Anda di halaman 1dari 57

GREENSHIP NEIGHBORHOOD

GREENSHIP untuk Kawasan merupakan perangkat penilaian untuk menyebarkan dan


menginspirasi dalam penerapan dan perwujudan kawasan yang berkelanjutan.menurut
chairperson GBcl ( Green Building council Indonesia ) menjadi tolak ukur bagi para
pelaku inustri bangunan dalam menerapkan best practice dan mencapai standar yang
terukur dan bisa di pahami oleh masyarakat umum. Standar yang ingin di capai
melalui greenship ini terwujud konsep green building sejak dalam tahap perancanaan ,
pengoprasian, hingga pemeliharaan sehari-hari.

Manfaat Penerapan GREENSHIP Kawasan


Manfaat yang dapat diperoleh dengan menerapkan GREENSHIP Kawasan:
1. Menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan, serta
2. meningkatkan kualitas lingkungan kawasan yang sehat
3. Meminimalkan dampak pembangunan terhadap
lingkungan
4. Meningkatkan kualitas iklim
mikro
5. Menerapkan asas keterhubungan, kemudahan pencapaian, keamanan, dan
kenyamanan pada jalur pejalan kaki
6. Menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan sumber daya di masa
mendatang

Jenis Sertifikasi GREENSHIP Kawasan terdiri dari :


1. PLAN
Pada tahap ini, tim proyek mendapat kesempatan untuk mendapatkan penghargaan
untuk proyek pada tahap finalisasi desain dan perencanaan berdasarkan perangkat
penilaian GREENSHIP. Jenis sertifikasi ini untuk kawasan yang masih dalam
tahap perencanaan.
2. BUILT PROJECT
Untukk proyek yang telah terbangun dan/atau telah beroperasi. Proyek dinilai
secara menyeluruh baik dari aspek desain, konstruksi maupun operasional; untuk
menentukan kinerja kawasan secara menyeluruh.
Hal-hal yang dinilai dalam GREENSHIP Kawasan adalah:

1. Land Ecological Enhancement (Peningkatan Ekologi Lahan)

2. Movement and Connectivity (Pergerakan dan Konektivitas)

3. Water Management and Conservation (Manajemen dan Konservasi Air)

4. Solid Waste and Material (Limbah Padat dan Material)

5. Community Well-being Strategy (Strategi Kesejahteraan Masyarakat)

6. Buildings and Energy (Bangunan dan Energi)

7. Innovations and Future Development (Inovasi dan Pengembangan)

A. GREENSHIP Neighborhood/Kawasan (NH) Versi 1.0


GREENSHIP untuk Kawasan merupakan perangkat penilaian untuk menyebarkan
dan menginspirasi dalam penerapan dan perwujudan kawasan yang berkelanjutan.

Dengan adanya perangkat penilaian ini, diharapkan dapat mendorong para pelaku industri
dan pemangku kepentingan untuk menerapkan konsep keberlanjutan pada kawasan.
Perangkat penilaian GREENSHIP Kawasan ini dapat segera diaplikasikan, dan bermanfaat
bagi masyarakat dan kelestarian lingkungan.
Mari kita wariskan tanah, air dan udara yang bersih dan sehat untuk generasi mendatang
karena bumi adalah milik kita semua, saat ini dan masa depan.

Ket :
(*) Sertifikat berlaku sampai terjadi perubahan desain atau pembangunan kawasan;
atau maksimum
5 tahun.

Kategori pada GREENSHIP Kawasan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Kategori
GREENSHIP
Kawasan
Kategori Nilai Bobot
Land Ecological Enhancement 19 15%
Movement and Connectivity 26 21%
Water Management and Conservation 18 15%
Solid Waste and Material 16 13%
Community Wellbeing Strategy 16 13%
Building and Energy 18 15%
Innovation and Future Development 11 9%
Total Nilai Keseluruhan 124
Maksimum
Kelayakan (Eligibility)
Sebelum melalui proses sertifikasi, proyek harus memenuhi kelayakan sebagai berikut:

Tabel. 2. Kelayakan
BUILT
KELAYAKAN PLAN
PROJE
(ELIGIBILITY) CT
A. Dua kriteria terkait peraturan pembangunan kawasan di Indonesia,
yaitu:
1 Rencana induk (Masterplan) kawasan. √ √

Izin lingkungan atau surat kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi


2 √
UKL/UPL dan izin terkait.
3 Ijin Lokasi dari Badan Pertanahan Nasional (BPN). √

4 Ijin Pemanfaatan Ruang dari Pemda. √

B. Tiga kriteria terkait persyaratan GBC Indonesia, yaitu:


1 Minimum luas kawasan adalah 5000 m2 dan maksimum 60 Ha* √ √

Untuk kawasan industri:


(1) Luas lahan Kawasan Industri paling rendah 50 Ha.**
(2) Luas lahan Kawasan Industri Tertentu untuk Usaha Mikro, Kecil, dan √ √
Menengah paling rendah 5 Ha.**
Maksimal 400 Ha. ***

2 Minimum terdiri atas 2 (dua) bangunan. √ √

3 Satu pengelola. √ √

Kesediaan data kawasan untuk diakses GBC Indonesia terkait proses


4 √ √
sertifikasi.
Ket. :
*) Penentuan luas dan batasan kawasan dapat didiskusikan lebih lanjut dengan GBC Indonesia
**) PP No.24 tahun 2009 tentang Kawasan Industri
***) PerMen Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2015
tentang Izin Lokasi
Tabel 3. Tolok Ukur
MIXED USE KOMERSIA PEMUKIMA INDUSTRI
L N
TOLOK
Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai
UKUR
Max Bonus Max Bonus Max Bonus Max Bonus

PENINGKATAN EKOLOGI
LAHAN (LAND ECOLOGICAL
ENHANCEMENT)

AREA DASAR
LEE P
HIJAU (BASIC
GREEN AREA)
Tujuan
Menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan serta meningkatkan kualitas
lingkungan kawasan yang sehat.
Tolok Ukur
1. Tersedianya Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dapat digunakan untuk interaksi
P
manusia dan alam.
P P P P
2. Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dimiliki harus sesuai dengan yang disyaratkan
P
oleh
Pemerintah Daerah.

AREA HIJAU UNTUK


LEE 1
PUBLIK (GREEN AREA
FOR PUBLIC)
Tujuan
Meningkatkan kualitas lingkungan, kesehatan masyarakat dan mendorong interaksi dengan
menyediakan ruang terbuka hijau.
Tolok Ukur
1A. Menyediakan ruang terbuka hijau untuk publik minimal 25% dari luas lahan. 3
Atau 4 4 4 4
1B. Menyediakan ruang terbuka hijau untuk publik minimal 35% dari luas lahan. 4
PELESTARIAN
LEE 2
HABITAT (HABITAT
CONSERVATION)
Tujuan
Untuk meminimalkan dampak pembangunan dari keseimbangan dan keragaman hayati
spesies alami.
Tolok Ukur

1. Pertahankan minimal 20% pohon besar yang telah dewasa, yang ada dalam kawasan. 2

2. Peningkatan nilai ekologi pada lahan kawasan atas rekomendasi ahli lansekap atau ahli
biologi yang kompeten.
a. Penggunaan tanaman lokal provinsi berupa pepohonan dan / atau semak di dalam
kawasan serta memiliki rencana pengelolaannya :
Persentase Tanaman Asli Nilai
6 6 6 6
30% - 60% 1
> 60% 2
Atau

b. Rencana perlindungan fauna atau rencana untuk meningkatkan keragaman fauna lokal. 2

3. Penanaman minimal 10 anakan pohon muda, untuk setiap pohon di dalam kawasan yang
2
tumbang dan ditumbangkan
REVITALISASI
LEE 3
LAHAN (LAND
REVITALIZATION)
Tujuan
Menghindari pembangunan di area greenfield dan menghindari pembukaan lahan baru.
Tolok Ukur
1. Melakukan revitalisasi dan pembangunan di atas lahan yang bernilai negatif dan tak
terpakai karena bekas pembangunan atau dampak negatif pembangunan di dalam
kawasan.
4 4 4 4
Persentase dari luas minimal lahan yang ter-revitalisasi Nilai
50% 1
100% 4
IKLIM MIKRO
LEE 4
(MICRO
CLIMATE)
Tujuan
Meningkatkan kualitas iklim mikro di sekitar area kawasan dan mengurangi Urban Heat
Island (UHI)
Tolok Ukur
Menunjukan upaya peningkatan kualitas iklim mikro untuk ruang publik kawasan. Dengan
ketentuan:
Persentase dari total ruang public Nilai
3 3 3 3
40% 1
60% 2
80% 3
LAHAN
LEE 5
PRODUKTIF
(PRODUCTIVE
LAND)

Keterangan
Tidak berlaku untuk kawasan industri.
Tujuan
Mendorong produksi pangan lokal dan mengurangi jejak karbon yang berasal dari emisi
transportasi penyediaan pangan.
Tolok Ukur
Menyediakan lahan untuk produksi sayur dan buah lokal untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat setempat.
Luas terhadap Nilai 2 2 2 0
≤RTH
10% 1
> 10% 2
SUB TOTAL 19 0 19 0 19 0 17 0
PERGERAKAN DAN
KONEKTIVITAS (MOVEMENT
AND CONNECTIVITY)

ANALISA PERGERAKAN ORANG DAN BARANG


MAC P1
(PEOPLE AND GOODS MOVEMENT ANALYSIS)
Tujuan
Memastikan adanya perencanaan aksesibilitas, untuk pergerakan manusia, barang dan
kendaraan.
Tolok Ukur
Adanya studi tentang aksesibilitas. P P P P P
JARINGAN DAN FASILITAS UNTUK PEJALAN KAKI
MAC P2
(PEDESTRIAN NETWORK AND FACILITIES)
Tujuan
Menjadikan pejalan kaki prioritas di kawasan.
Tolok Ukur
Menyediakan jalur pejalan kaki di dalam kawasan. P P P P P
KAWASAN TERHUBUNG
MAC P3
(CONNECTED AREA)
Tujuan
Membuka akses keluar kawasan
Tolok Ukur
Kawasan terkoneksi dengan jaringan transportasi umum dan kawasan menyediakan ruang
P P P P P
interkoneksi (serta shelter pengguna transportasi umum) yang memadai.
STRATEGI DESAIN JALUR PEJALAN KAKI
MAC 1
(WALKWAY DESIGN STRATEGY)
Tujuan
Menerapkan asas konektivitas, kemudahan pencapaian, keamanan, kenyamanan dan
atraktif pada jalur pejalan kaki.
Tolok Ukur
1. Jalur pejalan kaki tidak terputus 100%. 2
2A. Menciptakan permeabilitas yang tinggi dengan adanya pilihan jalur pejalan kaki;
2
memiliki nilai rata-rata Route Directness Index minimal sebesar 0,65.
Atau
2B. Rasio jumlah persimpangan pejalan kaki dengan persimpangan kendaraan bermotor
2
sebesar 1 atau lebih.
3. Memprioritaskan pejalan kaki pada setiap persimpangan jalan. 2 10 10 10 10
4. Jalur pejalan kaki dilengkapi teduhan minimal 60% dari keseluruhan jalur pejalan kaki. 2
5. Menyediakan fasilitas/akses yang aman dan bebas dari perpotongan dengan akses
kendaraan bermotor untuk menghubungkan secara langsung bangunan dengan bangunan 4
lain.
6. Memenuhi standar kualitas jalur pejalan kaki (a) dan (b), serta dua standar kualitas
2
lainnya.
7. Menciptakan lingkungan yang atraktif bagi pejalan kaki. 2
TRANSPORTASI UMUM
MAC 2
(PUBLIC TRANSPORTATION)
Tujuan
Mendorong penggunaan kendaraan umum dalam melakukan perjalanan, sehingga
mengurangi emisi dan penggunaan kendaraan bermotor pribadi.
Tolok Ukur
1A. Dilintasi oleh jaringan transportasi umum dan menyediakan halte/shelter di dalam
2
kawasan.
Atau
1B. Menyediakan shuttle services (moda transportasi umum di dalam kawasan). 2
2A. Kawasan memiliki akses terhadap transportasi umum massal dalam jangkauan (radius) 6 6 6 6
2
400 m dari sisi terluar kawasan.
Atau
2B. Kawasan menjadi simpul persinggahan moda transportasi umum massal, yang
4
terintegrasi dengan kawasan yang terbangun.
UTILITAS DAN FASILITAS UMUM
MAC 3
(PUBLIC UTILITIES AND AMENITIES)
Tujuan
Menjamin terselenggaranya kehidupan dan penghidupan dalam beraktivitas.
Tolok Ukur
1A. Memenuhi 7 (tujuh) prasarana dasar, 1
Atau
1B. Memenuhi 7 (tujuh) prasarana dasar dan memenuhi minimal 2 (dua) prasarana lain 2 2 2 2
2
mendapat 1 (satu) nilai.
2. Terdapat minimal 6 (enam) jenis sarana, dalam jarak jangkauan 400 m. 1
AKSESIBILITAS UNIVERSAL
MAC 4
(UNIVERSAL ACCESSIBILITY)
Tujuan
Memberikan kemudahan pencapaian yang disediakan bagi semua orang termasuk pejalan
kaki berkebutuhan khusus dan anak kecil, dalam mewujudkan kesamaan kesempatan
beraktivitas.
Tolok Ukur
1. Mengakomodasi kemudahan dan kelancaran jalur bagisemua orang pada ruang publik. 2
2. Menyediakan fasilitas khusus pada titik-titik tertentu bagi semua orang, meliputi:
a. Area istirahat terutama digunakan sebagai tempat duduk santai di bagian tepi, 3 3 3 3
b. Tempat parkir umum untuk kursi roda, 1
c. Toilet umum untuk kursi roda, jika tersedia toilet umum di ruang publik.
JARINGAN DAN TEMPAT PENYIMPANAN SEPEDA
MAC 5
(BICYCLE NETWORK AND STORAGE)
Tujuan
Memfasilitasi penggunaan sepeda dalam kawasan sehingga dapat mengurangi penggunaan
kendaraan bermotor.
Tolok Ukur

1. Menyediakan jalur sepeda di dalam kawasan, yang bebas dari persinggungan sejajar
dengan kendaraan bermotor (dedicated bike lanes).

Rasio jalur sepeda terhadap total panjang jalan: Nilai


3 3 3 3
50% 1
100% 3

2. Menyediakan tempat parkir sepeda yang aman pada (minimal salah satu) gerbang
1
kawasan, taman, dan tempat pergantian moda transportasi umum.

PARKIR BERSAMA
MAC 6
(SHARED CAR PARKING)
Tujuan
Mengoptimalkan fasilitas parkir dengan mengurangi parkir eksklusif bagi gedung dan
menghindari on street parking.
Tolok Ukur
1. Fasilitas parkir yang disediakan kawasan atau bangunan dalam kawasan bersifat publik
1
(inklusif).
2. Menghindari on street parking. 1 2 2 2 2
3. Mengurangi on surface parking, dengan pembatasan penggunaan lahan untuk parkir,
1
maksimal 10% dari lahan total.
SUB TOTAL 26 0 26 0 26 0 26 0
MANAJEMEN DAN KONSERVASI AIR
(WATER MANAGEMENT AND CONSERVATION)
SKEMATIK AIR DI
WMC P
KAWASAN (WATER
SCHEMATIC)
Tujuan
Mengetahui konsumsi air di dalam kawasan.
Tolok Ukur
Membuat diagram skematik air kawasan (air bersih dari PDAM, tanah, air alternatif seperti
P P P P P
air danau, air hujan dan air daur ulang).
AIR ALTERNATIF
WMC 1
(ALTERNATIVE WATER)
Tujuan

Mendukung penggunaan air alternatif (selain air tanah dan air dari PDAM) secara mandiri.

Tolok Ukur
1A. Menggunakan air alternatif untuk memenuhi kebutuhan air bersih kawasan.
Persentase air Nilai
alternative
10% 2
30% 4 6 6 6 6
50% 6
Atau
1B. Menggunakan air alternatif untuk memenuhi seluruh kebutuhan irigasi kawasan 1
MANAJEMEN LIMPASAN AIR
WMC 2
HUJAN (STORMWATER
MANAGEMENT )
Tujuan
Mengurangi beban drainase lingkungan dengan sistem manajemen air hujan secara
terpadu.
Tolok Ukur
1. Melakukan perhitungan analisa limpasan hujan kawasan 1

2. Mengurangi volume limpasan air hujan kawasan ke drainase kota.


Persentase volume limpasan air hujan Nilai
25% 2 7 7 7 7
50% 3
75% 4
3. Memenuhi Tolok Ukur 2 (Dua), minimal 2 (Dua) nilai dan membantu mengurangi
2
aliran limpasan hujan dari luar kawasan
PELESTARIAN BADAN AIR DAN LAHAN
WMC 3
BASAH (WATER BODY AND WETLAND
PRESERVATION)
Keterangan
Tidak berlaku jika di dalam kawasan tidak terdapat dan atau bersinggungan badan air dan
lahan basah.
Tujuan
Menjaga sistem hidrologi alami dan melindungi ekosistem pada badan air dan lahan basah
dari dampak pembangunan kawasan.
Tolok Ukur
1. Menjaga zona penyangga badan air atau lahan basah, pada jarak yang sesuai dengan
1
peraturan.
2 2 2 2
2. Memenuhi Tolok Ukur 1 (Satu) dan melakukan upaya konservasi di dalam zona
1
penyangga badan air atau lahan basah.

