR

KKPR
KETENTUAN JARAK GARIS SEMPADAN BANGUNAN

Permen Pu 29 -2006, Jarak bebas bangunan


KETENTUAN JARAK GARIS SEMPADAN BANGUNAN
KETENTUAN JARAK BEBAS BANGUNAN
KETENTUAN JARAK BEBAS BANGUNAN
KETENTUAN ALUR KENDARAAN
KETENTUAN PROTEKSI KEBAKARAN
Volume bangunan
No Keterangan
gedung [m3]
1 > 7.100 Minimal 1/6 keliling bangunan gedung
2 >28.000 Minimal ¼ keliling bangunan gedung.
3 > 56.800 Minimal ½ keliling bangunan gedung.
4 > 85.200 Minimal ¾ keliling bangunan gedung
5 > 113.600 Harus sekeliling bangunan gedung.

PERLU HARD STANDING (HS) 6 X 15 M

PERLU HARD STANDING (HS) 10 X 18 M

Sumber: Suryabrata, 2021


Ketinggian kanopi > 4,5 m
(clearance height)

Jarak HS ke
gedung
2m – 10m
Hard Standing (mampu menahan beban mati 12 ton)

Fire Command Center

Area > 12 m2
(3x4 m)
TKA 2 Jam

Siamese Connection
Sumber: Suryabrata, 2021
KETENTUAN JALUR MOBIL PEMADAM KEBAKARAN

Sumber: Suryabrata, 2021

Sumber: PP no. 16, 2021


JENIS
TANGGA
KEBAKARAN

Disyaratkan saf kebakaran TKA


dua Jam, tanpa pressurized fan
dan tanpa lift kebakaran
Tangga sirkulasi bisa Minimal dua buah untuk
digunakan sebagai tangga setiap lantai
darurat Jarak layanan tangga radius
Minimal dua buah untuk 38 m
Tangga dengan Shaft
Kebakaran setiap lantai
(untuk bangunan H > 20 meter) Jarak layanan tangga
radius 38 m
Sumber: PP no. 16, 2021
MAIN OF EGRESS
KETENTUAN TANGGA KEBAKARAN
Akses Eksit

LOKASI TANGGA DARURAT, LORONG BUNTU, PENGENDALIAN ASAP Sumber: PP no. 16, 2021
KETENTUAN PARKIR
KENDARAAN

Sumber: Suryabrata, 2021


KETENTUAN GEDUNG PARKIR

Pedoman teknis penyelenggaraan fasilitas parkir


Dirjen perhubungan darat 272/HK.105/DRJD/96
POLA TATA LETAK PARKIR KENDARAAN
MOBIL PENUMPANG

SEPEDA MOTOR
SEPEDA

Sumber: PP no. 16, 2021


KETENTUAN PARKIR KENDARAAN
CONTOH LAYOUT BASEMENT

Pedoman teknis penyelenggaraan fasilitas parkir


Dirjen perhubungan darat 272/HK.105/DRJD/96

Contoh tata letak basemen untuk parkir dan utilitas bangunan


TITIK KUMPUL
 Jarak minimum titik berkumpul dari bangunan gedung adalah 20
m
 Titik berkumpul dapat berupa jalan atau ruang terbuka.
 Lokasi titik berkumpul tidak boleh menghalangi akses dan
manuver mobil pemadam kebakaran.
 Memiliki akses menuju ke tempat yang lebih aman, tidak
menghalangi dan mudah dijangkau oleh kendaraan atau tim
medis.

Sumber: Suryabrata, 2021


KETENTUAN FASILITAS DIFABEL - TOILET
KETENTUAN FASILITAS DIFABEL - RAM
PERENCANAAN TAPAK & LANSEKAP
• Pengolahan tapak tidak berdampak pada
perusakan kondisi lingkungan alami
• Perubahan kontur (cut & fill) seminimal
mungkin
• Pengurangan material sisa ke luar tapak.
• Penataan aliran air hujan
• Penghijauan untuk:
Sumber: BP4S Usakti, 1998 • menciptakan iklim mikro yang nyaman
• menciptakan adanya bayangan (Shading)
• menghalangi tiupan angin kencang
• menyerap debu dan kebisingan
• menjerap polutan dari udara
• Penggunaan material perkerasan yang porous
 menyerap air hujan.
• Penggunaan tanaman lokal
• Pengurangan rain water runoff secara signifikan
Rencana Kampus Nagrak Usakti
BENTUK DAN ORIENTASI
BANGUNAN GEDUNG
• Gabungan antara iklim lokal dan sumber daya alam
untuk mengurangi pengaruh panas matahari:
• Mengoptimasikan ventilasi menerus (cross & stack effect
ventilation)
• Mengurangi beban angin (minimize wind load)
• Mengurangi serapan panas dari luar masuk ke dalam bangunan
gedung
• Memaksimalkan cahaya alami dan pengendalian cahaya alami
(maximize daylighting and daylight control)
SELUBUNG BANGUNAN GEDUNG dan KONFIGURASI BUKAAN
Merancang selubung bangunan gedung dan bukaan
dinding dengan benar dapat mengurangi serapan
panas dari luar dan beban pendingin

• Konfigurasi bukaan dan dinding


• Orientasi, penempatan dan ukuran bukaan
• Nilai U dinding dan kaca
• Material kaca
• Koefisien serapan panas
• Bayangan matahari
• Dinding ganda/Fasad

mengurangi OTTV: Overall Thermal Transfer Value


(maksimum 45 Watt/m2).
INTEGRASI EFISIENSI TATA CAHAYA
DAN CAHAYA ALAMI
• Perletakkan dan luasan jendela yang
optimal untuk cahaya alami
• Penggunaan lampu yang hemat
energi
• Penggunaan pengendali otomatis
dengan sensor:
• Sensor cahaya alami
• Sensor benda bergerak
SIRKULASI UDARA ALAMI
Model Rumah Susun
Aparat Sipil Negara (ASN)
di IKN

Sumber: Suryabrata, 2021


TERIMA KASIH

Ir. Ar. Jimmy S. Juwana, MSAE, AEI, SEI, ACPE, IPU, GP


Dosen Purna Bhakti Universitas Trisakti
Direktur Pengembangan Rating Greenship GBCI
Praktisi Bangunan Gedung
E-mail: jimmy28112000@yahoo.com
HP.: 081 679 4511
Greenship Gold

Anda mungkin juga menyukai