Dengan adanya perangkat penilaian ini, diharapkan dapat mendorong para pelaku industri
dan pemangku kepentingan untuk menerapkan konsep keberlanjutan pada kawasan.
Perangkat penilaian GREENSHIP Kawasan ini dapat segera diaplikasikan, dan bermanfaat
bagi masyarakat dan kelestarian lingkungan.
Mari kita wariskan tanah, air dan udara yang bersih dan sehat untuk generasi mendatang
karena bumi adalah milik kita semua, saat ini dan masa depan.
Ket :
(*) Sertifikat berlaku sampai terjadi perubahan desain atau pembangunan kawasan;
atau maksimum
5 tahun.
Tabel 1. Kategori
GREENSHIP
Kawasan
Kategori Nilai Bobot
Land Ecological Enhancement 19 15%
Movement and Connectivity 26 21%
Water Management and Conservation 18 15%
Solid Waste and Material 16 13%
Community Wellbeing Strategy 16 13%
Building and Energy 18 15%
Innovation and Future Development 11 9%
Total Nilai Keseluruhan 124
Maksimum
Kelayakan (Eligibility)
Sebelum melalui proses sertifikasi, proyek harus memenuhi kelayakan sebagai berikut:
Tabel. 2. Kelayakan
BUILT
KELAYAKAN PLAN
PROJE
(ELIGIBILITY) CT
A. Dua kriteria terkait peraturan pembangunan kawasan di Indonesia,
yaitu:
1 Rencana induk (Masterplan) kawasan. √ √
3 Satu pengelola. √ √
PENINGKATAN EKOLOGI
LAHAN (LAND ECOLOGICAL
ENHANCEMENT)
AREA DASAR
LEE P
HIJAU (BASIC
GREEN AREA)
Tujuan
Menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan serta meningkatkan kualitas
lingkungan kawasan yang sehat.
Tolok Ukur
1. Tersedianya Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dapat digunakan untuk interaksi
P
manusia dan alam.
P P P P
2. Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dimiliki harus sesuai dengan yang disyaratkan
P
oleh
Pemerintah Daerah.
1. Pertahankan minimal 20% pohon besar yang telah dewasa, yang ada dalam kawasan. 2
2. Peningkatan nilai ekologi pada lahan kawasan atas rekomendasi ahli lansekap atau ahli
biologi yang kompeten.
a. Penggunaan tanaman lokal provinsi berupa pepohonan dan / atau semak di dalam
kawasan serta memiliki rencana pengelolaannya :
Persentase Tanaman Asli Nilai
6 6 6 6
30% - 60% 1
> 60% 2
Atau
b. Rencana perlindungan fauna atau rencana untuk meningkatkan keragaman fauna lokal. 2
3. Penanaman minimal 10 anakan pohon muda, untuk setiap pohon di dalam kawasan yang
2
tumbang dan ditumbangkan
REVITALISASI
LEE 3
LAHAN (LAND
REVITALIZATION)
Tujuan
Menghindari pembangunan di area greenfield dan menghindari pembukaan lahan baru.
Tolok Ukur
1. Melakukan revitalisasi dan pembangunan di atas lahan yang bernilai negatif dan tak
terpakai karena bekas pembangunan atau dampak negatif pembangunan di dalam
kawasan.
4 4 4 4
Persentase dari luas minimal lahan yang ter-revitalisasi Nilai
50% 1
100% 4
IKLIM MIKRO
LEE 4
(MICRO
CLIMATE)
Tujuan
Meningkatkan kualitas iklim mikro di sekitar area kawasan dan mengurangi Urban Heat
Island (UHI)
Tolok Ukur
Menunjukan upaya peningkatan kualitas iklim mikro untuk ruang publik kawasan. Dengan
ketentuan:
Persentase dari total ruang public Nilai
3 3 3 3
40% 1
60% 2
80% 3
LAHAN
LEE 5
PRODUKTIF
(PRODUCTIVE
LAND)
Keterangan
Tidak berlaku untuk kawasan industri.
Tujuan
Mendorong produksi pangan lokal dan mengurangi jejak karbon yang berasal dari emisi
transportasi penyediaan pangan.
Tolok Ukur
Menyediakan lahan untuk produksi sayur dan buah lokal untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat setempat.
Luas terhadap Nilai 2 2 2 0
≤RTH
10% 1
> 10% 2
SUB TOTAL 19 0 19 0 19 0 17 0
PERGERAKAN DAN
KONEKTIVITAS (MOVEMENT
AND CONNECTIVITY)
1. Menyediakan jalur sepeda di dalam kawasan, yang bebas dari persinggungan sejajar
dengan kendaraan bermotor (dedicated bike lanes).
2. Menyediakan tempat parkir sepeda yang aman pada (minimal salah satu) gerbang
1
kawasan, taman, dan tempat pergantian moda transportasi umum.
PARKIR BERSAMA
MAC 6
(SHARED CAR PARKING)
Tujuan
Mengoptimalkan fasilitas parkir dengan mengurangi parkir eksklusif bagi gedung dan
menghindari on street parking.
Tolok Ukur
1. Fasilitas parkir yang disediakan kawasan atau bangunan dalam kawasan bersifat publik
1
(inklusif).
2. Menghindari on street parking. 1 2 2 2 2
3. Mengurangi on surface parking, dengan pembatasan penggunaan lahan untuk parkir,
1
maksimal 10% dari lahan total.
SUB TOTAL 26 0 26 0 26 0 26 0
MANAJEMEN DAN KONSERVASI AIR
(WATER MANAGEMENT AND CONSERVATION)
SKEMATIK AIR DI
WMC P
KAWASAN (WATER
SCHEMATIC)
Tujuan
Mengetahui konsumsi air di dalam kawasan.
Tolok Ukur
Membuat diagram skematik air kawasan (air bersih dari PDAM, tanah, air alternatif seperti
P P P P P
air danau, air hujan dan air daur ulang).
AIR ALTERNATIF
WMC 1
(ALTERNATIVE WATER)
Tujuan
Mendukung penggunaan air alternatif (selain air tanah dan air dari PDAM) secara mandiri.
Tolok Ukur
1A. Menggunakan air alternatif untuk memenuhi kebutuhan air bersih kawasan.
Persentase air Nilai
alternative
10% 2
30% 4 6 6 6 6
50% 6
Atau
1B. Menggunakan air alternatif untuk memenuhi seluruh kebutuhan irigasi kawasan 1
MANAJEMEN LIMPASAN AIR
WMC 2
HUJAN (STORMWATER
MANAGEMENT )
Tujuan
Mengurangi beban drainase lingkungan dengan sistem manajemen air hujan secara
terpadu.
Tolok Ukur
1. Melakukan perhitungan analisa limpasan hujan kawasan 1
MANAJEMEN LIMBAH
WMC 4
CAIR (WASTEWATER
MANAGEMENT)
Tujuan
Mendorong adanya pengelolaan air limbah kawasan untuk menghindari terjadinya
pencemaran pada badan air.