MANAJEMEN LIMBAH
WMC 4
CAIR (WASTEWATER
MANAGEMENT)
Tujuan
Mendorong adanya pengelolaan air limbah kawasan untuk menghindari terjadinya
pencemaran pada badan air.
Tolok Ukur

Tersedianya unit pengolahan untuk seluruh limbah cair yang dihasilkan di dalam kawasan 3 3 3 3 3

SUB TOTAL 18 0 18 0 18 0 18 0
LIMBAH PADAT DAN
MATERIAL (SOLID WASTE
AND MATERIAL)

MANAJEMEN LIMBAH PADAT – TAHAP


SWM P
OPERASIONAL (SOLID WASTE MANAGEMENT
–Tujuan
OPERATIONAL PHASE)

Mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan melalui pengelolaan limbah padat


(sampah).
Tolok Ukur
1. Memiliki Rencana Pengelolaan Sampah selama masa operasional seluruh kawasan
(bangunan, lansekap, dan tempat umum), yang meliputi:
A. Identifikasi jenis sampah dan perkiraan volume/berat .
B. Ulasan dari program dan infrastruktur pengelolaan sampah eksisting di wilayah tersebut, P
yang disediakan oleh pemerintah atau instansi terkait.
C. Rencana mencakup sistem pemisahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, serta
pemrosesan akhir sampah.
P P P P
2. Adanya instalasi atau fasilitas pemilahan dan pengumpulan sampah untuk masa
operasional kawasan, menjadi paling sedikit 3 (tiga) jenis sampah yang terdiri atas:
A. Sampah yang mudah terurai (organik);
B. Sampah anorganik; P
C. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya
dan beracun (B3)

MANAJEMEN LIMBAH PADAT TINGKAT LANJUT – TAHAP OPERASIONAL


SWM 1
(ADVANCED SOLID WASTE MANAGEMENT)
Keterangan
Tolok Ukur 3 (tiga) menjadi Bonus, jika Kawasan yang dinilai merupakan Kawasan
Komersial dan Permukiman
Tujuan
Memperpanjang daur hidup dan menambah nilai manfaat dari sampah melalui pengolahan
sampah yang ramah lingkungan.
Tolok Ukur
1. Melakukan pengolahan berpedoman lingkungan pada sampah yang mudah terurai,
2
secara mandiri atau bekerja sama dengan badan resmi pengolahan sampah.
2. Melakukan pengolahan berpedoman lingkungan pada sampah yang dapat digunakan 4 4
kembali dan/atau yang dapat didaur ulang, secara mandiri atau bekerja sama dengan 2
badan resmi pengolahan sampah. 6 6

3. Melakukan pengelolaan berpedoman lingkungan pada sampah yang mengandung bahan


berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya dan beracun, bekerja sama dengan 2 2 2
badan resmi pengelola sampah.

MANAJEMEN LIMBAH KONSTRUKSI


SWM 2
(CONSTRUCTION WASTE MANAGEMENT)
Tujuan
Mengurangi sampah yang dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA) dan polusi dari
proses konstruksi.
Tolok Ukur
Memiliki pedoman manajemen lingkungan konstruksi yang terdiri atas:
1. Melakukan penanganan sampah dari kegiatan bongkaran bangunan. 1
2. Melakukan perlindungan terhadap lapisan atas tanah (topsoil ) dengan melakukan 4 4 4
1
pemisahan agar dapat digunakan kembali. 4 1
3. Memiliki Pedoman Pengelolaan Limbah padat selama masa konstruksi kawasan. 1
4. Memiliki Pedoman Pengelolaan Limbah cair selama masa konstruksi kawasan. 1
5. Memiliki Pedoman Pengelolaan polusi udara dari debu dan partikulat selama masa
1B 1 1 1
konstruksi kawasan.
MATERIAL REGIONAL UNTUK INFRASTRUKTUR JALAN
SWM 3
(REGIONAL MATERIALS FOR ROAD INFRASTRUCTURE)
Tujuan
Mengurangi jejak karbon dari moda transportasi untuk distribusi dan mendorong
pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Tolok Ukur
1. Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama dan pabrikasinya berada di
dalam radius 1000 km dari lokasi proyek, sesuai dengan persentase dari biaya total material
infrastruktur jalan.
Persentase material regional Nilai
15% 1
30% 2
4 4 4 4
2. Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama dan pabrikasinya berada
dalam wilayah Republik Indonesia, sesuai dengan persentase dari biaya total material
infrastruktur jalan.
Persentase material regional Nilai
15% 1
30% 2

MATERIAL DAUR ULANG DAN BEKAS UNTUK


SWM 4
INFRASTRUKTUR JALAN (RECYCLED AND REUSE
MATERIALS FOR ROAD INFRASTRUCTURE)
Tujuan
Mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dari proses ekstraksi bahan mentah dan
proses produksi material, serta mengurangi limbah.
Tolok Ukur
Menggunakan bahan hasil proses daur ulang dan/atau pemakaian kembali pada material
perkerasan jalan minimal 5% dari total biaya material jalan.
Persentase material daur ulang dan bekas Nilai 2 2 2 2
5% 1
10% 2
SUB TOTAL 16 1 14 3 14 3 16 1
STRATEGI KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT (COMMUNITY
WELLBEING STRATEGY)

FASILITAS BAGI MASYARAKAT


CWS 1
(AMENITIES FOR COMMUNITIES)
Tujuan
Memfasilitasi agar masyarakat dapat berinteraksi dan beraktivitas.
Tolok Ukur
Menyediakan sarana dimana masyarakat dapat berinteraksi dan beraktivitas, setiap
2 2 2 2 2
minimal radius 400 m.
MANFAAT SOSIAL DAN EKONOMI
CWS 2
(SOCIAL AND ECONOMIC BENEFITS)
Tujuan
Menempatkan masyarakat sebagai stakeholder penting; Masyarakat menjadi bagian dari
kawasan.
Tolok Ukur

1A. Memberikan hasil studi atas dampak pengembangan kawasan terhadap pengembangan
2
ekonomi masyarakat di dalam dan di luar kawasan.

Atau

1B. Menyelenggarakan survei kepuasan kepada penghuni/pekerja di dalam kawasan


2
mengenai kualitas lingkungan dan fasilitas kawasan dan mekanisme tanggapan yang efektif.
4 4 4 4
Atau

1C. Memiliki sarana komunikasi dengan perwakilan warga atau asosiasi masyarakat,
1
sebagai tempat penyampaian pendapat untuk rencana pengembangan kawasan.

2. Mempunyai fasilitas/prasarana untuk masyarakat, yang dapat digunakan untuk kegiatan


2
sosial ekonomi.
KEPEDULIAN MASYARAKAT
CWS 3
(COMMUNITY AWARENESS)
Tujuan
Meningkatkan kepedulian, pengetahuan, dan peran serta masyarakat tentang konsep
keberlanjutan di kawasan.
Tolok Ukur

1. Menyelenggarakan promosi gaya hidup berkelanjutan kepada masyarakat di dalam


1
kawasan minimal 2 (dua) program promosi yang bersifat konsisten.
4 4 4 4
2. Memenuhi tolok ukur 1, setiap penambahan 1 (satu) program bertambah 1 nilai.
(maksimal 3 nilai tambahan) 3
KAWASAN CAMPURAN
CWS 4
(MIXED USE NEIGHBORHOOD)
Tujuan
Mengembangkan fungsi lahan untuk pembangunan kawasan yang kompak, bagi
pengembangan efektivitas kegiatan antara sektor hunian dan komersial.
Tolok Ukur

1A. Untuk kawasan dominan hunian, menyediakan lokasi selain hunian minimal 15% dari
2
luas zona kawasan untuk pengembangan sektor bisnis dan komersial kawasan.

Atau
1B. Untuk kawasan dominan bukan hunian, menyediakan lokasi hunian dalam kawasan 2 2 2 2
2
minimal 15% dari luas zona kawasan.
Atau
1C. Membuktikan minimal 10% dari orang bekerja dan tinggal di dalam kawasan atau dalam
2
jangkauan 5 km dari tempat bekerjanya di dalam kawasan.
KEBUDAYAAN LOKAL
CWS 5
(LOCAL CULTURE)
Tujuan
Membangun kawasan dengan memperhatikan pelestarian dan pengembangan budaya
lokal.
Tolok Ukur
1A. Menerapkan budaya lokal daerah setempat dalam bentuk minimal 2 (dua) aspek
berikut ini:
a) Arsitektur bangunan berdasarkan identitas setempat,
b) Fasilitas pendukung penyelenggaraan kebudayaan lokal,
c) Penamaan tempat/bangunan/jalan berdasarkan nama budaya lokal, d) 1
Konservasi bangunan dan/atau area sejarah,
e) Kegiatan pelestarian budaya lokal, 2 2 2 2
f) Kegiatan edukasi budaya lokal,
Atau
1B. Menerapkan budaya lokal dalam bentuk minimal 4 aspek yang tercantum dalam tolok
2
ukur 1.
LINGKUNGAN YANG AMAN
CWS 6
(SAFE ENVIRONMENT)
Tujuan
Menyelenggarakan kawasan yang aman, nyaman, dan cepat tanggap dari ancaman
kejahatan dan bencana alam.
Tolok Ukur
Memiliki upaya penjaminan keamanan dan ketahanan menghadapi bencana. 2 2 2 2 2
SUB TOTAL 16 0 16 0 16 0 16 0
BANGUNAN DAN
ENERGI (BUILDING
AND ENERGY)

BANGUNAN HIJAU GREENSHIP


BAE 1
(GREENSHIP BUILDINGS)
Tujuan
Mendorong penerapan Green Building sebagai satu kesatuan elemen pembangunan hijau
di dalam kawasan.
Tolok Ukur
Adanya bangunan hijau GREENSHIP di dalam kawasan.

6 6 6 6

HUNIAN BERIMBANG
BAE 2
(AFFORDABLE
HOUSING)
Keterangan
Tidak berlaku untuk kawasan dominan komersial dan industri yang tidak memiliki kuasa
terhadap kawasan hunian di dalamnya.
Tujuan

Menyelenggarakan kawasan hunian yang mendukung kesetaraan sosial dalam masyarakat.

Tolok Ukur

Pembangunan permukiman mengikuti ketentuan pola pembangunan berimbang, sesuai


1 1 0 1 0
dengan peraturan yang berlaku tentang hunian berimbang.
EFISIENSI ENERGI DALAM KAWASAN
BAI 3
(ENERGY EFFICIENCY)
Tujuan

Melakukan penghematan energi di dalam kawasan.

Tolok Ukur
1. Menggunakan lampu (lampu jalan, lampu taman, lampu parkir) dengan konsumsi
2
pencahayaan maksimum 2,5 W/m * tanpa mengurangi kualitas pencahayaan**.
% dari total lampu Nilai
kawasan 4 4 4
50% 1 4 2
80% 2
2. Menggunakan Smart Grid. 2
3. Menggunakan District Cooling System. 2B 2 2 2
*) mengacu pada Tabel 3, SNI 6197:2011 tentang Konservasi Energi pada Sistem
Pencahayaan
**) mengacu pada Tabel 3 dan Tabel 4, SNI 7391:2008 tentang Spesifikasi Penerangan Jalan
di Kawasan Perkotaan).
ENERGI ALTERNATIF
BAE 4
(ALTERNATIVE ENERGY)
Tujuan

Mendorong penggunaan sumber energi alternatif untuk mengurangi beban listrik negara dan
mengurangi dampak lingkungan terkait dengan pembangkit listrik berbahan bakar fosil.

Tolok Ukur
Menggunakan sumber energi alternatif di dalam kawasan.
% dari kebutuhan energi kawasan (tidak termasuk energi bangunan) Nilai
20% 1 3 3 3 3
50% 2
80% 3
PENGURANGAN POLUSI CAHAYA
BAE 5
(LIGHT POLLUTION REDUCTION)
Tujuan
Menjaga kualitas lingkungan dari pencahayaan berlebihan.

Tolok Ukur

Memenuhi strategi: Lamp Shielding, Light Trespass, Glare, dan Sky-Glow Limitation. 2 2 2 2 2

PENGURANGAN POLUSI SUARA


BAE 6
(NOISE POLLUTION REDUCTION)
Tujuan
Menjaga kualitas lingkungan dari polusi suara.
Tolok Ukur
Melakukan usaha untuk mengurangi polusi suara hingga memenuhi baku mutu tingkat
2 2 2 2 2
kebisingan.
SUB TOTAL 18 2 17 2 18 2 17 2
INOVASI PENGEMBANGAN DAN
INOVASI (INNOVATION AND FUTURE
DEVELOPMENT)
PEMBERDAYAAN GA/GP
IFD 1
(GA/GP EMPOWERMENT)
Tujuan
Mewujudkan arahan-arahan keberlanjutan kawasan dan pengumpulan dokumen untuk
proses sertifikasi GREENSHIP.
Tolok Ukur

1. Melibatkan tenaga ahli tersertifikasi GREENSHIP Associate (GA) untuk


1
memberikan pendidikan tentang isu pembangunan hijau bagi manajemen pengembang
kawasan.
3 3 3 3
2. Melibatkan tenaga ahli yang sudah tersertifikasi GREENSHIP Professional (GP) yang
bertanggung jawab atas arahan keberlanjutan kawasan dan proses sertifikasi GREENSHIP. 2

PENGELOLAAN KAWASAN
IFD 2
(ESTATE MANAGEMENT)
Tujuan
Meneruskan pelaksanaan konsep keberlanjutan pada kawasan.
Tolok Ukur
1. Memiliki institusi dan SOP/panduan pengelolaan kawasan. 2 2 2 2
2. Mempunyai target efisiensi energi dan air, serta pengurangan volume sampah, selama 2 2
2B 2 2 2
masa pengelolaan kawasan.
INOVASI
IFD 3
(INNOVATION)
Tujuan

Mendukung inovasi-inovasi yang dapat mengembangkan fungsi lingkungan, sosial, dan


ekonomi kawasan melampaui standar penilaian kriteria GREENSHIP Kawasan.

Tolok Ukur

Penilaian terhadap inovasi yang diajukan ke GBCI, dengan ketentuan sebagai berikut:

#Inovasi dinilai berdampak kecil. 1 6 6 6 6


#Inovasi dinilai berdampak besar. 2
Maksimum nilai adalah 6 nilai.
SUB TOTAL 11 2 11 2 11 2 11 2
Total Nilai Keseluruhan Maksimum 124 5 121 7 122 7 121 5

A. GREENSHIP New Building Versi 1.1


GREENSHIP New Building Versi 1.1 merupakan hasil revisi dari GREENSHIP New Building
Versi 1.0 yang akan berlaku mulai tanggal 23 Februari
2012.

Tahap penilaian GREENSHIP terdiri dari :


1. Design Recognition (DR), dengan maksimum
2. Final Assessment (FA), dengan maksimum nila

Peringkat pada GREENSHIP Versi 1.1 tahap DR, terdiri dari:

Peringkat pada GREENSHIP Versi 1.1 tahap FA terdiri dari:

Platinum Minimum persentase 73% dengan 56 poin


Platinum Minimum persentase 73% dengan 74 poin Gold Minimum
persentase 57% dengan 33 poin Gold Minimum persentase 57% dengan 58
poin Silver Minimum persentase 46% dengan 35 poin
Silver Minimum persentase 46% dengan 47 poin Bronze Minimum persentase
35% dengan 27 poin Bronze Minimum persentase 35% dengan 35 poin

Setiap kategori terdapat beberapa kriteria yang memiliki jenis berbeda, yaitu:

Kriteria prasyarat adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan harus dipenuhi sebelum
dilakukannya penilaian lebih lanjut berdasarkan kriteria kredit dan kriteria bonus.
Apabila salah satu prasayarat tidak dipenuhi, maka kriteria kredit dan kriteria bonus
dalam kategori yang sama dari gedung tersebut tidak dapat dinilai. Kriteria Prasyarat ini
tidak memiliki nilai seperti kriteria lainnya.
Kriteria kredit adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan tidak harus dipenuhi.
Pemenuhan kriteria ini tentunya disesuaikan dengan kemampuan gedung tersebut.
Bila kriteria ini dipenuhi, gedung yang bersangkutan mendapat nilai dan apabila tidak
dipenuhi, gedung yang bersangkutan tidak akan mendapat nilai.

