Anda di halaman 1dari 74

DIREKTORAT KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

MODUL 6
Dasar-Dasar
Keselamatan Konstruksi
OUTLINE:
1. LATAR BELAKANG

2. KONSEP KESELAMATAN KONSTRUKSI

3. DEFINISI BAHAYA, RISKO DAN TINGKAT RISIKO

4. DEFINISI KECELAKAAN KONSTRUKSI

5. KOMUNIKASI KESELAMATAN KONSTRUKSI

A Induksi Keselamatan Konstruksi


B Safety Talk
C Tool Box Meeting
6. MENGENAL K3

7. APD dan APK


LATAR
BELAKANG 1
LATAR BELAKANG KESELAMATAN KONSTRUKSI

ACCIDENT FREE
01 Keinginan untuk selamat dan terhindar dari bahaya

BUSSINESS INTERUPTION
02 Keinginan untuk terhindar dari kerugian materi akibat kecelakaan

COMPLIANCE WITH LAW


03 Memenuhi ketentuan hukum

COSTUMER SATISFACTION
04 Desakan dari pihak luar dan tuntutan masyarakat
SASARAN KESELAMATAN KONSTRUKSI

Menjamin dipenuhinya Standar Keamanan,


Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam
pengkajian, perencanaan, perancangan, dan
pelaksanaan konstruksi

Melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja


dan orang lainnya di tempat kerja konstruksi (formal &
informal)
SAFETY
FIRST Menjamin setiap peralatan dan material konstruksi
MIND SET
digunakan aman sesuai dengan spesifikasi teknis

Menjamin proses pekerjaan konstruksi berjalan lancar

Menjamin produk konstruksi dapat digunakan, dirawat,


UTAMAKAN dan dibongkar dengan selamat dan efisien
KESELAMATAN
KONSEP
KESELAMATAN 2
KONSTRUKSI
“SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI”
Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan

Keselamatan Keselamatan & Keselamatan


Keselamatan Publik
Keteknikan Konstruksi Kesehatan Kerja Lingkungan
Menjamin

 Pemilik/pemberi pekerjaan  Lingkungan kerja


 Bangunan/aset  Penyedia Jasa  Masyarakat di sekitar  Lingkungan terdampak
Objek yang konstruksi  Tenaga kerja konstruksi proyek proyek
Diselamatkan  Peralatan, material  Pemasok, tamu,  Masyarakat terpapar  Lingkungan alam
Subpenyedia Jasa  Lingkungan terbangun

Kecelakaan Konstruksi
Pencegahan
Kecelakaan Keteknikan Kecelakaan Kerja, Kecelakaan pada Kecelakaan
Terhadap Penyakit Akibat Kerja Lingkungan
Konstruksi Masyarakat

Identifikasi bahaya, penilaian risiko, penentuan pengendalian risiko, dan peluang (IBPRP), Prosedur Kerja Aman,
Metode Analisis Keselamatan Konstruksi (AKK), Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK),
Pencegahan Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK), Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (RKPPL),
Program Mutu, dan Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP)
1 SMKK sebagai Sistem Manajemen yang Terintegrasi
Keterangan:
SMKK SMKK  Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
SMK3  Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
RKK  Rencana Keselamatan Konstruksi
SMM  Sistem Manajemen Mutu
SMK3 SMM PMPM  Penjaminan Mutu dan Pengendalian Mutu
RMPK  Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi
RKK (dan PMPM: RMPK, SML  Sistem Manajemen Lingkungan
Rancangan Program Mutu RKPPL  Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
Konseptual SMKK) SMLL  Sistem Manajemen Lalau Lintas
RMLLP  Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan
PP  Peraturan Pemerintah
• PP No. 14 Tahun 2021 tentang Perubahan atas PP No. 22 Tahun 2020 tentang
Pedoman SOP Peraturan Pelaksanaan UU No. 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi
• PP No. 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung
• PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
Perpres  Peraturan Presiden
Permen  Peraturan Menteri
RKPPL RMLLP • Permen PUPR No. 10 Tahun 2021 tentang Pedoman SMKK
• Permen PUPR No. 9 Tahun 2021 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Konstruksi Berkelanjutan
• Permen PUPR No. 8 Tahun 2021 tentang Penilai Ahli, Kegagalan Bangunan,
SML SMLL dan Penilaian Kegagalan Bangunan
• Permen PUPR No. 20 Tahun 2021 tentang Bangunan Gedung Fungsi Khusus
• Permen PUPR No. 21 Tahun 2021 tentang Penilaian Kinerja Bangunan
Spesifikasi Gedung Hijau
Teknis, SNI • Permen PUPR No. 1 Tahun 2022 tentang Pedoman Penyusunan Perkiraan
Biaya Pekerjaan Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
5 ELEMEN SMKK
1. KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI
TENAGA KERJA DALAM 3. DUKUNGAN KESELAMATAN
KESELAMATAN KONSTRUKSI KONSTRUKSI 5. EVALUASI KINERJA PENERAPAN SMKK
a. Kepedulian Pimpinan Terhadap Isu a. Sumber daya berupa teknologi, a. Pemantauan atau inspeksi
Eksternal dan Internal; peralatan, material, dan biaya b. Audit
b. Organisasi Pengelola SMKK; b. Kompetensi tenaga kerja c. Evaluasi
c. Komitmen Keselamatan Konstruksi c. Kepedulian organisasi d. Tinjauan Manajemen
dan Partisipasi Tenaga Kerja; d. Manajemen komunikasi e. Peningkatan Kinerja Keselamatan
d. Supervisi, training, akuntabilitas, e. Informasi Terdokumentasi Konstruksi
sumber daya, dan dukungan