Tolok Ukur
Tersedianya unit pengolahan untuk seluruh limbah cair yang dihasilkan di dalam kawasan 3 3 3 3 3
SUB TOTAL 18 0 18 0 18 0 18 0
LIMBAH PADAT DAN
MATERIAL (SOLID WASTE
AND MATERIAL)
1A. Memberikan hasil studi atas dampak pengembangan kawasan terhadap pengembangan
2
ekonomi masyarakat di dalam dan di luar kawasan.
Atau
1C. Memiliki sarana komunikasi dengan perwakilan warga atau asosiasi masyarakat,
1
sebagai tempat penyampaian pendapat untuk rencana pengembangan kawasan.
1A. Untuk kawasan dominan hunian, menyediakan lokasi selain hunian minimal 15% dari
2
luas zona kawasan untuk pengembangan sektor bisnis dan komersial kawasan.
Atau
1B. Untuk kawasan dominan bukan hunian, menyediakan lokasi hunian dalam kawasan 2 2 2 2
2
minimal 15% dari luas zona kawasan.
Atau
1C. Membuktikan minimal 10% dari orang bekerja dan tinggal di dalam kawasan atau dalam
2
jangkauan 5 km dari tempat bekerjanya di dalam kawasan.
KEBUDAYAAN LOKAL
CWS 5
(LOCAL CULTURE)
Tujuan
Membangun kawasan dengan memperhatikan pelestarian dan pengembangan budaya
lokal.
Tolok Ukur
1A. Menerapkan budaya lokal daerah setempat dalam bentuk minimal 2 (dua) aspek
berikut ini:
a) Arsitektur bangunan berdasarkan identitas setempat,
b) Fasilitas pendukung penyelenggaraan kebudayaan lokal,
c) Penamaan tempat/bangunan/jalan berdasarkan nama budaya lokal, d) 1
Konservasi bangunan dan/atau area sejarah,
e) Kegiatan pelestarian budaya lokal, 2 2 2 2
f) Kegiatan edukasi budaya lokal,
Atau
1B. Menerapkan budaya lokal dalam bentuk minimal 4 aspek yang tercantum dalam tolok
2
ukur 1.
LINGKUNGAN YANG AMAN
CWS 6
(SAFE ENVIRONMENT)
Tujuan
Menyelenggarakan kawasan yang aman, nyaman, dan cepat tanggap dari ancaman
kejahatan dan bencana alam.
Tolok Ukur
Memiliki upaya penjaminan keamanan dan ketahanan menghadapi bencana. 2 2 2 2 2
SUB TOTAL 16 0 16 0 16 0 16 0
BANGUNAN DAN
ENERGI (BUILDING
AND ENERGY)
6 6 6 6
HUNIAN BERIMBANG
BAE 2
(AFFORDABLE
HOUSING)
Keterangan
Tidak berlaku untuk kawasan dominan komersial dan industri yang tidak memiliki kuasa
terhadap kawasan hunian di dalamnya.
Tujuan
Tolok Ukur
Tolok Ukur
1. Menggunakan lampu (lampu jalan, lampu taman, lampu parkir) dengan konsumsi
2
pencahayaan maksimum 2,5 W/m * tanpa mengurangi kualitas pencahayaan**.
% dari total lampu Nilai
kawasan 4 4 4
50% 1 4 2
80% 2
2. Menggunakan Smart Grid. 2
3. Menggunakan District Cooling System. 2B 2 2 2
*) mengacu pada Tabel 3, SNI 6197:2011 tentang Konservasi Energi pada Sistem
Pencahayaan
**) mengacu pada Tabel 3 dan Tabel 4, SNI 7391:2008 tentang Spesifikasi Penerangan Jalan
di Kawasan Perkotaan).
ENERGI ALTERNATIF
BAE 4
(ALTERNATIVE ENERGY)
Tujuan
Mendorong penggunaan sumber energi alternatif untuk mengurangi beban listrik negara dan
mengurangi dampak lingkungan terkait dengan pembangkit listrik berbahan bakar fosil.
Tolok Ukur
Menggunakan sumber energi alternatif di dalam kawasan.
% dari kebutuhan energi kawasan (tidak termasuk energi bangunan) Nilai
20% 1 3 3 3 3
50% 2
80% 3
PENGURANGAN POLUSI CAHAYA
BAE 5
(LIGHT POLLUTION REDUCTION)
Tujuan
Menjaga kualitas lingkungan dari pencahayaan berlebihan.
Tolok Ukur
Memenuhi strategi: Lamp Shielding, Light Trespass, Glare, dan Sky-Glow Limitation. 2 2 2 2 2
PENGELOLAAN KAWASAN
IFD 2
(ESTATE MANAGEMENT)
Tujuan
Meneruskan pelaksanaan konsep keberlanjutan pada kawasan.
Tolok Ukur
1. Memiliki institusi dan SOP/panduan pengelolaan kawasan. 2 2 2 2
2. Mempunyai target efisiensi energi dan air, serta pengurangan volume sampah, selama 2 2
2B 2 2 2
masa pengelolaan kawasan.
INOVASI
IFD 3
(INNOVATION)
Tujuan
Tolok Ukur
Penilaian terhadap inovasi yang diajukan ke GBCI, dengan ketentuan sebagai berikut:
Setiap kategori terdapat beberapa kriteria yang memiliki jenis berbeda, yaitu:
Kriteria prasyarat adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan harus dipenuhi sebelum
dilakukannya penilaian lebih lanjut berdasarkan kriteria kredit dan kriteria bonus.
Apabila salah satu prasayarat tidak dipenuhi, maka kriteria kredit dan kriteria bonus
dalam kategori yang sama dari gedung tersebut tidak dapat dinilai. Kriteria Prasyarat ini
tidak memiliki nilai seperti kriteria lainnya.
Kriteria kredit adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan tidak harus dipenuhi.
Pemenuhan kriteria ini tentunya disesuaikan dengan kemampuan gedung tersebut.
Bila kriteria ini dipenuhi, gedung yang bersangkutan mendapat nilai dan apabila tidak
dipenuhi, gedung yang bersangkutan tidak akan mendapat nilai.
Kriteria bonus adalah kriteria yang hanya ada pada kategori tertentu yang
memungkinkan pemberian nilai tambahan. Hal ini dikarenakan selain kriteria ini tidak
harus dipenuhi, pencapaiannya dinilai cukup sulit dan jarang terjadi di lapangan. Oleh
karena itu, gedung yang dapat memenuhi kriteria bonus dinilai memiliki prestasi
tersendiri
Tabel 4. Kelayakan
Kategori Prasyarat Prasyarat Kredit Bonus Total
ASD Appropriate Site Development 1 7 _ 8
EEC Energy Efficiency and Conservation 2 4 1 7
WAC Water Conservation 2 6 _ 8
MRC Material Resources and Cycle 1 6 _ 7
IHC Indoor Health and Comfort 1 7 _ 8
BEM Building Environment Management 1 7 _ 8
Jumlah Total Kriteria 1 46
Kelayakan (Eligibility )
Tolok Ukur
1. Terdapat minimal 7 jenis fasilitas umum dalam jarak pencapaian jalan utama sejauh 1500 m
1
dari tapak.