Kriteria bonus adalah kriteria yang hanya ada pada kategori tertentu yang
memungkinkan pemberian nilai tambahan. Hal ini dikarenakan selain kriteria ini tidak
harus dipenuhi, pencapaiannya dinilai cukup sulit dan jarang terjadi di lapangan. Oleh
karena itu, gedung yang dapat memenuhi kriteria bonus dinilai memiliki prestasi
tersendiri
Tabel 4. Kelayakan
Kategori Prasyarat Prasyarat Kredit Bonus Total
ASD Appropriate Site Development 1 7 _ 8
EEC Energy Efficiency and Conservation 2 4 1 7
WAC Water Conservation 2 6 _ 8
MRC Material Resources and Cycle 1 6 _ 7
IHC Indoor Health and Comfort 1 7 _ 8
BEM Building Environment Management 1 7 _ 8
Jumlah Total Kriteria 1 46

Kelayakan (Eligibility )

Sebelum melalui proses sertifikasi, proyek harus memenuhi


kelayakan yang ditetapkan oleh GBC Indonesia. Kelayakan
tersebut antara lain:
1. Minimum luas gedung adalah 2500 m2
2. Fungsi gedung sesuai dengan peruntukan lahan berdasarkan RTRW/K setempat
3. Kepemilikan rencana Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)/Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL)
4. Mesesuaian gedung terhadap standar ketahanan gempa
5. Kesesuaian gedung terhadap standar keselamatan untuk kebakaran
6. Kesesuaian gedung terhadar standar aksesibilitas penyandang cacat
7. Kesediaan data gedung untuk diakses GBC Indonesia terkait proses sertifikasi
Tabel 5. Kriteria
RINGKASAN KRITERIA GREENSHIP NB Versi 1.1 DR CA
Kode Kriteria Nilai Maks Nilai Maks
Appropriate Site Development 22% 17%
ASD P Basic Green Area A
ASD 1 Site Selection A 2 2
ASD 2 Community Accessibility A 2 2
ASD 3 Public Transportation A 2 2
ASD 4 Bicycle A 2 2
ASD 5 Site Landscaping A 3 3
ASD 6 Micro Climate A 3 3
ASD 7 Storm Water Management A 3 3
17 17
Energy Eficiency and Conservation 34% 26%
EEC P1 Electrical Sub Metering A
EEC P2 OTTV Calculation A
EEC 1 Energy Eficiency Measure A 20 20
EEC 2 Natural Lighting A 4 4
EEC 3 Ventilation A 1 1
EEC 4 Climate Change Impact A 1 1
EEC 5 On Site Renewable Energy (Bonus) A 5B 5B
26 26
Water Conservation 27% 21%
WAC P1 Water Metering A
WAC P2 Water Calculation A
WAC 1 Water Use Reduction A 8 8
WAC 2 Water Fixtures A 3 3
WAC 3 Water Recycling A 3 3
WAC 4 Alternative Water Resource A 2 2
WAC 5 Rainwater Harvesting A 3 3
WAC 6 Water Eficiency Landscaping A 2 2
21 21
Material Resource and Cycle 3% 14%
MRC P Fundamental Refrigerant A
MRC 1 Building and Material Reuse NA 2
MRC 2 Environmentally Friendly Material NA 3
MRC 3 Non ODS Usage A 2 2
MRC 4 Certified Wood NA 2
MRC 5 Prefab Material NA 3
MRC 6 Regional Material NA 2
RINGKASAN TOLOK UKUR GREENSHIP NB Versi 1.1
Appropriate Site Development 17%
ASD P Basic Green Area
Tujuan
Memelihara atau memperluas kehijauan kota untuk meningkatkan kualitas iklim mikro,
mengurangi CO2 dan zat polutan; mencegah erosi tanah; mengurangi beban sistem drainase;
menjaga keseimbangan neraca air bersih dan sistem air tanah.
Tolok Ukur
1. Adanya area lansekap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari struktur bangunan dan
struktur sederhana bangunan taman (hardscape) di atas permukaan tanah atau di bawah tanah.
P
o Untuk konstruksi baru, luas areanya adalah minimal 10% dari luas total lahan.
o Untuk major renovation, luas areanya adalah minimal 50% dari ruang terbuka yang bebas
basement dalam tapak. P
2. Area ini memiliki vegetasi mengikuti Permendagri No 1 tahun 2007 Pasal 13 (2a) dengan
komposisi 50% lahan tertutupi luasan pohon ukuran kecil, ukuran sedang, ukuran besar, perdu
setengah pohon, perdu, semak dalam ukuran dewasa dengan jenis tanaman sesuai dengan P
Permen PU No. 5/PRT/M/2008 mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pasal 2.3.1 tentang Kriteria
Vegetasi untuk Pekarangan.
ASD 1 Site Selection
Tujuan
Menghindari pembangunan di lahan hijau dan mengindari pembukaan lahan baru
Tolok Ukur
1A. Membangun di dalam kawasan perkotaan dilengkapi minimal 8 (delapan) dari 11 prasarana
sarana kota.
atau 1
1B. Membangun dalam kawasan perkotaanyang berkepadatan <300 orang/ha sehingga tingkat
kepadatan hunian >300 orang/Ha.
2
2. Pembangunan berlokasi dan melakukan revitalisasi di atas lahan yang bernilai negatif dan tak
terpakai karena bekas pembangunan atau dampak negatif pembangunan, seperti tempat
pembuangan Akhir (TPA), badan air yang tercemar, dan daerah padat yang prasarana dan sarana 1
di bawah standar minimum tolok ukur 1. Revitalisasi pada daerah padat harus dilakukan dengan
melengkapi prasarana dan sarana minimum tolok ukur 1.

ASD 2 Community Accessibility


Tujuan

Mendorong pembangunan di tempat yang telah memiliki jaringan konektivitas dan


meningkatkan pencapaian penggunaan gedung sehingga mempermudah masyarakat dalam
menjalankan kegiatan sehari-hari dan menghindari penggunaan kendaraan bermotor.

Tolok Ukur
1. Terdapat minimal 7 jenis fasilitas umum dalam jarak pencapaian jalan utama sejauh 1500 m
1
dari tapak.

2. Membuka akses pejalan kaki selain ke jalan utama di luar tapak yang menghubungkan-nya
dengan jalan sekunder dan/atau lahan milik orang lain sehingga tersedia akses ke minimal 3 1
fasilitas umum sejauh 300 m jarak pencapaian pejalan kaki.
2
3. Menyediakan fasilitas/akses yang aman, nyaman, dan bebas dari perpotongan dengan akses
kendaraan bermotor untuk menghubungkan secara langsung bangunan dengan bangunan lain, 2
di mana terdapat minimal 3 fasilitas umum dan/atau dengan stasiun transportasi masal

4. Membuka lantai dasar gedung sehingga dapat menjadi akses pejalan kaki yang aman dan
2
nyaman selama minimum 10 jam sehari.
ASD 3 Public Transportation
Tujuan
Mendorong pengguna gedung untuk menggunakan kendaraan umum massal dan mengurangi
kendaraan pribadi
Tolok Ukur
1A. Adanya halte atau stasiun transportasi umum dalam jangkauan 300 m (walking distance )
dari gerbang lokasi bangunan dengan tidak memperhitungkan panjang jembatan
penyeberangan dan ramp .
1
atau
1B. Menyediakan shuttle bus untuk pengguna tetap gedung dengan jumlah unit minimum untuk
2
10% pengguna tetap gedung.
2. Menyediakan fasilitas jalur pedestrian di dalam area gedung untuk menuju ke stasiun
transportasi umum terdekat yang aman dan nyaman sesuai dengan Peraturan Menteri PU
1
30/PRT/M/2006 mengenai Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung
dan Lingkungan Lampiran 2B.
ASD 4 Bicycle
Tujuan
Mendorong penggunaan sepeda bagi pengguna gedung dengan memberikan fasilitas yang
memadai sehingga dapat mengurangi penggunaan kendaraan bermotor
Tolok Ukur
1. Adanya tempat parkir sepeda yang aman sebanyak 1 unit parkir per 20 pengguna gedung
1
hingga maksimal 100 unit parkir sepeda.
2
2. Apabila tolok ukur 1 di atas terpenuhi, perlu tersedianya shower sebanyak 1 unit untuk setiap
1
10 parkir sepeda.
ASD 5 Site Landscaping
Tujuan
Memelihara atau memperluas kehijauan kota untuk meningkatkan kualitas iklim mikro,
mengurangi CO2 dan zat polutan; mencegah erosi tanah; mengurangi beban sistem drainase;
menjaga keseimbangan neraca air bersih dan sistem air tanah.
Tolok Ukur
1. Adanya area lansekap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari bangunan taman
(hardscape) yang terletak di atas permukaan tanah seluas minimal 40% luas total lahan. Luas
area yang diperhitungkan adalah termasuk yang tersebut di Prasyarat 1, taman di atas
1
basement, roof garden, terrace garden, dan wall garden, sesuai dengan Permen PU No.
5/PRT/M/2008 mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pasal 2.3.1 tentang Kriteria Vegetasi untuk
3
Pekarangan.
2. Bila tolok ukur 1 dipenuhi, setiap penambahan 5% area lansekap dari luas total lahan
2
mendapat 1 poin.
3. Penggunaan tanaman lokal (indigenous ) dan budidaya lokal dalam skala provinsi seluas 60%
1
luas tajuk terhadap luas lahan hijau.
ASD 6 Micro Climate
Tujuan
Meningkatkan kualitas iklim mikro di sekitar gedung yang mencakup kenyamanan manusia dan
habitat sekitar gedung
Tolok Ukur
1. Menggunakan berbagai material untuk menghindari efek heat island pada area atap gedung
1
sehingga nilai albedo (daya refleksi panas matahari) minimum 0,3 sesuai dengan perhitungan.

2. Menggunakan berbagai material untuk menghindari efek heat island pada area non-atap
1
sehingga nilai albedo (daya refleksi panas matahari) minimum 0,3 sesuai dengan perhitungan
3
3A. Desain lansekap berupa vegetasi (softscape) pada sirkulasi utama pejalan kaki menunjukkan
adanya pelindung dari panas akibat radiasi matahari.
atau 1
3B. Desain lansekap berupa vegetasi (softscape) pada sirkulasi utama pejalan kaki menunjukkan
adanya pelindung dari terpaan angin kencang.
ASD 7 Storm Water Management
Tujuan
Mengurangi beban sistem drainase lingkungan dari kuantitas limpasan air hujan dengan sistem
manajemen air hujan secara terpadu.
Tolok Ukur

1A. Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi
1
bangunan hingga 50 % total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG.

atau
1B. Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi 3
2
bangunan hingga 85 % total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG.

2. Menunjukkan adanya upaya penanganan pengurangan beban banjir lingkungan dari luar
1
lokasi bangunan.
3. Menggunakan teknologi-teknologi yang dapat mengurangi debit limpasan air hujan. 1

SUB TOTAL 17
Energy Efciency and Conservation 26%
EEC P1 Electrical Sub Metering
Tujuan
Mengontrol penggunaan air sehingga dapat menjadi dasar penerapan manajemen energi yang
lebih baik
Tolok Ukur
Memasang kWh meter untuk mengukur konsumsi listrik pada setiap kelompok beban dan
sistem peralatan, yang meliputi:
o Sistem tata udara P P
o Sistem tata cahaya dan kotak kontak
o Sistem beban lainnya
EEC P2 OTTV Calculation
Tujuan

Mendorong sosialisasi arti selubung bangunan gedung yang baik untuk penghematan energi.

Tolok Ukur
Perhitungan OTTV berdasarkan SNI 03-6389-2000 tentang Konservasi Energi Selubung
P P
Bangunan pada Bangunan Gedung.
EEC 1 Energy Efciency Measure
Tujuan

Mendorong penghematan konsumsi energi melalui aplikasi langkah-langkah efisiensi energi.

Tolok Ukur
Opsi 1 EEC 1-1. Energy modelling software
Energy modelling software digunakan untuk menghitung konsumsi energi di gedung baseline
dan gedung designed . Selisih konsumsi energi dari gedung baseline dan designed merupakan
penghematan. Untuk setiap penghematan sebesar 2,5%, yang dimulai dari penurunan energi 1 s.d. 20 20
sebesar 10% dari gedung baseline, mendapat nilai 1 poin dengan maksimum 20 poin (wajib
untuk level platinum).
Opsi 2 EEC 1-2. Worksheet standar GBCI

Dengan menggunakan perhitungan worksheet, setiap penghematan 2% dari selisih antara


gedung designed dan baseline mendapat nilai 1 poin. Penghematan mulai dihitung dari 1 s.d. 15 15
penurunan energi sebesar 10% dari gedung baseline. Worksheet dimaksud disediakan oleh GBCI.

Opsi 3 EEC 1-3. Penghematan per komponen yang sudah ditentukan


Caranya adalah dengan memperhitungkan secara terpisah overall thermal transfer value (OTTV)
dari selubung bangunan dan mempertimbangkan pencahayaan buatan, transportasi vertikal,
dan coeficient of performance (COP).
EEC 1-3-1 BUILDING ENVELOPE
Tiap penurunan 3 W/m2 dari nilai OTTV 45 W/m2 (SNI 03-6389-2000) mendapatkan nilai 1 poin
5 5
(sampai maksimal 5 poin).
EEC 1-3-2 NON-NATURAL LIGHTING
Menggunakan lampu dengan daya pencahayaan sebesar 30%, yang lebih hemat daripada daya
1
pencahayaan yang tercantum dalam SNI 03 6197-2000
Menggunakan 100% ballast frekuensi tinggi (elektronik) untuk ruang kerja 1
2
Zonasi pencahayaan untuk seluruh ruang kerja yang dikaitkan dengan sensor gerak (motion
1
sensor)
Penempatan tombol lampu dalam jarak pencapaian tangan pada saat buka pintu 1
EEC 1-3-3 VERTICAL TRANSPORTATION
Lift menggunakan trafic management system yang sudah lulus trafic analysis atau
menggunakan regenerative drive syste.
atau 1 1
Menggunakan fitur hemat energi pada lift, menggunakan sensor gerak, atau sleep mode pada
eskalator.
EEC 1-3-4 COP
Menggunakan peralatan air conditioning dengan COP minimum 10% lebih besar dari standar SNI
1 1
03-6390-2000
EEC 2 Natural Lighting
Tujuan
Mendorong penggunaan pencahayaan alami yang optimal untuk mengurangi konsumsi energi
dan mendukung desain bangunan yang memungkinkan pencahayaan alami semaksimal
mungkin.
Tolok Ukur
1. Penggunaaan cahaya alami secara optimal sehingga minimal 30% luas lantai yang digunakan
untuk bekerja mendapatkan intensitas cahaya alami minimal sebesar 300 lux. Perhitungan dapat
dilakukan dengan cara manual atau dengan software. 2
Khusus untuk pusat perbelanjaan, minimal 20% luas lantai nonservice mendapatkan intensitas
4
cahaya alami minimal sebesar 300 lux
2. Jika butir satu dipenuhi lalu ditambah dengan adanya lux sensor untuk otomatisasi
pencahayaan buatan apabila intensitas cahaya alami kurang dari 300 lux, didapatkan tambahan 2
nilai 2 poin
EEC 3 Ventilation
Tujuan
Mendorong penggunaan ventilasi yang efisien di area publik (non nett letable area ) untuk
mengurangi konsumsi energi.
Tolok Ukur
Tidak mengkondisikan (tidak memberi AC) ruang WC, tangga, koridor, dan lobi lift, serta
1 1
melengkapi ruangan tersebut dengan ventilasi alami ataupun mekanik.
EEC 4 Climate Change Impact
Tujuan
Memberikan pemahaman bahwa pola konsumsi energi yang berlebihan akan berpengaruh
terhadap perubahan iklim.
Tolok Ukur
Menyerahkan perhitungan pengurangan emisi CO2 yang didapatkan dari selisih kebutuhan
energi antara design building dan base building dengan menggunakan grid emission factor
1 1
(konversi antara CO2 dan energi listrik) yang telah ditetapkan dalam Keputusan DNA pada
B/277/Dep.III/LH/01/2009
EEC 5 On Site Renewable Energy
Tujuan
Mendorong penggunaan sumber energi baru dan terbarukan yang bersumber dari dalam lokasi
tapak bangunan.
Tolok Ukur
Menggunakan sumber energi baru dan terbarukan. Setiap 0,5% daya listrik yang dibutuhkan
gedung yang dapat dipenuhi oleh sumber energi terbarukan mendapatkan 1 poin (sampai 1 s.d. 5 5
maksimal 5 poin).
SUB TOTAL 26
Water Conservation 21%
WAC P1 Water Metering
Tujuan
Mengontrol penggunaan air sehingga dapat menjadi dasar penerapan manajemen air yang lebih
baik
Tolok Ukur
Pemasangan alat meteran air (volume meter) yang ditempatkan di lokasi-lokasi tertentu pada
sistem distribusi air, sebagai berikut:
o Satu volume meter di setiap sistem keluaran sumber air bersih seperti sumber PDAM atau air
tanah P P
o Satu volume meter untuk memonitor keluaran sistem air daur ulang
o Satu volume meter dipasang untuk mengukur tambahan keluaran air bersih apabila dari sistem
daur ulang tidak mencukupi
WAC P2 Water Calculation
Tujuan
Memahami perhitungan menggunakan worksheet perhitunagn air dari GBC Indonesia untuk
mengetahui simulasi penggunaan air pada saat tahap operasi gedung
Tolok Ukur
Mengisi worksheet air standar GBCI yang telah disediakan P P
WAC 1 Water Use Reduction
Tujuan
Meningkatkan penghematan penggunaan air bersih yang akan mengurangi beban konsumsi air
bersih dan mengurangi keluarann air limbah.
Tolok Ukur
1. Konsumsi air bersih dengan jumlah tertinggi 80% dari sumber primer tanpa mengurangi
1
jumlah kebutuhan per orang sesuai dengan SNI 03-7065-2005 seperti pada tabel terlampir.
8
2. Setiap penurunan konsumsi air bersih dari sumber primer sebesar 5% sesuai dengan acuan
1 s.d. 7
pada poin 1 akan mendapatkan nilai 1 dengan dengan nilai maksimum sebesar 7 poin.