1 2 3 4 5

2. PERENCANAAN KESELAMATAN KONSTRUKSI


4. OPERASI KESELAMATAN KONSTRUKSI
a. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Pengendalian dan Peluang
b. Rencana Tindakan Keteknikan, Manajemen, dan Tenaga Kerja
a. Perencanaan implementasi RKK
yang tertuang dalam Sasaran dan Program; dan b. Pengendalian operasi Keselamatan Konstruksi
c. Pemenuhan standar dan Peraturan Perundang-undangan c. Kesiapan dan tanggapan terhadap kondisi darurat
Keselamatan Konstruksi d. Investigasi kecelakaan konstruksi
KEMAMPUAN UNTUK MEMPENGARUHI
KESELAMATAN KONSTRUKSI PADA SEBUAH PROYEK
High

Conceptual
Design
Kemampuan untuk
Mempengaruhi
Detailed
Keselamatan
Engineering

Procurement

Construction

Start date Start-up

Low Project Schedule End date

(Dari hasil penelitian di Eropa, oleh Szymberski, 1997)


KONSEP KESELAMATAN KONSTRUKSI

Jenis Work Prosedur / Pelaksanaan


AMAN
Pekerjaan Method Petunjuk pekerjaan
Statement Pelaksanaan

Standar Inspeksi
IBPRP/AKK Keselamatan Keselamatan
konstruksi Konstruksi

Konsep
onsep
Keselamatan
Keselamatan
Konstruksi
Konstruksi

Referensi:
- PP 14 Tahun 2021
- Permen PUPR No
10 Tahun 2021 “Safe Project Execution”
tentang Pedoman
SMKK
DEFINISI BAHAYA,
RISIKO, DAN TINGKAT 3
RISIKO
4 PENGERTIAN BAHAYA & RISIKO
A Definisi Bahaya CONTOH SUMBER:
 Orang
 Material, Benda
• Bahaya adalah segala kondisi yang  Alat
 Lokasi
dapat merugikan baik cidera atau kerugian  Metode Kerja
lainnya;
CONTOH KONDISI:
• Bahaya adalah segala sesuatu berupa  lubang lantai tanpa railing
sumber, kondisi atau tindakan tidak  lantai licin
selamat yang berpotensi mengakibatkan  jalan berlubang
 kabel listrik terkelupas,
kerugian  tepian lantai tanpa railing

Kerugian dapat berupa : CONTOH TINDAKAN:


Cedera (fatalitas, luka berat, cacat, luka ringan)  mengemudi terlalu cepat
Kerusakan harta benda (alat, material, mesin dsb)  naik tanpa tangga
Kerusakan lingkungan (tanah, udara, dan air)  bekerja tanpa APD
Terganggunya proses  bekerja tanpa kompetensi
Kombinasi dari semuanya.
Modul Ahli Muda K3 Konstruksi - A2K4-I 13
4 PENGERTIAN BAHAYA & RISIKO
B Definisi Risiko dan Tingkat Risiko K
E
K
Hampir tak pernah terjadi
Kecil kemungkinan terjadi
1
2
E Mungkin terjadi 3
R
Risiko adalah kemungkinan akibat atau A
P
Sangat mungkin terjadi 4

kemungkinan terjadinya kerugian, yang A


N
Hampir pasti terjadi 5

disebabkan karena terpapar oleh suatu K Fatalitas > 1 0rang 5


bahaya. E
P Fatalitas = 1 orang 4
A
R Rawat Inap > 1 orang 3
Tingkat Risiko adalah perpaduan antara tingkat A
H Rawat inap = 1 orang 2
A
kekerapan (frekuensi, probability) dan tingkat N Cukup dengan P3K 1
keparahan (besarnya akibat, severity) yang Tingkat Risiko Keparahan
merupakan besaran dari kemungkinan kerugian Kekerapan 1 2 3 4 5
dari suatu kecelakaan atau penyakit akibat kerja 1 1 2 3 4 5
2 2 4 6 8 10
Tingkat Risiko = Tingkat Kekerapan x Tingkat Keparahan 3 3 6 9 12 15
4 4 8 12 16 20
Contoh:
Mengecor beton kolom di tepi bangunan di lt 5, bekisting kolom setinggi 4 m tidak 5 5 10 15 20 25
menggunakan perancah, tidak ada tangga dan tidak ada platform dan railing pelindung, dan Keterangan
pekerja cor tidak menggunakan fullbody harness.
MAKA: tingkat kekerapan menjadi sangat mungkin terjadi (F=4), dan jika pekerja jatuh ke 1-4 : Tingkat risiko kecil
tanah akan mengalami fatalitas (A=4), TR = F x A = 4 x 4 = 16, 5-12 : Tingkat risiko sedang
jika dilihat di tabel, Tingkat risiko > termasuk risiko besar 15-25 : Tingkat risiko besar
4 PENGERTIAN BAHAYA & RISIKO
C Hirarki Pengendalian Risiko
JENIS
HIRARKI FUNGSI CONTOH
PENGENDALIAN
• Menghindari bahaya dan risiko dengan
1 Eliminasi Meniadakan Bahaya dan Risiko
menggunakan robot dan remote control
• Memasang bola lampu dengan stick sebagai ganti
Mengganti alat, material, metode, proses, tata letak, tangga
2 Substitusi
dengan yang bahaya dan risikonya lebih kecil
• Mengganti panel asbes dengan panel GRC

Mencegah / mengurangi kemungkinan terjadinya • Menggunakan perancah, tangga, platform dan railing
Rekayasa teknis kecelakaan dengan merubah kondisi tidak selamat ketika mengecor beton kolom tinggi > 2 m
3
Engineering Control (unsafe condition) menjadi kondisi yg selamat (safe • Memasang turap pada pekerjaan galian tanah, untuk
condition) mencegah longsor

Pengendalian Mengurangi kemungkinan & keparahan terjadinya • Untuk melaksanakan pekejaan berbahaya, selain
kecelakaan, dengan merubah perilaku atau tindakan menggunakan SOP harus mengikuti prosedur ijin
4 Administratif kerja, dengan lebih dulu melakukan AKK
tidak selamat (unsafe act) menjadi tindakan selamat
Administrative Control (safe action). • Pelatihan dan sertifikasi, memasang rambu rambu

• Menggunakan fullbody harness dan life line ketika


Alat Pelindung Diri Melindungi dan mengurangi keparahan cedera jika
5 bekerja di ketinggian
(APD) kecelakaan terjadi
• Menggunakan topeng ketika mengelas
Dalam penetapan jenis pengendalian risiko ketika menyusun Identifikasi Bahaya Penilain Risiko dan Peluang (IBPRP), wajib mengikuti
hirarki pengendalian tersebut di atas dan jika tidak mungkin melakukan eliminasi dan substitusi, maka minimal harus menerapkan
Rekayasa Teknis, Pengendalian Administratif, dan APD.
JENIS JENIS BAHAYA