2. Membuka akses pejalan kaki selain ke jalan utama di luar tapak yang menghubungkan-nya
dengan jalan sekunder dan/atau lahan milik orang lain sehingga tersedia akses ke minimal 3 1
fasilitas umum sejauh 300 m jarak pencapaian pejalan kaki.
2
3. Menyediakan fasilitas/akses yang aman, nyaman, dan bebas dari perpotongan dengan akses
kendaraan bermotor untuk menghubungkan secara langsung bangunan dengan bangunan lain, 2
di mana terdapat minimal 3 fasilitas umum dan/atau dengan stasiun transportasi masal
4. Membuka lantai dasar gedung sehingga dapat menjadi akses pejalan kaki yang aman dan
2
nyaman selama minimum 10 jam sehari.
ASD 3 Public Transportation
Tujuan
Mendorong pengguna gedung untuk menggunakan kendaraan umum massal dan mengurangi
kendaraan pribadi
Tolok Ukur
1A. Adanya halte atau stasiun transportasi umum dalam jangkauan 300 m (walking distance )
dari gerbang lokasi bangunan dengan tidak memperhitungkan panjang jembatan
penyeberangan dan ramp .
1
atau
1B. Menyediakan shuttle bus untuk pengguna tetap gedung dengan jumlah unit minimum untuk
2
10% pengguna tetap gedung.
2. Menyediakan fasilitas jalur pedestrian di dalam area gedung untuk menuju ke stasiun
transportasi umum terdekat yang aman dan nyaman sesuai dengan Peraturan Menteri PU
1
30/PRT/M/2006 mengenai Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung
dan Lingkungan Lampiran 2B.
ASD 4 Bicycle
Tujuan
Mendorong penggunaan sepeda bagi pengguna gedung dengan memberikan fasilitas yang
memadai sehingga dapat mengurangi penggunaan kendaraan bermotor
Tolok Ukur
1. Adanya tempat parkir sepeda yang aman sebanyak 1 unit parkir per 20 pengguna gedung
1
hingga maksimal 100 unit parkir sepeda.
2
2. Apabila tolok ukur 1 di atas terpenuhi, perlu tersedianya shower sebanyak 1 unit untuk setiap
1
10 parkir sepeda.
ASD 5 Site Landscaping
Tujuan
Memelihara atau memperluas kehijauan kota untuk meningkatkan kualitas iklim mikro,
mengurangi CO2 dan zat polutan; mencegah erosi tanah; mengurangi beban sistem drainase;
menjaga keseimbangan neraca air bersih dan sistem air tanah.
Tolok Ukur
1. Adanya area lansekap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari bangunan taman
(hardscape) yang terletak di atas permukaan tanah seluas minimal 40% luas total lahan. Luas
area yang diperhitungkan adalah termasuk yang tersebut di Prasyarat 1, taman di atas
1
basement, roof garden, terrace garden, dan wall garden, sesuai dengan Permen PU No.
5/PRT/M/2008 mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pasal 2.3.1 tentang Kriteria Vegetasi untuk
3
Pekarangan.
2. Bila tolok ukur 1 dipenuhi, setiap penambahan 5% area lansekap dari luas total lahan
2
mendapat 1 poin.
3. Penggunaan tanaman lokal (indigenous ) dan budidaya lokal dalam skala provinsi seluas 60%
1
luas tajuk terhadap luas lahan hijau.
ASD 6 Micro Climate
Tujuan
Meningkatkan kualitas iklim mikro di sekitar gedung yang mencakup kenyamanan manusia dan
habitat sekitar gedung
Tolok Ukur
1. Menggunakan berbagai material untuk menghindari efek heat island pada area atap gedung
1
sehingga nilai albedo (daya refleksi panas matahari) minimum 0,3 sesuai dengan perhitungan.
2. Menggunakan berbagai material untuk menghindari efek heat island pada area non-atap
1
sehingga nilai albedo (daya refleksi panas matahari) minimum 0,3 sesuai dengan perhitungan
3
3A. Desain lansekap berupa vegetasi (softscape) pada sirkulasi utama pejalan kaki menunjukkan
adanya pelindung dari panas akibat radiasi matahari.
atau 1
3B. Desain lansekap berupa vegetasi (softscape) pada sirkulasi utama pejalan kaki menunjukkan
adanya pelindung dari terpaan angin kencang.
ASD 7 Storm Water Management
Tujuan
Mengurangi beban sistem drainase lingkungan dari kuantitas limpasan air hujan dengan sistem
manajemen air hujan secara terpadu.
Tolok Ukur
1A. Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi
1
bangunan hingga 50 % total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG.
atau
1B. Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi 3
2
bangunan hingga 85 % total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG.
2. Menunjukkan adanya upaya penanganan pengurangan beban banjir lingkungan dari luar
1
lokasi bangunan.
3. Menggunakan teknologi-teknologi yang dapat mengurangi debit limpasan air hujan. 1
SUB TOTAL 17
Energy Efciency and Conservation 26%
EEC P1 Electrical Sub Metering
Tujuan
Mengontrol penggunaan air sehingga dapat menjadi dasar penerapan manajemen energi yang
lebih baik
Tolok Ukur
Memasang kWh meter untuk mengukur konsumsi listrik pada setiap kelompok beban dan
sistem peralatan, yang meliputi:
o Sistem tata udara P P
o Sistem tata cahaya dan kotak kontak
o Sistem beban lainnya
EEC P2 OTTV Calculation
Tujuan
Mendorong sosialisasi arti selubung bangunan gedung yang baik untuk penghematan energi.
Tolok Ukur
Perhitungan OTTV berdasarkan SNI 03-6389-2000 tentang Konservasi Energi Selubung
P P
Bangunan pada Bangunan Gedung.
EEC 1 Energy Efciency Measure
Tujuan
Tolok Ukur
Opsi 1 EEC 1-1. Energy modelling software
Energy modelling software digunakan untuk menghitung konsumsi energi di gedung baseline
dan gedung designed . Selisih konsumsi energi dari gedung baseline dan designed merupakan
penghematan. Untuk setiap penghematan sebesar 2,5%, yang dimulai dari penurunan energi 1 s.d. 20 20
sebesar 10% dari gedung baseline, mendapat nilai 1 poin dengan maksimum 20 poin (wajib
untuk level platinum).
