Anda di halaman 1dari 88

Modul 7

MANAJEMEN
LINGKUNGAN DAN
HYGIENE serta
HIV/AIDS DI SEKTOR
KONSTRUKSI
BIMBINGAN TEKNIS SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
DIREKTORAT KEBERLANJUATAN KONSTRUKSI
1
1 DASAR MANAJEMEN LINGKUNGAN

OUTLINE 2 DASAR HUKUM

LINGKUNGAN KERJA
3
3.1 PENGENDALIAN LINGKUNGAN KERJA

3.2 FAKTOR BAHAYA LINGKUNGAN KERJA

4 PROGRAM HYGIENE PROYEK

SARANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


5
6 HIV/AIDS
TUJUAN
PEMBELAJARAN Memahami dan mengetahui Dasar
Manajemen Lingkungan, Dasar
Hukum dan Dasar Manajemen Proyek

Sebagai pedoman dalam penerapan


Keselamatan Konstruksi di dalam
pelaksanaan kegiatan konstruksi

Mampu Mengaplikasikan dalam


penerapan Keselamatan Konstruksi di
dalam pelaksanaan kegiatan
konstruksi
1
DASAR MANAJEMEN
LINGKUNGAN

4
KEGIATAN
USAHA/PEMBANGUNAN

DAMPAK
LINGKUNGAN: PERILAKU
PENCEMARAN AIR, MANUSIA
TANAH DAN UDARA

Dasar mengenali, menilai dan mengendalikan


lingkungan adalah peraturan-perundangan
terkait, rusaknya lingkungan dan pengaruh
terhadap kesehatan masyarakat (pekerja)
Setiap kegiatan/usaha manusia Pembangunan adalah mutlak
dan pembangunan akan diperlukan untuk
menimbulkan perubahan meningkatkan harkat derajat
lingkungan hidup sebagai hasil bangsa, meskipun ada hasil
sampingan pembangunan sampingannya yang dipengaruhi
kualitas lingkungan hidup
AMDAL diperlukan agar
kualitas lingkungan hidup
tidak rusak karena adanya
AMDAL harus dilakukan untuk
suatu kegiatan/usaha
proyek-proyek pembangunan
pembangunan, terjaganya
yang akan menimbulkan
kesehatan masyarakat dan
dampak penting.
pengaruh sosialnya
Pemahaman Manajemen Lingkungan

1. Pengelolaan sumber daya dengan seluruh upaya dalam


menjaga alam sekitar dan/atau secara global.
2. Pengelolaan sumber daya dengan cara mengidentifikasi aspek
lingkungan terhadap pencemaran air, udara dan tanah, yang
berdampak luas kepada:
a. kesehatan individu pekerja;
b. kesehatan masyarakat terhadap epidemi;
c. berubahnya tatanan sosial masyarakat; dan
d. pembangunan yang berkelanjutan untuk menjaga
kelestarian lingkungan baik di tempat kerja dan/atau di
sekitarnya tempat kerja atau bahkan ke area yang lebih
luas.
Skema Pengelolaan lingkungan

Kesehatan
PAK
invidu Pekerja

Kesehatan
Masyarakat
EPIDEMI
Terhadap
Pencemaran
Pengelolaan Udara, Air Berubahnya
dan Tanah Tatanan Sosial KONFLIK SOSIAL
Masyarakat

Rusaknya
IKLIM BERUBAH &
kelestarian
GLOBAL WARMING
Lingkungan
2
DASAR HUKUM

9
DASAR HUKUM
• tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
UU RI No. 32/2009

• tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup


PP RI No. 27/1999

Keputusan Menteri Negara Lingkungan • tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL


Hidup No. 2 tahun 2000,

Keputusan Badan Pengendalian Dampak • tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses
Lingkungan no 8 tahun 2000, Analisis Dampak Lingkungan

• tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah


PP 25/2000 Otonom  (memberikan kewenangan yang berbeda untuk penilaian AMDAL)

Peraturan Menteri Negara Lingkungan • tentang Pedoman Penyusunan Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Hidup no 08 tahun 2006

Peraturan Menteri Negara Lingkungan • tentang Jenis Kegiatan Usaha dan / atau Kegiatan yang wajin dilengkapi
Hidup no 11 tahun 2006 dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
10
3
LINGKUNGAN KERJA

11
Konsep Dasar Hygiene Industri
(Proyek Konstruksi)

Definisi Lingkungan Kerja


3.
1. Pengenalan 2. Penilaian
Pengendalian
lingkungan lingkungan
Adalah istilah generik yg mencakup Kerja Kerja
lingkungan
Kerja
identifikasi dan evaluasi faktor-faktor
lingkungan yang memberikan dampak pada
kesehatan Tenaga Kerja (ILO)
Terhadap potensi bahaya di tempat kerja

