Anda di halaman 1dari 8

 PHOTOCONTROL (PHOTOCELL)

Photocell atau disebut juga dengan Photocontrol dan LDR (Light Dependent Resistence)
adalah sebuah komponen elektronika yang bekerja berdasarkan intensitas cahaya yang
diterimanya.
Photocell berfungsi untuk Penerangan Jalan Umum (PJU) yang bekerja secara otomatis
dengan menggunakan sensor intensitas cahaya yang disebut dengan Photocell (photocontrol).
Photocell merupakan pengganti Switch (saklar) manual ke Switch yang bekerja secara otomatis.
Cara kerja daro Photocell yaitu memutuskan sumber listrik menuju lampu saat intensitas
cahaya terang, sehingga lampu akan mati, begitu sebaliknya, photocell akan terhubung dan
mengalirkan sumber listrik menuju lampu saat intensitas cahaya kurang (gelap), sehingga lampu
akan menyala. Photocell tersebut terhubung dan terputus secara otomatis.

 KONTAKTOR

Kontaktor Magnet yaitu suatu alat penghubung listrik yang bekerja atas dasar Magnet
yang dapat menghubungkan sumber arus dengan muatan. Bila inti koil pada kontaktor diberikan
arus, maka koil akan menjadi magnet dan menarik kontak sehingga kontaknya menjadi
terhubung dan dapat mengalirkan arus listrik.
 MCB (miniature circuit breaker)

1. Model Number (Nomor Model)


Untuk mempermudah komunikasi antara produsen dan konsumen, setiap MCB
dilengkapi dengan nomor modelnya. Setiap produsen memiliki penomoran masing-
masing. Jika ada keluhan, kita dapat menyebutkan nomor modelnya sehingga produsen
ataupun penjual dapat dengan mudah mengetahui jenis dan nilai MCB yang
bersangkutan.
2. Batas Arus dan nilai kurva MCB
Seperti gambar contoh diatas, terdapat tulisan C16. C menandakan karakteristik
kurvanya yang terdiri dari 3 tipe umum yaitu B, C dan D. Tipe B akan trip apabila terjadi
kelebihan arus sebesar 3 hingga 5 kali lipat. Tipe C akan trip apabila arus yang
melewatinya lebih besar 5 hingga 10 kali. Sedangkan tipe D adalah 10 hingga 25 kali.
Pemilihan karakteristik kurva ini harus hati-hati, peralatan yang berbeda memerlukan
jenis karakteristik yang berbeda pula. Contohnya seperti peralatan-peralatan listrik yang
memiliki beban resistif (Heater dan Lampu Penerangan) harus menggunakan MCB tipe
B, Peralatan listrik yang memiliki beban induktif seperti Pompa dan Motor harus
menggunakan MCB tipe C sedangkan peralatan listrik yang memiliki beban induktif dan
kapasitif yang sangat tinggi harus menggunakan MCB tipe D.
Bagian Angka di belakang karakteristik kurva adalah batas Arus listrik dalam satuan
Ampere. Contoh diatas menunjukan angka 16 yang artinya adalah 16 Ampere.
3. Tegangan Operasional
Nilai Tegangan Operasional adalah dalam satuan Volt. Tulisan ini menyatakan nilai
Tegangan yang dapat digunakan. Listrik 3 fase biasanya menggunakan MCB 400V atau
415V sedangkan fase tunggal adalah 230V atau 240V. Pilihlah nilai tegangan operasional
sesuai dengan aplikasinya. Ada MCB yang dapat diaplikasikan untuk listrik fase tunggal
dan listrik 3 fase. Ada juga yang hanya salah satunya.
4. Kapasitas Breaking MCB
Yang dimaksud dengan Kapasitas Breaking MCB (MCB Breaking Capacity) adalah
kemampuan kerja atau daya tahan MCB. Jika MCB-nya tertulis 6000, ini berarti MCB
yang bersangkutan masih baik hingga maksimal 6000A dan akan rusak jika arus yang
mengalirinya melebih 6000A.
5. Kelas Energi
Kelas Energi atau Energy Class adalah spesifikasi MCB yang menyatakan karakteristik
energi maksimum dari arus listrik yang dapat melalui MCB. Kelas Energi pada MCB
diklasifikasikan menjadi 3 kelas yaitu kelas 1, kelas 2 dan kelas 3. Kelas 3 adalah yang
terbaik karena memungkinkan energi yang melaluinya sebesar 1,5L joule/detik.
6. Indikator Status
Indikator Status terdiri dua yaitu ON dan OFF. Jangan beli MCB yang tidak memiliki
indikator status yang jelas karena akan menyebabkan kebingungan sehingga
mengakibatkan kerusakan yang serius atau berpotensi membahayakan.
7. Simbol Operasi MCB
Simbol Operasi MCB ini menunjukan jumlah Pole MCB, jika terdapat dua simbol berarti
MCB yang bersangkutan adalah MCB dua pole.