Opsi 2 EEC 1-2. Worksheet standar GBCI
atau 3
1B. Instalasi tangki penyimpanan air hujan berkapasitas 75% dari perhitungan di atas 2
atau
1C. Instalasi tangki penyimpanan air hujan berkapasitas 100% dari perhitungan di atas 3
WAC 6 Water Efficiency Landscaping
Tujuan
Meminimalisasi penggunaan sumber air bersih dari air tanah dan PDAM untuk kebutuhan irigasi
lansekap dan menggantinya dengan sumber lainnya.
Tolok Ukur
1. Seluruh air yang digunakan untuk irigasi gedung tidak berasal dari sumber air tanah dan/atau
1
PDAM.
2
2. Menerapkan teknologi yang inovatif untuk irigasi yang dapat mengontrol kebutuhan air untuk
1
lansekap yang tepat, sesuai dengan kebutuhan tanaman.
SUB TOTAL 21
Material Resource and Cycle 14%
MRC P Fundamental Refrigerant
Tujuan
Mencegah pemakaian bahan dengan potensi merusak ozon yang tinggi
Tolok Ukur
Tidak menggunakan chloro fluoro carbo n (CFC) sebagai refrigeran dan halon sebagai bahan
P P
pemadam kebakaran
MRC 1 Building and Material Reuse
Tujuan
Menggunakan material bekas bangunan lama dan/atau dari tempat lain untuk mengurangi
penggunaan bahan mentah yang baru, sehingga dapat mengurangi limbah pada pembuangan
akhir serta memperpanjang usia pemakaian suatu bahan material.
Tolok Ukur
1A. Menggunakan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain,
berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding, setara minimal 1
10% dari total biaya material.
atau 2
1B. Menggunakan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain,
berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding, setara minimal 2
20% dari total biaya material.
MRC 2 Environmentally Friendly Material
Tujuan
Mengurangi jejak ekologi dari proses ekstraksi bahan mentah dan proses produksi material.
Tolok Ukur
1. Menggunakan material yang memiliki sertifikat sistem manajemen lingkungan pada proses
produksinya minimal bernilai 30% dari total biaya material. Sertifikat dinilai sah bila masih 1
berlaku dalam rentang waktu proses pembelian dalam konstruksi berjalan.
2. Menggunakan material yang merupakan hasil proses daur ulang minimal bernilai 5% dari total 3
1
biaya material.
3. Menggunakan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya (SD) terbarukan
1
dengan masa panen jangka pendek (<10 tahun) minimal bernilai 2% dari total biaya material.
2. Jika 30% dari butir di atas menggunakan kayu bersertifikasi dari pihak Lembaga Ekolabel
1
Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC)
MRC 5 Prefab Material
Tujuan
Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan material dan mengurangi sampah konstruksi
Tolok Ukur
Desain yang menggunakan material modular atau prafabrikasi (tidak termasuk equipment )
3 3
sebesar 30% dari total biaya material
MRC 6 Regional Material
Tujuan
Mengurangi jejak karbon dari moda transportasi untuk distribusi dan mendorong pertumbuhan
ekonomi dalam negeri
Tolok Ukur
1. Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama dan pabrikasinya berada di dalam
1
radius 1.000 km dari lokasi proyek minimal bernilai 50% dari total biaya material.
2
2. Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama dan pabrikasinya berada dalam
1
wilayah Republik Indonesia bernilai minimal 80% dari total biaya material.
SUB TOTAL 14
Indoor Health and Comfort 10%
IHC P Outdoor Air Introduction
Tujuan
Menjaga dan meningkatkan kualitas udara di dalam ruangan dengan melakukan introduksi
udara luar ruang sesuai dengan kebutuhan laju ventilasi untuk kesehatan pengguna gedung.
Tolok Ukur
Desain ruangan yang menunjukkan adanya potensi introduksi udara luar minimal sesuai dengan
P P
Standar ASHRAE 62.1-2007 atau Standar ASHRAE edisi terbaru.
IHC 1 CO2 Monitoring
Tujuan
Memantau konsentrasi karbondioksida (CO2) dalam mengatur masukan udara segar sehingga
menjaga kesehatan pengguna gedung.
Tolok Ukur
2
Ruangan dengan kepadatan tinggi, yaitu < 2.3 m per orang dilengkapi dengan instalasi sensor gas
karbon dioksida (CO2) yang memiliki mekanisme untuk mengatur jumlah ventilasi udara luar
1 1
sehingga konsentrasi C02 di dalam ruangan tidak lebih dari 1.000 ppm, sensor diletakkan 1,5 m di
atas lantai dekat return air grille atau return air duct .
Mengurangi tereksposnya para pengguna gedung dan permukaan material interior dari
lingkungan yang tercemar asap rokok sehingga kesehatan pengguna gedung dapat terpelihara.
Tolok Ukur
Memasang tanda “Dilarang Merokok di Seluruh Area Gedung” dan tidak menyediakan
bangunan/area khusus untuk merokok di dalam gedung. Apabila tersedia, bangunan/area
2 2
merokok di luar gedung, minimal berada pada jarak 5 m dari pintu masuk, outdoor air intake ,
dan bukaan jendela.
IHC 3 Chemical Pollutants
Tujuan
Mengurangi polusi udara ruang dari emisi material bangunan yang dapat mengganggu
kenyamanan dan kesehatan pekerja konstruksi dan pengguna gedung.
Tolok Ukur
1. Menggunakan cat dan coating yang mengandung kadar volatile organic compounds (VOCs)
1
rendah, yang ditandai dengan label/sertifikasi yang diakui GBC Indonesia
2. Menggunakan produk kayu komposit dan produk agrifiber dan laminating adhesive , dengan
syarat memiliki kadar emisi formaldehida rendah, yang ditandai dengan label/sertifikasi yang 1 3
diakui GBC Indonesia
3. Menggunakan material lampu yang kandungan merkurinya pada toleransi maksimum yang
disetujui GBC Indonesia dan tidak menggunakan material yang mengandung asbestos dan 1
styrene.
IHC 4 Outside View
Tujuan
Mengurangi kelelahan mata dengan memberikan pemandangan jarak jauh dan menyediakan
koneksi visual ke luar gedung.
Tolok Ukur
Apabila 75% dari net letable area (NLA) menghadap langsung ke pemandangan luar yang
1 1
dibatasi bukaan transparan bila ditarik suatu garis lurus.
IHC 5 Visual Comfort
Tujuan
Mencegah terjadinya gangguan visual akibat tingkat pencahayaan yang tidak sesuai dengan daya
akomodasi mata.
Tolok Ukur
Menggunakan lampu dengan iluminansi (tingkat pencahayaan) ruangan sesuai dengan SNI 03-
1 1
6197-2000 tentang Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan.
IHC 6 Thermal Comfort
Tujuan
Menjaga kenyamanan suhu dan kelembaban udara ruangan yang dikondisikan stabil untuk
meningkatkan produktivitas pengguna gedung.
Tolok Ukur
0
Menetapkan perencanaan kondisi termal ruangan secara umum pada suhu 25 C dan 1 1
kelembaban relatif 60%
IHC 7 Acoustic Level
Tujuan
Menjaga tingkat kebisingan di dalam ruangan pada tingkat yang optimal.