JENIS JENIS BAHAYA KESELAMATAN JENIS JENIS BAHAYA KESEHATAN


Meliputi semua bahaya yang
• Kebisingan  Tuli
menciptakan kondisi kerja yang tidak
• Pencahayaan  Tingkat Paparan  Buta
selamat, karena terjadi kontak dengan • Tekanan  Dosis – respon  Depresi
energi tertentu. Misal: BAHAYA •  Konsentrasi
Radiasi  Kanker
1. Bahaya ketinggian (energi gravitasi) FISIK • Suhu ekstrim K  Intensitas  Kelelahan Fisik
• Getaran A  Lama paparan  Jaringan otot rusak
2. Bahaya struktur ambruk (energi
• Partikulat D  Silikosis, asbestosis
mekanika) A
3. Bahaya kesetrum, meledak (energi R  Tingkat Paparan R
BAHAYA  Flamable, eksplosif  Iritasi Kulit
•G  Dosis – respon I
listrik) •P
 Beracun  Keracunan
KIMIA  Iritan, Korosif
 Konsentrasi
S  Cacat Pance Indera
4. Bahaya benda bergerak (energi •C
 Karsinogen, Alergen X  Intensitas  Kanker, Alergi
kinetik)  Lama paparan I
• Virus W  Intensitas K  DB, HIV, Malaria
5. Bahaya tabrakan (energi kinetik) BAHAYA • Serangga
A
 Lama Paparan O  Inifeksi
6. Bahaya longsor (energi BIOLOGI • Bakteri  Imunitas  Bisa/Racun
mekanik/gravitasi) • Jamur, dll K  Sensitivitas  Alergi
• T 
7. Bahaya kebakaran (energi panas) BAHAYA
Salah posisi Sakit punggung
• Gerakan janggal U  Terkilir
8. Bahaya terdsandung (enegi kinetik)  Lama Paparan
ERGONOMI • Gerak monoton  Carpal Syndrome
9. Bahaya radiasi (energi radiasi) • Letak tidak sesuai  Cacat permanen

10. Bahaya lainnya yang umumnya BAHAYA • Stress beban kerja  Intensitas  Gangguan mental
termasuk dalam kategori bahaya PSIKOLOGI • Pelecehan, kekerasan  Imunitas  Depresi, Gelisah
• Intoleran, dll  Sensitivitas  Tidak konsentrasi
fisik.
JENIS BAHAYA KONSTRUKSI

Technological
01 Hazard 05 Lifting Hazard

02 Structure Hazard 06 Traffic Hazard

Temporary Works 0
06
03 Hazard
07
7
Mechanical Hazard

Moving and
04 Vehicles Hazard
08 Electrical Hazard
SUMBER BAHAYA KONSTRUKSI
ORANG/ TENAGA KERJA
01

02 PERALATAN

03 BAHAN

METODE KERJA
04

05 LOKASI / LINGKUNGAN
Unsafe Condition & Unsafe Action
Unsafe Condition
adalah kondisi pekerjaan yang belum
terlindung dari bahaya, risiko dan
kerugian
Keselamatan
adalah kondisi terlindung dari
bahaya, risiko, atau cedera atau
kerugian

Unsafe Action
adalah perilaku atau sikap dari pekerja atau orang di
tempat kerja yang tidak mematuhi/ tidak sesuai
dengan persyaratan, prosedur standar keselamatan
dan kesehatan kerja

Kesehatan adalah kondisi fisik, mental, dan


sosial yang lengkap dan bukan sekadar tidak adanya
penyakit atau kelemahan.
KONDISI YANG BERBAHAYA
SK Dirjen Binawas Ketenagakerjaan Nomor : KEP. 84/BW/1998 Tanggal : 8 April 1998
Sebagai lampiran dari Permenaker No: 03/MEN/1998, tentang Tatacara Pelaporan Kecelakaan Kerja