Mencegah dampak buruk lingkungan kerja


terhadap kesehatan & keselamatan pekerja
12
1. PENGENALAN LINGKUNGAN KERJA 2. PENILAIAN LINGKUNGAN KERJA
Pengenalan Terhadap Faktor Penilaian lingkungan dimaksudkan:
Bahaya di Lingkungan Kerja Mengetahui kualitatif tingkat bahaya dari suatu
faktor bahaya lingkungan yang timbul dengan:
Pengenalan faktor bahaya di lingkungan kerja 1. metoda pengukuran;
dipengaruhi pengetahuan tentang berbagai jenis bahaya 2. pengambilan sampel;
dan pengaruh atau akibat yang dapat ditimbulkan 3. analisa di laboratorium; dan
kepada kesehatan tenaga kerja. 4. membandingkan dengan standar baku.

Penilaian Lingkungan
Hal-hal yang perlu diperhatikan 1. Penerapan teknik pengendalian dan
Alat – alat teknis, penanggulangan yang
penanggulangan
tersedia/dipergunakan 2. Perencanaan alat-alat penanggulangan
3. Dokumen untuk inspeksi
Bentuk bahan baku yang dipergunakan dan
digunakan

Jumlah orang yang terpapar dan bekerja


disetiap tahapan
13
Kajian AMDAL/
Upaya Pengelolaan PENGENALAN LINGKUNGAN KERJA
Lingkungan (UKL)-
Izin Pembuangan Air Limbah
Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL) Contoh: Pengelolaan air limbah
apakah memiliki izin? apakah air limbah tidak
Penanggung jawab berbahaya
Bupati/Walikota
usaha dan atau kegiatan

Pengawasan
Ditolak Diizinkan
Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan
Hidup (PPLH)
Relokasi daya tampung Persyaratan
tak memadai Izin & BMAL
(………….)

Kegiatan pembuangan air


limbah
14
3.1
PENGENDALIAN
LINGKUNGAN KERJA

15
PENGENDALIAN
LINGKUNGAN
Penerapan metode teknik tertentu untuk menurunkan
tingkat faktor bahaya lingkungan sampai batas yang
masih dapat ditolerir oleh manusia dan lingkungannya
dengan Nilai Ambang Batas (NAB).

Nilai Ambang Batas Bahan Kimia adalah


kadar rata-rata dari bahan kimia dalam
lingkungan kerja agar tenaga kerja yang
bekerja paling lama 8 jam perhari dan 40 jam
perminggu tidak mengalami gangguan
kesehatan atau gangguan kenyamanan kerja.
METODE–METODE TEKNIS PENGENDALIAN LINGKUNGAN
1. Pengendalian Teknis
2. Pengendalian Administrasi
3. Alat Pelindung Diri 16
NAB (NILAI AMBANG BATAS)

17
Sumber: Permen Naker No. 5 Tahun 2018
GETARAN

Sumber: Permen Naker No. 5 Tahun 2018


18
KEBISINGAN

Sumber: Permen Naker No. 5 Tahun 2018 19


GETARAN

Sumber: Permen Naker No. 5 Tahun 2018

BAU

20
Sumber: Permen Naker No. 5 Tahun 2018
Lembar Data Keselamatan Bahan berisikan keterangan :
PENGENDALIAN BAHAN KIMIA •

Identitas Bahan dan Perusahaan
Komposisi Bahan
BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA • Identifikasi Bahaya
(Keputusan Menteri Ketenagakerjaan • Tindakan P3K
No.KEP.187/MEN/1999) • Tindakan Penanggulangan Kebakaran
• Tindakan Mengatasi Kebocoran & Tumpahan
• Penyimpanan & Penanganan Bahan
• Penunjukan Petugas K3 Kimia dan Ahli • Pengendalian Pemajanan & APD
K3 Kimia • Sifat Fisika dan Kimia
• Stabilitas dan Reaktifitas Bahan
• Penyediaan Lembar Data Keselamatan • Informasi Toksikologi
• Informasi Ekologi
Bahan/Material Safety Data Sheet • Pembuangan Limbah
(LDKB/MSDS) dan Label • Pengangkutan Bahan
• Informasi Peraturan Perundang-undangan yang berlaku
• Informasi lain yang diperlukan
Label berisikan tentang:
• Nama produk
Ditempatkan pada tempat yang mudah diketahui oleh • Identifikasi Bahaya
• Tanda Bahaya dan Artinya
• Uraian Risiko dan Penanggulangannya
• Tindakan Pencegahan
• Instruksi apabila terkena atau terpapar
• Instruksi Kebakaran
Tenaga Kerja Pegawai Pengawas • Instruksi tumpahan atau bocoran
• Instruksi pengisian dan penyimpanan
• Referensi
• Nama, Alamat dan No. Telp. Pabrik Pembuat atau Distributor
21
BAHAN KIMIA BERBAHAYA
Bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran yang berdasarkan sifat
kimia; fisika atau toksikologi berbahaya terhadap tenaga kerja, instalasi dan
lingkungan.

