Ai Yuningsih
SARI
Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan penting bagi masyarakat pesisir, terutama di wilayah
sekitar pulau-pulau kecil yang tidak terjangkau jaringan listrik nasional. Salah satu langkah kebijakan
pemerintah untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah dengan melakukan berbagai upaya
diversifikasi energi, yaitu penganekaragaman penyediaan dan pemanfaatan berbagai sumber
energi baru, salah satu yang cukup potensial adalah sumber energi kelautan.
Penelitian dan pemetaan potensi energi arus laut merupakan salah satu upaya penting dalam
mengeksplorasi sumber energi non konvesional dari laut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui morfologi dasar laut dan sifat-sifat hidro-oseanografi sebagai referensi dalam
pemanfaatan energi arus laut.
Pada tahun 2010 penelitian potensi dan kelayakan lokasi sumber energi arus laut menjadi salah
satu kegiatan yang pelaksanaannya di monitor oleh Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan
Pengendalian Pembangunan (UKP4) dalam rangka pelaksanaan Inpres Nomor 01 Tahun 2010.
Pada tahun tersebut penelitian dilaksanakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Kelautan (P3GL) dengan lokasi penelitian adalah Selat Pantar yang terletak diantara Pulau Alor
dan Pulau Pantar, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Lokasi tersebut dipilih berdasarkan data sekunder
arus pasang surut dan hasil analisa perbedaan waktu pasang surut, batimetri regional, dan pola
arus lintas Indonesia regional (ARLINDO).
Hasil analisis data-data penelitian memperlihatkan bahwa arus laut di Selat Pantar mempunyai
potensi untuk dikembangkan sebagai pembangkit listrik tenaga arus laut (PLTAL).
Kata kunci : potensi energi arus laut, pembangkit tenaga listrik, diversifikasi energi, Selat Pantar.
referensi lokasi yang memenuhi syarat yang Pengukuran pasang surut dilakukan selama 15
dibutuhkan bagi sebuah PLTAL. hari sebagai koreksi harian serta penentuan
konstanta harmonis pasang surut. Sedangkan
Penelitian diawali dengan studi data sekunder pengukuran kecepatan angin dilakukan untuk
yang diperlukan untuk memahami kondisi mengetahui kecepatan angin pada saat
daerah penelitian sebagai acuan dalam pengambilan data arus dan pasang surut. Data
kegiatan survey lapangan. Data sekunder yang ini juga dapat digunakan untuk mendapatkan pola
dipelajari berupa data batimetri regional, geologi angin beserta besaran gelombang yang
regional, arus regional dan data prediksi pasang berpotensi di daerah penelitian.
surut dari stasiun terdekat dengan lokasi
penelitian. Pengamatan kondisi geologi berupa pengamatan
karakteristik pantai untuk mengetahui kelayakan
Pengukuran arus dilakukan dengan dua daerah sebagai tempat pemasangan turbin arus.
metode: bergerak (mobile) dan tidak bergerak Berdasarkan penelitian turbin arus sebaiknya
(stasioner). Pengukuran arus bergerak ditempatkan pada daerah dengan kondisi dasar
menggunakan ADCP (Acoutic Doppler Current laut dengan batuan dasar kompak. Dalam hal
Profiler) mobile dimaksudkan memetakan lokasi ini dihindari dasar laut yang memiliki sedimen
potensial arus secara spasial. Data pemetaan lepas agar dapat menjadi tumpuan dan
ini kemudian dimanfaatkan untuk mendapatkan penyangga yang cukup kuat menahan jangkar
lokasi pengukuran arus secara stasioner atau spud (kaki platform).
sehingga didapatkan data arah dan kecepatan
arus absolut, baik saat kondisi air tunggang kecil
maupun saat kondisi air tunggang besar pada 4. HASIL PENELITIAN
berbagai kedalaman. Area yang paling potensial
untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga 4.1. Pasang Surut
arus laut yang disarankan Marine Current
Turbine Ltd. adalah yang mempunyai nilai Berdasarkan pengukuran pasang surut pola
kecepatan minimum 2m/detik - 2,5 m/detik arus pasang surut di perairan Selat Pantar
(Fraenkel, P., 1999). terdapat dua arah aliran berbeda dua kali dalam
Berdasarkan karakteristik pola kontur batimetri Pada kondisi pasang perbani (neap tide) yang
di Selat Pantar, maka dapat diperkirakan ada diwakili pada pengukuran di lokasi Nuha Kepa,
beberapa titik potensi energi arus laut dengan kecepatan arus berkisar antara 0,13 m/detik
kecepatan besar terdapat di selat antara pulau sampai 1,81 m/detik (Gambar 5). Sedangkan
Pantar dan pulau Ternate serta antara pulau kecepatan arus pada kondisi pasang
Ternate dan pulau Alor. Kecepatan arus paling purnama(spring tide) di lokasi Pulau Pura
tinggi umumnya terjadi pada selat yang (Gambar 6), kecepatan arus berkisar antara
menyempit dan mendangkal yaitu selat antara 0,01 m/detik sampai 2,91 m/detik. Hal ini
pulau Pantar dan pulau Pura. Akan tetapi menunjukkan bahwa kecepatan arus pada
berdasarkan pertimbangan kondisi morfologi kondisi pasang purnama lebih besar daripada
dasar laut di lokasi tersebut yang sangat terjal kecepatan arus kondisi pasang perbani.
dengan kedalaman mencapai 500 meter, maka
untuk potensi pengembangan dicari lokasi 4.5. Konversi Energi Arus Laut Menjadi
dengan morfologi landai dengan kedalaman laut Listrik
± 20 meter.
Pengembangan teknologi konversi energi arus
4.3. Klimatologi laut ini dilakukan dengan mengadaptasi prinsip
teknologi ekstraksi energi angin yang telah lebih
Berdasarkan data temperatur udara, dulu berkembang, yaitu dengan mengubah
kelembaban udara dan tekanan udara di daerah energi kinetik dari arus laut menjadi energi rotasi
penelitian menunjukkan bahwa ketiga parameter dan energi listrik.
meteorologi tersebut berada dalam kisaran
Tjokrosapoetro, S, 1993. Indication of Initial Yuningsih, A. drr., 2010, Penelitian Potensi Energi
Stage of Volcanic Activity on Timor, Bulletin Arus Laut sebagai Pembangkit Energi baru
of the Marine Geological Institute of Terbarukan di Selat Pantar - Nusatenggara
Indonesia, vol. 8, no. 2. pp. 23-44. Timur, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi Kelautan (laporan internal).