WAC 2 Water Fixtures


Tujuan
Mendorong upaya penghematan air dengan pemasangan water fixture efisiensi tinggi.
Tolok Ukur
1A. Penggunaan water fixture yang sesuai dengan kapasitas buangan di bawah standar
maksimum kemampuan alat keluaran air sesuai dengan lampiran, sejumlah minimal 25% dari 1
total pengadaan produk water fixture .
atau
1B. Penggunaan water fixture yang sesuai dengan kapasitas buangan di bawah standar
maksimum kemampuan alat keluaran air sesuai dengan lampiran, sejumlah minimal 50% dari 2 3
total pengadaan produk water fixture .
atau
1C. Penggunaan water fixture yang sesuai dengan kapasitas buangan di bawah standar
maksimum kemampuan alat keluaran air sesuai dengan lampiran, sejumlah minimal 75% dari 3
total pengadaan produk water fixture .
WAC 3 Water Recycling
Tujuan
Menyediakan air dari sumber daur ulang yang bersumber dari air limbah gedung untuk
mengurangi kebutuhan air dari sumber utama.
Tolok Ukur
Instalasi daur ulang air dengan kapasitas yang cukup untuk kebutuhan seluruh sistem flushing,
3 3
irigasi, dan make up water cooling tower (jika ada)
WAC 4 Alternative Water Resource
Tujuan
Menggunakan sumber air alternatif yang diproses sehingga menghasilkan air bersih untuk
mengurangi kebutuhan air dari sumber utama.
Tolok Ukur
1A. Menggunakan salah satu dari tiga alternatif sebagai berikut: air kondensasi AC, air bekas
1
wudu, atau air hujan.
atau
1B. Menggunakan lebih dari satu sumber air dari ketiga alternatif di atas. 2 2
atau
1C. Menggunakan teknologi yang memanfaatkan air laut atau air danau atau air sungai untuk
2
keperluan air bersih sebagai sanitasi, irigasi dan kebutuhan lainnya
WAC 5 Rainwater Harvesting
Tujuan
Mendorong penggunaan air hujan atau limpasan air hujan sebagai salah satu sumber air untuk
mengurangi kebutuhan air dari sumber utama.
Tolok Ukur
1A. Instalasi tangki penyimpanan air hujan kapasitas 50% dari jumlah air hujan yang jatuh di atas
1
atap bangunan sesuai dengan kondisi intensitas curah hujan tahunan setempat menurut BMKG

atau 3
1B. Instalasi tangki penyimpanan air hujan berkapasitas 75% dari perhitungan di atas 2
atau
1C. Instalasi tangki penyimpanan air hujan berkapasitas 100% dari perhitungan di atas 3
WAC 6 Water Efficiency Landscaping
Tujuan
Meminimalisasi penggunaan sumber air bersih dari air tanah dan PDAM untuk kebutuhan irigasi
lansekap dan menggantinya dengan sumber lainnya.
Tolok Ukur
1. Seluruh air yang digunakan untuk irigasi gedung tidak berasal dari sumber air tanah dan/atau
1
PDAM.
2
2. Menerapkan teknologi yang inovatif untuk irigasi yang dapat mengontrol kebutuhan air untuk
1
lansekap yang tepat, sesuai dengan kebutuhan tanaman.
SUB TOTAL 21
Material Resource and Cycle 14%
MRC P Fundamental Refrigerant
Tujuan
Mencegah pemakaian bahan dengan potensi merusak ozon yang tinggi
Tolok Ukur
Tidak menggunakan chloro fluoro carbo n (CFC) sebagai refrigeran dan halon sebagai bahan
P P
pemadam kebakaran
MRC 1 Building and Material Reuse
Tujuan

Menggunakan material bekas bangunan lama dan/atau dari tempat lain untuk mengurangi
penggunaan bahan mentah yang baru, sehingga dapat mengurangi limbah pada pembuangan
akhir serta memperpanjang usia pemakaian suatu bahan material.

Tolok Ukur
1A. Menggunakan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain,
berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding, setara minimal 1
10% dari total biaya material.
atau 2
1B. Menggunakan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain,
berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding, setara minimal 2
20% dari total biaya material.
MRC 2 Environmentally Friendly Material
Tujuan

Mengurangi jejak ekologi dari proses ekstraksi bahan mentah dan proses produksi material.

Tolok Ukur
1. Menggunakan material yang memiliki sertifikat sistem manajemen lingkungan pada proses
produksinya minimal bernilai 30% dari total biaya material. Sertifikat dinilai sah bila masih 1
berlaku dalam rentang waktu proses pembelian dalam konstruksi berjalan.

2. Menggunakan material yang merupakan hasil proses daur ulang minimal bernilai 5% dari total 3
1
biaya material.

3. Menggunakan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya (SD) terbarukan
1
dengan masa panen jangka pendek (<10 tahun) minimal bernilai 2% dari total biaya material.

MRC 3 Non ODS Usage


Tujuan
Menggunakan bahan yang tidak memiliki potensi merusak ozon.
Tolok Ukur
Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem gedung 2 2
MRC 4 Certified Wood
Tujuan
Menggunakan bahan baku kayu yang dapat dipertanggungjawabkan asal-usulnya untuk
melindungi kelestarian hutan.
Tolok Ukur
1. Menggunakan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan Peraturan Pemerintah
tentang asal kayu (seperti faktur angkutan kayu olahan/FAKO, sertifikat perusahaan, dan lain-
1
lain) dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal sebesar 100% biaya total material kayu
2

2. Jika 30% dari butir di atas menggunakan kayu bersertifikasi dari pihak Lembaga Ekolabel
1
Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC)
MRC 5 Prefab Material
Tujuan
Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan material dan mengurangi sampah konstruksi
Tolok Ukur
Desain yang menggunakan material modular atau prafabrikasi (tidak termasuk equipment )
3 3
sebesar 30% dari total biaya material
MRC 6 Regional Material
Tujuan
Mengurangi jejak karbon dari moda transportasi untuk distribusi dan mendorong pertumbuhan
ekonomi dalam negeri
Tolok Ukur

1. Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama dan pabrikasinya berada di dalam
1
radius 1.000 km dari lokasi proyek minimal bernilai 50% dari total biaya material.
2
2. Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama dan pabrikasinya berada dalam
1
wilayah Republik Indonesia bernilai minimal 80% dari total biaya material.
SUB TOTAL 14
Indoor Health and Comfort 10%
IHC P Outdoor Air Introduction
Tujuan
Menjaga dan meningkatkan kualitas udara di dalam ruangan dengan melakukan introduksi
udara luar ruang sesuai dengan kebutuhan laju ventilasi untuk kesehatan pengguna gedung.

Tolok Ukur
Desain ruangan yang menunjukkan adanya potensi introduksi udara luar minimal sesuai dengan
P P
Standar ASHRAE 62.1-2007 atau Standar ASHRAE edisi terbaru.
IHC 1 CO2 Monitoring
Tujuan
Memantau konsentrasi karbondioksida (CO2) dalam mengatur masukan udara segar sehingga
menjaga kesehatan pengguna gedung.
Tolok Ukur
2
Ruangan dengan kepadatan tinggi, yaitu < 2.3 m per orang dilengkapi dengan instalasi sensor gas
karbon dioksida (CO2) yang memiliki mekanisme untuk mengatur jumlah ventilasi udara luar
1 1
sehingga konsentrasi C02 di dalam ruangan tidak lebih dari 1.000 ppm, sensor diletakkan 1,5 m di
atas lantai dekat return air grille atau return air duct .

IHC 2 Environmental Tobacco Smoke Control


Tujuan

Mengurangi tereksposnya para pengguna gedung dan permukaan material interior dari
lingkungan yang tercemar asap rokok sehingga kesehatan pengguna gedung dapat terpelihara.

Tolok Ukur
Memasang tanda “Dilarang Merokok di Seluruh Area Gedung” dan tidak menyediakan
bangunan/area khusus untuk merokok di dalam gedung. Apabila tersedia, bangunan/area
2 2
merokok di luar gedung, minimal berada pada jarak 5 m dari pintu masuk, outdoor air intake ,
dan bukaan jendela.
IHC 3 Chemical Pollutants
Tujuan
Mengurangi polusi udara ruang dari emisi material bangunan yang dapat mengganggu
kenyamanan dan kesehatan pekerja konstruksi dan pengguna gedung.
Tolok Ukur
1. Menggunakan cat dan coating yang mengandung kadar volatile organic compounds (VOCs)
1
rendah, yang ditandai dengan label/sertifikasi yang diakui GBC Indonesia

2. Menggunakan produk kayu komposit dan produk agrifiber dan laminating adhesive , dengan
syarat memiliki kadar emisi formaldehida rendah, yang ditandai dengan label/sertifikasi yang 1 3
diakui GBC Indonesia
3. Menggunakan material lampu yang kandungan merkurinya pada toleransi maksimum yang
disetujui GBC Indonesia dan tidak menggunakan material yang mengandung asbestos dan 1
styrene.
IHC 4 Outside View
Tujuan
Mengurangi kelelahan mata dengan memberikan pemandangan jarak jauh dan menyediakan
koneksi visual ke luar gedung.
Tolok Ukur
Apabila 75% dari net letable area (NLA) menghadap langsung ke pemandangan luar yang
1 1
dibatasi bukaan transparan bila ditarik suatu garis lurus.
IHC 5 Visual Comfort
Tujuan
Mencegah terjadinya gangguan visual akibat tingkat pencahayaan yang tidak sesuai dengan daya
akomodasi mata.
Tolok Ukur
Menggunakan lampu dengan iluminansi (tingkat pencahayaan) ruangan sesuai dengan SNI 03-
1 1
6197-2000 tentang Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan.
IHC 6 Thermal Comfort
Tujuan
Menjaga kenyamanan suhu dan kelembaban udara ruangan yang dikondisikan stabil untuk
meningkatkan produktivitas pengguna gedung.
Tolok Ukur
0
Menetapkan perencanaan kondisi termal ruangan secara umum pada suhu 25 C dan 1 1
kelembaban relatif 60%
IHC 7 Acoustic Level
Tujuan
Menjaga tingkat kebisingan di dalam ruangan pada tingkat yang optimal.
Tolok Ukur
Tingkat kebisingan pada 90% dari nett letable area (NLA) tidak lebih dari atau sesuai dengan SNI
03-6386-2000 tentang Spesifikasi Tingkat Bunyi dan Waktu Dengung dalam Bangunan Gedung 1 1
dan Perumahan (kriteria desain yang direkomendasikan).
SUB TOTAL 10
Building Environmental Management 13%
BEM P Basic Waste Management
Tujuan
Mendorong gerakan pemilahan sampah secara sederhana yang mempermudah proses daur
ulang.
Tolok Ukur

Adanya instalasi atau fasilitas untuk memilah dan mengumpulkan sampah sejenis sampah
P P
rumah tangga (UU No. 18 Tahun 2008) berdasarkan jenis organik dan anorganik

BEM 1 GP as a Member of The Project Team


Tujuan
Mengarahkan langkah-langkah desain suatu green building sejak tahap awal sehingga
memudahkan tercapainya suatu desain yang memenuhi rating.
Tolok Ukur
Melibatkan seorang tenaga ahli yang sudah tersertifikasi GREENSHIP Professional (GP), yang
bertugas untuk mengarahkan berjalannya proyek sejak tahap perencanaan desain dan sebelum 1 1
pendaftaran sertifikasi
BEM 2 Pollution of Construction Activity
Tujuan
Mendorong pengurangan sampah yang dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA) dan polusi
dari proses konstruksi.
Tolok Ukur
Memiliki rencana manajemen sampah konstruksi yang terdiri atas:
1. Limbah padat, dengan menyediakan area pengumpulan, pemisahan, dan sistem pencatatan.
Pencatatan dibedakan berdasarkan limbah padat yang dibuang ke TPA, digunakan kembali, dan 1
didaur ulang oleh pihak ketiga. 2
2. Limbah cair, dengan menjaga kualitas seluruh buangan air yang timbul dari aktivitas konstruksi
1
agar tidak mencemari drainase kota
BEM 3 Advanced Waste Management
Tujuan
Mendorong manajemen kebersihan dan sampah secara terpadu sehingga mengurangi beban
TPA.
Tolok Ukur
1. Adanya instalasi pengolahan limbah organik di dalam tapak bangunan atau memberikan
pernyataan dan rencana kerja sama untuk pengelolaan limbah organik dengan pihak ketiga di 1
luar sistem jaringan persampahan kota. 2
2. Memberikan pernyataan dan rencana kerja sama untuk pengelolaan limbah anorganik dengan
1
pihak ketiga di luar sistem jaringan persampahan kota.
BEM 4 Proper Commissioning
Tujuan
Melaksanakan komisioning yang baik dan benar pada bangunan agar kinerja yang dihasilkan
sesuai dengan perencanaan awal.
Tolok Ukur
1. Melakukan prosedur testing- commissioning sesuai dengan petunjuk GBC Indonesia, termasuk
pelatihan terkait untuk optimalisasi kesesuaian fungsi dan kinerja peralatan/sistem dengan 2
perencanaan dan acuannya.
3
2. Memastikan seluruh measuring adjusting instrument telah terpasang pada saat konstruksi
dan memperhatikan kesesuaian antara desain dan spesifikasi teknis terkait komponen proper 1
commissioning.
BEM 5 Submission Green Building Data
Tujuan
Melengkapi database implementasi green building di Indonesia untuk mempertajam standar-
standar dan bahan penelitian.
Tolok Ukur
1. Menyerahkan data implementasi green building sesuai dengan form dari GBC Indonesia. 1

2. Memberi pernyataan bahwa pemilik gedung akan menyerahkan data implementasi green 2
building dari bangunannya dalam waktu 12 bulan setelah tanggal sertifikasi kepada GBC 1
Indonesia dan suatu pusat data energi Indonesia yang akan ditentukan kemudian

BEM 6 Fit Out Agreement


Tujuan
Mengimplementasikan prinsip green building saat fit out gedung.
Tolok Ukur
Memiliki surat perjanjian dengan penyewa gedung (tenant ) untuk gedung yang disewakan atau
SPO untuk gedung yang digunakan sendiri, yang terdiri atas:
o Penggunaan kayu yang bersertifikat untuk material fit-out
1 1
o Pelaksanaan pelatihan yang akan dilakukan oleh manajemen gedung
o Pelaksanaan manajemen indoor air quality (IAQ) setelah konstruksi fit-out. Implementasi
dalam bentuk Perjanjian Sewa (lease agreement) atau SPO.
BEM 7 Occupant Survey
Tujuan
Mengukur kenyamanan pengguna gedung melalui survei yang baku terhadap pengaruh desain
dan sistem pengoperasian gedung.
Tolok Ukur
Memberi pernyataan bahwa pemilik gedung akan mengadakan survei suhu dan kelembaban
paling lambat 12 bulan setelah tanggal sertifikasi dan menyerahkan laporan hasil survei paling
lambat 15 bulan setelah tanggal sertifikasi kepada GBC Indonesia.
2 2
Catatan: Apabila hasilnya lebih dari 20% responden menyatakan ketidaknyamanannya, maka
pemilik gedung setuju untuk melakukan perbaikan selambat-lambatnya 6 bulan setelah
pelaporan hasil survei.
SUB TOTAL 13
46 Total Nilai Keseluruhan Maksimum 101
B. GREENSHIP untuk Bangunan Baru Versi 1.2
GREENSHIP untuk Bangunan Baru Versi 1.2 merupakan pengembangan dari
perangkat penilaian GREENSHIP NB versi 1.0 dan Ringkasan tolok ukur
GREENSHIP NB versi 1.1
Tahap penilaian GREENSHIP terdiri dari :
1. Tahap Rekognisi Desain (Design Recognition - DR)

Dengan maksimum nilai 77 pon Pada tahap ini, tim proyek mendapat
kesempatan untuk mendapatkan penghargaan sementara untuk proyek pada
tahap finalisasi desain dan perencanaan berdasarkan perangkat penilaian
GREENSHIP. Tahap ini dilalui selama gedung masih dalam tahap
perencanaan.
2. Tahap Penilaian Akhir (Final Assessment - FA)

Dengan maksimum nilai 101 poinPada tahap ini, proyek dinilai secara
menyeluruh baik dari aspek desain maupun konstruksi dan merupakan
tahap akhir yang menentukan kinerja gedung secara menyeluruh.

Penjabaran nilai pada setiap kategori sesuai tahapan dapat dilihat pada tabel
berikut:
Jumlah Nilai untuk DR Jumlah Nilai untuk FA
Kategori
Prasyarat Kredit Bonus Prasyara Kredit Bonus
ASD -- 1 t -- 17
-- 7
2 5 -- 26 5
EEC
6
WAC -- 2 -- 21
MRC -- 12 -- 14
IHC -- 5 -- 10
BEM -- 6 -- 13
Jumlah Kriteria dan Tolok -- 7 5 101 5
Ukur 7

Setiap kategori terdapat beberapa kriteria yang


memiliki jenis berbeda, yaitu:

Kriteria prasyarat adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan harus
dipenuhi sebelum dilakukannya penilaian lebih lanjut berdasarkan kriteria
kredit dan kriteria bonus. Kriteria prasyarat merepresentasikan standar
minimum gedung ramah lingkungan. Apabila salah satu prasayarat tidak
dipenuhi, maka kriteria kredit dan kriteria bonus dalam semua kategori tidak
dapat dinilai. Kriteria prasyarat ini tidak memiliki nilai seperti kriteria lainnya.
Kriteria kredit adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan tidak harus
dipenuhi. Pemenuhan kriteria ini tentunya disesuaikan dengan kemampuan
gedung tersebut. Bila kriteria ini dipenuhi, gedung yang bersangkutan mendapat
nilai dan apabila tidak dipenuhi, gedung yang bersangkutan tidak akan
mendapat nilai.
Kriteria bonus adalah kriteria yang memungkinkan pemberian nilai tambah.
Selain tidak harus dipenuhi, pencapaiannya dinilai cukup sulit dan jarang
terjadi di lapangan. Nilai bonus tidak mempengaruhi nilai maksimum
GREENSHIP, namun tetap diperhitungkan sebagai nilai pencapaian. Oleh
karena itu, gedung yang dapat memenuhi kriteria bonus dinilai memiliki
prestasi tersendiri.
Jumlah Jumlah
Kategor Kriteria
i Kriteria
Prasyara Kredit Bonus
t

AS 1 7 8
EE 2 4 1 7
WAC 2 6 8
MRC 1 6 7
C
IH 1 7 8
C
BE 1 7 8
M
Jumlah Kriteria dan Tolok Ukur 8 37 1 46

Kelayakan (Eligibility)
Sebelum melalui proses sertifikasi, proyek harus memenuhi kelayakan yang
ditetapkan oleh GBC Indonesia. Kelayakan tersebut antara lain:
1. Minimum luas gedung adalah 2500 m2
2. Kesediaan data gedung untuk diakses GBC Indonesia terkait proses
sertifikasi
3. Fungsi gedung sesuai dengan peruntukan lahan berdasarkan RTRW
setempat
4. Kepemilikan AMDAL dan/atau rencana Upaya Pengelolaan Lingkungan
(UKL)/Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
5. Kesesuaian gedung terhadap standar keselamatan untuk kebakaran
6. Kesesuaian gedung terhadap standar ketahanan gempa
7. Kesesuaian gedung terhadar standar aksesibilitas difabel
RINGKASAN KRITERIA

RINGKASAN KRITERIA

Nilai Kriteria Keterangan Per


Kategori dan Kriteria
Maksimum Kategori

Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development-ASD)