KRITERIA BAHAN BERBAHAYA

Bahan sangat Cairan mudah


Bahan beracun
beracun terbakar

Cairan sangat Gas mudah Bahan mudah


mudah terbakar terbakar meledak

Bahan reaktif Bahan oksidator


22
PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP
KESEHATAN Pengaruh Terhadap Kesehatan

Iritasi
Peraturan Terkait
• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Korosif
Pengendalian Pencemaran Udara
• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air Alergi
• Peraturan Menteri LH nomor 01 tahun 2010 Tentang Tata Laksana
Pengendalian Pencemaran Air Aspiksian
• Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan
Pembangkit Tenaga Listrik Termal
Keracunan Sistemik
• Permen LH No 5 tahun 2014 Tentang baku mutu air limbah
• Peraturan Menteri Tenaga Kera dan Transmigrasi No. 13/MEN/2011, tentang Kanker
NAB Faktor Fisika dan Faktor Kimia di tempat kerja
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 187/MEN/1999, tentang Pengendalian
Kerusakan/kelainan janin
Bahan Kimia Berbahaya di tempat kerja
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 5 Tahun 2018 tentang K3 Lingkungan Kerja
• Peraturan Menteri PUPR No. 21/PRT/M/2019 tentang Pedoman SMKK Pneumokoniosis
• Perda Provinsi tentang Pengendalian Pencemaran Air dan Baku Mutu Air
Limbah Efek Bius
23
3.2
FAKTOR BAHAYA
LINGKUNGAN KERJA

24
FAKTOR BAHAYA LINGKUNGAN KERJA
BISING  Suara yang tidak diharapkan.
1 FAKTOR FISIK Pengaruh bising terhadap kerja:
 kinerja
 kesalahan
BAHAYA BENDA BERGERAK  konsentrasi
 komunikasi
IKLIM/CUACA KERJA  merusak sistem pendengaran
• DIPENGARUHI: SUHU UDARA, KELEMBABAN, PANAS RADIASI, KECEPATAN
GERAKAN UDARA KAITAN DENGAN PANAS METABOLISMEN TUBUH CAHAYA
DALAM BEKERJA
 Cahaya optimal meningkatkan kinerja
• GANGGUAN: DEHIDRASI, HEAT EXHAUSTION, HEAT CRAMP, HEAT STROKE
 Tergantung jenis pekerjaan
KEBISINGAN:  Penggunaan cahaya berlebihan: sakit kepala, mata.
• GANGGUAN KONSENTRASI DAN PENDENGARAN
SUHU KERJA
GETARAN MEKANIK
 Kerja di Indonesia dihadapkan kepada suhu luar,
• GANGGUAN SENDI, OTOT, PEMB. DARAH DAN SYARAF kelembaban udara, pergerakan angin rendah.
 Heat Stress menyebabkan :
PENCAHAYAAN
 Rendahnya kinerja
• INTENSITAS CAHAYA, KESILAUAN  Mudah capek
• PENGARUH TERHADAP EFISIENSI, GANGGUAN TAJAM PENGLIHATAN  Meningkatnya kesalahan
PANAS 25
FAKTOR BAHAYA LINGKUNGAN KERJA
• Mudah Meledak • Allergenteratogenik
2 FAKTOR KIMIA •

Mudah Terbakar
Beracun
• Karsinogen
• Asfiksian (Gangguan
• Iritan Pernapasan)
• Korosif • Fibrogenik Pada Paru-
paru (Gangguan
Jalan Reaksi Jaringan Paru)
Efek
masuk tubuh Sangat toksik
LD 50: kecil dari 1 mg/kg.bb;

Efek lokal: Toksisitas tinggi


Melalui LD 50 : 1 - 50 mg/kg.bb;
pernapasan pengaruh Toksisitas
akut
pada tempat sedang LD 50: 50 - 500 mg/kg.bb;
kontak
Melalui kulit Agak toksik
LD 50: 500 - 5000 mg/kg.bb;
Efek sistemik: Hampir tidak
pengaruh beracun LD 50 antara 5000 - 15.000 mg/kg.bb;
Melalui setelah diserap
kronik
Tidak
pencernaan tubuh berbahaya LD 50 lebih dari 15.000 mg/kg.bb.

