Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PENGEMBANGAN KONSEP DAN PEMIKIRAN GEOGRAFI

PENERAPAN KONSEP GREEN INFRASTRUCTURE DALAM UPAYA


PENGENDALIAN BANJIR DI KAWASAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

OLEH:
ILHAM
(G2S122006)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU GEOGRAFI


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
TAHUN
2022
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang

Permasalahan banjir merupakan isu yang sangat umum terutama di negara berkembang
seperti Indonesia. Bencana banjir sering terjadi di Indonesia dan memberikan dampak kerugian
yang signifikan terhadap sektor lingkungan, sosial, beserta ekonomi. Fenomena perubahan iklim
mengakibatkan cuaca ekstrem yang berpengaruh terhadap kenaikan permukaan air laut.
Peningkatan muka air laut akan berdampak kepada timbulnya banjir genangan terutama di
wilayah pesisir (Jabareen, Y., 2013). Selain itu banjir juga merupakan salah satu bencana alam
yang paling sering kita alami yang terjadi karena meningkatnya volume air melebihi kapasitas
dari saluran air yang ada, baik itu sungai maupun saluran-saluran drainase. Lebih lanjut lagi,
banjir adalah suatu keadaan dimana massa air yang dihasilkan dari limpasan air pada permukaan
tanah dapat terbilang cukup tinggi serta tidak dapat ditampung oleh badan air sehingga
menimbulkan suatu genangan (Mahardika, R.F. et al., 2022)
Selain perubahan iklim, pembangunan di wilayah perkotaan juga turut andil dalam
menyumbang besarnya potensi banjir terutama di Daerah Aliran Sungai (DAS). Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, salah satu pendekatan yang dapat kita lakukan adalah menggeser konsep
pembangunan ke arah pengembangan infrastruktur abu-abu (grey infrastructure), hijau (green
infrastructure), dan hijau-biru (blue green) bagi kota-kota pesisir maupun tepian air (Ghofrani,
Z. et al., 2017).

I.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada tulisan ini adalah:

1. Bagaimana konsep green infrastructure pada Daerah Aliran Sungai (DAS)


sehingga dapat dijadikan acuan dalam mengendalikan banjir?
2. Kendala menggunakan konsep green infrastructure di Daerah Aliran Sungai?

I.1. Tujuan Makalah

1. Mengetahui konsep green infrastructure pada Daerah Aliran Sungai (DAS)


2. Kendala menggunakan konsep green infrastructure di Daerah Aliran Sungai
(DAS) sehingga dapat dijadikan acuan dalam mengendalikan banjir
II. PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Infrastruktur Hijau (Green Infrastructure)


Infrastruktur didefinisikan fasilitas fisik yang mendukung jaringan berbagai jenis
fasilitas, berupa jalan raya, jalan kereta api, saluran air bersih, bandar udara, kanal, waduk,
tanggul, pengelolahan limbah, perlistrikan, telekomunikasi, pelabuhan laut, dan lainnya. Dari
sejumlah jenis infrastruktur tersebut diatas, belum semuanya terformulasi secara komprehensif
yang terkait dengan isu berkelanjutan sebagai isu besarnya. Namun demikian, isu infrastruktur
ramah lingkungan yang lebih operasional (sebut “green”) di Indonesia telah terformulasi
sebagian, diantaranya adalah (a) model assessment green Infrastructure untuk bangunan gedung
di Indonesia Versi 1.2 yang dikembangkan oleh Ervianto, W.I., 2015. (b) Konstruksi hijau untuk
infrastruktur jalan raya yang dikembangkan oleh Puslitbang Jalan (Lawalatta, G., 2013).

Green infrastructure sendiri adalah jaringan infrastruktur yang saling berhubungan antara
ruang terbuka dan daerah alam, seperti lahan basah, taman, dengan mempertahankan hutan dan
vegetasi tanaman asli, yang secara alami mengelola stormwater, mengurangi resiko banjir dan
meningkatkan kualitas air. Infrastruktur hijau biasanya biaya lebih sedikit untuk instalasi dan
pemeliharaan bila dibandingkan dengan bentuk-bentuk infrastruktur tradisional. Proyek
infrastruktur hijau juga memupuk kekompakan masyarakat dengan melibatkan semua warga
dalam perencanaan, penanaman dan pemeliharaannya (EEA, 2011).