Tolok Ukur
Tingkat kebisingan pada 90% dari nett letable area (NLA) tidak lebih dari atau sesuai dengan SNI
03-6386-2000 tentang Spesifikasi Tingkat Bunyi dan Waktu Dengung dalam Bangunan Gedung 1 1
dan Perumahan (kriteria desain yang direkomendasikan).
SUB TOTAL 10
Building Environmental Management 13%
BEM P Basic Waste Management
Tujuan
Mendorong gerakan pemilahan sampah secara sederhana yang mempermudah proses daur
ulang.
Tolok Ukur
Adanya instalasi atau fasilitas untuk memilah dan mengumpulkan sampah sejenis sampah
P P
rumah tangga (UU No. 18 Tahun 2008) berdasarkan jenis organik dan anorganik
2. Memberi pernyataan bahwa pemilik gedung akan menyerahkan data implementasi green 2
building dari bangunannya dalam waktu 12 bulan setelah tanggal sertifikasi kepada GBC 1
Indonesia dan suatu pusat data energi Indonesia yang akan ditentukan kemudian
Dengan maksimum nilai 77 pon Pada tahap ini, tim proyek mendapat
kesempatan untuk mendapatkan penghargaan sementara untuk proyek pada
tahap finalisasi desain dan perencanaan berdasarkan perangkat penilaian
GREENSHIP. Tahap ini dilalui selama gedung masih dalam tahap
perencanaan.
2. Tahap Penilaian Akhir (Final Assessment - FA)
Dengan maksimum nilai 101 poinPada tahap ini, proyek dinilai secara
menyeluruh baik dari aspek desain maupun konstruksi dan merupakan
tahap akhir yang menentukan kinerja gedung secara menyeluruh.
Penjabaran nilai pada setiap kategori sesuai tahapan dapat dilihat pada tabel
berikut:
Jumlah Nilai untuk DR Jumlah Nilai untuk FA
Kategori
Prasyarat Kredit Bonus Prasyara Kredit Bonus
ASD -- 1 t -- 17
-- 7
2 5 -- 26 5
EEC
6
WAC -- 2 -- 21
MRC -- 12 -- 14
IHC -- 5 -- 10
BEM -- 6 -- 13
Jumlah Kriteria dan Tolok -- 7 5 101 5
Ukur 7
Kriteria prasyarat adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan harus
dipenuhi sebelum dilakukannya penilaian lebih lanjut berdasarkan kriteria
kredit dan kriteria bonus. Kriteria prasyarat merepresentasikan standar
minimum gedung ramah lingkungan. Apabila salah satu prasayarat tidak
dipenuhi, maka kriteria kredit dan kriteria bonus dalam semua kategori tidak
dapat dinilai. Kriteria prasyarat ini tidak memiliki nilai seperti kriteria lainnya.
Kriteria kredit adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan tidak harus
dipenuhi. Pemenuhan kriteria ini tentunya disesuaikan dengan kemampuan
gedung tersebut. Bila kriteria ini dipenuhi, gedung yang bersangkutan mendapat
nilai dan apabila tidak dipenuhi, gedung yang bersangkutan tidak akan
mendapat nilai.
Kriteria bonus adalah kriteria yang memungkinkan pemberian nilai tambah.
Selain tidak harus dipenuhi, pencapaiannya dinilai cukup sulit dan jarang
terjadi di lapangan. Nilai bonus tidak mempengaruhi nilai maksimum
GREENSHIP, namun tetap diperhitungkan sebagai nilai pencapaian. Oleh
karena itu, gedung yang dapat memenuhi kriteria bonus dinilai memiliki
prestasi tersendiri.
Jumlah Jumlah
Kategor Kriteria
i Kriteria
Prasyara Kredit Bonus
t
AS 1 7 8
EE 2 4 1 7
WAC 2 6 8
MRC 1 6 7
C
IH 1 7 8
C
BE 1 7 8
M
Jumlah Kriteria dan Tolok Ukur 8 37 1 46
Kelayakan (Eligibility)
Sebelum melalui proses sertifikasi, proyek harus memenuhi kelayakan yang
ditetapkan oleh GBC Indonesia. Kelayakan tersebut antara lain:
1. Minimum luas gedung adalah 2500 m2
2. Kesediaan data gedung untuk diakses GBC Indonesia terkait proses
sertifikasi
3. Fungsi gedung sesuai dengan peruntukan lahan berdasarkan RTRW
setempat
4. Kepemilikan AMDAL dan/atau rencana Upaya Pengelolaan Lingkungan
(UKL)/Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
5. Kesesuaian gedung terhadap standar keselamatan untuk kebakaran
6. Kesesuaian gedung terhadap standar ketahanan gempa
7. Kesesuaian gedung terhadar standar aksesibilitas difabel
RINGKASAN KRITERIA
RINGKASAN KRITERIA
Perhitungan OTTV P
EEC P2
(OTTV Calculation)
Fitur Air 3
WAC 2
(Water Fixtures) 2 kriteria
prasyarat; 6
Daur Ulang Air 3 kriteria kredit
WAC 3
(Water Recycling)
Konservasi Air
21
WAC P1 Meteran Air
Tujuan
Memantau penggunaan air sehingga dapat menjadi dasar penerapan
manajemen air yang lebih baik.
Tolok Ukur
Pemasangan alat meteran air (volume meter) yang ditempatkan di lokasi-
lokasi tertentu pada sistem distribusi air, sebagai berikut:
o Satu volume meter di setiap sistem keluaran sumber air bersih
seperti sumber PDAM atau air tanah. P
o Satu volume meter untuk memonitor keluaran sistem air daur ulang.
o Satu volume meter dipasang untuk mengukur tambahan keluaran air
bersih apabila dari sistem daur ulang tidak mencukupi.
WAC P2 Perhitungan Penggunaan Air
Tujuan
Memahami perhitungan menggunakan worksheet perhitungan air dari
GBC Indonesia untuk mengetahui simulasi penggunaan air pada saat
tahap operasi gedung.
Tolok Ukur
Mengisi worksheet air standar GBCI yang telah disediakan. P P
WAC 1 Pengurangan Penggunaan Air
Tujuan
Meningkatkan penghematan penggunaan air bersih yang akan mengurangi beban
konsumsi air bersih dan mengurangi keluaran air limbah.
8
2 Setiap penurunan konsumsi air bersih dari sumber primer sebesar 5%
sesuai dengan acuan pada tolok ukur 1 akan mendapatkan 1 nilai 7
dengan dengan nilai maksimum sebesar 7 nilai.
WAC 2 Fitur
Air
Tujuan Mendorong upaya penghematan air dengan pemasangan fitur air efisiensi tinggi.