Berdasarkan daya racun


26
FAKTOR BAHAYA LINGKUNGAN KERJA

3 FAKTOR BIOLOGIK 4 FAKTOR ERGONOMIS


• Bahaya yang timbul sebagai akibat interaksi antara pekerja
• VIRUS dengan desain tempat kerja.
• Pekerjaan berulang-ulang, manual handling, overexertion
• BAKTERI
(pengerahan tenaga)
• JAMUR • Dampak antara lain seperti: Sakit leher, Sakit pinggang,
PENGARUH • PARASIT Sakit kepala, Terkilir, Pegal-pegal
MAKHLUK
• SERANGGA Bahaya Ergonomis
HIDUP
TERHADAP • TUMBUHAN Bahaya yang timbul sebagai akibat interaksi antara pekerja
dengan desain tempat kerja, antara lain seperti:
MANUSIA DI • BINATANG BERBISA  Sakit punggung
TEMPAT KERJA • BINATANG BUAS, DLL  Terkilir

27
BAHAYA ERGONOMIS
HAZARDS KESEHATAN KERJA

Contoh: Sakit Punggung Contoh: Kerja Angkat

28
FAKTOR BAHAYA LINGKUNGAN KERJA

5 FAKTOR PSIKOLOGIS 6 FAKTOR RADIOLOGIS


Sikap terhadap pekerjaan  Meminimalisir risiko kanker
Hubungan dengan atasan  Manfaat kegunaan radiologi harus lebih
besar dari risiko paparan terkena radiasi
Hubungan dengan bawahan  Jumlah dosis yang terima tidak melebihi
Hubungan dengan teman batas maksimal dosis dan dilakukan
pada daerah kerja tertentu
Pengorganisasian kerja
Beban kerja, kelelahan
Kepuasan kerja
Imbalan
Waktu istirahat, rekreasi
29
4
PROGRAM HYGIENE PROYEK

30
PROGRAM Merupakan program kegiatan yang
HYGIENE PROYEK meliputi area di tempat kerja

Keuntungan
01 Meningkatkan kesehatan dan hygiene

02 Mengurangi kompensasi

03 Meningkatkan kepuasan kerja

04 Mengurangi mangkir kerja

05 Meningkatkan produktivitas

Meningkatkan perilaku
06 pekerja terhadap manajemen 31
JENIS PROGRAM PEMANTAUAN
1.Pemantauan air
2.Pemantauan lahan
3.Pemantauan biologis
4.Pemantauan udara
5.Pemantauan kebisingan
6.Pemantauan limbah dan pengolahannya
7.Pemantauan penduduk/masyarakat

32
LANGKAH PELAKSANAAN PROGRAM
PEMANTAUAN
Perencanaan dan
Mengkaji kondisi program Audit terhadap Audit limbah dan
lingkungan manajemen suplier dan klien energi
lingkungan

Mereduksi Mengganti bahan


Mempelajari
produksi limbah baku yang
dampak bahan
dan konsumsi menimbulkan
baku
energi dampak lingkungan

Melakukan Memantau
Mempublikasikan
pelatihan/penyul perkembangan
hasil yang dicapai
uhan program
33
UPAYA PENCEGAHAN

Upaya Upaya Tindakan


kesehatan kesehatan Rehabilitasi
sedini
promosional preventif mungkin
• Identifikasi bahaya
• Penyuluhan • Evaluasi bahaya • Menghindari Medik/fisik/
kesehatan • Pengendalian sampai paparan sosial/
• Gizi/olah tingkat yang aman terhadap vokasional
raga/rekreasi • Reduksi dampak pada
seluruh siklus hidup
faktor risiko (pelatihan kerja)
produk  reuse, • Pengobatan
recycle, recovery

34
FASILITAS UMUM

Struktur tempat Prosedur untuk Emergency exit Pencegahan


kerja yang aman kondisi darurat Kebakaran

Kamar Mandi dan Supply air minum dan Area makan yang bersih
WC udara bersih & pencahayaan
(jika diperlukan) 35
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA
DI LOKASI PROYEK KONSTRUKSI

36
Atur dan susun
tata letak
peralatan dan
Pertahankan
perlengkapan
ringkas, rapi, resik,
kerja agar selalau
siap pada saat
RINGKAS diperlukan RESIK RAJIN

PROGRAM 5R
RAPI RAWAT
Bersihkan tempat
Pisahkan dan
kerja dan
singkirkan barang Jadikan sebagai
senantiasa
yang tidak perlu suatu kebiasaan
melaksanakan
dari tempat kerja
kebersihan

KEBERHASILAN Partisipasi dan dukungan semua pihak Menjadi kesadaran setiap orang
5R Adanya komitmen manajemen Sejalan dengan program kualitas lainnya
37
CONTOH PENERAPAN PROGRAM 5R