• Pengamanan tidak sempurna pada alat (tidak • D7 : Iklim kerja yang tidak aman (suhu udara yang
terdapat safety) terlalu tinggi, kelembaban udara yang berbahaya,
• D1 : Peralatan faktor biologi, dan lain-lain).
• D2 : Peralatan/bahan yang tidak sesuai peruntukan • D8 : Tekanan udara yang tidak aman (tekanan udara
• D3 : Kecacatan, ketidaksempurnaan (kondisi tidak yang tinggi dll).
semestinya, misalnya: kasar, licin, tajam, timpang, • D9 : Getaran yang berbahaya (getaran frekuensi
aus, retak, rapuh, dan lain-lain). rendah, dan lain-lain).
• D4 : Pengaturan prosedur yang tidak aman • D10 : Bising (suara yang intensitasnya melebihi nilai
(misalnya: penyimpanan, peletakan yang tidak ambang batas).
aman, di luar batas kemampuan, pembebanan lebih, • D11 : Pakaian, kelengkapan yang tidak aman (APD
faktor psikososial, dan lain-lain). tidak sesuai standar).
• D5 : Penerapan tidak sempurna (kurang cahaya, • D12 : Kejadian berbahaya lainnya (bergerak atau
silau, dan lain-lain). berputar terlalu lambat, peluncuran benda,
• D6 : Ventilasi tidak sempurna (pergantian udara ketel/tangki melendung, konstruksi retak, korosi,
segar yang kurang,). dan lain-lain).
20
TINDAKAN YANG BERBAHAYA
SK Dirjen Binawas Ketenagakerjaan Nomor : KEP. 84/BW/1998 Tanggal : 8 April 1998
Sebagai lampiran dari Permenaker No: 03/MEN/1998, tentang Tatacara Pelaporan Kecelakaan Kerja

• E1 : Melakukan pekerjaan tanpa wewenang, lupa • E7 : Bekerja pada objek yang berputar atau
mengamankan, lupa memberi tanda/peringatan. berbahaya (misalnya membersihkan, mengatur,
• E2 : Bekerja dengan kecepatan berbahaya. memberi pelumas, dan lain-lain).
• E3 : Membuat alat pengaman tidak berfungsi • E8 : Mengalihkan perhatian, mengganggu,
(melepaskan, mengubah, dan lain-lain). sembrono/dakar, mengagetkan, dan lain-lain).
• E4 : Memakai peralatan yang tidak aman, tanpa • E9 : Melalaikan penggunaan alat pelindung diri yang
peralatan. ditentukan.
• E5 : Memuat, membongkar, menempatkan, • E10 : Lain-lain.
mencampur, menggabungkan dan sebagainya
dengan tidak aman (proses produksi).
• E6 : Mengambil posisi atau sikap tubuh tidak aman
(ergonomi).

21
DEFINISI
KECELAKAAN 4
KONSTRUKSI
KECELAKAAN KONSTRUKSI
adalah suatu kejadian akibat kelalaian
pada tahap pekerjaan konstruksi karena
tidak terpenuhinya Standar Keamanan,
Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan yang mengakibatkan harta
benda, waktu kerja, kematian, cacat tetap
dan/atau kerusakan lingkungan.
TEORI KECELAKAAN

ACCIDENT PRONENESS THEORY


01 Terdapat orang tertentu yang dari bawaan pribadinya lebih rawan
kecelakaan dibandingkan orang lain

02 GOALS FREEDOM ALERTNESS THEORY


Pekerja yang diberi kebebasan untuk menetapkan target kerjanya
sendiri akan menghasilkan hasil kerja yang lebih berkualitas dan
berperilaku lebih aman.

03 ADJUSTMENT STRESS THEORY


Terdapat faktor negatif dalam lingkungan kerja, baik internal
maupun eksternal.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA
KECELAKAAN KONSTRUKSI

Kelalaian pelaksana dan lemahnya


pengawasan.
Tidak dilibatkannya Petugas Keselamatan
Konstruksi atau tenaga ahli Keselamatan
Konstruksi dan/atau ahli K3 Konstruksi dalam
pelaksanaan konstruksi.
Penerapan SMKK tidak dilaksanakan secara
konsisten.
Melanggar ketentuan yang berkaitan dengan
Keselamatan Konstruksi.

01 02 03 04
ACCIDENT DAN INCIDENT

Accident
Kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak
diduga/tiba-tiba yang dapat menimbulkan
korban manusia, harta benda, dan
lingkungan

Incident
Suatu keadaan/kondisi apabila pada saat
itu sedikit saja ada perubahan maka dapat
mengakibatkan terjadinya kecelakaan
(accident)
PENYEBAB KECELAKAAN DAN
AKIBAT KERUGIANNYA
KECELAKAAN
ADALAH AKIBAT DARI RANGKAIAN SEBAB-
AKIBAT (DOMINO EFFECTS)