Tolok Ukur
1A Penggunaan fitur air yang sesuai dengan kapasitas buangan di bawah
standar maksimum kemampuan alat keluaran air sesuai dengan lampiran, 1
sejumlah minimal 25% dari total pengadaan produk fitur air .
atau
1B Penggunaan fitur air yang sesuai dengan kapasitas buangan di bawah
standar maksimum kemampuan alat keluaran air sesuai dengan lampiran, 2 3
sejumlah minimal 50% dari total pengadaan produk fitur air .
atau
1C Penggunaan fitur air yang sesuai dengan kapasitas buangan di bawah
standar maksimum kemampuan alat keluaran air sesuai dengan lampiran, 3
sejumlah minimal 75% dari total pengadaan produk fitur air .
Alat Keluaran Air Kapasitas Keluaran Air
WC Flush Valve <6
liter/flush WC Flush Tank
<6 liter/flush Urinal Flush Valve/Peturasan
<4 liter/flush Keran Wastafel/Lavatory
<8 liter/menit Keran Tembok
<8 liter/menit Shower
<9 liter/menit
WAC 3 Daur Ulang
Air
Tujuan
Menyediakan air dari sumber daur ulang yang bersumber dari air limbah gedung
untuk mengurangi kebutuhan air dari sumber utama.
Tolok Ukur
1A Penggunaan seluruh air bekas pakai (grey water) yang telah di daur ulang
2
untuk kebutuhan sistem flushing atau cooling tower.
3
atau
1B Penggunaan seluruh air bekas pakai (grey water) yang telah didaur ulang
untuk kebutuhan sistem flushing dan cooling tower - 3 nilai 3
Apabila menggunakan sistem pendingin non water cooled, maka kriteria ini menjadi tidak
berlaku sehingga total nilai menjadi 100
WAC 4 Sumber Air
Alternatif
Tujuan
Menggunakan sumber air alternatif yang diproses sehingga menghasilkan air
bersih untuk mengurangi kebutuhan air dari sumber utama.
Tolok Ukur
1A Menggunakan salah satu dari tiga alternatif sebagai berikut: air
1
kondensasi AC, air bekas wudhu, atau air hujan.
atau
1B Menggunakan lebih dari satu sumber air dari ketiga alternatif di atas. 2
atau
2
1C Menggunakan teknologi yang memanfaatkan air laut atau air danau atau
air sungai untuk keperluan air bersih sebagai sanitasi, irigasi dan
kebutuhan lainnya 2
RINGKASAN TOLOK UKUR
Tolok Ukur
1 Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem pendingin
2
gedung
2
MRC 4 Kayu
Bersertifikat
Tujuan
Menggunakan bahan baku kayu yang dapat dipertanggungjawabkan asal-usulnya
untuk melindungi kelestarian hutan.
Tolok Ukur
1 Menggunakan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan
Peraturan Pemerintah tentang asal kayu (seperti faktur angkutan kayu 1
olahan/FAKO, sertifikat perusahaan, dan lain-lain) dan sah terbebas dari
perdagangan kayu ilegal sebesar 100% biaya total material kayu.
2
2 Jika 30% dari butir di atas menggunakan kayu bersertifikasi dari pihak
1
Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC).
MRC 5 Material Prafabrikasi
Tujuan
Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan material dan mengurangi sampah
konstruksi.
Tolok Ukur
1 Desain yang menggunakan material modular atau prafabrikasi (tidak
3 3
termasuk equipment) sebesar 30% dari total biaya material.
MRC 6 Material
Regional
Tujuan
Mengurangi jejak karbon dari moda transportasi untuk distribusi dan mendorong
pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Tolok Ukur
1 Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama dan
pabrikasinya berada di dalam radius 1.000 km dari lokasi proyek minimal 1
bernilai 50% dari total biaya material.
2
2 Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama dan
pabrikasinya berada dalam wilayah Republik Indonesia bernilai minimal 1
80% dari total biaya material.
Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruang
10
IHC P Introduksi Udara Luar
Tujuan
Menjaga dan meningkatkan kualitas udara di dalam ruangan dengan melakukan
introduksi udara luar ruang sesuai dengan kebutuhan laju ventilasi untuk
kesehatan pengguna gedung.
Tolok Ukur
1 Desain ruangan yang menunjukkan adanya potensi introduksi udara luar
minimal sesuai dengan Standar ASHRAE 62.1-2007 atau Standar ASHRAE P
P
edisi terbaru.
IHC 1 Pemantauan Kadar CO 2
Tujuan
Memantau konsentrasi karbondioksida (CO 2 ) dalam mengatur masukan udara
segar sehingga menjaga kesehatan pengguna gedung.
RINGKASAN TOLOK UKUR
Tolok Ukur
1 Ruangan dengan kepadatan tinggi, yaitu < 2.3 m2 per orang dilengkapi
dengan instalasi sensor gas karbon dioksida (CO 2 ) yang memiliki
mekanisme untuk mengatur jumlah ventilasi udara luar sehingga 1 1
konsentrasi C0 2 di dalam ruangan tidak lebih dari 1.000 ppm, sensor
diletakkan 1,5 m di atas lantai dekat return air grille atau return air duct.
IHC 2 Kendali Asap Rokok di Lingkungan
Tujuan
Mengurangi tereksposnya para pengguna gedung dan permukaan material interior
dari lingkungan yang tercemar asap rokok sehingga kesehatan pengguna gedung
dapat terpelihara.
Tolok Ukur
1 Memasang tanda “Dilarang Merokok di Seluruh Area Gedung” dan tidak
menyediakan bangunan/area khusus untuk merokok di dalam gedung.
2 2
Apabila tersedia, bangunan/area merokok di luar gedung, minimal berada
pada jarak 5 m dari pintu masuk, outdoor air intake, dan bukaan jendela.
IHC 3 Polutan
Kimia
Tujuan
Mengurangi polusi udara ruang dari emisi material bangunan yang dapat
mengganggu kenyamanan dan kesehatan pekerja konstruksi dan pengguna
gedung.