Pada kondisi Normal, MCB berfungsi sebagai sakelar manual yang dapat menghubungkan
(ON) dan memutuskan (OFF) arus listrik. Pada saat terjadi Kelebihan Beban (Overload) ataupun
Hubung Singkat Rangkaian (Short Circuit), MCB akan beroperasi secara otomatis dengan
memutuskan arus listrik yang melewatinya. Secara visual, kita dapat melihat perpindahan Knob
atau tombol dari kondisi ON menjadi kondisi OFF. Pengoperasian otomatis ini dilakukan dengan
dua cara seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini yaitu dengan cara Magnetic Tripping
(Pemutusan hubungan arus listrik secara Magnetik) dan Thermal Tripping (Pemutusan hubungan
arus listrik secara Thermal/Suhu).
 Lampu Pijar
1. Bola lampu
2. Gas bertekanan rendah (argon, neon, nitrogen)
3. Filamen wolfram
4. Kawat penghubung ke kaki tengah
5. Kawat penghubung ke ulir
6. Kawat penyangga
7. Kaca penyangga
8. Kontak listrik di ulir
9. Sekrup ulir
10. Isolator
11. Kontak listrik di kaki tengah

Lampu pijar adalah sumber cahaya buatan yang dihasilkan melalui penyaluran arus


listrik melalui filamen yang kemudian memanas dan menghasilkan cahaya. Kaca yang
menyelubungi filamen panas tersebut menghalangi udara untuk berhubungan dengannya
sehingga filamen tidak akan langsung rusak akibat teroksidasi.
a. Bola lampu
Selubung gelas yang menutup rapat filamen suatu lampu pijar disebut dengan bola lampu.
Macam-macam bentuk bola lampu antara lain adalah bentuk bola, bentuk jamur, bentuk lilin, dan
bentuk lustre.Warna bola lampu antara lain yaitu bening, warna susu atau buram, dan warna
merah, hijau, biru, atau kuning.

b. Gas pengisi
Pada awalnya bagian dalam bola lampu pijar dibuat hampa udara namun belakangan diisi
dengan gas mulia bertekanan rendah seperti argon, neon, kripton, danxenon atau gas yang
bersifat tidak reaktif seperti nitrogen sehingga filamen tidak teroksidasi. Konstruksi lampu
halogen juga menggunakan prinsip yang sama dengan lampu pijar biasa, perbedaannya terletak
pada gas halogen yang digunakan untuk mengisi bola lampu.
c. Kaki lampu
Dua jenis kaki lampu adalah kaki lampu berulir dan kaki lampu bayonet yang dapat
dibedakan dengan kode huruf E (Edison) dan B (Bayonet), diikuti dengan angka yang
menunjukkan diameter kaki lampu dalam milimeter seperti E27 dan E14.
d. Operasi
Pada dasarnya filamen pada sebuah lampu pijar adalah
sebuah resistor. Saat dialiri arus listrik, filamen tersebut
menjadi sangat panas, berkisar antara 2800 derajat
Kelvin hingga maksimum 3700 derajat Kelvin. Ini
menyebabkan warna cahaya yang dipancarkan oleh
lampu pijar biasanya berwarna kuning kemerahan.Pada
temperatur yang sangat tinggi itulah filamen mulai
menghasilkan cahaya pada panjang gelombang yang
kasatmata. Hal ini sejalan dengan teori radiasi benda
hitam. Indeks renderasi warna menyatakan apakah warna obyek tampak alami apabila diberi
cahaya lampu tersebut dan diberi nilai antara 0 sampai 100. Angka 100 artinya warna benda yang
disinari akan terlihat sesuai dengan warna aslinya. Indeks renderasi warna lampu pijar mendekati
100.
Foto yang sangat diperbesar dari filamen lampu pijar 200 Watt.
e. Lampu Putus
Karena temperatur kerja filamen lampu pijar yang sangat tinggi, lambat laun akan terjadi
penguapan pada filamen. Variasi pada resistansi sepanjang filamen akan menciptakan titik-titik
panas pada posisi dengan nilai resistansi tertinggi.. Pada titik-titik panas tersebut filamen
wolfram akan menguap lebih cepat yang mengakibatkan ketebalan filamen akan semakin tidak
merata dan nilai resistansi akan meningkat secara lokal; ini akan menyebabkan filamen pada titik
tersebut meleleh atau menjadi lemah lalu putus.Variasi diameter sebesar 1% akan menyebabkan
penurunan umur lampu pijar hingga 25%. Selain menyebabkan putusnya lampu, penguapan
filamen wolfram juga menyebabkan penghitaman lampu. Elemen wolfram yang menguap pada
lampu pijar akan mengendap pada dinding kaca bola lampu dan membentuk efek hitam. Lampu
halogen menghambat proses ini dengan proses siklus halogen.
f. Efisiensi
Efisiensi lampu atau dengan kata lain disebut dengan efikasi luminus adalah nilai yang
menunjukkan besar efisiensi pengalihan energi listrik ke cahaya dan dinyatakan dalam
satuan lumen per Watt. Kurang lebih 90% daya yang digunakan oleh lampu pijar dilepaskan
sebagai radiasi panas dan hanya 10% yang dipancarkan dalam radiasi cahaya kasat mata. Pada
tegangan 120 volt, nilai keluaran cahaya lampu pijar 100W biasanya adalah 1.750 lumen, maka
efisiensinya adalah 17,5 lumen per Watt. Sementara itu pada tegangan 230 volt seperti yang
digunakan di Indonesia, nilai keluaran bolam 100W adalah 1.380 lumen atau setara dengan 13,8
lumen per Watt. Nilai ini sangatlah rendah bila dibandingkan dengan nilai keluaran sumber
cahaya putih "ideal" yaitu 242,5 lumen per Watt, atau 683 lumen per Watt untuk cahaya pada
panjang gelombang hijau-kuning di mana mata manusia sangatlah peka. Efisiensi yang sangat
rendah ini disebabkan karena pada temperatur kerja, filamen wolfram meradiasikan sejumlah
besar radiasi inframerah.
Pada tabel di bawah ini terdaftar tingkat efisiensi pencahayaan beberapa jenis lampu pijar biasa
bertegangan 120 volt dan beberapa sumber cahaya ideal.
Jenis Efisiensi lumen/Watt
lampu
Lampu pijar 40 Watt 1.9% 12.6
Lampu pijar 60 Watt 2.1% 14.5
Lampu pijar 100 Watt 2.6% 17.5
Radiator benda hitam 4000 K ideal 7.0% 47.5
Radiator benda hitam 7000 K ideal 14% 95
Sumber cahaya monokromatis 555 nm 100% 683
(hijau) ideal