II.2 Prinsip dan Kriteria Green Infrastruktur


Hahn, T dan RA, Sol Source menyebutkan ada beberapa prinsip dari penerapan konsep
green untuk infrastruktur, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Bersifat minimalis; bangunan yang didesain haruslah sesuai dengan fungsi dan
kegunaannya nantinya.
2. Sebaiknya didesain untuk multifungsi; bangunan tersebut dapat digunakan untuk banyak
keperluan.
3. Bangunan yang didesain selayaknya juga tidak mudah peka terhadap perubahan iklim
(didesain untuk bisa tahan terhadap berbagai bentuk perubahan cuaca).
4. Tahan lama; bangunan yang dibuat harus memiliki sifat kokoh dan tahan lama.
5. Menggunakan bahan – bahan yang berasal dari produk – produk yang minimalis dalam
penggunaan sumber daya.
6. Sebisa mungkin material untuk bahan bangunan berasal dari bahan – bahan yang bisa
didaur ulang kembali.
7. Bahan – bahan yang digunakan bukan bahan – bahan beracun, baik ketika pembuatan
maupun bahan – bahan tersebut telah siap pakai.

Terdapat pola - pola yang harus dipenuhi dalam kriteria Green Infrastructure, antara lain:

1. Pola pengamanan ekologis (Ecological Security Pattern/ESP) untuk setiap kotabisa


berbeda bergantung pada permasalahan lingkungan kotanya. Pola pengamanan. ekologis
kota terdiri dari pola pengamanan terhadap masalah air dan banjir, udara, bencana
geologis, keanekaragaman hayati, warisan budaya, dan rekreasi.
2. Pola pengamanan air dan banjir (flood and stormwater security pattern) berhubungan
dengan proses-proses hidrologis, seperti aliran permukaan (run off), daerah resapan air
(infiltration), dan daerah tangkapan air hujan (catchment area).
3. Pola pengamanan udara (air security pattern) berhubungan dengan upaya peningkatan
kualitas udara agar udara kota tetap segar, tidak tercemar, dan sehat untuk warga.
Kawasan dengan potensi pencemaran udara tinggi menjadi prioritas dalam penyediaan
RTH untuk mengendalikan pencemaran udara, terutama sektor transportasi. Jalur hijau
jalan dan kawasan industri menjadi fokus utama penentuan pola RTH kota.
4. Pola pengamanan bencana geologis (geological disaster security pattern) berhubungan
dengan pengendalian daerah - daerah yang rawan longsor, amblesan muka tanah
(land/surface subsidence), daerah patahan geologi,dan daerah rawan bencana geologis
lainnya.
5. Pola pengamanan keanekaragaman hayati (biodiversity security pattern) berhubungan
dengan konservasi berbagai spesies dan habitat tempat mereka bisa hidup. Kesesuaian
lahan untuk habitat berbagai spesies dan penentuan kawasan yang harus dikonservasi
merupakan fokus utama agar penataan ruang kota tetap memberi peluang
keanekaragaman biologis.
6. Pola pengamanan warisan budaya (cultural heritage security pattern) berhubungan
dengan konservasi situs budaya (heritage site), seperti bangunan cagar budaya dan
kawasan lanskap cagar budaya (landscape heritage).
7. Pola pengamanan rekreasi (recreational security pattern) berhubungan dengan tempat -
tempat yang mempunyai fungsi sosial dan nilai rekreasi bagi warga kota Taman kota,
taman lingkungan, taman rekreasi, taman pemakaman, kawasan dengan pemandangan
indah, kawasan dengan fitur alam yang unik, dan lanskap vernacular merupakan daerah –
daerah yang perlu diamankan dari pembangunan kota.