Tolok Ukur
persentase nilai per item (1) dan persentase adalah: BREEAM merupakan standarisasi
rata-rata keseluruhan aspek perangkat hijau dan penilaian tingkat hijau suatu bangunan di
(2). Perhitungan untuk persentase nilai per Inggris tahun 1990, LEED standar hijau yang
item mengunakan rumus persamaan satu dicetuskan oleh United States Green Building
untuk tahap desain kawasan ataupun tahap dengan kondisi Indonesia dalam mewujudkan
kawasan yang berkelanjutan. Dalam
kawasan terbangun (GBCI, 2013).
perangkat penilaian GREENSHIP Kawasan
Kelayakan/Eligibility Berkelanjutan dikelompokkan dalam enam
kategori (GBCI, 2013), yaitu:
Kelayakan/eligibility merupakan standar
minimum yang harus dipenuhi oleh pemilik 1. Peningkatan Ekologi Lahan (Land
kawasan untuk mengikuti proses sertifikasi Ecological Enhancement);
Tabel 1 Jumlah Kriteria dan Tolok Ukur yang ada dalam setiap kategori
Jumlah Kriteria
Kategori Prasyarat Kredit Total Kriteria Nilai Persentase
LEE 1 5 6 14 14%
MAC 1 7 8 22 23%
WMC 1 4 5 15 16%
MCM 1 4 5 14 15%
CWS 1 7 8 20 21%
BAI 4 4 11 11%
Jumlah 5 31 36 96 100%
Platinum 73% 70
Gold 57% 55
Silver 46% 44
Bronze 35% 34
a. Kriteria prasyarat
2. Pergerakan dan Konektivitas (Movement Kriteria prasyarat adalah kriteria yang ada di
and Connectivity);
setiap kategori dan harus dipenuhi sebelum
3. Manajemen dan Konservasi Air (Water
dilakukannya penilaian lebih lanjut
Management and Conservation);
berdasarkan kriteria kredit. Kriteria prasyarat
4. Manajemen Siklus Material (Material
merepresentasikan standar minimum
Cycle Management);
kawasan berkelanjutan. Apabila salah satu
5. Strategi Kesejahteraan Masyarakat
prasayarat tidak dipenuhi, maka kriteria kredit
(Community Wellbeing Strategy);
dalam semua kategori tidak dapat dinilai.
6. Bangunan dan Infrastruktur (Buildings
Kriteria prasyarat ini tidak memiliki nilai
and Infrastructures).
seperti kriteria kredit (GBCI, 2013).
Kriteria merupakan sasaran yang dianggap
signifikan dalam implementasi praktik ramah b. Kriteria kredit
lingkungan. Dalam perangkat penilaian
Kriteria kredit adalah kriteria yang ada di
GREENSHIP terdapat dua macam kriteria,
setiap kategori dan tidak harus dipenuhi.
yaitu:
Pemenuhan kriteria ini tentunya disesuaikan
dengan kemampuan kawasan tersebut. Jika memilih daerah pembangunan kawasan
kriteria ini dipenuhi, kawasan yang (KLB) >3 (1 nilai), melakukan revitalisasi
bersangkutan mendapat nilai dan apabila lahan (2 nilai). Iklim Mikro (3 Nilai) dengan
tidak dipenuhi, kawasan yang bersangkutan tolok ukur persentase peningkatan 40 % (1
tidak akan mendapat nilai. nilai), 60% (2 nilai), 80% (3 nilai). Pangan
Lokal (1 Nilai) dengan tolok ukur
Tolok ukur merupakan parameter yang
menyediakan lahan untuk produksi sayur dan
menjadi penentu keberhasilan implementasi
buah lokal untuk masyarakat setempat (1
praktik ramah lingkungan. Setiap kriteria
nilai).
terdiri atas beberapa tolok ukur dan setiap
tolok ukur memiliki nilai yang berbeda-beda Pergerakan dan Konektivitas/Movement
sesuai dengan tingkat kesulitannya (GBCI, and Connectivity (MAC)
2013).
Didalam kategori pergerakan dan
Peningkatan Ekologi Lahan/Land konektivitas, terdapat kriteria prasyarat dan
Ecological Enhancement (LEE) beberapa kriteria kredit, yaitu: Kajian Dampak
Lalu Lintas (Prasyarat) dengan tolok ukur
Didalam kategori peningkatan ekologi
melakukan kajian manajemen dan rekayasa
lahan, terdapat kriteria prasyarat dan
lalu lintas di dalam dan sekitar kawasan
beberapa kriteria kredit, yaitu : Area Dasar
menggunakan ahli/lembaga. Konektivitas
Hijau (prasyarat) dengan tolok ukur RTH
Jaringan jalan (4 Nilai) dengan tolok ukur
publik minimal 20% dari luas total kawasan.
konektivitas pejalan kaki memiliki nilai rata-
Area Hijau Publik (3 Nilai) dengan tolok ukur
rata Route Directness Index minimal sebesar
menyediakan ruang terbuka hijau publik
0,65 (2 nilai), Perbandingan antara ruas jalan
minimal 25% dari luas lahan (2 nilai), 35%
dan simpul total kawasan > 1,25 (2 nilai).
dari luas lahan (3 nilai). Pelestarian Habitat
Utilitas dan Fasilitas Umum (2 Nilai) dengan
(Maks 4 Nilai) dengan tolok ukur pertahankan
tolok ukur terdapat minimal delapan jenis
minimal 20% pohon dewasa/besar (2 nilai),
prasarana dan sarana di dalam kawasan (1
penggunaan tanaman asli/native sebanyak
nilai) serta terdapat minimal enam jenis
30%-60% (1 nilai), lebih besar dari 60% (2
fasilitas umum (1 nilai). Aksesibilitas
nilai), meningkatkan keragaman fauna lokal
Universal (3 Nilai) dengan tolok ukur
(2 nilai). Penanaman minimal 10 anakan
mengakomodasi kemudahan jalur bagi
pohon/pohon muda, untuk setiap pohon di
penyandang cacat, wanita, dan lanjut usia
dalam kawasan yang tumbang (2 nilai).
pada ruang publik (3 nilai). Transportasi
Revitalisasi Lahan (3 Nilai) dengan tolok ukur
Umum (4 Nilai) dengan tolok ukur kawasan
REJONI, SULISTYANTARA,
FATIMAH
menjadi simpul persinggahan moda ukur melakukan perhitungan (1 nilai),
transportasi umum massal (2 nilai), mengurangi volume limpasan 25% (1 nilai),
menyediakan halte/shelter dan shuttle service 50% (2 nilai), 75% (3 nilai). Pelestarian
(2 nilai). Jaringan dan Fasilitas Pedestrian (4 Badan Air dan Lahan Basah (2 Nilai) dengan
Nilai) dengan tolok ukur menyediakan jalur tolok ukur menjaga dan konservasi zona
pedestrian di dalam kawasan (1 nilai), penyangga badan air atau lahan basah (2
pemenuhan lima strategi jalur pedestrian (1 nilai).
nilai) jika tujuh pemenuhan (2 nilai). Jaringan
Manajemen Siklus Material/Material Cycle
dan Tempat Penyimpanan Sepeda (3 Nilai)
Management (MCM)
dengan tolok ukur menyediakan jalur sepeda
dalam kawasan sepanjang minimal 50% dari Didalam kategori manajemen siklus material,
total panjang jalan yang dapat dilalui terdapat kriteria prasyarat dan beberapa
kendaraan bermotor roda 4 (1 nilai), jika kriteria kredit, yaitu: Manajemen Limbah
100% mendapat 2 nilai, menyediakan tempat Padat – Tahap Operasional (Prasyarat)
parkir sepeda (1 nilai). Parkir Lokal (2 Nilai) dengan tolok ukur memiliki rencana
dengan tolok ukur menyediakan shared car pengelolaan sampah, instalasi atau fasilitas
parking (1 nilai). Adanya penempatan lokasi pemilahan dan pengumpulan sampah
tempat parkir umum pada jarak tempuh untuk masa operasional kawasan, menjadi
maksimal 700 m dari simpul aktivitas (1 nilai). paling sedikit 3 (tiga) jenis sampah.