Area Dasar Hijau P
ASD P
(Basic Green Area)
Pemilihan Tapak 2
ASD 1
(Site Selection)
Aksesibilitas Komunitas 2
ASD 2
(Community Accesibility)
Transportasi Umum 2
ASD 3 (Public Transportation) 1 kriteria
prasyarat; 7
Fasilitas Pengguna Sepeda 2 kriteria kredit
ASD 4
(Bicycle Facility)
Lansekap pada Lahan 3
ASD 5
(Site Landscaping)
Iklim Mikro 3
ASD 6
(Micro Climate)
Manajemen Air Limpasan Hujan 3
ASD 7 (Stormwater Management)

Total Nilai Kategori ASD 17 16.8%


Efisiensi dan Konservasi Energi (Energy Efficiency and Conservation-EEC)
Pemasangan Sub-Meter P
EEC P1
(Electrical Sub Metering)

Perhitungan OTTV P
EEC P2
(OTTV Calculation)

Langkah Penghematan Energi 20


EEC 1 (Energy Efficiency Measures) 1 kriteria
prasyarat;
Pencahayaan Alami 4
EEC 2 4 kriteria kredit;
(Natural Lighting)
1 kriteria bonus
Ventilasi 1
EEC 3
(Ventilation)
Pengaruh Perubahan Iklim 1
EEC 4
(Climate Change Impact)
Energi Terbarukan Dalam Tapak 5
EEC 5
(On Site Renewable Energy) (Bonus)
Total Poin Kategori EEC 26 25.7%
RINGKASAN KRITERIA

Nilai Kriteria Keterangan Per


Kategori dan Kriteria
Maksimum Kategori

Konservasi Air (Water Conservation-WAC)


Meteran Air P
WAC P1
(Water Metering)

Perhitungan Penggunaan Air P


WAC P2 (Water Calculation)

Pengurangan Penggunaan Air 8


WAC 1
(Water Use Reduction)

Fitur Air 3
WAC 2
(Water Fixtures) 2 kriteria
prasyarat; 6
Daur Ulang Air 3 kriteria kredit
WAC 3
(Water Recycling)

Sumber Air Alternatif 2


WAC 4
(Alternative Water Resources)

Penampungan Air Hujan 3


WAC 5
(Rainwater Harvesting)

Efisiensi Penggunaan Air Lansekap 2


WAC 6
(Water Efficiency Landscaping)

Total Nilai Kategori WAC 21 20.8%


Sumber dan Siklus Material (Material Resources and Cycle-MRC)
Refrigeran Fundamental P
MRC P
(Fundamental Refrigerant)
Penggunaan Gedungdan Material Bekas 2
MRC 1
(Building and Material Reuse)
Material Ramah Lingkungan 3
MRC 2
(Environmentally Friendly Material)
1 kriteria
Penggunaan Refrigeran tanpa ODP 2 prasyarat; 6
MRC 3 kriteria kredit
(Non ODS Usage)

MRC 4 Kayu Bersertifikat (Certified Wood) 2


Material Prafabrikasi 3
MRC 5
(Prefab Material)
Material Regional 2
MRC 6 (Regional Material)

Total Nilai Kategori MRC 14 13.9%

xxvi GREENSHIP GEDUNG BARU/NEW BUILDING VERSI 1.2 – GBC INDONESIA


RINGKASAN KRITERIA

Nilai Kriteria Keterangan Per


Kategori dan Kriteria
Maksimum Kategori
Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruang (Indoor Health and Comfort-IHC)
Introduksi Udara Luar P
IHC P
(Outdoor Air Introduction)
Pemantauan Kadar CO 2 1
IHC 1
(CO 2 Monitoring)
Kendali Asap Rokok di Lingkungan 2
IHC 2
(Environmental Tobacco Smoke Control)
Polutan Kimia 3
IHC 3 1 kriteria
(Chemical Pollutant)
prasyarat; 7
Pemandangan ke luar Gedung 1
IHC 4 kriteria kredit
(Outside View)
Kenyamanan Visual 1
IHC 5
(Visual Comfort)
Kenyamanan Termal 1
IHC 6
(Thermal Comfort)
Tingkat Kebisingan 1
IHC 7
(Acoustic Level)
Total Nilai Kategori IHC 10 9.9%
Manajemen Lingkungan Bangunan (Building Environment Management-BEM)
Dasar Pengelolaan Sampah P
BEM P
(Basic Waste Management)
GP Sebagai Anggota Tim Proyek 1
BEM 1
(GP as a Member of Project Team)
Polusi dari Aktivitas Konstruksi 2
BEM 2
(Pollution of Construction Activity)
Pengelolaan Sampah Tingkat Lanjut 2
BEM 3 1 kriteria
(Advanced Waste Management) prasyarat; 7
Sistem Komisioning yang Baik dan Benar 3 kriteria kredit
BEM 4
(Proper Commisioning)
Penyerahan Data Green Building 2
BEM 5
(Green Building Submission Data)
Kesepakatan dalam Melakukan Aktivitas Fit 1
BEM 6
Out (Fit Out Agreement)
Survei Pengguna Gedung 1
BEM 7
(Occupant Survey)
Total Nilai Kategori BEM 13 12.9%
Total Nilai Keseluruhan 101 100%
RINGKASAN TOLOK UKUR

RINGKASAN TOLOK UKUR

Tepat Guna Lahan 17


ASD P Area Dasar Hijau
Tujuan
Memelihara atau memperluas kehijauan kota untuk meningkatkan kualitas iklim
mikro, mengurangi CO 2 dan zat polutan, mencegah erosi tanah, mengurangi
beban sistem drainase, menjaga keseimbangan neraca air bersih dan sistem air
tanah.
Tolok Ukur
Adanya area lansekap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari
struktur bangunan dan struktur sederhana bangunan taman (hardscape)
di atas permukaan tanah atau di bawah tanah.
a. Untuk konstruksi baru, luas areanya adalah minimal 10% dari luas P
total lahan.
b. Untuk renovasi utama (major renovation), luas areanya adalah
minimal 50% dari ruang terbuka yang bebas basement dalam tapak. P
Area ini memiliki vegetasi mengikuti Permendagri No 1 tahun 2007 Pasal
13 (2a) dengan komposisi 50% lahan tertutupi luasan pohon ukuran kecil,
ukuran sedang, ukuran besar, perdu setengah pohon, perdu, semak dalam
P
ukuran dewasa, dengan jenis tanaman mempertimbangkan Peraturan
Menteri PU No. 5/PRT/M/2008 mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Pasal 2.3.1 tentang Kriteria Vegetasi untuk Pekarangan.
ASD 1 Pemilihan Tapak
Tujuan
Menghindari pembangunan di area greenfields dan menghindari pembukaan
lahan baru.
Tolok Ukur
1A Memilih daerah pembangunan yang dilengkapi minimal delapan dari 12
prasarana sarana kota.
1.Jaringan Jalan 7. Jaringan Fiber Optik
2. Jaringan penerangan dan Listrik 8. Danau Buatan (Minimal 1% luas
3. Jaringan Drainase area)
9. Jalur Pejalan Kaki Kawasan
4. STP Kawasan 10. Jalur Pemipaan Gas 1
5. Sistem Pembuangan Sampah 11. Jaringan Telepon 2
6. Sistem Pemadam Kebakaran 12. Jaringan Air bersih
atau
1B Memilih daerah pembangunan dengan ketentuan KLB>3
2 Melakukan revitalisasi dan pembangunan di atas lahan yang bernilai
negatif dan tak terpakai karena bekas pembangunan atau dampak negatif 1
pembangunan.
ASD 2 Aksesibilitas Komunitas
Tujuan
Mendorong pembangunan di tempat yang telah memiliki jaringan konektivitas
dan meningkatkan pencapaian penggunaan gedung sehingga mempermudah
masyarakat dalam menjalankan kegiatan sehari-hari dan menghindari
penggunaan kendaraan bermotor.
Tolok Ukur
1 Terdapat minimal tujuh jenis fasilitas umum dalam jarak pencapaian jalan
utama sejauh 1500 m dari tapak.
1.Bank 11.Rumah
Makan/Kantin
2.Taman Umum 12.Foto Kopi Umum 1 2
3.Parkir Umum (di luar lahan) 13.Fasilitas Kesehatan
4.Warung/Toko Kelontong 14. Kantor Pos
5.Gedung Serba Guna 15.Kantor Pemadam
Kebakaran

GREENSHIP GEDUNG BARU/NEW BUILDING VERSI 1.2 – GBC INDONESIA


RINGKASAN TOLOK UKUR

8.Lapangan Olah Raga 18.Kantor Pemerintah


9.Tempat Penitipan Anak 19.Pasar
10.Apotek
2 Membuka akses pejalan kaki selain ke jalan utama di luar tapak yang
menghubungkannya dengan jalan sekunder dan/atau lahan milik orang
1
lain sehingga tersedia akses ke minimal tiga fasilitas umum sejauh 300 m
jarak pencapaian pejalan kaki.
3 Menyediakan fasilitas/akses yang aman, nyaman, dan bebas dari
perpotongan dengan akses kendaraan bermotor untuk menghubungkan
secara langsung bangunan dengan bangunan lain, di mana terdapat 2
minimal tiga fasilitas umum dan/atau dengan stasiun transportasi masal.
4 Membuka lantai dasar gedung sehingga dapat menjadi akses pejalan kaki
2
yang aman dan nyaman selama minimum 10 jam sehari.
ASD 3 Transportasi Umum
Tujuan
Mendorong pengguna gedung untuk menggunakan kendaraan umum massal dan
mengurangi kendaraan pribadi.
Tolok Ukur
1A Adanya halte atau stasiun transportasi umum dalam jangkauan 300 m
(walking distance) dari gerbang lokasi bangunan dengan tidak
memperhitungkan panjang jembatan penyeberangan dan ramp.
atau 1
1B Menyediakan shuttle bus untuk pengguna tetap gedung dengan jumlah
unit minimum untuk 10% pengguna tetap gedung. 2
2 Menyediakan fasilitas jalur pedestrian di dalam area gedung untuk
menuju ke stasiun transportasi umum terdekat yang aman dan nyaman
dengan mempertimbangkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum 1
30/PRT/M/2006 mengenai Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas
pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Lampiran 2B.
ASD 4 Fasilitas Pengguna Sepeda
Tujuan
Mendorong penggunaan sepeda bagi pengguna gedung dengan memberikan
fasilitas yang memadai sehingga dapat mengurangi penggunaan kendaraan
bermotor.
Tolok Ukur
1 Adanya
pengguna tempat parkir
gedung sepeda
hingga yang aman
maksimal sebanyak
100 unit parkir satu unit parkir per 20
sepeda.
1
2
2 Apabila tolok ukur 1 diatas terpenuhi, perlu tersedianya shower sebanyak
1
1 unit untuk setiap 10 parkir sepeda.
ASD 5 Lansekap pada
Lahan
Tujuan
Memelihara atau memperluas kehijauan kota untuk meningkatkan kualitas iklim
mikro, mengurangi CO 2 dan zat polutan, mencegah erosi tanah, mengurangi
beban sistem drainase, menjaga keseimbangan neraca air bersih dan sistem air
tanah.
Tolok Ukur
1A Adanya area lansekap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari
bangunan taman (hardscape) yang terletak di atas permukaan tanah
seluas minimal 40% luas total lahan. Luas area yang diperhitungkan
adalah termasuk yang tersebut di Prasyarat 1, taman di atas basement,
1
roof garden, terrace garden, dan wall garden, dengan
3
mempertimbangkan Peraturan Menteri PU No. 5/PRT/M/2008 mengenai
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pasal 2.3.1 tentang Kriteria Vegetasi untuk
Pekarangan.
1B Bila tolok ukur 1 dipenuhi, setiap penambahan 5% area lansekap dari luas
1
total lahan mendapat 1 nilai.

GREENSHIP GEDUNG BARU/NEW BUILDING VERSI 1.2 – GBC INDONESIA


RINGKASAN TOLOK UKUR

2 Penggunaan tanaman yang telah dibudidayakan secara lokal dalam skala


provinsi, sebesar 60% luas tajuk dewasa terhadap luas area lansekap pada 1
ASD 5 tolok ukur 1.
ASD 6 Iklim Mikro
Tujuan
Meningkatkan kualitas iklim mikro di sekitar gedung yang mencakup kenyamanan
manusia dan habitat sekitar gedung.
Tolok Ukur
1A Menggunakan berbagai material untuk menghindari efek heat island pada
area atap gedung sehingga nilai albedo (daya refleksi panas matahari)
minimum 0,3 sesuai dengan perhitungan.atau
1
1B Menggunakan green roof sebesar 50% dari luas atap yang tidak
digunakan untuk mechanical electrical (ME), dihitung dari luas
tajuk.
2 Menggunakan berbagai material untuk menghindari efek heat island pada
3
area perkerasan non-atap sehingga nilai albedo (daya refleksi panas 1
matahari) minimum 0,3 sesuai dengan perhitungan.
3A Desain lansekap berupa vegetasi (softscape) pada sirkulasi utama pejalan
kaki menunjukkan adanya pelindung dari panas akibat radiasi matahari.
atau 1
3B Desain lansekap berupa vegetasi (softscape) pada sirkulasi utama pejalan
kaki menunjukkan adanya pelindung dari terpaan angin kencang.
ASD 7 Manajemen Air Limpasan Hujan
Tujuan
Mengurangi beban sistem drainase lingkungan dari kuantitas limpasan air hujan
dengan sistem manajemen air hujan secara terpadu.
Tolok Ukur
1A Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota
dari lokasi bangunan hingga 50%, yang dihitung menggunakan nilai
1 intensitas curah hujan sebesar 50 mm/hari.
Atau
1B Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota
dari lokasi bangunan hingga 85%, yang dihitung menggunakan nilai 2
3 intensitas curah hujan sebesar 50 mm/hari.
2 Menunjukkan adanya upaya penanganan pengurangan beban banjir
1
lingkungan dari luar lokasi bangunan.
3 Menggunakan teknologi-teknologi yang dapat mengurangi debit limpasan
1
air hujan.
Efisiensi dan Konservasi Energi
26
EEC P1 Pemasangan Sub-meter
Tujuan
Memantau penggunaan energi sehingga dapat menjadi dasar penerapan
manajemen energi yang lebih baik.
Tolok Ukur
Memasang kWh meter untuk mengukur konsumsi listrik pada setiap
kelompok beban dan sistem peralatan, yang meliputi:
o Sistem tata udara P
P
o Sistem tata cahaya dan kotak kontak
o Sistem beban lainnya
EEC P2 Perhitungan
OTTV Tujuan
Mendorong sosialisasi arti selubung bangunan gedung yang baik untuk
penghematan energi.
Tolok Ukur
Menghitung dengan cara perhitungan OTTV berdasarkan SNI 03-6389- P P

GREENSHIP GEDUNG BARU/NEW BUILDING VERSI 1.2 – GBC INDONESIA


RINGKASAN TOLOK UKUR

2011 atau SNI edisi terbaru tentang Konservasi Energi Selubung


Bangunan pada Bangunan Gedung.
EEC 1 Efisiensi dan Konservasi Energi
Tujuan
Mendorong penghematan konsumsi energi melalui aplikasi langkah-langkah
efisiensi energi.
Tolok Ukur
1A Menggunakan Energy modelling software untuk menghitung konsumsi
energi di gedung baseline dan gedung designed. Selisih konsumsi energi
dari gedung baseline dan designed merupakan penghematan. Untuk
setiap penghematan sebesar 2,5%, yang dimulai dari penurunan energi 1-20 20
sebesar 10% dari gedung baseline, mendapat nilai 1 nilai (wajib untuk
platinum).
atau
1B Menggunakan perhitungan worksheet, setiap penghematan 2% dari
selisih antara gedung designed dan baseline mendapat nilai 1 nilai.
1-15 15
Penghematan mulai dihitung dari penurunan energi sebesar 10% dari
gedung baseline. Worksheet yang dimaksud disediakan oleh atau GBCI.
atau
1C Menggunakanperhitungan per komponen secara terpisah, yaitu 1-10 10
1C-1 OTTV
Nilai OTTV sesuai dengan SNI 03-6389-2011 atau SNI edisi terbaru
tentang Konservasi Energi Selubung Bangunan pada Bangunan 3
Gedung. 5
Apabila tolok ukur 1 dipenuhi, penurunan per 2.5% mendapat 1 nilai
2
sampai maksimal 2 nilai.
1C-2 Pencahayaan Buatan
Menggunakan lampu dengan daya pencahayaan lebih hemat sebesar
15% daripada daya pencahayaan yang tercantum dalam SNI 03 6197-
1
2011 atau SNI edisi terbaru tentang Konservasi Energi pada Sistem
Pencahayaan.
Menggunakan 100% ballast frekuensi tinggi (elektronik) untuk ruang
1 2
kerja.
Zonasi pencahayaan untuk seluruh ruang kerja yang dikaitkan dengan
1
sensor gerak (motion sensor).
Penempatan tombol lampu dalam jarak pencapaian tangan pada saat
1
buka pintu.
1C-3 Transportasi Vertikal
Lift menggunakan traffic management system yang sudah lulus
traffic analysis atau menggunakan regenerative drive system.
atau 1 1
Menggunakan fitur hemat energi pada lift, menggunakan sensor
gerak, atau sleep mode pada eskalator.
1C-4 Sistem Pengkondisian Udara
Menggunakan peralatan AC dengan COP minimum 10% lebih besar
dari SNI 03-6390-2011 atau SNI edisi terbaru tentang Konservasi 2 2
Energi pada Sistem Tata Udara Bangunan Gedung
EEC 2 Pencahayaan Alami
Tujuan
Mendorong penggunaan pencahayaan alami yang optimal untuk mengurangi
konsumsi energi dan mendukung desain bangunan yang memungkinkan
pencahayaan alami semaksimal mungkin.
Tolok Ukur
1 Penggunaaan cahaya alami secara optimal sehingga minimal 30% luas
2 4
lantai yang digunakan untuk bekerja mendapatkan intensitas cahaya

GREENSHIP GEDUNG BARU/NEW BUILDING VERSI 1.2 – GBC INDONESIA


alami minimal sebesar 300 lux. Perhitungan dapat dilakukan dengan cara
manual atau dengan software.
Khusus untuk pusat perbelanjaan, minimal 20% luas lantai nonservice mendapatkan
intensitas cahaya alami minimal sebesar 300 lux
2 Jika butir satu dipenuhi lalu ditambah dengan adanya lux sensor untuk
otomatisasi pencahayaan buatan apabila intensitas cahaya alami kurang 2
dari 300 lux, didapatkan tambahan 2 nilai
EEC 3 Ventilasi
Tujuan
Mendorong penggunaan ventilasi yang efisien di area publik (non nett lettable
area) untuk mengurangi konsumsi energi.
Tolok Ukur
1 Tidak mengkondisikan (tidak memberi AC) ruang WC, tangga, koridor, dan
lobi lift, serta melengkapi ruangan tersebut dengan ventilasi alami 1
1 ataupun mekanik.
EEC 4 Pengaruh Perubahan Iklim
Tujuan
Memberikan pemahaman bahwa pola konsumsi energi yang berlebihan
akan berpengaruh terhadap perubahan iklim.
Tolok Ukur
1 Menyerahkan perhitungan pengurangan emisi CO 2 yang didapatkan dari
selisih kebutuhan energi antara gedung designed dan gedung baseline
dengan menggunakan grid emission factor yang telah ditetapkan dalam 1 1
Keputusan DNA pada B/277/Dep.III/LH/01/2009
EEC 5 Energi Terbarukan dalam Tapak
Tujuan
Mendorong penggunaan sumber energi baru dan terbarukan yang
bersumber dari dalam lokasi tapak bangunan.
Tolok Ukur
1 Menggunakan sumber energi baru dan terbarukan. Setiap 0,5% daya 1-5 5
listrik yang dibutuhkan gedung yang dapat dipenuhi oleh sumber energi
terbarukan mendapatkan 1 nilai (sampai maksimal 5 nilai).