II.1 Penerapan Infrastruktur Hijau (Green Infrastructure) di Daerah Aliran Sungai (DAS)
Penerapan green infrastruktur sendiri tidak serta merta dapat diterapkan di setiap Daerah
Aliran Sungai (DAS). Perlu dilakukan pemilihan metode yang tepat untuk memilih infrastruktur
apa yang sesuai dengan wilayah objek. Kriteria pembangunan green Infrastructure sendiri telah
di kemukakan oleh Mahardika (2022) pada penerapan konsep green infastructure sebagai Upaya
pengendalian banjir pada Sub DAS Citepus seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.1. Kriteria Penerapan Green Infrastructure

Green Kemiringan Jarak terhadap Kawasan Luas


Jenis Tanah
Infrastruktur Lereng badan air Terbangun dibutuhkan
Kolam Retensi < 10% Kelompok < 5 feet Bukan 1-3% dari total
tanah Kelas C merupakan luas Das
– Kelas D Kawasan
terbangun
Kolam < 25% Kelompok < 10 feet Bukan 1>200 ft2
Detensi tanah Kelas A merupakan
– Kelas D Kawasan
terbangun
Vegetated 1 - 15% Kelompok - Bukan > 15 feet
Filter Strip tanah Kelas A merupakan
– Kelas D Kawasan
terbangun
Bioretensi < 20% Kelompok 100 feet Bukan 0,5 – 1 acre
tanah Kelas A merupakan
– Kelas D Kawasan
terbangun
Penelitian tersebut melakukan uji statistik untuk menemukan metode yang tepat untuk diterapkan
di DAS yang diteliti.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Suhana (2022) di Sub DAS Cikapundung yang
berada di Kecamatan Lembang dengan menganalisa pencegahan erosi dengan green
infrastructure. Analisis yang dilakukan dalam penelitian pencegahan erosi ini dengan
menentukan prediksi laju erosi menggunakan model USLE berbasis SIG. Analisis dilakukan
secara dua tahap pertama yaitu analisis prediksi laju erosi dengan asumsi tanpa penerapan green
infrastructure dan kedua yaitu analisis efektivitas penerapan green infrastructure. Hasil yang
diperoleh keefektivitasan green infrastructure soil bioengineering dengan mengkonversi bobot
pegelolaan lahan menjadi 0,4 yaitu bobot konservasi rumput vetiver, Kecamatan Lembang dapat
menghilangkan maximum 19.160 ton/ha/tahun atau 42,97% dan mengubah kualifikasi tingkat
bahaya erosi menjadi sangat rendah.

a)

b)

Gambar 1. a) Analisis Laju Prediksi Erosi Tanpa green infrastructure dan b) Analisis Laju
Prediksi Erosi menggunakan green infrastructure
Di Kota Pontianak sendiri untuk mengatasi banjir Nurhidayati (2022) melakukan
penelitian mengenai konsep blue – green infrastructure. konsep Blue-Green Infrastructure
(BGI) diterapkan melalui Permeable Pavements Pedestrian dan kolam retensi untuk mitigasi
genangan banjir. Menurutnya Permeable pavements dan kolam retensi sebagai model Blue
Green Infrastructure (BGI) untuk menanggulangi banjir sangat tepat untuk diterapkan di Kota
Pontianak yang minim akan ketersediaan ruang terbuka akibat tingginya kebutuhan akan lahan.
Permeable pavements akan diterapkan pada pedestrian yang ada di Kota Pontianak dan terbagi
menjadi tiga spot yaitu akan dibuat di Pontianak Kota, Kecamatan Pontianak Selatan dan
Kecamatan Pontianak Tenggara.

Gambar 2. Lokasi penerapan Blue Green Infrastructure

II.1 Kendala penerapatn Green Infrastructure


Adapun kendala dalam menerapkan Green Infrastructure dikemukanan oleh Sinulingga
(2012), Ervianto (2014), Azis (2011), Samari et al. (2013), Djokoto et al. (2014), Hakinson
(2012), Clean Water America Alliance (2012), Naumann et al. (2011) adalah:

A Regulasi
1. Kurangnya aturan yang detail mengenai penerapan green Infrastructure di Indonesia
2. Belum adanya guideline yang comprehensive dalam menerapkan green Infrastructure
B Pemerintah

1. Kurangnya dukungan dari pemeintah dalam menerapkan green Infrastructure


2. Penataan wilayah dalam mendukung green Infrastructure
3. Kurangnya sosialisasi dari pemerintah mengenai penghematan sumber energi yang
menunjang konstruksi
4. kendala prioritas yang diciptakan oleh tekanan luar dimana pemerintah harus
meresponnya
5. Kendala procedural dari institusi atau organisasi

