DIFINISI
Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi yang selanjutnya disebut Petugas K3
Konstruksi adalah petugas yang memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja Konstruksi yang diterbitkan oleh
lembaga sertifikasi profesi atau instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Petugas Keselamatan Konstruksi adalah orang yang memiliki kompetensi khusus di bidang Keselamatan
Konstruksi dalam melaksanakan dan mengawasi penerapan SMKK yang dibuktikan dengan Sertifikat
Kompetensi Kerja Konstruksi
Sertifikat Kompetensi Kerja Konstruksi adalah tanda bukti pengakuan kompetensi tenaga kerja
konstruksi.
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA
BAB I-ISTILAH
PASAL 1
(1) Setiap tenaga kerja konstruksi yang bekerja di bidang Jasa Konstruksi wajib memiliki
Sertifikat Kompetensi Kerja.
(2) Setiap Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa wajib mempekerjakan tenaga kerja
konstruksi yang memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
(3) Sertifikat Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh melalui uji
kompetensi sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja.
(4) Sertifikat Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diregistrasi oleh
25/08/2018 18
Menteri.
(5) Pelaksanaan uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh lembaga
sertifikasi profesi.
(6) Lembaga sertifikasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) wajib mengikuti
ketentuan pelaksanaan uji kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
SERTIFIKASI KOMPETENSI KERJA Pasal 71
(1) Lembaga sertifikasi profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (5) dapat dibentuk oleh:
a. asosiasi profesi terakreditasi; dan
b. lembaga pendidikan dan pelatihan yang memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
(2) Akreditasi terhadap asosiasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diberikan oleh
Menteri kepada asosiasiprofesi yang memenuhi persyaratan:
a. jumlah dan sebaran anggota;
b. pemberdayaan kepada anggota;
19
c. pemilihan pengurus secara demokratis;
d. sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah; dan
e. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.
(3) Lembaga sertifikasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan lisensi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan setelah mendapat rekomendasi dari Menteri.
19
SUBLAMPIRAN PERMEN PUPR NO 10 /2021 TENTANG SISTEM
MANAJAMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI
- Per. Menaker No. 03/1998 - Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan
- Per. Menaker No. 12/2015 - K3 Listrik di Tempat Kerja
- Per. Menaker No. 02/1980 - Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
- Per. Menaker No. 02/1982 - Syarat dan Kualifikasi Juru Las
MELAKSANAKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
YANG TELAH DIPILIH SESUAI
DENGAN DOKUMEN SMKK
LIMA ELEMEN SMKK
RENCANA KESELAMATAN
KONSTRUKSI (RKK)
Kepemimpinan dan partisipasi
1 tenaga kerja dalam
Keselamatan Konstruksi
RKK
2 Perencanaan Keselamatan
Konstruksi
3 Dukungan Keselamatan
Konstruksi
4 Operasi Keselamatan
Konstruksi
RKK
KONSTRUKSI
2 DISUSUN OLEH PENYEDIA JASA MANAJEMEN
PENYELENGGARAAN KONSTRUKSI
Pengendalian Mengurangi kemungkinan & keparahan • Untuk melaksanakan pekejaan berbahaya, selain
Administratif terjadinya kecelakaan, dengan merubah perilaku menggunakan SOP harus mengikuti prosedur ijin
4 kerja, dengan lebih dulu melakukan AKK
Administrative atau tindakan tidak selamat (unsafe act) menjadi • Pelatihan dan sertifikasi, memasang rambu
tindakan selamat (safe action). rambu
Control
Alat Pelindung Diri Melindungi dan mengurangi keparahan cedera • Menggunakan fullbody harness dan life line
5 ketika bekerja di ketinggian
(APD) jika kecelakaan terjadi • Menggunakan topeng ketika mengelas
Dalam penetapan jenis pengendalian risiko ketika menyusun Identifikasi Bahaya Penilain Risiko dan Peluang (IBPRP), wajib mengikuti
hirarki pengendalian tersebut di atas dan jika tidak mungkin melakukan eliminasi dan substitusi, maka minimal harus menerapkan
Rekayasa Teknis, Pengendalian Administratif, dan APD.
JENIS JENIS BAHAYA
Temporary Works
3 Hazard 7 Mechanical Hazard
Moving and
4 Vehicles Hazard
8 Electrical Hazard
01 ORANG/ TENAGA KERJA SUMBER BAHAYA KONSTRUKSI
02 PERALATAN
03 BAHAN
METODE KERJA
04
05 LOKASI / LINGKUNGAN
Unsafe Condition & Unsafe Action
Unsafe Condition
adalah kondisi pekerjaan yang
belum terlindung dari bahaya, risiko,
dan kerugian
Keselamatan adalah kondisi terlindung
dari bahaya, risiko, atau cedera atau
kerugian
Unsafe Action
25/08/2018 39
adalah perilaku atau sikap dari pekerja atau orang di
tempat kerja yang tidak mematuhi/ tidak sesuai
dengan persyaratan, prosedur standar keselamatan
dan kesehatan kerja
LEMAH PENGENDALIAN/ SEBAB-SEBAB DASAR SEBAB LANGSUNG KONTAK DENGAN ENERGI KERUGIAN
PENGAWASAN 1. FAKTOR PERSONAL 1. TINDAKAN TAK AMAN ATAU BAHAN 1. MANUSIA
1. PROGRAM TAK SESUAI 2. FAKTOR PEKERJAAN 2. KONDISI TAK AMAN 2. HARTA BENDA
2. STANDAR TAK COCOK 3. PROSES KERJA
3. TAK PATUH STANDAR 4. LINGKUNGAN
5. MASYARAKAT
MENGEVALUASI PENERAPAN
TINDAK LANJUT HASIL
PELAKSANAAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN YANG
ADA DI DALAM DOKUMEN SMKK
PEMASANGAN PERANCAH
BAHAYA LONGSOR PADA PEKERJAAN
YANG TIDAK SESUAI
GALIAN PERATURAN
Permenaker No.01 Tahun 1980, pasal (1) huruf (e): Perancah adalah bangunan pelataran kerja
(platform) yang dibuat untuk sementara dan digunakan sebagai penyangga tenaga kerja, bahan dan
alat pada setiap pekerjaan konstruksi termasuk pekerjaan pemeliharaan dan pembongkaran.
OK
CONTOH CONTOH
Penggunaan panel listrik yang
Penggunaan perancan yang tidak
tidak memenuhi Persyaratan
Umum Instalasi Listrik ( PUIL ) sesuai Permenaker No 1 tahun 1980
2011
TERIMA KASIH
TERIMA KASIH