TEMPAT ISTIRAHAT PEKERJA/ BEDENG

TEMPAT BUANG AIR KECIL DI LOKASI PROYEK

TOILET 38
TEMPAT JEMURAN BAJU
5
SARANA KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

39
TEMPAT KERJA
(PENYIMPANAN MATERIAL)
KESEHATAN KERJA
(PENGANGKATAN)
KESEHATAN KERJA
(MENCEGAH DEHIDRASI)
KESEHATAN KERJA
(FOGGING NYAMUK)
6
HIV/AIDS

61
DEFINISI
Acquired
Human (Manusia)
didapat, bukan [penyakit] keturunan
Virus yang hanya bisa menginfeksi manusia

Immune
[yang terkait dengan] sistem kekebalan tubuh
Immuno-deficiency
Menurunnya sistem kekebalan tubuh
sehingga gagal melawan infeksi Deficiency
([diakibatkan oleh] kekurangan)

Virus Syndrome
Virus yang dapat mereproduksi diri sendiri (kumpulan gejala)
dalam tubuh manusia

HIV (Nama Virus) AIDS


yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yaitu kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem
manusia dan menyebabkan AIDS. Virus ini belum dapat kekebalan tubuh oleh infeksi virus HIV. Belum dapat
disembuhkan. disembuhkan.
62
Alat dan Hubungan
Jarum Suntik Ibu dan Bayi

Darah dan Air Susu


Produk Darah Ibu Cairan Sperma

63
MEDIA PENULARAN

POPULASI RISIKO TINGGI POPULASI RAWAN TERKENA

1 Pekerja Seks Komersil (PSK) 1 Penerima donor darah

2 Pengguna narkoba suntik 2 Bayi dalam kandungan

3 Orang yang berganti-ganti pasangan


3 Orang yang berganti-ganti pasangan
4 Pasangan

4 Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender (LGBT)


5 Cukur/Pembuatan Tattoo
64
Berdasarkan UNAIDS Tahun 2017 Indonesia menyumbang angka 644.000 jiwa dari total 5,2 juta
jiwa terjangkit HIV/AIDS Kawasan Asia Pasifik

36,9 Juta Penderita HIV/AIDS 28,76% Pengguna Narkoba Suntik 25,8% Homoseksual

1,8 Juta berusia di bawah 15 tahun 24,8% Transgender 5,3% Pekerja Seks Komersial

35,1 Juta orang dewasa 2,6% Tahanan di dalam Penjara

Prevalensi Kasus AIDS per 100.00 Penduduk


(Sumber Ditjen PP&PL Kemenkes RI 2014)
18,2 juta 16,9 juta No.
1 Papua
Provinsi Jumlah (jiwa)
322,90
2 Papua Barat 215,60
3 Bali 100,20
25% atau 9,9 juta 4 DKI Jakarta 59,70
5 Kalimantan Barat 34,20
tidak mengetahui bahwa mereka
mengidap HIV/AIDS 6 Sulawesi Utara 27,30
7 Maluku 24,20
10 MITOS SEPUTAR HIV/AIDS
A HIV sama dengan AIDS
X F HIV/AIDS tidak bisa disembuhkan
X
BB HIV/AIDS adalah penyakitnya X GB - Selama minum obat, saya tidak X
gay dan pemakai narkoba akan menularkan penyakit

CC - Saya bisa tertular HIV jika tinggal X H Saya dan pasangan sama-sama X
bersama atau bergaul dengan ODHA, jadi tidak perlu seks aman
ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)
I Tanda dan gejala HIV dapat X
D HIV/AIDS dapat ditularkan lewat X langsung muncul
gigitan nyamuk
J Ibu hamil dengan HIV positif akan
X
E HIV/AIDS adalah hukuman mati
X selalu menularkan HIV kepada janinnya
66
FAKTA SEPUTAR HIV/AIDS
Data UNAIDS atau Program PBB Meningkatnya kasus HIV/AIDS di
untuk HIV/AIDS Pemerintah Kabupaten Rembang

1 Setiap tahun terdapat 46.000 kasus


infeksi HIV/AIDS baru di Indonesia
1 Tahun 2019 terdapat 700 kasus
HIV/AIDS (terdapat kenaikan
sebanyak 21% dari tahun
2 Indonesia menempati posisi ketiga
di Asia Pasifik (setelah India dan
sebelumnya)
China) 2 Jumlah kasus tertinggi pada
Kecamatan Lasem
2 faktor utama penyebab tingginya
3 Prinsip 3M (man, mobile, money)
3 angka penularan HIV/AIDS adalah penyebab HIV/AIDS di Rembang
penularan seksual yang meningkat
dan penggunaan narkoba suntik 4 Pengidap HIV/AIDS mayoritas pria
dengan profesi sebagai sopir 67
HIV/AIDS PADA SEKTOR
KONSTRUKSI