C Finansial
1. Pembiayaan dan perawatan green Infrastructure yang dirasakan mahal dari pemilik
proyek
2. Risiko keuangan yang dirasakan terlalu besar bagi pemilik proyek

D Teknis

1. Susah untuk mendapatkan serifikat yang bisa memastikan bahwa material yang dipakai
adalah material yang ramah lingkungan

E Teknologi
1. Masih kurangnya alternative material dan metode pelaksanaan dalam menerapkan green
Infrastructure

F Pendidikan:
1. Kurang tenaga ahli di pemerintahan mengenai green Infrastructure
2. Kurangnya pengetahuan, pengalaman dan kontraktor mengenai greenInfrastructure
3. Kurangnya pengetahuan dan keahlian konsultan mengenai green Infrastructure
4. Kurangnya best practice dan lesson learnt mengenai green Infrastructure

G Budaya dan Kebiasaan/ Culture and Behaviour


1. Sikap antipasti/ resisten untuk menerapkan green Infrastructure
2. Kurang menyadari manfaat dari green Infrastructure
3. Merasa tidak perlu dengan penerapan green Infrastructure
III. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah:
1. Konsep green infrastructure dapat digunakan di Kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS)
sebagai solusi dalam mengatasi banjir karena selain dapat mengurangi debit air yang
meluap baik dengan cara mengurangi erosi sebagai sumber pendangkalan dengan
membuat memodifikasi volume air juga dapat memberikan efek hijau (pembangunan
yang berkelanjutan)
2. Terdapat kendala dalam penerapan green infrastructure yaitu regulasi, pemerintah,
finansial, teknis, teknologi, Pendidikan, Budaya dan kebiasaan.
DAFTAR PUSTAKA

Jabareen, Y., (2013). Planning the resilient city: Concepts and strategies for coping with climate
change and environmental risk. Cities, 31, pp.220–229.
Ghofrani, Z., Sposito, V., & Faggian, R. (2017). A comprehensive review of blue-green
infrastructure concepts. International Journal of Environment and Sustainability,
6(1).
Ervianto, W.I., (2015). Model Assessment Green Infrastructure Untuk Bangunan Gedung Di
Indonesia Versi 1.2
Lawalatta, G. (2013). Konstruksi Hijau Untuk Infrastruktur Jalan Raya Pedoman Pelaksanaan
Bandar Udara Ramah Lingkungan. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
Nomor: SKEP/124/VI/2009
Sinulingga J.F. (2012), Studi Mengenai Hambatan-Hambatan Penerapan Green Construction
Pada Proyek Konstruksi di Yogyakarta.
Ervianto, W. I., (2014), Kendala Kontraktor dalam Menerapkan Green Construction untuk
Proyek Konstruksi di Indonesia, Seminar Nasional X-2014, Inovasi Struktur dalam
Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia, Teknik Sipil ITS Surabaya.
Hankinson, M. and Breytenbach, A. (2012). Barriers that Impact on the Implemenpartment
oftation of the Sustanable Design, Faculty of Art, Design and Architecture, University
of South Africa.
Clean Water America Alliance (2012). Barriers and Gateways to Green Infrastructure,
Report,Northwest, Washington, United S Northwest, Washington, United State.
Aziz, E.M.E.A (2011). Investigating the Green Construction: the Contractor Perspective. Thesis,
Diponogoro University, Semarang- Indonesia
Samari, M., Godrati, N., Esmaelifar, R., Olfat, P., and Shafiei, M.W.M (2013). The Investigation
of the Barriers in Developing Green Building in Malaysia, Modern Applied Science,
7 (2), 1-10.
Djokoto, S. D., Dadzie, J., and Ababio, E. A. (2014). Barriers to Sustainable Construction in the
Ghanaian Construction Industry: Consultant Perspectives. Journal of Sustainable
Development, Vol. 7 No. 1.
EPA, “Green Infrastructure Strategic Agenda 2013,” 2013
Priscannada, F., Hindersah, H (2022). Identifikasi Kemampuan Green Infrastructure dalam
Upaya Mengurangi Banjir pada DAS Ciliwung Hilir Jakarta. Jurnal Riset Perencaan
Wilayah dan Kota (JRPWK), Vol. 2 No.1

Anda mungkin juga menyukai