Konservasi Air
21
WAC P1 Meteran Air
Tujuan
Memantau penggunaan air sehingga dapat menjadi dasar penerapan
manajemen air yang lebih baik.
Tolok Ukur
Pemasangan alat meteran air (volume meter) yang ditempatkan di lokasi-
lokasi tertentu pada sistem distribusi air, sebagai berikut:
o Satu volume meter di setiap sistem keluaran sumber air bersih
seperti sumber PDAM atau air tanah. P
o Satu volume meter untuk memonitor keluaran sistem air daur ulang.
o Satu volume meter dipasang untuk mengukur tambahan keluaran air
bersih apabila dari sistem daur ulang tidak mencukupi.
WAC P2 Perhitungan Penggunaan Air
Tujuan
Memahami perhitungan menggunakan worksheet perhitungan air dari
GBC Indonesia untuk mengetahui simulasi penggunaan air pada saat
tahap operasi gedung.
Tolok Ukur
Mengisi worksheet air standar GBCI yang telah disediakan. P P
WAC 1 Pengurangan Penggunaan Air
Tujuan
Meningkatkan penghematan penggunaan air bersih yang akan mengurangi beban
konsumsi air bersih dan mengurangi keluaran air limbah.

GREENSHIP GEDUNG BARU/NEW BUILDING VERSI 1.2 – GBC INDONESIA


Tolok Ukur
1 Konsumsi air bersih dengan jumlah tertinggi 80% dari sumber primer
tanpa mengurangi jumlah kebutuhan per orang sesuai dengan SNI 03- 1
7065-2005 seperti pada tabel terlampir.

8
2 Setiap penurunan konsumsi air bersih dari sumber primer sebesar 5%
sesuai dengan acuan pada tolok ukur 1 akan mendapatkan 1 nilai 7
dengan dengan nilai maksimum sebesar 7 nilai.
WAC 2 Fitur
Air
Tujuan Mendorong upaya penghematan air dengan pemasangan fitur air efisiensi tinggi.
Tolok Ukur
1A Penggunaan fitur air yang sesuai dengan kapasitas buangan di bawah
standar maksimum kemampuan alat keluaran air sesuai dengan lampiran, 1
sejumlah minimal 25% dari total pengadaan produk fitur air .
atau
1B Penggunaan fitur air yang sesuai dengan kapasitas buangan di bawah
standar maksimum kemampuan alat keluaran air sesuai dengan lampiran, 2 3
sejumlah minimal 50% dari total pengadaan produk fitur air .
atau
1C Penggunaan fitur air yang sesuai dengan kapasitas buangan di bawah
standar maksimum kemampuan alat keluaran air sesuai dengan lampiran, 3
sejumlah minimal 75% dari total pengadaan produk fitur air .
Alat Keluaran Air Kapasitas Keluaran Air
WC Flush Valve <6
liter/flush WC Flush Tank
<6 liter/flush Urinal Flush Valve/Peturasan
<4 liter/flush Keran Wastafel/Lavatory
<8 liter/menit Keran Tembok
<8 liter/menit Shower
<9 liter/menit
WAC 3 Daur Ulang
Air
Tujuan
Menyediakan air dari sumber daur ulang yang bersumber dari air limbah gedung
untuk mengurangi kebutuhan air dari sumber utama.
Tolok Ukur
1A Penggunaan seluruh air bekas pakai (grey water) yang telah di daur ulang
2
untuk kebutuhan sistem flushing atau cooling tower.
3
atau
1B Penggunaan seluruh air bekas pakai (grey water) yang telah didaur ulang
untuk kebutuhan sistem flushing dan cooling tower - 3 nilai 3
Apabila menggunakan sistem pendingin non water cooled, maka kriteria ini menjadi tidak
berlaku sehingga total nilai menjadi 100
WAC 4 Sumber Air
Alternatif
Tujuan
Menggunakan sumber air alternatif yang diproses sehingga menghasilkan air
bersih untuk mengurangi kebutuhan air dari sumber utama.
Tolok Ukur
1A Menggunakan salah satu dari tiga alternatif sebagai berikut: air
1
kondensasi AC, air bekas wudhu, atau air hujan.
atau
1B Menggunakan lebih dari satu sumber air dari ketiga alternatif di atas. 2
atau
2
1C Menggunakan teknologi yang memanfaatkan air laut atau air danau atau
air sungai untuk keperluan air bersih sebagai sanitasi, irigasi dan
kebutuhan lainnya 2
RINGKASAN TOLOK UKUR

WAC 5 Penampungan Air Hujan


Tujuan
Mendorong penggunaan air hujan atau limpasan air hujan sebagai salah satu
sumber air untuk mengurangi kebutuhan air dari sumber utama.
Tolok Ukur
1A Menyediakan instalasi tangki penampungan air hujan kapasitas 20% dari
jumlah air hujan yang jatuh di atas atap bangunan yang dihitung 1
menggunakan nilai intensitas curah hujan sebesar 50 mm/hari.
atau
1B Menyediakan instalasi tangki penampungan air hujan berkapasitas 35% 3
2
dari perhitungan di atas.
atau
1C Menyediakan instalasi tangki penampungan air hujan berkapasitas 50%
3
dari perhitungan di atas.
WAC 6 Efisiensi Penggunaan Air Lansekap
Tujuan
Meminimalisasi penggunaan sumber air bersih dari air tanah dan PDAM untuk
kebutuhan irigasi lansekap dan menggantinya dengan sumber lainnya.
Tolok Ukur
1 Seluruh air yang digunakan untuk irigasi gedung tidak berasal dari sumber
1
air tanah dan/atau PDAM.
2 Menerapkan teknologi yang inovatif untuk irigasi yang dapat mengontrol 2
kebutuhan air untuk lansekap yang tepat, sesuai dengan kebutuhan 1
tanaman.
Sumber dan Siklus Material
14
MRC P Refigeran fundamental
Tujuan
Mencegah pemakaian bahan dengan potensi merusak ozon yang tinggi
Tolok Ukur
Tidak menggunakan chloro fluoro-carbon (CFC) sebagai refrigeran dan
P P
halon sebagai bahan pemadam kebakaran
MRC 1 Penggunaan Gedung dan Material
Tujuan
Menggunakan material bekas bangunan lama dan/atau dari tempat lain untuk
mengurangi penggunaan bahan mentah yang baru, sehingga dapat mengurangi
limbah pada pembuangan akhir serta memperpanjang usia pemakaian suatu
bahan material.
Tolok Ukur

1A Menggunakan kembali material bekas, baik dari bangunan lama maupun


tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, 1
kusen, dan dinding, setara minimal 10% dari total biaya material.
atau 2
1B Menggunakan kembali material bekas, baik dari bangunan lama maupun
tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, 2
kusen, dan dinding, setara minimal 20% dari total biaya material.
MRC 2 Material Ramah Lingkungan
Tujuan
Mengurangi jejak ekologi dari proses ekstraksi bahan mentah dan proses
produksi material.
Tolok Ukur
1 Menggunakan material yang memiliki sertifikat sistem manajemen
lingkungan pada proses produksinya minimal bernilai 30% dari total biaya
material. Sertifikat dinilai sah bila masih berlaku dalam rentang waktu 1
3 proses pembelian dalam konstruksi berjalan.

GREENSHIP GEDUNG BARU/NEW BUILDING VERSI 1.2 – GBC INDONESIA


RINGKASAN TOLOK UKUR

2 Menggunakan material yang merupakan hasil proses daur ulang minimal


1
bernilai 5% dari total biaya material.
3 Menggunakan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber
daya (SD) terbarukan dengan masa panen jangka pendek (<10 tahun) 1
minimal bernilai 2% dari total biaya material.
MRC 3 Penggunaan Refrigeran tanpa ODP
Tujuan Menggunakan bahan yang tidak memiliki potensi merusak ozon.

Tolok Ukur
1 Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem pendingin
2
gedung
2
MRC 4 Kayu
Bersertifikat
Tujuan
Menggunakan bahan baku kayu yang dapat dipertanggungjawabkan asal-usulnya
untuk melindungi kelestarian hutan.
Tolok Ukur
1 Menggunakan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan
Peraturan Pemerintah tentang asal kayu (seperti faktur angkutan kayu 1
olahan/FAKO, sertifikat perusahaan, dan lain-lain) dan sah terbebas dari
perdagangan kayu ilegal sebesar 100% biaya total material kayu.
2
2 Jika 30% dari butir di atas menggunakan kayu bersertifikasi dari pihak
1
Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC).
MRC 5 Material Prafabrikasi
Tujuan
Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan material dan mengurangi sampah
konstruksi.
Tolok Ukur
1 Desain yang menggunakan material modular atau prafabrikasi (tidak
3 3
termasuk equipment) sebesar 30% dari total biaya material.
MRC 6 Material
Regional
Tujuan
Mengurangi jejak karbon dari moda transportasi untuk distribusi dan mendorong
pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Tolok Ukur
1 Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama dan
pabrikasinya berada di dalam radius 1.000 km dari lokasi proyek minimal 1
bernilai 50% dari total biaya material.

2
2 Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama dan
pabrikasinya berada dalam wilayah Republik Indonesia bernilai minimal 1
80% dari total biaya material.
Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruang
10
IHC P Introduksi Udara Luar
Tujuan
Menjaga dan meningkatkan kualitas udara di dalam ruangan dengan melakukan
introduksi udara luar ruang sesuai dengan kebutuhan laju ventilasi untuk
kesehatan pengguna gedung.
Tolok Ukur
1 Desain ruangan yang menunjukkan adanya potensi introduksi udara luar
minimal sesuai dengan Standar ASHRAE 62.1-2007 atau Standar ASHRAE P
P
edisi terbaru.
IHC 1 Pemantauan Kadar CO 2
Tujuan
Memantau konsentrasi karbondioksida (CO 2 ) dalam mengatur masukan udara
segar sehingga menjaga kesehatan pengguna gedung.
RINGKASAN TOLOK UKUR

GREENSHIP GEDUNG BARU/NEW BUILDING VERSI 1.2 – GBC INDONESIA


RINGKASAN TOLOK UKUR

Tolok Ukur
1 Ruangan dengan kepadatan tinggi, yaitu < 2.3 m2 per orang dilengkapi
dengan instalasi sensor gas karbon dioksida (CO 2 ) yang memiliki
mekanisme untuk mengatur jumlah ventilasi udara luar sehingga 1 1
konsentrasi C0 2 di dalam ruangan tidak lebih dari 1.000 ppm, sensor
diletakkan 1,5 m di atas lantai dekat return air grille atau return air duct.
IHC 2 Kendali Asap Rokok di Lingkungan
Tujuan
Mengurangi tereksposnya para pengguna gedung dan permukaan material interior
dari lingkungan yang tercemar asap rokok sehingga kesehatan pengguna gedung
dapat terpelihara.
Tolok Ukur
1 Memasang tanda “Dilarang Merokok di Seluruh Area Gedung” dan tidak
menyediakan bangunan/area khusus untuk merokok di dalam gedung.
2 2
Apabila tersedia, bangunan/area merokok di luar gedung, minimal berada
pada jarak 5 m dari pintu masuk, outdoor air intake, dan bukaan jendela.
IHC 3 Polutan
Kimia
Tujuan
Mengurangi polusi udara ruang dari emisi material bangunan yang dapat
mengganggu kenyamanan dan kesehatan pekerja konstruksi dan pengguna
gedung.
Tolok Ukur

1 Menggunakan cat dan coating yang mengandung kadar volatile organic


compounds (VOCs) rendah, yang ditandai dengan label/sertifikasi yang 1
diakui GBC Indonesia.
2 Menggunakan produk kayu komposit dan laminating adhesive dengan
syarat memiliki kadar emisi formaldehida rendah, yang ditandai dengan 1 3
label/sertifikasi yang diakui GBC Indonesia
3 Menggunakan material lampu yang kandungan merkurinya pada toleransi
maksimum yang disetujui GBC Indonesia dan tidak menggunakan material 1
yang mengandung asbestos.
IHC 4 Pemandangan keluar Gedung
Tujuan
Mengurangi kelelahan mata dengan memberikan pemandangan jarak jauh dan
menyediakan koneksi visual ke luar gedung.
Tolok Ukur
1 Apabila 75% dari net lettable area (NLA) menghadap langsung ke
pemandangan luar yang dibatasi bukaan transparan bila ditarik suatu 1 1
garis lurus.
IHC 5 Kenyamanan Visual
Tujuan
Mencegah terjadinya gangguan visual akibat tingkat pencahayaan yang tidak
sesuai dengan daya akomodasi mata.
Tolok Ukur
1 Menggunakan lampu dengan iluminansi (tingkat pencahayaan) ruangan
sesuai dengan SNI 03-6197-2011 tentang Konservasi Energi pada Sistem 1 1
Pencahayaan.
IHC 6 Kenyamanan
Termal
Tujuan
Menjaga kenyamanan suhu dan kelembaban udara ruangan yang dikondisikan
stabil untuk meningkatkan produktivitas pengguna gedung.
Tolok Ukur
1 Menetapkan perencanaan kondisi termal ruangan secara umum pada
0
suhu 25 C dan kelembaban relatif 60% 1
1
RINGKASAN TOLOK UKUR
GREENSHIP GEDUNG BARU/NEW BUILDING VERSI 1.2 – GBC INDONESIA
IHC 7 Tingkat Kebisingan
Tujuan
Menjaga tingkat kebisingan di dalam ruangan pada tingkat yang optimal.
Tolok Ukur
1 Tingkat kebisingan pada 90% dari nett lettable area (NLA) tidak lebih
dari atau sesuai dengan SNI 03-6386-2000 tentang Spesifikasi Tingkat
Bunyi 1 1
dan Waktu Dengung dalam Bangunan Gedung dan Perumahan (kriteria
desain yang direkomendasikan).
Manajemen Lingkungan Bangunan
13
BEM P Dasar Pengelolaan Sampah
Tujuan
Mendorong gerakan pemilahan sampah secara sederhana yang mempermudah
proses daur ulang.
Tolok Ukur
1 Adanya instalasi atau fasilitas untuk memilah dan mengumpulkan sampah
sejenis sampah rumah tangga (UU No. 18 Tahun 2008) berdasarkan jenis P P
organik, anorganik, dan B3
BEM 1 GP Sebagai Anggota Tim Proyek
Tujuan
Mengarahkan langkah-langkah desain suatu green building sejak tahap awal
sehingga memudahkan tercapainya suatu desain yang memenuhi rating.
Tolok Ukur
1 Melibatkan minimal seorang tenaga ahli yang sudah bersertifikat
GREENSHIP Professional (GP), yang bertugas untuk memandu proyek 1
1 hingga mendapatkan sertifikat GREENSHIP.
BEM 2 Polusi dari Aktivitas Konstruksi
Tujuan
Mendorong pengurangan sampah yang dibawa ke tempat pembuangan akhir
(TPA) dan polusi dari proses konstruksi.
Tolok Ukur
Memiliki rencana manajemen sampah konstruksi yang terdiri atas:
1 Limbah padat, dengan menyediakan area pengumpulan, pemisahan, dan
sistem pencatatan. Pencatatan dibedakan berdasarkan limbah padat yang 1
dibuang ke TPA, digunakan kembali, dan didaur ulang oleh pihak ketiga.
2
2 Limbah cair, dengan menjaga kualitas seluruh buangan air yang timbul
1
dari aktivitas konstruksi agar tidak mencemari drainase kota
BEM 3 Pengelolaan Sampah Tingkat Lanjut
Tujuan
Mendorong manajemen kebersihan dan sampah secara terpadu sehingga
mengurangi beban TPA.
Tolok Ukur
1 Mengolah limbah organik gedung yang dilakukan secara mandiri maupun
bekerjasama dengan pihak ketiga sehingga menambah nilai manfaat dan 1
dapat mengurangi dampak lingkungan.
2 Mengolah limbah anorganik gedung yang dilakukan secara mandiri
2
maupun bekerjasama dengan pihak ketiga sehingga menambah nilai 1
manfaat dan dapat mengurangi dampak lingkungan.
BEM 4 Sistem Komisioning yang Baik dan Benar
Tujuan
Melaksanakan komisioning yang baik dan benar pada bangunan agar
kinerja yang dihasilkan sesuai dengan perencanaan awal.
Tolok Ukur
1 Melakukan prosedur testing- commissioning sesuai dengan petunjuk GBC
Indonesia, termasuk pelatihan terkait untuk optimalisasi kesesuaian 2 3
fungsi dan kinerja peralatan/sistem dengan perencanaan dan acuannya.
GREENSHIP GEDUNG BARU/NEW BUILDING VERSI 1.2 – GBC INDONESIA