68
Apakah boleh meminta
Pekerja untuk cek HIV?

69
Berdasarkan Centers for Disease Control (CDC)–
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit

Apakah saya harus


dites untuk HIV ? CDC merekomendasikan semua orang dari usia 13
hingga 64 tahun untuk diuji setidaknya sekali

?
Dapatkah air liur atau Tidak. HIV tidak dapat ditularkan melalui air
liur, keringat, atau air mata, kecuali darah dari
nyamuk menyebarkan HIV seseorang dengan HIV bercampur. Itu berarti
menyentuh, memakai kamar mandi yang
sama, berciuman, dan kegiatan lain tidak
akan menyebarkan virus. Serangga seperti
nyamuk dan kutu juga tidak bisa
menyebarkannya.
Apakah Pekerja yang
terkena HIV/AIDS boleh
diberhentikan?
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No. KEP.68/MEN/IV/2004 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan HIV AIDS di Tempat Kerja

Pasal 2
Pengusaha wajib melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS di tempat kerja.
Untuk melaksanakan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS di tempat kerja pengusaha wajib:
1. menggembangkan kebijakan tentang upaya pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS;
2. mengkomunikasikan kebijakan dengan cara menyebarluaskan informasi dan menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan;
3. memberikan perlindungan kepada Pekerja/Buruh dengan HIV AIDS dari tindak perlakuan diskriminatif;
4. menerapkan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) khusus untuk pencegahan dan
penanggulangan HIV AIDS sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan standar yang berlaku.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No. KEP.68/MEN/IV/2004 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan HIV AIDS di Tempat Kerja

Pasal 5
(1) Pengusaha atau pengurus dilarang melakukan tes HIV untuk digunakan sebagai prasyarat suatu proses
rekrutmen atau kelanjutan status pekerja/buruh atau kewajiban pemeriksaan kesehatan rutin.
(2) Tes HIV hanya dapat dilakukan terhadap pekerja/buruh atas dasar kesukarelaan dengan persetujuan
tertulis dari pekerja/ buruh yang bersangkutan, dengan ketentuan bukan untuk digunakan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1).
(3) Apabila tes HIV dilakukan, maka pengusaha atau pengurus wajib menyediakan konseling kepada
pekerja/buruh sebelum atau sesudah dilakukan tes HIV.
(4) Tes HIV hanya boleh dilakukan oleh dokter yang mempunyai keahlian khusus 10 Keputusan Menteri
Tenaga Kerja & Transmigrasi RI sesuai peraturan perundang-undangan dan standar yang berlaku
AGENDA KEMENTERIAN PUPR

Rencana Kebijakan
Karakteristik Sektor
Penanggulangan HIV & AIDS
Konstruksi
Sektor Konstruksi

Besaran Masalah Rencana Kerja Kementerian


Penanggulangan HIV & AIDS Pekerjaan Umum dan
di Sektor Konstruksi Perumahan Rakyat
A. Kegiatan Sektor Konstruksi
 Merupakan unsur penting dalam pembangunan di Indonesia;
 Belanja infrastruktur sebesar 7% dari GDP diperkirakan akan mendorong laju
pertumbuhan GDP sebesar 8% (Bappenas, 2011);
 Pemerintah memproyeksikan besarnya nilai investasi dalam infrastruktur selama kurun
2010–2014 sebesar Rp1.923,7 triliun. (Bappenas 2011) .
 Kementerian PU tahun 2012: Rp. 62,5 triliun (2x lipat dari tahun 2010).
MAN

PEKERJA
MOBILE KONSTRUKSI MACHO
BERISIKO

MONEY
KM 6 8 Kedai Karoke & Miras&ada WPS (@ 3 -5)

Contoh Peta Lokasi Proyek Kontruksi


Jembt. Minas

3 Kedai WPS
Simpang cewek

Lokalisasi KM15
Kedai siNur @150 WPS

Cafe2 spr tLokalissi TmpUrut

Kedai2 WPS

Jl. Nasional
Tmp. Mangkal WPS
Km,11, singgahsopirtruk
Cafe2 nyediakan WPS

Wr. Drop WPS


Jl. pemuda
@3-4 WPS)
urutTradisional

Tempattinggal WPS
Belakang pipa (30 petak)

Ruko jamu senior (5 Kamar)


Camp. laki2
Temp. urut

Camp.Peremp
Trend penularan HIV

90.00%
81.90%
80.00%
70.00%
54.42%
60.00%
50.00%
38.50%
40.00% 2006
30.00% 2012

20.00% 7.20%
10.00%
0.00%

Penasun
Hubungan Seksual
Hasil Survei Ditjen Bina Konstruksi
Membeli seks merupakan hal biasa
terjadi saat melakukan pekerjaan
konstruksi