Manajemen Limbah Padat Tingkat Lanjut –
Manajemen dan Konservasi Air/Water
Tahap Operasional (3 Nilai) dengan tolok
Management and Conservation (WMC)
ukur melakukan pengolahan berpedoman
Didalam kategori manajemen dan konservasi lingkungan pada sampah (3 nilai).
air, terdapat kriteria prasyarat dan beberapa Manajemen Limbah Konstruksi (5 Nilai)
kriteria kredit, yaitu: Perhitungan Neraca Air dengan tolok ukur memiliki lima pedoman
(Prasyarat) dengan tolok ukur membuat manajemen lingkungan konstruksi (5 nilai).
perhitungan neraca air kawasan. Pengolahan Material Regional Untuk Infrastruktur Jalan (4
Air Limbah (3 Nilai) dengan tolok ukur Nilai) dengan tolok ukur persentase
tersedianya unit pengolahan untuk seluruh penggunaan material lokal 15% (1 nilai), 30%
limbah cair yang dihasilkan di dalam (2 nilai), serta material dalam wilayah
kawasan (3 nilai). Sumber Air Alternatif (6 Indonesia 15% (1 nilai), 30% (2 nilai).
Nilai) dengan tolok ukur air alternatif 10% (2 Material Daur Ulang Untuk Infrastruktur Jalan
nilai), 30% (4 nilai), 50% (6 nilai). Manajemen (2 Nilai) dengan tolok ukur persentase bahan
Limpasan Air Hujan (4 Nilai) dengan tolok
REJONI, SULISTYANTARA, FATIMAH
daur ulang untuk jalan 15% (1 nilai), 30% (2 Environmental Design” (CPTED) pada
nilai). kawasan (2 nilai). Inovasi (6 Nilai) dengan
tolok ukur inovasi dinilai berdampak kecil (1
Strategi Kesejahteraan
nilai), besar (2 nilai), maksimum 6 nilai.
Masyarakat/Community Wellbeing
Strategy (CWS) Bangunan dan Infrastruktur/Building dan
Infrastructures (BAI)
Didalam kategori strategi kesejahteraan
masyarakat, terdapat kriteria prasyarat dan Didalam kategori bangunan dan infrastruktur,
beberapa kriteria kredit, yaitu: Panduan Lokal tidak terdapat kriteria prasyarat namun
(Prasyarat) dengan tolok ukur menyediakan memiliki beberapa kriteria kredit, yaitu:
buku panduan berisikan informasi kawasan. Bangunan Hijau Greenship (6 Nilai) dengan
Keterlibatan GA/GP (3 Nilai) dengan tolok tolok ukur persentase Gross Floor Area
ukur memakai Greenship Associate (GA) (1 (GFA) bangunan hijau mencapai target
nilai), Greenship Profesional (GP) (2 nilai). nilai 10% sampai dengan 30% (maksimum 6
Pengembangan Bisnis (4 Nilai) dengan tolok nilai). Hunian Berimbang (1 Nilai) dengan
ukur membuktikan 10% pekerja adalah tolok ukur pembangunan pola permukiman
pekerja lokal (2 nilai), dan mengembangkan 1:2:3 atau sesuai dengan peraturan
ekonomi sekitar kawasan (2 nilai). Partisipasi negara yang berlaku tentang hunian
Masyarakat Dalam Perencanaan (1 Nilai) berimbang (1 nilai). Kawasan campuran (2
dengan tolok ukur melibatkan perwakilan Nilai) dengan tolok ukur untuk kawasan
warga atau asosiasi masyarakat dalam dominan hunian, menyediakan lokasi
penyampaian pendapat untuk rencana selain hunian minimal 15% dari luas zona
pengembangan kawasan (1 nilai). kawasan untuk pengembangan sektor bisnis
Pengembangan Masyarakat (4 Nilai) dengan dan komersial kawasan (2 nilai). Efisiensi
tolok ukur menyelenggarakan promosi gaya Energi Sistem Pencahayaan (2 Nilai) dengan
hidup berkelanjutan kepada masyarakat di tolok ukur melakukan penghematan energi
dalam kawasan minimal 2 (1 nilai) maksimal pada sistem pencahayaan minimum rata-rata
4 (3 nilai). Kebudayaan Lokal (2 Nilai) dengan 100 lumen/watt. (1 nilai). Menggunakan sub
tolok ukur menerapkan budaya lokal daerah meter untuk sistem pencahayaan (1 nilai).
setempat dalam bentuk minimal dua aspek
Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 3 terlihat
(2 nilai). Keamanan Lingkungan (2 Nilai
hasil rata-rata persentase tertinggi terdapat
dengan tolok ukur melakukan analisis
pada aspek transportasi sebesar 17 persen,
penjaminan keamanan menggunakan
prinsip-prinsip “Crime Prevention Through
Tabel 3 Hasil komparasi perangkat hijau
Sitem Rating Bangunan Hijau RATA-
1. Manajemen 10 10 12 21 22 15
3. Energi 18 6 17 17 2 12
4. Transportasi 7 35 9 9 23 17
5. Air 6 8 8 11 16 10
6. Material 13 1 18 8 2 9
7. Limbah 6 2 2 8 3 4
9. Polusi 10 1 10 1 9 6
10. Inovasi 8 5 3 5 6 5
Greenship dengan nilai poin tertinggi yaitu 23 yaitu 4%. Sebagian tolok ukur Greenship
persen, dan Leed yaitu sebesar 35 poin tentang limbah sudah masuk ke dalam aspek
manajemen sehingga nilai pada aspek
terdapat pada tolok ukur tentang jalan yang
limbah menjadi berkurang. Sedangkan pada
ramah bagi pejalan kaki, meningkatkan
Greenstar aspek limbah sudah masuk dalam
kesehatan masyarakat, nyaman, dan aman.
aspek material.
Poin terbesar Greenship terdapat pada
beberapa tolok ukur, yaitu: konektivitas Terdapat perbedaan yang sangat signifikan
jaringan jalan yang mengatur tentang jalan pada penilaian aspek energi, terutama oleh
yang efisien untuk aksesibilitas kawasan, perangkat hijau Greenship yang hanya
transportasi umum yang mengatur mendapatkan nilai persentase 2%, sangat
penggunaan kendaraan umum sehingga jauh dibandingkan dengan persentase rata-
mengurangi emisi, serta jaringan dan fasilitas rata aspek energi yaitu 12%. Hal ini
pedestrian yang bertujuan untuk mendorong disebabkan untuk aspek energi sendiri sudah
gaya hidup sehat. Aspek rata-rata yang diapresiasikan dalam perangkat hijau
paling rendah terdapat pada aspek limbah