Memastikan seluruh measuring adjusting instrument telah terpasang


2 pada saat konstruksi dan memperhatikan kesesuaian antara desain dan 1
spesifikasi teknis terkait komponen proper commissioning.
BEM 5 Penyerahan Data Green Building
Tujuan
Melengkapi database implementasi green building di Indonesia untuk
mempertajam standar-standar dan bahan penelitian.
Tolok Ukur
1 Menyerahkan data implementasi green building sesuai dengan form dari
1
GBC Indonesia.
2 Memberi pernyataan bahwa pemilik gedung akan menyerahkan data
2
implementasi green building dari bangunannya dalam waktu 12 bulan
1
setelah tanggal sertifikasi kepada GBC Indonesia dan suatu pusat data
energi Indonesia yang akan ditentukan kemudian
BEM 6 Kesepakatan Dalam Melakukan Aktivitas Fit Out
Tujuan
Mengimplementasikan prinsip green building saat fit out gedung.
Tolok Ukur
1 Memiliki surat perjanjian dengan penyewa gedung (tenant) untuk gedung
yang disewakan atau POS untuk gedung yang digunakan sendiri, yang
terdiri atas:
a. Penggunaan kayu yang bersertifikat untuk material fit-out
1 1
b. Pelaksanaan pelatihan yang akan dilakukan oleh manajemen gedung
c. Pelaksanaan manajemen indoor air quality (IAQ) setelah konstruksi
fit-out. Implementasi dalam bentuk Perjanjian Sewa (lease
agreement) atau POS.
BEM 7 Survei Pengguna Gedung
Tujuan
Mengukur kenyamanan pengguna gedung melalui survei yang baku terhadap
pengaruh desain dan sistem pengoperasian gedung.
Tolok Ukur
1 Memberi pernyataan bahwa pemilik gedung akan mengadakan survei
suhu dan kelembaban paling lambat 12 bulan setelah tanggal sertifikasi
dan menyerahkan laporan hasil survei paling lambat 15 bulan setelah
tanggal sertifikasi kepada GBC Indonesia. 2 2
Catatan: Apabila hasilnya lebih dari 20% responden menyatakan
ketidaknyamanannya, maka pemilik gedung setuju untuk melakukan
perbaikan selambat-lambatnya 6 bulan setelah pelaporan hasil survei.
STUDI
KASUS

yang akhirnya menghasilkan sebuah


PENDAHUL rumusan yang memuat prinsip-prinsip dan
UAN
pedoman bagi penyelenggaraan
Konsep „Green Architecture’ atau pembangunan yang berwawasan
arsitektur hijau menjadi topik yang lingkungan yang tercantum dalam
menarik saat ini. Salah satunya karena Protokol Kyoto tahun
kebutuhan untuk memberdayakan potensi 1
9
tapak/site dan menghemat sumber daya
9
alam akibat semakin menipisnya sumber 7.
energi tak terbarukan. Selain itu juga
Pemerintah Pusat melalui Kementerian
mengakibatkan peningkatan kesadaran
Pekerjaan Umum sedang
masyarakat dunia akan pentingnya
mensosialisasikan Program
kualitas lingkungan menjadi lebih baik.
Pengembangan Kota Hijau (P2KH) di
Hal ini dimulai sejak deklarasi Stockholm
seluruh Indonesia sebagai respon
tahun 1972, dengan diselenggarakannya
terhadap perubahan iklim dan pemanasan
konferensi internasioanal PBB di Rio de
global di dunia. Pengembangan Kota
Jenairo Brazil
Hijau selaras dengan peraturan
pemerintah dan
perundang-undangan yang ada di Indonesia penting dalam menilai sebuah bangunan
(Joga, 2013). adalah aspek site design sebesar 67%. Hal
tersebut juga senada dengan penelitian yang
Tingkat kehijauan suatu bangunan harus
didapatkan oleh Pratiwi (2013), yang
dapat diposisikan dalam level yang dapat
menyatakan bahwa keputusan untuk
dimengerti atau diukur oleh suatu acuan
mewujudkan sebuah ecodesign lanskap
(standar) tertentu. Setiap negara mempunyai
pemukiman pada perkotaan terdapat pada
sistem rating masing – masing. Untuk negara
desain tapak, dan kelembagaan.
Indonesia sendiri terdapat sebuah standar
bangunan hijau yaitu GREENSHIP yang Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk (1)
dikembangkan oleh Lembaga Konsul menilai kawasan perumahan dengan
Bangunan Hijau Indonesia atau Green perangkat penilaian, (2) membandingkan
Building Council Indonesia (GBCI) (Putri et beberapa perangkat hijau di dunia untuk
al., 2012; Surjana dan Ardiansyah, 2013; melengkapi draft perangkat penilaian di
Huda et al., 2013; Pambudi dan Handayani, Indonesia, (3) membuat konsep perumahan
2014) yang dibentuk tahun 2009, Amerika berkelanjutan sesuai standar perangkat
Serikat – LEED tahun 1998 (Ismail dan penilaian. Kerangka pikir penelitian dapat
Rashid, 2014), Singapura - Green Mark, dilihat pada Bagan 1.
Australia - Green Star yang dicetuskan oleh
Dari hasil komparasi antara beberapa
Green Building Council Australia (GBCA)
perangkat hijau dunia serta dengan
tahun 2002 (Byrd dan Leradini, 2011), dan
penerapan perangkat penilaian greenship
lain sebagainya. Namun di Indonesia belum
kawasan berkelanjutan pada kawasan
tersedia penilaian terhadap kawasan hijau
perumahan hijau, dapat memberikan
seperti kawasan perumahan yang
rekomendasi dan solusi bagi GBCI dalam
disebabkan karena perangkat hijau kawasan
penyempurnaan draft greenship yang
saat ini masih berupa draft.
nantinya bisa dimanfaatkan untuk menilai
Penelitian mengenai bangunan hijau telah kawasan yang ada di Indonesia.
dilaporkan diantaranya, evaluasi penerapan
METODE
konsep kota hijau di Kota Bogor (Desdyanza,
2014), didapatkan data pembangunan dan Lokasi dan Waktu
penerapan green building yang ada di Kota
Berdasarkan data dari Dinas Pengawasan
Bogor memperoleh persentase sebesar 0%.
Bangunan dan Permukiman Kota Bogor
Dalam penelitian Kurniawaty et al (2012),
(DIWASBANGKIM Kota Bogor, 2012),
yang menyatakan bahwa aspek paling
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
terdapat sekitar 294 Perumahan yang ada di metode purposive sampling, yaitu
Kota Bogor, dan berdasarkan data yang pengambilan sampel yang dilakukan dengan
diperoleh juga dari Badan Pengolahan cara sengaja, menentukan sendiri sampel
Lingkungan Hidup (BPLH Kota Bogor, 2014) yang diambil karena ada pertimbangan
sampai dengan 2014, terdapat beberapa tertentu yang ada dalam eligibilitas kawasan
perumahan yang yang telah memiliki izin berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan pada
lingkungan atau surat kelayakan lingkungan bulan Juni 2015 sampai September 2015.
hidup atau rekomendasi UKL/UPL. Adapun
Metode Penelitian dan Pengolahan Data
lokasi yang dipilih sebagai studi kasus yaitu
perumahan yang terdapat di wilayah Bogor Metode penelitian yang digunakan
Barat yang memiliki kepadatan penduduk adalah metode survei, wawancara, dan studi
terpadat (BPS Kota Bogor, 2013) dan pustaka. Metode survei merupakan kegiatan
merupakan daerah pengembangan untuk observasi lapang ke lokasi penelitian terpilih
kawasan perumahan setelah Kecamatan secara langsung serta menilai tingkat
Bogor Utara (BAPPEDA Kota Bogor, 2014), kehijauan kawasan perumahan. Wawancara
hal ini dipastikan bahwa permintaan akan dilakukan dengan menemui pengembang
perumahan lebih banyak dibandingkan di perumahan, tim dari GBCI dan beberapa
wilayah yang penduduknya sedikit. Lokasi dinas terkait. Studi pustaka dilakukan dengan
terpilih yaitu perumahan Sinbad Green membandingkan beberapa perangkat hijau
Residence dengan luas ± 68,96 Ha (Gambar dunia dengan draf perangkat penilaian
2). Pengambilan contoh perumahan yang kawasan berkelanjutan dari Indonesia, yang
dijadikan objek penelitian ditentukan melalui nantinya akan dipakai untuk
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian (sumber : www.google.co.id/maps /diakses 8
Juni 2016 dengan modifikasi)
Keterangan: ∑n =jumlah nilai untuk tiap
menyempurnakan perangkat penilaian yang
aspek perangkat hijau
ada di Indonesia.

∑1= jumlah total nilai pada masing-masing


Metode Komparasi
aspek
Metode komparasi yaitu membandingkan
antara beberapa perangkat hijau yang ada Untuk menghitung rata-rata

terutama yang berhubungan dengan keseluruhan aspek perangkat hijau dengan


mengunakan rumus pada persamaan dua (2)
kawasan, dengan melihat persamaan
(GBCI, 2013).
parameter yang ada di setiap perangkat
hijau, lalu dibandingkan juga dengan Rata-rata keseluruhan aspek = ∑n total/∑
perangkat penilaian Greenship yang ada di rating x 100% = (%)....................................(2)
Indonesia untuk didapatkan kekurangan atau
tambahan bagi perangkat tersebut (Reed et Keterangan: ∑n total = jumlah nilai

al., 2009). Perhitungan untuk persentase tiap total

aspek pada masing-masing perangkat dapat


∑ rating = jumlah sistem rating dunia
diperoleh dengan cara menghitung yang dinilai
persentase untuk masing-masing kriteria.
Pengolahan data tersebut dapat diperoleh Adapun perangkat hijau yang dikomparasi

persentase nilai per item (1) dan persentase adalah: BREEAM merupakan standarisasi

rata-rata keseluruhan aspek perangkat hijau dan penilaian tingkat hijau suatu bangunan di

(2). Perhitungan untuk persentase nilai per Inggris tahun 1990, LEED standar hijau yang

item mengunakan rumus persamaan satu dicetuskan oleh United States Green Building

(1), Council (USGBC) tahun 1998, GREEN STAR


dicetuskan oleh Green Building Council
Persentase nilai per item = ∑n/∑1 x 100% = Australia (GBCA) tahun 2002, GREEN MARK
(%)............(1)
merupakan standar yang dikeluarkan oleh GREENSHIP. Standar minimum ini memiliki
Building Council Association (BCA) lima kriteria kelayakan yang terdiri atas:
Singapore pada bulan Januari 2005, dan
1. Masterplan kawasan atau Rencana induk
GREENSHIP yang dikembangkan oleh
kawasan
Lembaga Konsul Bangunan Hijau Indonesia
atau Green Building Council Indonesia 2. Minimum luas kawasan yang diajurkan
(GBCI) yang dibentuk tahun 2009, yang adalah 1 Ha
tercatat sebagai anggota World Green
3. Minimum terdiri atas 2 (dua) bangunan
Building Council (WGBC) yang berpusat di
Canada (Karyono, 2010). 4. Kesedian data gedung untuk diakses
GBCI terkait proses sertifikasi
Greenship sendiri terdiri dari beberapa tipe
penilaian, diantaranya panduan penerapan 5. Izin lingkungan atau surat kelayakan
untuk: Bangunan Baru (New Building, lingkungan hidup atau rekomendasi
Existing Building), Ruang Dalam (Interior UKL/UPL (GBCI, 2013)
space), Rumah (Single Home), Kawasan
Pencapaian 100% berdasarkan draf
Berkelanjutan (Sustainable Neighborhood)
perangkat penilaian Greenship adalah 96
yang saat ini masih merupakan draft
nilai (Tabel 1). Angka tersebut merupakan
Nopember 2013. Untuk Kasus penelitian ini
dasar menentukan persentase pencapaian.
dipakai panduan penerapan Sustainable
Peringkat yang dapat dicapai dapat dilihat
Neighborhood karena dianggap belum
pada Tabel 2.
merupakan perangkat hijau yang sudah baku
dan masih perlu dilakukan perbaikan dan Kategori – Kriteria – Tolok Ukur dalam
perubahan. Menilai dalam skala kawasan, GREENSHIP
seperti: Perumahan, CBD, Kawasan Industri,
baik skala kecil atau besar, penilaian berlaku Kategori merupakan isu utama yang relevan

untuk tahap desain kawasan ataupun tahap dengan kondisi Indonesia dalam mewujudkan
kawasan yang berkelanjutan. Dalam
kawasan terbangun (GBCI, 2013).
perangkat penilaian GREENSHIP Kawasan
Kelayakan/Eligibility Berkelanjutan dikelompokkan dalam enam
kategori (GBCI, 2013), yaitu:
Kelayakan/eligibility merupakan standar
minimum yang harus dipenuhi oleh pemilik 1. Peningkatan Ekologi Lahan (Land
kawasan untuk mengikuti proses sertifikasi Ecological Enhancement);
Tabel 1 Jumlah Kriteria dan Tolok Ukur yang ada dalam setiap kategori
Jumlah Kriteria
Kategori Prasyarat Kredit Total Kriteria Nilai Persentase

LEE 1 5 6 14 14%
MAC 1 7 8 22 23%
WMC 1 4 5 15 16%
MCM 1 4 5 14 15%
CWS 1 7 8 20 21%
BAI 4 4 11 11%
Jumlah 5 31 36 96 100%