LACK OF BASIC IMMEDIATE


INCIDENT LOSS
CONTROL CAUSES CAUSES

LEMAH PENGENDALIAN/ SEBAB-SEBAB DASAR SEBAB LANGSUNG KONTAK DENGAN KERUGIAN


PENGAWASAN 1. FAKTOR PERSONAL 1. TINDAKAN TAK AMAN ENERGI ATAU BAHAN 1. MANUSIA
1. PROGRAM TAK SESUAI 2. FAKTOR PEKERJAAN 2. KONDISI TAK AMAN 2. HARTA BENDA
2. STANDAR TAK COCOK 3. PROSES KERJA
3. TAK PATUH STANDAR 4. LINGKUNGAN
5. MASYARAKAT
KOMUNIKASI
KESELAMATAN 5
KONSTRUKSI
Induksi Keselamatan
Konstruksi


Pengertian Induksi Keselamatan Konstruksi
adalah penjelasan dan pengarahan tentang
Keselamatan Konstruksi yang berkaitan dengan

tanggap

Metode pelaksanaan, potensi bahaya, pengendalian
bahaya, darurat, dan cara-cara
penyelamatan pada kegiatan.
Jenis- Jenis Induksi Keselamatan Konstruksi
Penjelasan dan pengarahan tentang Keselamatan Konstruksi
yang bersifat umum, yang diberikan kepada karyawan
/pekerja baru atau karyawan /pekerja yang kembali setelah
berpindah dari kegiatan konstruksi yang lain
INDUKSI UMUM

Penjelasan dan pengarahan Penjelasan dan


tentang Keselamatan pengarahan tentang
Konstruksi yang bersifat Keselamatan Konstruksi
khusus/spesifik yang secara singkat yang
diberikan kepada karyawan diberikan khusus untuk
baru yang telah mengikuti tamu atau pengunjung
lnduksi umum dan karyawan proyek
mutasi/ pindahan dalam
perusahaan yang sama.
30
TATA CARA INDUKSI KESELAMATAN KONSTRUKSI

Induksi Keselamatan Konstruksi


Daftar periksa yang telah ditandatangani
Induksi Keselamatan Konstruksi harus diberikan
a pada karyawan , pekerja dan tamu f peserta dan penyaji induksi diarsipkan oleh
Unit Keselamatan Konstruksi
Induksi harus dilakukan di ruangan atau tempat
b khusus. g Hasil induksi didokumentasikan oleh perusahaan.
Bahan/materi induksi harus tersedia dalam
c jumlah yang sesuai dengan jumlah peserta dan
Jenis induksi Keselamatan Konstruksi adalah
jenis induksi. h induksi umum, induksi lokal, induksi tamu
Alat bantu untuk mempermudah dan
memperjelas penyampaian materi induksi
d harus disesuaikan dengan jenis dan kondisi yang
ada di lokasi.
Setiap peserta induksi harus mengisi daftar hadir
e dan daftar periksa.
31
INDUKSI a) Induksi harus diberikan kepada karyawan / pekerja baru yang akan melakukan
pekerjaan di proyek
b) Induksi dilakukan oleh orang yang berkompeten yang diberi wewenang oleh
perusahaan.
UMUM c) Topik materi induksi harus dimasukkan dalam suatu daftar periksa dan akan
menjadi acuan bagi pelaksana induksi. Topik tersebut sekurang-kurangnya
mencakup:
1. Hak dan kewajiban karyawan dan pengusaha dalam hal Keselamatan
Konstruksi berdasarkan peraturan yang berlaku.
2. Kebijakan dan SMKK perusahaan.
3. Peraturan umum Keselamatan Konstruksi perusahaan.
4. Prestasi SMKK dan pengalaman kegagalan sistem (Kecelakaan
Konstruksi ).
5. Gambaran umum kegiatan proyek dan struktur organisasi proyek.
6. Prosedur penanganan gawat darurat, nomor telepon, komunikasi saluran
radio,
7. Prosedur evakuasi dan tempat berkumpul bila ada kebakaran dan atau
keadaan darurat.
8. Denah lokasi proyek dan Ruangan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
(P3K), Induksi diakhiri dengan evaluasi tertulis dan diberikan kartu identitas
pekerja. Peserta dan penyaji induksi menandatangani daftar periksa.
INDUKSI a) Induksi dilakukan saat tamu akan masuk ke daerah kerja.
b) Induksi untuk tamu diberikan oleh Petugas Keselamatan Konstruksi atau

TAMU petugas lain yang ditunjuk,


Topik/materi induksi dimasukan dalam suatu brosur yang disediakan khusus
untuk petunjuk tamu, mencakup
1. Gambaran umum proyek.
2. Kebijakan perusahaan / proyek tentang Keselamatan Konstruksi
3. Kewajiban tamu selama berada di lingkungan proyek.
4. Tempat berkumpul bila ada kebakaran dan fasilitas lainnya
Para tamu tersebut selalu didampingi oleh pengawas daerah kerja
atau orang yang ditunjuknya bila tamu tersebut hendak ke lapangan.
Tamu yang sudah mendapat induksi diberikan tanda pengenal tamu l
visitor.
SAFETY MORNING TALK
(PERTEMUAN KESELAMATAN PAGI HARI)

Tujuan
1. Penjelasan informasi Keselamatan Konstruksi secara periodik
keseluruh tingkatan pekerja.
2. Semua potensi sumber bahaya dan penyakit yang berada pada
lingkungan pekerjaan diidentifikasi dan diantisipasi
3. Meningkatkan pemeliharaan-pembiasaan Kondisi Keselamatan
Konstruksi yang aman, sikap, dan perilaku kerja bermutu dan
efisien serta konsisten.
Pertemuan Kelompok
Pekerja
(Tool Box Meeting) 10 TIPS TOOL BOX MEETING
1. Persiapan
2. Pengetahuan
1. Mengadakan penjelasan informasi Keselamatan
3. Ringkas padat
Konstruksi harian/ mingguan (tergantung kondisi
4. Wewenang
dilapangan). Melalui Pertemuan Kelompok Kecil
5. Relevan
Pekerja semua potensi sumber bahaya yang
6. Kejelasan
berada dibawah pekerjaan pekerja tersebut di
TUJUAN: identifikasi.
7. Prtanggung-jawaban
8. Penyederhanaan
2. Meningkatkan pemeliharaan Kondisi Keselamatan
9. Tanya-Jawab
Konstruksi yang aman, sikap dan perilaku kerja
10.Rekaman/dokumentasi
bermutu dan efisien.
Pertemuan Kelompok Pekerja
(Tool Box Meeting)
No Uraian aktivitas Penanggung jawab Keterangan
1 Pertemuan Kelompok Pekerja dapat Dipimpin oleh Petugas Anggota pertemuan
dilaksanakan kapan saja (sewaktu-waktu) Keselamatan konstruksi kelompok pekerja
dengan durasi waktu pertemuan cukup pendek, atau Mandor yang adalah kelompok
berkisar 10 s/d 15 menit atau lebih, dan tempat sudah dilatih pekerja yang
pelaksanaannya dimana saja di lokasi tempat terlibat dalam
kerja (lapangan). proses pekerjaan
Pertemuan Kelompok Pekerja harus secara langsung
dilaksanakan pada pekerjaan dengan risiko dilapangan
keselamatan sedang/besar , yang lebih utama,
dapat dilaksanakan setiap hari.
Pelaksanaan Pertemuan Kelompok Pekerja
dilaksanakan dengan teliti/akurat, sederhana
sejalan dengan aktifitas harian, semua
peringatan Keselamatan Konstruksi harus di
tekankan dalam pelaksanaan pekerjaan ke
semua tingkatan pekerja, semua masalah diatas
barus berbasis identifikasi potensi sumber
bahaya.
Pertemuan Kelompok Pekerja
(Tool Box Meeting)
No Uraian aktivitas Penanggung jawab Keterangan
2 Semua permasalahan Keselamatan Konstruksi Dipimpin oleh Petugas Anggota pertemuan
mencakup proses kerja, metode kerja dan keselamatan Konstruksi kelompok pekerja
progres Keselamatan Konstruksi, atau hasil atau Mandor yang adalah kelompok
pertemuan pagi didiskusikan atau dibicarakan di sudah dilatih pekerja yang
Pertemuan Kelompok Pekerja. terlibat dalam
Semua supervisor harus membantu menetapkan proses pekerjaan
topik-topik keselamatan yang berbasis identifikasi secara langsung
potensi sumber bahaya dalam lingkaran dilapangan
kegiatannya dan/atau terhadap
kejadian/peristiwa yang cenderung mengarah ke
kondisi kecelakaan kerja dan/atau telah terjadi
kecelakaan kerja, sesuai dengan jenis pekerjaan
yang dikerjakannya
Pertemuan Kelompok Pekerja
(Tool Box Meeting)
No Uraian aktivitas Penanggung jawab Keterangan
3 1) Topik Pertemuan Kelompok Pekerja, dapat Dipimpin oleh Petugas Anggota pertemuan
berupa : Penjelasan kondisi yang berbahaya Keselamatan kelompok pekerja
dari setiap pekerjaan. Konstruksi atau Mandor adalah kelompok
2) Penyimpangan keadaan yang ditemukan saat yang sudah dilatih pekerja yang
inspeksi Keselamatan Konstruksi. terlibat dalam
3) Insiden/Kecelakaan dan dijelaskan maksud proses pekerjaan
dan tujuan pencegahannya. secara langsung
dilapangan
4) Instruksi dan informasi dari Kepala Proyek,
Unit Keselamatan Konstruksi dan Pemberi
Pekerjaan).
5) Peraturan dan ketetapan perundang-
undangan.
MENGENAL K3 6
TUJUAN, LAMBANG & PENDEKATAN K3
PENDEKATAN K3
Pendekatan FILOSOFIS: Pendekatan EKONOMI:
Suatu upaya, pemikiran, dan penerapan yang  K3 mencegah kerugian
ditujukan untuk menjamin keutuhan dan  Meningkatkan produktivitas
kesempurnaan jasmaniah dan rohaniah tenaga
kerja dan manusia pada umumnya, termasuk Pendekatan HUKUM:
hasil karya dan budayanya, untuk meningkatkan K3 melindungi hak dan kewajiban Pekerja dan
kesejahteraan KELANGSUNGAN Pemberi Kerja, maka para pihak terikat dengan hak
PEMBANGUNAN dan kewajiban hukum yang tercakup dalam
peraturan perundang undangan (UU,PP,Permen,

Pendekatan KEMANUSIAAN:
Standar & Syarat-syarat Keselamatan dan
Kesehatan Kerja)
 Kecelakaan menimbulkan penderitaan bagi si
korban dan keluarganya Pendekatan KEILMUAN :
 K3 melindungi pekerja dan masyarakat
Suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya yang
 K3 bagian dari HAM dikembangkan dalam upaya mencegah kecelakaan,
(UUD 1945 Pasal 27 ayat 2) kebakaran, peledakan, pencemaran, penyakit akibat
kerja , dll
LAMBANG K3
Arti (Makna) Tanda Palang
Bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK).

Arti (Makna) Roda Gigi


Bekerja dengan kesegaran jasmani dan rohani.

Arti (Makna) Warna Putih


Bersih dan suci.

Bentuk lambang berupa: Arti (Makna) Warna Hijau


palang berwarna hijau
dengan roda bergerigi Selamat, sehat, dan sejahtera.
sebelas dengan warna
dasar putih Arti (Makna) 11 (sebelas) Gerigi Roda Sebelas
Bab Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.
APD
DAN 7
APK
ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
Pelindung
Helmet Mata
Adalah setiap sarana pelindung bagi diri pekerja
yang wajib digunakan untuk melindungi tubuh dari
paparan bahaya secara langsung ketika melakukan
pekerjaan, antara lain: Masker
Pelindung Rompi
a. Topi pelindung kepala (helmet), Telinga

b. Pelindung mata spectacles/googles,


c. Pelindung mulut dan hidung (masker),
d. Pelindung telinga (ear plugs), Celana Sarung
Kerja Tangan
e. Pelindung/sarung tangan (safety gloves),
f. Selempang penahan tubuh (fullbody harness),
Sepatu
g. Sepatu pelindung kaki (safety shoes), keselamatan Full body
harness
h. Rompi keselamatan,
i. Dll.
ALAT PELINDUNG KERJA (APK)

Adalah semua sarana pelindung bagi para pekerja terhadap


paparan bahaya ketika melakukan pekerjaan, yaitu membuat
kondisi selamat (Safe Condition) untuk bekerja, antara lain:
a. Pagar pelindung tapi di ketinggian;
b. Pagar pelindung tepi tangga naik-turun;
c. Safety barrier, concrete barrier;
d. Safety net, falling object protection;
e. Safety life lines;
f. Railing jembatan kerja;
g. Dll.
CONTOH PENGGUNAAN
APD DAN APK
PERALATAN KERJA
TERIMA KASIH

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Anda mungkin juga menyukai