Karena efisiensi lampu pijar yang sangat rendah, beberapa pemerintah negara mulai
membatasi peredaran lampu pijar.

 Lampu TL
Pada dasarnya, Lampu
TL dengan Teknologi
Fluorescent (FL) adalah Lampu
yang berbentuk tabung hampa
dengan kawat pijar dikedua
ujungnya (Elektroda), Tabung
tersebut diisi dengan Merkuri dan
gas argon yang bertekanan rendah. Tabung Lampunya yang terbuat dari gelas juga
dilapisi (Coating) oleh lapisan fosfor (phosphor). Saat dialiri Arus Listrik, Elektroda akan
memanas dan menyebabkan Elektron-elektron berpindah tempat dari satu ujung ke ujung
lainnya. Energi listrik tersebut juga akan mengakibatkan Merkuri yang sebelumnya
adalah cairan merubah menjadi gas. Perpindahan Elektron akan bertabrakan dengan
Atom Merkuri sehingga Energi Elektron akan meningkat ke level yang lebih tinggi.
Elektron-elektron akan melepaskan cahaya saat energi Elektron-elektron tersebut kembali
ke level normalnya.

Lampu TL Fluorescent memerlukan sebuah Starter dan Ballast untuk menghidupkannya .


Fungsi Starter di Lampu TL Fluorescent adalah sebagai saklar otomatis yang membantu
memanaskan Elektroda untuk proses pemindahan Elektron-elektron di dalam Tabung
Fluorescent. Perlu diingat bahwa untuk memanaskan Elektroda agar gas yang terdapat di dalam
Tabung Lampu (TL) dapat berpendar, diperlukan tegangan yang tinggi hingga 400 Volt. Setelah
proses penyalaan selesai, Bi-metal yang terdapat pada starter akan terbuka (open). Dengan
demikian Starter dapat dilepaskan dari Rangkaian Lampu TL Fluorescent karena penggunaan
Starter hanya pada saat penyalaannya saja. Sedangkan Ballast yang terdapat pada Rangkaian
Lampu TL Neon / TL Fluorescent berfungsi sebagai pembatas besarnya arus dan menstabilkan
arus agar dapat mengoperasikan Lampu TL Fluorescent pada karakteristik listrik yang sesuai.
Terdapat 2 jenis Ballast, yaitu Ballast jenis Induktor/kumparan (Inductive Ballast) dan Ballast
jenis Elektronik (Electronic Ballast).

Trafo Ballast Starter


 Untuk Lampu TL 36 Watt, Trafo Ballast yang digunakan 36/40 watt dan starter S10
 Untuk Lampu TL 18 Watt, Trafo Ballast yang digunakan 18/20 watt dan starter S2

Anda mungkin juga menyukai