Tabel 2 Persentase dan Nilai Minimum Peringkat

Peringkat Persentase Nilai Minimum

Platinum 73% 70

Gold 57% 55

Silver 46% 44

Bronze 35% 34

a. Kriteria prasyarat
2. Pergerakan dan Konektivitas (Movement Kriteria prasyarat adalah kriteria yang ada di
and Connectivity);
setiap kategori dan harus dipenuhi sebelum
3. Manajemen dan Konservasi Air (Water
dilakukannya penilaian lebih lanjut
Management and Conservation);
berdasarkan kriteria kredit. Kriteria prasyarat
4. Manajemen Siklus Material (Material
merepresentasikan standar minimum
Cycle Management);
kawasan berkelanjutan. Apabila salah satu
5. Strategi Kesejahteraan Masyarakat
prasayarat tidak dipenuhi, maka kriteria kredit
(Community Wellbeing Strategy);
dalam semua kategori tidak dapat dinilai.
6. Bangunan dan Infrastruktur (Buildings
Kriteria prasyarat ini tidak memiliki nilai
and Infrastructures).
seperti kriteria kredit (GBCI, 2013).
Kriteria merupakan sasaran yang dianggap
signifikan dalam implementasi praktik ramah b. Kriteria kredit
lingkungan. Dalam perangkat penilaian
Kriteria kredit adalah kriteria yang ada di
GREENSHIP terdapat dua macam kriteria,
setiap kategori dan tidak harus dipenuhi.
yaitu:
Pemenuhan kriteria ini tentunya disesuaikan
dengan kemampuan kawasan tersebut. Jika memilih daerah pembangunan kawasan
kriteria ini dipenuhi, kawasan yang (KLB) >3 (1 nilai), melakukan revitalisasi
bersangkutan mendapat nilai dan apabila lahan (2 nilai). Iklim Mikro (3 Nilai) dengan
tidak dipenuhi, kawasan yang bersangkutan tolok ukur persentase peningkatan 40 % (1
tidak akan mendapat nilai. nilai), 60% (2 nilai), 80% (3 nilai). Pangan
Lokal (1 Nilai) dengan tolok ukur
Tolok ukur merupakan parameter yang
menyediakan lahan untuk produksi sayur dan
menjadi penentu keberhasilan implementasi
buah lokal untuk masyarakat setempat (1
praktik ramah lingkungan. Setiap kriteria
nilai).
terdiri atas beberapa tolok ukur dan setiap
tolok ukur memiliki nilai yang berbeda-beda Pergerakan dan Konektivitas/Movement
sesuai dengan tingkat kesulitannya (GBCI, and Connectivity (MAC)
2013).
Didalam kategori pergerakan dan
Peningkatan Ekologi Lahan/Land konektivitas, terdapat kriteria prasyarat dan
Ecological Enhancement (LEE) beberapa kriteria kredit, yaitu: Kajian Dampak
Lalu Lintas (Prasyarat) dengan tolok ukur
Didalam kategori peningkatan ekologi
melakukan kajian manajemen dan rekayasa
lahan, terdapat kriteria prasyarat dan
lalu lintas di dalam dan sekitar kawasan
beberapa kriteria kredit, yaitu : Area Dasar
menggunakan ahli/lembaga. Konektivitas
Hijau (prasyarat) dengan tolok ukur RTH
Jaringan jalan (4 Nilai) dengan tolok ukur
publik minimal 20% dari luas total kawasan.
konektivitas pejalan kaki memiliki nilai rata-
Area Hijau Publik (3 Nilai) dengan tolok ukur
rata Route Directness Index minimal sebesar
menyediakan ruang terbuka hijau publik
0,65 (2 nilai), Perbandingan antara ruas jalan
minimal 25% dari luas lahan (2 nilai), 35%
dan simpul total kawasan > 1,25 (2 nilai).
dari luas lahan (3 nilai). Pelestarian Habitat
Utilitas dan Fasilitas Umum (2 Nilai) dengan
(Maks 4 Nilai) dengan tolok ukur pertahankan
tolok ukur terdapat minimal delapan jenis
minimal 20% pohon dewasa/besar (2 nilai),
prasarana dan sarana di dalam kawasan (1
penggunaan tanaman asli/native sebanyak
nilai) serta terdapat minimal enam jenis
30%-60% (1 nilai), lebih besar dari 60% (2
fasilitas umum (1 nilai). Aksesibilitas
nilai), meningkatkan keragaman fauna lokal
Universal (3 Nilai) dengan tolok ukur
(2 nilai). Penanaman minimal 10 anakan
mengakomodasi kemudahan jalur bagi
pohon/pohon muda, untuk setiap pohon di
penyandang cacat, wanita, dan lanjut usia
dalam kawasan yang tumbang (2 nilai).
pada ruang publik (3 nilai). Transportasi
Revitalisasi Lahan (3 Nilai) dengan tolok ukur
Umum (4 Nilai) dengan tolok ukur kawasan
REJONI, SULISTYANTARA,
FATIMAH
menjadi simpul persinggahan moda ukur melakukan perhitungan (1 nilai),
transportasi umum massal (2 nilai), mengurangi volume limpasan 25% (1 nilai),
menyediakan halte/shelter dan shuttle service 50% (2 nilai), 75% (3 nilai). Pelestarian
(2 nilai). Jaringan dan Fasilitas Pedestrian (4 Badan Air dan Lahan Basah (2 Nilai) dengan
Nilai) dengan tolok ukur menyediakan jalur tolok ukur menjaga dan konservasi zona
pedestrian di dalam kawasan (1 nilai), penyangga badan air atau lahan basah (2
pemenuhan lima strategi jalur pedestrian (1 nilai).
nilai) jika tujuh pemenuhan (2 nilai). Jaringan
Manajemen Siklus Material/Material Cycle
dan Tempat Penyimpanan Sepeda (3 Nilai)
Management (MCM)
dengan tolok ukur menyediakan jalur sepeda
dalam kawasan sepanjang minimal 50% dari Didalam kategori manajemen siklus material,
total panjang jalan yang dapat dilalui terdapat kriteria prasyarat dan beberapa
kendaraan bermotor roda 4 (1 nilai), jika kriteria kredit, yaitu: Manajemen Limbah
100% mendapat 2 nilai, menyediakan tempat Padat – Tahap Operasional (Prasyarat)
parkir sepeda (1 nilai). Parkir Lokal (2 Nilai) dengan tolok ukur memiliki rencana
dengan tolok ukur menyediakan shared car pengelolaan sampah, instalasi atau fasilitas
parking (1 nilai). Adanya penempatan lokasi pemilahan dan pengumpulan sampah
tempat parkir umum pada jarak tempuh untuk masa operasional kawasan, menjadi
maksimal 700 m dari simpul aktivitas (1 nilai). paling sedikit 3 (tiga) jenis sampah.
Manajemen Limbah Padat Tingkat Lanjut –
Manajemen dan Konservasi Air/Water
Tahap Operasional (3 Nilai) dengan tolok
Management and Conservation (WMC)
ukur melakukan pengolahan berpedoman
Didalam kategori manajemen dan konservasi lingkungan pada sampah (3 nilai).
air, terdapat kriteria prasyarat dan beberapa Manajemen Limbah Konstruksi (5 Nilai)
kriteria kredit, yaitu: Perhitungan Neraca Air dengan tolok ukur memiliki lima pedoman
(Prasyarat) dengan tolok ukur membuat manajemen lingkungan konstruksi (5 nilai).
perhitungan neraca air kawasan. Pengolahan Material Regional Untuk Infrastruktur Jalan (4
Air Limbah (3 Nilai) dengan tolok ukur Nilai) dengan tolok ukur persentase
tersedianya unit pengolahan untuk seluruh penggunaan material lokal 15% (1 nilai), 30%
limbah cair yang dihasilkan di dalam (2 nilai), serta material dalam wilayah
kawasan (3 nilai). Sumber Air Alternatif (6 Indonesia 15% (1 nilai), 30% (2 nilai).
Nilai) dengan tolok ukur air alternatif 10% (2 Material Daur Ulang Untuk Infrastruktur Jalan
nilai), 30% (4 nilai), 50% (6 nilai). Manajemen (2 Nilai) dengan tolok ukur persentase bahan
Limpasan Air Hujan (4 Nilai) dengan tolok
REJONI, SULISTYANTARA, FATIMAH
daur ulang untuk jalan 15% (1 nilai), 30% (2 Environmental Design” (CPTED) pada
nilai). kawasan (2 nilai). Inovasi (6 Nilai) dengan
tolok ukur inovasi dinilai berdampak kecil (1
Strategi Kesejahteraan
nilai), besar (2 nilai), maksimum 6 nilai.
Masyarakat/Community Wellbeing
Strategy (CWS) Bangunan dan Infrastruktur/Building dan
Infrastructures (BAI)
Didalam kategori strategi kesejahteraan
masyarakat, terdapat kriteria prasyarat dan Didalam kategori bangunan dan infrastruktur,
beberapa kriteria kredit, yaitu: Panduan Lokal tidak terdapat kriteria prasyarat namun
(Prasyarat) dengan tolok ukur menyediakan memiliki beberapa kriteria kredit, yaitu:
buku panduan berisikan informasi kawasan. Bangunan Hijau Greenship (6 Nilai) dengan
Keterlibatan GA/GP (3 Nilai) dengan tolok tolok ukur persentase Gross Floor Area
ukur memakai Greenship Associate (GA) (1 (GFA) bangunan hijau mencapai target
nilai), Greenship Profesional (GP) (2 nilai). nilai 10% sampai dengan 30% (maksimum 6
Pengembangan Bisnis (4 Nilai) dengan tolok nilai). Hunian Berimbang (1 Nilai) dengan
ukur membuktikan 10% pekerja adalah tolok ukur pembangunan pola permukiman
pekerja lokal (2 nilai), dan mengembangkan 1:2:3 atau sesuai dengan peraturan
ekonomi sekitar kawasan (2 nilai). Partisipasi negara yang berlaku tentang hunian
Masyarakat Dalam Perencanaan (1 Nilai) berimbang (1 nilai). Kawasan campuran (2
dengan tolok ukur melibatkan perwakilan Nilai) dengan tolok ukur untuk kawasan
warga atau asosiasi masyarakat dalam dominan hunian, menyediakan lokasi
penyampaian pendapat untuk rencana selain hunian minimal 15% dari luas zona
pengembangan kawasan (1 nilai). kawasan untuk pengembangan sektor bisnis
Pengembangan Masyarakat (4 Nilai) dengan dan komersial kawasan (2 nilai). Efisiensi
tolok ukur menyelenggarakan promosi gaya Energi Sistem Pencahayaan (2 Nilai) dengan
hidup berkelanjutan kepada masyarakat di tolok ukur melakukan penghematan energi
dalam kawasan minimal 2 (1 nilai) maksimal pada sistem pencahayaan minimum rata-rata
4 (3 nilai). Kebudayaan Lokal (2 Nilai) dengan 100 lumen/watt. (1 nilai). Menggunakan sub
tolok ukur menerapkan budaya lokal daerah meter untuk sistem pencahayaan (1 nilai).
setempat dalam bentuk minimal dua aspek
Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 3 terlihat
(2 nilai). Keamanan Lingkungan (2 Nilai
hasil rata-rata persentase tertinggi terdapat
dengan tolok ukur melakukan analisis
pada aspek transportasi sebesar 17 persen,
penjaminan keamanan menggunakan
prinsip-prinsip “Crime Prevention Through
Tabel 3 Hasil komparasi perangkat hijau
Sitem Rating Bangunan Hijau RATA-

BREEAM LEED GREEN GREEN GREEN RATA


Item Perbandingan
STAR MARK SHIP

(%) (%) (%) (%) (%) (%)

1. Manajemen 10 10 12 21 22 15

2. Kesehatan dan Kualitas Hidup 13 2 13 8 3 8

3. Energi 18 6 17 17 2 12

4. Transportasi 7 35 9 9 23 17

5. Air 6 8 8 11 16 10

6. Material 13 1 18 8 2 9

7. Limbah 6 2 2 8 3 4

8. Tata guna lahan dan ekologis 8 30 7 12 14 14

9. Polusi 10 1 10 1 9 6

10. Inovasi 8 5 3 5 6 5
Greenship dengan nilai poin tertinggi yaitu 23 yaitu 4%. Sebagian tolok ukur Greenship
persen, dan Leed yaitu sebesar 35 poin tentang limbah sudah masuk ke dalam aspek
manajemen sehingga nilai pada aspek
terdapat pada tolok ukur tentang jalan yang
limbah menjadi berkurang. Sedangkan pada
ramah bagi pejalan kaki, meningkatkan
Greenstar aspek limbah sudah masuk dalam
kesehatan masyarakat, nyaman, dan aman.
aspek material.
Poin terbesar Greenship terdapat pada
beberapa tolok ukur, yaitu: konektivitas Terdapat perbedaan yang sangat signifikan
jaringan jalan yang mengatur tentang jalan pada penilaian aspek energi, terutama oleh
yang efisien untuk aksesibilitas kawasan, perangkat hijau Greenship yang hanya
transportasi umum yang mengatur mendapatkan nilai persentase 2%, sangat
penggunaan kendaraan umum sehingga jauh dibandingkan dengan persentase rata-
mengurangi emisi, serta jaringan dan fasilitas rata aspek energi yaitu 12%. Hal ini
pedestrian yang bertujuan untuk mendorong disebabkan untuk aspek energi sendiri sudah
gaya hidup sehat. Aspek rata-rata yang diapresiasikan dalam perangkat hijau
paling rendah terdapat pada aspek limbah

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 23


Gambar 3. Persentase nilai rata-rata kriteria perangkat hijau
Greenship homes, sehingga tolok ukur untuk SIMPULAN DAN SARAN
energi menjadi berkurang.
Simpulan
Hasil evaluasi menunjukkan penilaian akhir
Berdasarkan dari hasil komparasi yang telah
dari total nilai yang bisa didapat oleh
dilakukan, diperlukan penyempurnaan draft
Perumahan Sinbad adalah 6 nilai, serta
Greenship Sustainable Neighborhood
beberapa konsep yang bisa dibuat untuk
dengan menambah poin pada kriteria
menambah nilai kriteria dari perumahan
transportasi yang merupakan kriteria
tersebut yaitu sebanyak 54 nilai (Tabel 4).
terpenting. Dari hasil evaluasi penilaian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi Greenship Sustainable Neighborhood,
masukan atau referensi bagi para asosiasi Perumahan Sinbad bukanlah perumahan
(GBCI) terutama untuk penyempurnaan yang berbasiskan perumahan hijau atau
perangkat hijau Greenship Sustainable kawasan berkelanjutan seperti pernyataan
Neighborhood yang masih merupakan draft. yang dibuat oleh pengembang, karena hasil
Masukan bagi perencana, pengembang, dan total yang didapat oleh perumahan tersebut
kontraktor yang akan menerapkan sistem berdasarkan perhitungan oleh perangkat
sustainable pada bangunan kawasan hijau greenship adalah hanya 6 poin saja
perumahan. Selain itu bagi masyarakat atau sekitar 6% saja, sedangkan untuk
bermanfaat untuk melindungi konsumen serta mendapatkan sertifikat minimal sebagai
memberi pengetahuan umum mengenai kawasan berkelanjutan adalah sebesar 34
konsep perumahan hijau yang seharusnya. poin atau sekitar 35% (sertifikat bronze).

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 24


Tabel 4 Hasil evaluasi penilaian dan konsep perumahan

No Aspek Tolok ukur Poin Nilai Konsep


1 Peningkatan Ekologi Lahan Area dasar Hijau P OK OK
Area Hijau Publik 3 0 2
Pelestarian Habitat 4 0 0
Revitalisasi lahan 3 1 0
Iklim mikro 3 0 1
Pangan lokal 1 0 1
Sub total 14 1 4
2 Pergerakan dan konektivitas Kajian dampak lalu lintas P OK OK
Konektivitas jaringan jalan 4 4 4
Utilitas dan fasilitas umum 2 0 1
Aksesibilitas universal 3 0 3
Transportasi umum 4 0 4
Jaringan dan fasilitas pedestrian 4 1 4
Jaringan dan Tempat penyimpanan sepeda 3 0 2
Parkir lokal 2 0 0
Sub total 22 5 18
3 Manajemen dan konservasi air Perhitungan neraca air P Tidak OK
Pengolahan air limbah 3 0 3
Sumber air alternatif 6 0 6
Manajemen limpasan air hujan 4 0 1
Pelestarian badan air dan lahan basah 2 0 0
Sub total 15 0 10
4 Manajemen siklus material Manajemen limbah padat-tahap
operasional P Tidak OK
Manajemen limbah padat tingkat lanjut 3 0 3
Manajemen limbah konstruksi 5 0 0
Material regional untuk infrastruktur jalan 4 0 4
Material daur ulang untuk infrastruktur
jalan 2 0 0
Sub total 14 0 7
5 Strategi kesejahteraan masyarakat Panduan lokal P Tidak OK
Keterlibatan GA/GP 3 0 3
Pengembangan bisnis 2 0 2
Partisipasi masyarakat dalam perencanaan 1 0 1
Pengembangan masyarakat 4 0 4
Kebudayaan lokal 2 0 1
Keamanan lingkungan 2 0 1
Inovasi 6 0 2
Sub total 20 0 14
6 Bangunan dan infrastruktur Bangunan hijau greenship 6 0 0
Hunian berimbang 1 0 0
Kawasan campuran 2 0 0
Efisiensi energi sistem pencahayaan 2 0 1
Sub total 11 0 1
TOTAL 96 6 54
Untuk menambah nilai pada perumahan sesuai draft greenship adalah dengan
Sinbad agar bisa mendapatkan sertifikat membuat beberapa rekomendasi konsep,
diantaranya: menambah ruang terbuka Tahun 2011-2031. Bogor (ID): BAPPEDA
publik, mengurangi iklim mikro, area untuk Kota Bogor
pangan lokal, menambah sarana pedestrian
[BPLH] Badan Pengendalian Lingkungan
dan fasilitas difabel, pengadaan bus transit
Hidup Kota Bogor. 2014. Data SPPL, UKL-
dan shelter terintegrasi, pengolahan limbah
UPL dan Amdal. Bogor (ID): BPLH Kota
cair dan padat, keterlibatan ahli profesional
Bogor
greenship serta perwakilan masyarakat,
artikel bulanan, unsur lokal, memperkuat Byrd H, Leardini P. 2011. Green buildings:
keamanan, menambah inovasi dan energi issues for New Zealand. Procedia
alternatif, sehingga sertifikat yang dicapai Engineering 21 (2011): 481 – 488. doi:
adalah silver dengan total poin adalah 54 10.1016/j.proeng.2011.11.2041.
poin.
Desdyanza NA. 2014. Evaluasi Penerapan
Saran Konsep Kota Hijau Di Kota Bogor [skripsi].
Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Diharapkan masyarakat dapat lebih selektif
dalam memilih hunian berkelanjutan, dan [DIWASBANGKIM] Dinas Pengawasan
bagi pengembang dapat menambah nilai dari Bangunan Dan Permukiman Kota Bogor.
investasi perumahan yang akan mereka jual. 2012. Up Date Data Prasarana, Sarana dan
Perlu adanya penyempurnaan oleh GBCI Utilitas (PSU) Perumahan di Kota Bogor.
pada perangkat penilaian Greenship Bogor (ID): DIWASBANGKIM Kota Bogor.
Sustainable Neighborhood berdasarkan hasil
[GBCI] Green Building Council Indonesia.
komparasi yang awalnya berupa draft,
Nopember 2013. Greenship Draft Perangkat
nantinya bisa diaplikasikan langsung kepada
Penilaian Kawasan Berkelanjutan Di
masyarakat luas, atau untuk penelitian lebih
Indonesia. [Internet]. [diacu 2014 Sep 11].
mendalam mengenai kawasan berkelanjutan.
Tersedia dari: http://www.gbcindonesia.org.
.DAFTAR PUSTAKA
Huda M, Rini TS, Paing J, Purwito A. 2013.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kota Bogor. Analisis Of Important Factors Evaluation
2013. Kota Bogor Dalam Angka 2013. Bogor Criteria For Green Building. The International
(ID): BPS Kota Bogor Journal Of Engineering And Science
(IJES)12(2): 41-47. .
[BAPPEDA] Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah Kota Bogor. 2014. Ismail MA, Rashid FA. 2014. Malaysia‟s
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor existing green homes compliance with LEED
REJONI, SULISTYANTARA,
FATIMAH
for homes. Procedia Environmental Sciences Rating Greenship GBCI. Jurnal Arsitektur
20: 131-140. Universitas Bandar Lampung3(2): 1-13.
doi:10.1016/j.proenv.2014.03.018.

Joga N. 2013. Gerakan Kota Hijau. Jakarta


(ID): PT Gramedia Pustaka Utama.

Karyono TH. 2010. Green Architecture


Pengantar Pemahaman Arsitektur Hijau Di
Indonesia. Jakarta (ID): Rajawali Pers.

Kurniawaty P, Gunawan A, Surjokusumo S.


2012. Kajian Konsep Desain Taman dan
Rumah Tinggal Hemat Energi. Jurnal
Lanskap Indonesia 4(1): 1-8.

Pambudi GB, Handayani KD. 2014. Analisis


Kesesuaian Desain Rumah Terhadap
Konsep Greenship Home Pada Perumahan
Menengah Ke Atas Di Kota Gresik.Rekayasa
Teknik Sipil1(1): 14. E-
journalunesa.
Pratiwi V. 2013. Kajian Ecodesign Lanskap
Permukiman Perkotaan [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.

Putri AA, Rohman MA, Utomo C. 2012. Penilaian


Kriteria Green Building Pada Gedung Teknik Sipil
ITS.Jurnal Teknik ITS
1(1): 107-112. E-jurnalITS.

Reed R, Bilos A, Wilkinson S, Schulte KW.


2009. International Comparison of
Sustainable Rating Tools. JOSRE 1(1): 1-22.

Surjana TS, Ardiansyah. 2013. Perancangan


Arsitektur Ramah Lingkungan: Pencapaian

Anda mungkin juga menyukai