70-80% 18% pernah membeli seks


5,4 Juta Orang 96% Laki-laki Domestic
Pekerja 20-40 thn Migrant
Workers
3% membayar untuk hubungan seks di
proyek tersebut

7% pernah berhubungan seks dalam


pengaruh alkohol
Sektor Konstruksi
Rapid Assesment oleh LSM Assesment oleh
Peduli AIDS di 7 lokasi, sumber LSM Peduli AIDS di 1
dana EINRIP (2011) Proyek ,
INDIKATOR STAF PEKERJA sumber dana JICA
Pernah mendengar 71,40% – 100 % 39,1 %– 86,2%
tentang HIV & AIDS INDIKATOR Hasil Survei
antibiotik dapat 30,4 - 63% 41,7 - 63,5% responden adalah pekerja migran 40 – 42%
mencegah penularan berhubungan seks dengan Pekerja 11 – 25%
HIV Seks.
berhubungan seks 10,7 - 25,9% 12,5 - 18,5%
bukan dengan istri. Yang berhubungan seks dengan 5 – 23%
berhubungan seks 33,3– l00% 35 – 82 % Pekerja
tanpa menggunakan Seks, tidak menggunakan kondom.
kondom. paham tentang HIV dan AIDS 1–3%
Pernah 0 – 11,1% 0 – 7,4%
mengkonsumsi
narkoba suntik. pernah terinfeksi IMS 4 – 7%
B. BESARAN MASALAH PENANGGULANGAN HIV
& AIDS DI SEKTOR KONSTRUKSI (1)

Sifat pekerjaan pada lingkungan pekerjaan konstruksi membuat para personel dan
lingkungan sekitar rentan terinfeksi oleh HIV/AIDS, antara lain karena:
1. Pengetahuan yang rendah mengenai HIV/AIDS;
2. Pengertian yang salah mengenai cara penularan HIV/AIDS;
3. Adanya perilaku berisiko;
4. Pekerja dipisahkan dari norma-norma tradisional, agama, dan budaya;
5. Tidak adanya ketentuan untuk pendidikan pencegahan HIV/AIDS dalam
kebijakan manajemen Occupation Safety and Health (OSH);
6. Tidak ada kebijakan untuk menyediakan lingkungan yang memungkinkan
pendekatan proaktif dan berkelanjutan dalam pelaksanaan program
pencegahan HIV/AIDS di sektor konstruksi.

(sumber: Field Assesment Kementerian Pekerjaan Umum, 2010)


B. BESARAN MASALAH PENANGGULANGAN HIV
& AIDS DI SEKTOR KONSTRUKSI (2)
Faktor yang memberi andil terhadap kerentanan sektor konstruksi terhadap
risiko penularan HIV/AIDS:
1) Mayoritas Pria;
2) Tinggal jauh dari pasangan mereka untuk jangka waktu lama di satu lokasi
dan kemudian pindah ke lokasi lain;
3) Terlibat dalam kondisi yang terisolasi dan pekerjaan yang sulit dengan
jadwal yang ketat;
4) Kemudahan akses dan tersedianya pekerja seks dekat dengan lokasi
konstruksi;
5) Budaya macho: berdasarkan norma sosial masih menerima pria untuk
memiliki banyak pasangan seks;
6) Tekanan dari rekan kerja: Ajakan untuk mengunjungi pekerja seks yang tinggi
dalam beberapa kelompok pria.
C. RENCANA KEBIJAKAN PENANGGULANGAN
HIV/AIDS DI SEKTOR KONSTRUKSI (2)

2) 4 Pilar Program Pencegahan HIV & AIDS di Sektor Konstruksi:


a. Peningkatan pengetahuan & kesepahaman pada semua level (di sektor
konstruksi).
b. Ketentuan pada dokumen Procurement & Contract dan Project Design Phase
(khususnya pada kontrak yang berbantuan luar negeri).
c. Integrasi pada sistem Kesehatan & Keselamatan Kerja (K3).
d. Intervensi program untuk perubahan perilaku bagi pekerja yang beresiko.
C. RENCANA KEBIJAKAN PENANGGULANGAN
HIV/AIDS DI SEKTOR KONSTRUKSI (3)

3) Untuk mewujudkan 4 pilar tersebut diperlukan:


a. Kebijakan kementerian PUPR (National, Industry, & Project Level)
b. Peningkatan kapasitas SDM Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat untuk setiap tingkatan manajemen (Top, Middle dan Lower Management)
c. Integrasi pada sistem Kesehatan & Keselamatan Kerja (K3).
d. Intervensi program untuk perubahan perilaku bagi pekerja yang berisiko.
SURAT EDARAN MENTERI PU NOMOR 13/SE/M/2012
perihal Program Penanggulangan HIV dan AIDS Pada
Sektor Konstruksi di Lingkungan Kementerian
Pekerjaan Umum tanggal 28 Desember 2012
Program penanggulangan HIV dan AIDS dilaksanakan secara
terintegrasi dengan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Maksud
(K3), meliputi upaya sbb:
a. Executiue Brief untuk Tim Pengelola Proyek (Satker, PPK • untuk menjadi acuan teknis bagi pelaksanaan
Konsultan, dan/atau Kontraktor. penanggulangan HIV dan AIDS pada sektor
kontruksi di Iingkungan Kementerian
b. Pertemuan Koordinasi Pra-Implementasi Program yang Pekerjaan Umum yaitu pada proyek-proyek
dilaksanakan di lokasi proyek, dengan konstruksi bersumber dana APBN.
menyertakan/mengundang Komisi Penanggulangan AIDS
(KPA), Dinas Kesehatan dan Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) setempat. Tujuan:
c. Orientasi tentang penanggulangan HIV dan AIDS bagi staf K3
dan staf proyek lainnya yang dilaksanakan oleh ahli K3 atau • agar program penanggulangan HIV dan AIDS
jika tidak tersedia maka dapat memanfaatkan/melibatkan pada sektor konstruksi di lingkungan
KPA, Dinas Kesehatan atau LSM setempat. Kementerian Pekerjaan umum dilaksanakan
mengikuti langkah-langkah dan upaya yang
standar sesuai dengan Surat Edaran ini.
RUANG LINGKUP
84
SURAT EDARAN MENTERI PU NOMOR 13/SE/M/2012

d. Orientasi tentang penanggulangan HIV dan AIDS bagi mandor atau selected peer di lokasi proyek yang dilaksanakan oleh ahli
K3 atau jika tidak tersedia maka dapat memanfaatkan/melibatkan KPA, Dinas Kesehatan atau LSM setempat.
e. Safety talk/diskusi edukasi HIV dan AIDS oleh staf K3 dan mandor /peer educator kepada pekerja di lokasi proyek.
f. Pemasangan media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) berupa spanduk, poster dan pembagian leafletkepada pekerja dan
staf di lokasi proyek.
g. Monitoring, Evaluasi serta Pelaporan pelaksanaan programpenanggulangan HIV dan AIDS di lokasi proyek oleh PPK.

RUANG LINGKUP
• Segala pembiayaan terkait dengan pelaksanaan surat edaran ini dibiayai oleh DIPA Satuan Kerja di lingkungan Kementerian
Pekerjaan Umum.
• Teknis Pelaksanaan diatur dan dimuat dalam lampiran SE 13/2012.
• Program Penanggulangan HIV dan AIDS yang sedang berjalan diselesaikan berdasarkan ketentuan dan pedoman yang sudah
ada.
• Surat Edaran ini agar dilaksanakan pada semua proyek yang berkenaan (eligible), paling lambat enam bulan sejak ditetapkan.

KETENTUAN LAINNYA
85
PENCEGAHAN PADA
KEGIATAN KONSTRUKSI

Pendekatan Agama Edukasi, Sosialisasi

Fasilitas olah
Penyediaan
raga/hiburan yang
Kondom sebagai
mendidik, nonton
upaya paling akhir
bola bareng,

86
4 CARA MELINDUNGI DIRI
A
A - Abstinence–tolak–
• Tolak hubungan yang belum SAH, hindari BAIK upaya coba-coba…
melalui gesekan: mulut, dubur, atau vaginal.
katakan “No” • Hindari nafza
Ini adalah metode yang 100% efektif untuk terhindar dari HIV/AIDS.
• hanya satu pasangan/resmi berhubungan dengan orang yang
B
B - Monogamous negatif HIV
• Jika jauh dari pasangan “puasa”–tahan dulu–cari kegiatan positif
Relationship–satu/setia lain (pengalihan)

• gunakan pelindung (female or male) setiap berhubungan


• Selalu menggunakan kondom berbahan lateks atau polyurethane
CC - Protected Sex– condom
pengaman • Peralatan diruang jasa-publik, harus disterilkan dulu:
 Bersihkan and tunggu minimal 30 detik.
 Cuci dengan sabun dan air mengalir
D
D - Sterile needles–  Hindari penggunaan berulang-jika mungkin
• Jarum/Silet/benda tajam- yang baru
sterilisasi alat • Proses sterilisasi–lihat langsung
• Pakai sarung tangan
• Luka terbuka–jangan terkena 87
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai