Anda di halaman 1dari 23

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan


PT. PG. Baru Candi Baru Merupakan salah satu perusahaan agroindustri yang
terdapat di provinsi Jawa Timur, perusahaan ini bergerak dibidang industri gula.
Pabrik Gula Candi Baru terdiri pada tahun 1832 yang terletak di Desa Bligo,
Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo. Pabrik ini didirikan oleh keluarga The Goen
Tjing dengan nama N.V. Suiker Fabrik “Tjandi”. Ketika itu, pabrik beroprasi dengan
kapasitas 750 ton tebu per hari dan gula yang dihasilkan adalah gula SHS. Gula SHS
ini berasal dari bahasa belanda yaitu Superior Hoof Suiker.
Pada tahun 1941-1950 pabrik tidak beroperasi dan baru beroperasi kembali
pada tahun 1950. Berdasarkan RUPS tanggal 8 februari 1962 nama perusahaan ini
diubah menjadi PT. Pabrik Gula Tjandi dan telah mendapat pengesahan dari Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. Y.A.5/112/1 Tanggal 14
Oktober 1962. Pada tahun 1972, seorang bernama H. Wirontono Bakrie membeli
pabrik ini dan setiap tahun kapasitas gilingannya ditingkatkan. Pada tahun 1975,
kapasitasa gilingannya ditingkatkan menjadi 1.250 ton perhari dan pada tahun 1981
kapasitas gilingannnya ditingkatkan kembali menjadi 1.500 ton perhari.
Manajemen PT. PG Tjandi dipegang oleh PT. Rajawali Nusantara Indonesia
(PT. RNI). Tahun 1992, PT. RNI memutuskan untuk mengambil alih saham PT. PG
Tjandi sebesar 55 % dari wirontono Bakri dan memulai masa giling pada tahun 1993
dengan perubahan nama menjadi PT. PG. Candi Baru, dengan kapasitas giling
ditingkatkan menjadi 1750 ton perhari. Tahun 2004, saham PT.RNI menjadi 98% dan
pada tahun 2006 kapasitas giling ditingkatkan menjadi 2.100 ton perhari dengan gula
yang dihasilkan sebanyak 155 ton perhari dengan investasi difokuskan pada
peningkatan rendeman seperti High Grade Centrifugal, Evaporator dan Crystalizer.
Tahun 2013, terjadi investasi Cooling Tower untuk mengefisiensikan penggunaan air
pada kondensor dan terjadi perubahan kapasitas giling menjadi 2.700 ton perhari. PT.
PG. Candi Baru mulai menerapkan sistem manajemen mutu seperti ISO 9001:2008
dan SNI 3140. 3:2010 pada tahun 2014. Sasaran opersional giling tahun 2015 adalah
460.000 ton tebu giling, dengan kapasitas giling 2.600 ton perhari, dengan rendemen
8,2%, kualitas gula kurang lebih 120 ICUMSA dan produksi gula 37. 720 Ton
selama 180 hari giling.

2.2 Lokasi Pabrik


PT. PG. Candi Baru terletak di Kabupaten Sidoarjo. Berada di tepi jalan raya
Surabaya-Malang yang jaraknya ± 30 km dari Surabaya, adapun batas batas lokasi
pabrik sebagai berikut :
Sebelah Barat : Jalan Raya Surabaya – Malang
Sebelah Timur : Perumahan Penduduk
Sebelah Utara : Sungai Kedung Uling dan Perumahan PT. PG. Candi Baru
Sebelah Selatan : Emplasemen penimbunan lori tebu
Wilayah operasional perkebunan tebu PT. PG. Candi Baru Sidoarjo
mencangkup lima (5) kabupaten, yaitu : Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan,
Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang.

2.3 Visi dan Misi Perusahaan


 Visi Perusahaan
Visi dari PT. PG. Candi Baru adalah sebagai perusahaan terbaik dalam bidang
agroindustri, siap menghadapi tantangan dan unggul dalam kompetisi global
serta bertumpu pada kemampuan sendiri (own capabilities)
 Misi Perusahaan
Misi dari PT. PG. Candi Baru menjadi perusahaa dengan kinerja terbaik dalam
bidang argoindustri, yang dikelola secara professional dan inovatif dengan
orientasi kualitas produk pelayanan pelanggan yang prima sebagai karya
sumber daya manusia yang handal, mampu tumbuh dan berkembang memenuhi
harapan pihak pihak yang berkepentingan terkait (stake holders)
PT. PG. Candi Baru telah banyak menerima penghargaan baik dibidang
lingkunagn maupun di bidang industry, antara lain penghargaan RNI Awards 2012
dengan katagori Best Operating Company, juara 2 katagori Inovasi Teknologi BUMN
Terbaik, penghargaan menteri BUMN dengan katagori pabrik Gula Bebas Suplemasi
Energi pada tahun 2012 dan penghargaan lingkungan hidup peringkat BIRU

2.4 Struktur Organisasi


PT. PG. Candi Baru adalah suatu perusahaan Perseorangan Terbatas (PT).
perusahaan dipegang oleh seorang direktur, yang membawahi beberapa kepala
bagian. Masing-masing kepala bagian ini dibantu oleh beberapa orang staff.
Tanggung jawab masing-masing kepala bagian yang terdapat di PT. PG. Candi Baru
Sidoarjo adalah sebagai berikut :
a. Direktur
Tugas Direktur :
1. Mengadakan rapat kerja dengan kepala bagian dan menetapkan rencana
serta pelaksanaan kerja
2. Mengontrol semua bidang dan menjelaskan masalah internal dan
eksteral
3. Memberi instruksi baik berupa teknis dan nonteknis dan mengkoordinir
seluruh karyawan melalui kepala bagian masing-masing
4. Bertanggung jawab kepada direksi atas kelacaran kerja pabrik
b. Kabag Akutansi & Keuangan
Tugas Kabag Akutansi & Keuangan yaitu melaksanakan
kebijaksanaan direksi dan ketentuan Direktur dibidang anggaran akutansi,
umum dan sumber daya manusia dalam :
1. Menyelenggarakan pembukuan perusahaan
2. Membuat laporan pertanggung jawaban perusahaan
3. Membuat rencana anggaran pendapatan dan belanja perusahaan
4. Membuat administrasi kepegawaian
5. Menyelenggarakan administrasi pergudangan, investasi dan hasil hasil
perusahaan.
6. Mengadakan pembinaan harta kekayaan perusahaan
7. Membina kerja sama antar bagian dan pihak lain yang terkait untuk
kelancaran usaha perusahaan
c. Kabag SDM & Umum
Tugas kabag SDM & Umum melaksanakan kebijaksanaan direksi dan
ketentuan Direktur dibidang recruitment, umum dan sumber daya manusia
dalam :
1. Mengkoordinasikan perumusan dan pemberdayaan pegawai (Man
Power Planning), sesuai kebutuhan perusahaan
2. Mengkoordinasikan perumusan sistem pengadaan, penempatan dan
pengembangan pegawai.
3. Mengkoordinasikan perumusan sistem dan kebijakan imbal jasa
pegawai dengan mempertimbangkan internal / “external equity”
4. Bersama manajemen merumuskan pola pengembangan organisasi
perusahaan
5. Menyelenggarakan sistem informasi SDM dalam suatu data base
Kepengurusan
6. Menyelenggarakan kegiatan rapat kerja, kunjungan kerja / perjalanan
dinas dan penerimaan tamu perusahaan.
7. Menyiapkan laporan kegiatan divisi secara benar dan rapat waktu
d. Kabag Tanaman
Tugas kabag tanaman adalah melaksanakan kebijakan direksi dan ketentuan
Direktur dalam bidang pembudidayaan tebu dan penyediaan bibit tebu,
rencana tebang dan angkut serta kegiatan lain yang menyangkut penyediaan
bahan tebu yaitu :
1. Bertanggung jawab kepada Direktur dalam hal tanaman.
2. Menyusun rencana kebutuhan awal tenaman untuk masa yang akan
datang
3. Menyusun komposisi tanaman mengenai letak, luas, masa tanam dan
jenis tebu, guna mengusahakan peningkatan produksi dan menaikkan
rendemen
4. Menyusun rencana anggaran belanja dalam tanaman, tebang dan
pengangkutan
5. Membuat laporan berkala maupun incidental mengenai pelaksanaan
pekerjaan tanaman.
e. Kabag Instalasi
Tugas kabag instalasi adalah membantu general manager dalam
melaksanakan pengoprasian, pemeliharaan, serta reparasi mesin dan
instalasi pabrik, lori, loko, kendaraan, traktor, pompa, bangunan serta
penyediaan tenaga listrik yaitu :
1. Merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi pelaksaan Maintenance
terhadap instalasi pabrik.
2. Mengadakan pergantian dan perbaikan alat-alat produksi gula termasuk
sarana dan transportasi.
3. Bertanggung jawab atas kelancaran pemakaian mesin selama masa
giling.
f. Kabag Pabrikasi
Tugas kabag. Pabrikasi adalah membantu kepala pabrik atau general
manager dalam melaksanakan pengolahan gula dalam :
1. Merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi pengolahan proses
pabrikasi pabrik gula
2. Menyusun rencana kerja dan anggaran belanja dalam bidang pabrikasi.
3. Melaksankan kebijaksanaan perusahaan dalam bidang pabrikasi

2.5 Ketenagakerjaan dan Kegiatan Umum Perusahaan


Karyawan yang bekerja di PT. PG. Candi Baru pada umumnya berasal dari
penduduk sekitar pabrik. Karyawan dibedakan berdasarkan 2 jenis yaitu karyawan
tidak tetap dan karyawan tetap. Karyawan tidak tetap adalah karyawan yang
mempunyai hubungan kerja dengan perusahaan selama masa giling. Sedangkan
karyawan tetap adalah karyawan yang bekerja baik dalam masa giling maupun
diluar masa giling untuk jangka yang cukup lama.
Pada masa giling, pabrik peroprasi selama 24 jam, sehingga waktu kerja unutk
karyawan tidak tetap, dibagi dalam 3 shift, yaitu :
1. Shift pagi : mulai pukul 06.00 – 14.00
2. Shift siang : mulai pukul 14.00 – 22.00
3. Shift malam : mulai pukul 22.00 – 06.00
Karyawan tidak tetap (pada bagian produksi) akan bekerja saat masa giling tiba
dan tidak terdapat hari libur, hari libur dan hari libur Nasional dihitung perhari 14 jam
perminggunya. Setiap 6 bulan sekali atau sebelum masa giling tiba PT. PG. Candi
Baru melakukan pengecekan kesehatan karyawan, baik karywan office maupun
karyawan bagian produksi. Diluar masa giling akan diadakan senam pada hari sabtu.
Sedangkan karyawan tetap, yaitu :
1. Pada hari senin – jumat : bekerja mulai pukul 07.00 – 15.30
2. Pada hari sabtu : bekerja mulai pukul 07.00 – 12.30
Kegiatan umum di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo adalah memproduksi Gula
Kristal Putih (GKP) dan Analisa Laboratorium.

2.6 Proses Produksi


2.6.1 Bahan Baku
PT. PG Candi Baru Memperoleh bahan baku tebu dari kelompok tani di bawah
nagungan perusahaan. Kelompok tani ini tersebar di beberapa daerah meliputi
Sidoarjo, Pasuruan, Gresik, Malang, Lumajang, dan Mojokerto. PT. PG Candi Baru
Sidoarjo menggunakan dua bahan baku untuk proses produksi Gula Kristal Putih
(GKP), yaitu bahan baku utama dan bahan baku penunjang.
A. Bahan Baku Utama
PT. PG Candi Baru Menggunakan tebu sebagai bahan baku utama,
dengan kapasitas giling sebanyak 2. 700 Ton Cane pertDay (TCD). Tebu
yang diterima PT. PG Candi Baru diklasifikasi menjadi :
a) Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI). TRI adalah tebu yang modal kerjanya
dibiayai oleh bank dan mendapat bimbingan teknis budidaya dari PT. PG
Candi Baru. Cara ini menggunakas system bagi hasil (66% untuk petani
dan 34% untuk pabrik).
b) Tebu Sendiri. TS adalah tebuh milik pabrik dengan system menyewa
tanah rakyat dan penggarapanya dibiayai oleh PT. PG Candi Baru.
c) Tebu Rakyat Mandiri (TRM) atau Tebu Bebas (TRB). TRM adalah
tebu rakyat milik petani disekitar pabrik atau diluar daerah yang tidak
mendapat kredit dari pihak bank maupun pabrik.
Karakteristik tebu yang digunakan sebagai bahan baku harus
memenuhi criteria standard Bersih, Segar dan Manis (BSM), yaitu :
a) Bersih, kadar trash (tetes dan blotong) tidak lebih dari 5%.
b) Segar, tebu yang digiling merupakan tebu yang memiliki waktu
tebang dan wqaktu pengiriman kurang dari 48 jam. Hal ini di tujukan
untuk menjaga kadar gula pada tebu tidak mengalami penurunan yang
terlalu besar dan pH tebu harus < 4,8.
c) Manis, tebu yang digunakan harus memiliki potensi rendemen yang
tinggi (Brix > 17) dengan kriteria : Kadar nira tinggi (85%) dan nilai
perahan nira pertama (n.p.p) tinggi (lebih dari 12%)
B. Bahan Baku Penunjang
Bahan baku penunjang ditambahkan untuk menghasilkan mutu gula
yang lebih baik. Bahan baku penunjang yang digunakan dalam proses
pembuatan gula tebu antara lain :
a) Asam Fosfat (H3PO4). Fosfat adalah senyawa fosfor yang anionnya
mempunyai atom fosfor yang dilengkapi oleh empat atom oksigen yang
terletak pada sudut tertrahedron (Saragi, 2009). Konsentrasi asam fosfat
adalah ± 25% (b/b).
b) Air Imbibisi. Air Imbibisi merupakan air yang didapat dari penyerapan
air (absorpsi) oleh benda – benda yang padat (solid) atau agak
padat(semi solid). Fungsi penambahan air imbibisi adalah untuk
mendapatkan persentase pemerahan yang tinggi dan menekan kadar
sukrosa yangtertinggal pada ampas. Suhu air imbibisi yang digunakan
adalah 60-70%C.
c) Kapur Tohor (CaO). Kapur tohor (CaO) merupakan oksida basa yang
di dapat dari batuan gamping dimana terkandung kalsium oksida
sedikitnya 90% dan magnesia 0-5%, kalsium karbonat, silica, alumina,
feri oksida terdapat sedikit sebagai ketidak murnian (Sembiring2009).
Takaran susu kapur yang digunakan adalah 120-150 kg/100 ton tebu.
Penambahan susu kapur ini bertujuan untuk: meningkatkan pH nira
Menjadi alkalis (basa), mencegah terjadinya inverse saccharosas
menjadi D-glukosa dan D-fruktosa, menjernikan nira, ketika kapur
beraksi dengan fosfat dan belerang, akan terbentuk garam yang dapat
menyerap kotoran dalam nira dan mengendapkannya.
d) Belerang (gas SO2). Belerang adlah Kristal padat berwarna kuning,
namun keberadaannya di alam dapat berupa elemen murni atau sebagai
sulfida dan mineral sulfat. Belerang ditambahkan dalam bentuk Gas
SO2 berfungsi sebagai bleacher atau pemucat warna. Gas SO2
berperan sebagai reduktor ion Ferri sehingga warna nira menjadi lebih
pucat dan viskositas akan berkurang.
e) Flokulan. Flokulan yang di tambahkan dalam tahap pemurnian di
tujukan untuk mengikat partikel – partikel pengotor/ impuripies pada
nira agar membentuk flok-flok yang berukuran lebih besar sehingga
lebih mudah menggendap. Flokulan merupakan senyawa polimer rantai
panjang yang bermuatan negatif (Pandreou,dkk, 2014).konsentari
flokulan yang di tambahkan adalah 0,2%.
f) Fondan. Fondan adalah bahan baku penunjang proses produksi yang
berguna untuk membentuk kristal pada proses pemasakan. Fondan
didapat dari gula yang tidak masuk standard perusahaan pada stasiun
penyelesaian kemudian dileburkan kemudian ditambahkan gelatih,
gliserin, glukosa dan shortening.
g) Soda Flake (NaOH). Penggunaan soda flake bertujuan untuk
meluknakkan kerak-kerak yang ada pada evaporator. Kebutuhan untuk
tiap pembersihan evaporator adalah ± 150 kg, jumlah tersebut juga
tergantung pada kondisi kerak yang terbentuk.
h) Kaporit (Ca(CIO)2). Penambahan kaporit bertujuan untuk membunuh
bakteri yang ada pada nira. Nira yang bebas bakteri memiliki
kemungkinan yang lebih kecil untuk mengalami terjadinya inverse
Saccharosa menjadi glukosa dan fluktosa. Kaporit juga digunakan
untuk membunuh bakteri pada pemakaian cane cutter.
i) Tawas (KAI(SO4)2.12H2O. Tawas berfungsi untuk mengendapkan
air kotoran sungai yang di gunakan sebagai feed water boiler di bak
pengendapan air.
j) Bakteri sida dan Fungisida. Bakterisida dan Fungisida ditambahkan
dengan tujuan untuk menggontrol pertumbuhan bakteri dan jamur
dalam nira, serta menurunkan kehilangan sukrosa yang terjadi karena
inverse pada stasiun gilingan.

2.6.2 Uraian Proses Produksi


Proses Produksi di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo menggunakan metode Sulfitasi
Katalsis Kontinyu, proses ini melalui beberapa tahap yang dilakukan mulai datri
stasiun gilingan dan berakhir di stasiun penyelesaian. Hasil yang di produksi adalah
gula jenis Superior Hooft Suiker (SHS) IA. Diagram alir kualitatif proses pembuatan
gula dapat dilihat pada gambar berikut.
Proses Produksi yang digunakan untuk memproduksi gula SHS- IA di PT. PG.
Candi Baru adalah Sulfitasi Katalis Kontinyu, proses ini melalui beberapa tahapan
yang dilakukan di tuju stasiun yang berbeda, yaitu:
Batang Tebu
Air Imbibisi
60-70ºC Penggilingan (Ekstraksi) Ampas
Kapur Tohor
Nira Mentah

Penyaringan (Penjernihan) Kotoran

Asam Fosfat Nira Jernih


Blotong
Kapur Tohor
Pemurnian (Klarifikasi)
Gas SO2 Gas SO2
Accofloc Nira Encer

Uap Panas 117ºC Penguapan (Evaporasi) Air Kondensat

Pemasakan (Kristalisasi)

Air Kondensat Puteran (Pemisahan) Tetes/Molasse

Udara Panas Pengeringan

Pengayakan Gula Halus

Pengemasan

Gula dalam Kemasan

Gambar 2.1. Diagram Alir Kualitatif Proses Pembuatan Gula


(Sumber : PT. PG. Candi Baru Sidoarjo)
1. Tahap Persiapan (Tebu Masukan)
Tahap bersiapan bertujuan untuk mempersiapkan tebu sampai tebu siap giling.
Pada persiapan ini terdapat 3 pos, yaiyu :
A. Pos Penerimaan Atau Pos Pantau
Pertama – tama sebelum truk masuk pabrik, truk akan melewati pos II. Di
pos ini truk akan di periksa oleh tim MSB (Manis Segar Bersih). Tebu harus
memenuhi criteria MSB dan dilakukan pemeriksaan pH menggunakan pH
meter. Di pos II ini tebu di setting/dikoreksi dengan tiga criteria MSB yaitu :
a) Tolak Ukur Manis : Tebu dicek kadar gulanya dengan alat Hand BriX
Refaktometer dengan nilai minimal brix 17.
b) Tolak Ukur Segar : Tebu harus segar dan tidak layu ( tebu dari awal
ditebang msampai masuk ke mesin giling waktuk tidak lebih dari 24 jam).
Bilah lebih dari 24 jam dikawatirkan kadar sukrosa sudah berkurang
banyak, tebu menjadi kering sehingga kadar gula dalam tebu
berkurang,dan rendemen turun. Dalam hal ini berlaku system FIFO (Frist
In, Frist Out), jadi tebu masuk gilingan berdasarkan urutan kedatangannya.
c) Tolak Ukur Bersih : Tebuh harus bwrsih dari segala macam kotoran
seperti daduk, pucuk, sogolan, akar, tanah dll. Untuk toleransi kotoran
yang berlaku hanya 5%.
B. Pos Penimbangan
Pada Pos penimbangan, truk yang bermuatan tebu di timbang terlebih
dahulu, setelah muatan truk di turunkan, truk kemudian titimbang kembali.
Berat muatan yang diperoleh merupakan selisih dari berat truk bermuatan
dan berat truk kosong.
C. Pos Pembongkaran
Pada pos pembongkaran , tebu dari truk di pindahkan ke lori ( kereta
pengangkut tebu) menggunakan cane crane kemudian dipindahkan ke meja
tebu sebelum masuk ke dalam stasiun gilingan. Tempat antrian tebu yang
bakan digiling disebut dengan Emplacement tebu. Pengambilan pada
emplacement ini menggunakan system FIFO (Frist In, Frist Out).
Dari Emplacement tebu di pinah ke cane table dengan menggunakan travelling
cane. Lalu dengan menggunakan cane cutter dan unugrator supaya tebu berbentuk
lebih halus untuk mempermudah proses penggilingan.
Setelah melalui tahapan persiapan, maka tebu masuk ke stasiun pertama yaitu
stasiun giling. Adapun uraiannya sebagai berikiut :
1. Stasiun Penggilingan
Tahap penggilingan bertujuan untuk memperoleh nira sebanyak- banyaknya
dan meminimalkan kandungan nira pada ampas tebu.
Pada stasiun ini, adanya penambahan air imbisis. Air imbisis yang di gunakan
berasal dari air kondensat dan air sungai ( yang telah melalui proses pemurnian air),
karena campuran dari air kondensat yang hangat dan air sungaai yang dingin akan
lebih mudah menguapkan ampas sehingga ampas benar-benar bersih dan
kering.Adapun tujuan pemberian nira ambibisi dan air imbibisi, antara lain :
 Berfungsi sebagai pelican atau untuk memperkecil gesekan antar rol gilingan.
 Untuk meminimalisir kadar gula dalam ampas, karena jika dalam gula misih
terkandung banyak gula akan mengakibatkan kerak pada proses pembakaran
nantinya.
Pemberian air imbibisi dilakukan melalui talang berlubang yang dipasang
melintang, sedangkan nira imbibisi dialirkan melalui talang-talang aliran nira yang
berada di bawah gilingan.
Diagram alir kualitatif stasiun gilingan dapat dilihat pada gambar dibawah:

Tebu
Gilingan 1 Nira Gilingan 1
Masuk
Nira Mentah

Ampas Gilingan 1

Gilingan 2 Nira Gilingan 2

Ampas Gilingan 2

Air
Gilingan 3 Nira Gilingan 3
Imbibisi

Ampas Gilingan 3

Gilingan 4 Nira Gilingan 4

Ampas Gilingan 4

Gambar 2.2. Diagram Alir Kualitatif Stasiun Gilingan


(Sumber : PT. PG. Candi Baru)
Tebu pada Iemplacement dipindahkan kemeja tebu. Pada Meja tebu, tebu diatur
ketinggiannya agar memudahkan proses penggilingan. Dari meja tebu, tebu dibawah
oleh cane carrier I menuju cane cutter untuk dipotong-potong, sehingga
memudahkan Iunigrator untuk proses pemecahan tebu menjadi serabut-serabut tebu.
Sebelum serabut tebu masuk kedalam penggilingan dilakukan proses preliming, yaitu
penambahan kapur tohor pada tebu.
Serabut yang telah bercampur dengan kapur tohor masuk ke gilingan I. Nira
perahan pertama langsung menuju saringan atau dutch SStates Mines Screen (DSM
Screen) untuk dipisahkan antara nira dan ampas yang masih terbawah dan di tamping
dalam bak nira tertimbang. Ampas dari gilingan I di bawah oleh intermediate carrier
menuju gilingan II namun sebelum masuk ke gilingan II ampasnya di campur dengan
nira imbibisi yang berasal dari gilingan III, pada gilingan II terjadi penambahan air
imbibisi. Nira hasil gilingan II menuju penampung II yang berhubungan dengan DSM
Screen, sedangkan ampas gilingan II di bawah menuju gilingan III. Pada gilingan III
juga terjadi penambahan air imbibisi.
Nira dari gilingan III, di bawah kembali menuju gilingan I sebagai nira
imbibisi. Ampas gilingan III di bawah ke gilingan IV. Nira gilingan IV menuju
gilingan II sebagai nira imbibisi, sedangkan ampas dari gilingan IV di bawah di
stasiun ketel oleh baggase carrier. Dibawah baggase carrier terdapat saringan yang
berfungsi untuk memisahkan ampas kasar dan ampas halus. Ampas kasar di kirim
menuju ketel, yang akan digunakan sebagai bahan bakar dapur ketel. Ampas halus di
blower menuju mikser untuk dicampur dengan nira kotor untuk dijadikan blotong.
2. Stasiun Pemurnian
Tahap pemurnian bertujuan untuk memisahkan gula dari kotoran yan ikut
terlarut dalam nira. Proses pemurnian pada produksi gula ssangat penting, karena
dapat mempengaruhi gula yang dihasilkan. Diagram alir kualitatif stasiun pemurnian
dapat dilihat pada gambar dibawah :
H3PO4 Proses Mentah

Juice Heater 1

Ca(OH)2 Sakarat

Leand Mixer

SO2 Sulfitasi 1

Juice Heater 2

Vacuum Filter
Flash Tank

floculant Floculator Tank Nira Tapis Blotong

Single Tray
Nira Kotor
Clarifier

Nira Jernih

Gambar 2.3 Diagram Alir Kualitatis Stasiun Pemurnian

Nira yang telah disaring oleh GSM Screen dan dan di tamping pada bak nira
tertimbang, ditambahkan asam fosfat dan ditarik menuju juice heater I atau pemanas
pendahuluan I. nira dipanaskan hingga suhu 70-80oC dengan uap bekas dari proses
staiun gilingan. Pemanasan pendahuluan ini untuk mempercepat reaksi pengendapan
kalsium fosfat dan pembunuh bakteri dalam nira, sehingga tidak mengganggu proses
pembentukan gula.
Nira dari juice heater I masuk ke dalam tabung Ca-sakarat untuk dicampur
dengan susu kapur dan nira kental guna menyempurnakan mmembentukan flok,
sehingga pH sakarat naik menjadi 8,6.
Yang perlu diperhatikan pada proses penambahan susu kapur adalah :
 Kadar susu kapur tidak boleh rendah karena dapat mengakibatkan pengendapan
bahan bukan gula sempurna dan menyebabkan inverse sukrosa
 Namun sebaliknya, jika susu kapur tinggi (pH tinggi) akan terjadi pelarutan
kembali protein yang akan menambah jumlah nitrogen dalam nira berwarna gelap,
sehingga mengakibatkan nilai turbidity pada nira encer tinggi.
Nira dari tabung sakarat dialirkan melalui leand mixer kemudian menuju
sulfhur tower untuk dicampurkan dengan gas SO2 atau biasa disebut sebagai proses
sulfitasi. Gas SO2 dari sulphur burner masuk melwati bawah sulphur tower,
sedangkan nira masuk melalui atas sulfurtower. Proses sulfitasi menghasilkan kirasan
pH nira dari7-7,2. Kemudian nira dipompa menuju juice heater II, nira dipanaskan
hingga mencapai suhu 105-110oC. Pemanasan ini bertujuan untuk menyempurnakan
reaksi pengendapan, membunuh mikroba yang resisten pada suhu 75-85oC dan
penguapan gas-gas yang terlarutyang dapat mnguap, sehinga tidak mengganggu
proses pengendapan.
Nira dialirkan ke flash tank untuk melepaskan uap gas (gas yang
menggangu/gas ammonia). Nira dari flash tank masuk ke dalam Single Tray
Clarifier. Penambahan flukolan dilakukan agar molekul-molekul yang terbentuk
saling berikatan satu sama lain membentuk partikel yang lebih besar (flok-flok),
sehingga kotoran yang membentuk fluk lebih mudah mengendap.
Flok-flok atau nira kotor yang mengendap akan dialirkan menuju Rotary
Vacuum Filter (RVF), yang ditambahkan ampas halus dan susu kapur. Proses
pencampuran tersebut bertujuan utuk mendapakan nira tapis yang masih terkandung
pada nira kotor. Nira tapis dialirkan menuju bak penampung nira mentah, sedangkan
blotong ditampung oleh truk-truk dan dibawa pada pihak ke tiga. Nira jernih dari
Single Tray Clarifier secara overflow menuju bak penampungan nira jernih, yang
sebelumnya disaring menggunkan DSM Screen.

3. Satsium penguapan /Evaporator


Tujuan dari proses penguapan adalah menguapkan sebanyak mungkin air yang
terkandung pada nira jernih, sehingga mencapai kondisi larutan mendekati jenuh.
Diagram alir kualitatif stasiun penguapan dapat dilihat pada gambar bibawah :

Nira Jernih

Uap Evaporator Kondensat

Nira Kental

SO2 Sulfitasi 2

Gambar. 2.4 Diagram Alir Stasiun Penguapan

Nira jernih hasil pemurnian dialirkan menuju evaporator untuk mendapakan


nira kental dengan % brix minimal 60% dengan system lima kali penguapan.
Penguapan dilakukan pada kondisi vacuum karena nira tidak tahan terhadap suhu
tinggi, sehingga tekanan dalam evaporator dinaikkan agar mencapai kondisi vauum
dan titik didih nira dapat diturunkan sampai 60oC, begitu juga sebaliknya. Jika
tekanan evaporator rendah maka titik didih nira akan meningkat.
Suhu larutan setiap evaporator akan mengalami penurunan karena adanya
proses kondensasi. Besar tekanan vacuum badan akhir evaporator sebesar 64 cmHg
(0,84atm).
Nira jernih dipompa menuju evaporator I, diuapkan dengan uap bekas yang
memiliki suhu 120oC. Uap bekas ini masuk lewat pipa dan memanaskannira yang
mengalir pada pipa calandria. Dengan adanya pembedaan suhu antara steam dan nira,
maka steam akan terkondensasi menjadi air kondensat dan larutan nira akan
menguap. Ketinggian nira dibawah standart (±1/3 dari pipa calandria)maka uap nira
terbentuk tidak akan tertarik, sedangkan jika melebihi standart maka nira akan ikut
tertarik, jadi disetiap evaporator dilengkapai dengan penangkap nira (lovre) yang
dipasang pada lubang pengeluaran uap untuk mrnahan gula yang menguap agar jatuh
kembali ke dalam evaporator.
Uap nira dari evaporator I digunakan sebagai pemanas pada evaporator II dan
sebagian lagi dibleeding ke pan masakan. Uap dari evaporator II digunakansebagai
pemanas evaporator III dan sebagian lagi buat dibleedingke juice heater I. sedangka
uap nira dari evaporator III digunakan untuk pemanas pad evaporator IV dan uap nira
dari evaporator IV dialirkan ke kondensor. Uap nira tersebut dapat mengalir karena
adanya tarikan vacuum pada masing-masing evaporator.
Air kondensat dari masing-masing evaporator dialirkan ke tendon. Gas-gas
yang tidak terkondensasi atau terembunkan dalam evaporator akan diserap dengan
pipa amoniak.
Nira yang keluar dai evaporator terakhir biasanya lebih keruhdan lenih kental
karena adanya kenaikan konsentrasi dan pengumpulan nira, sehingga dilakukan
proses pemucatan (Bleaching) dalam sulphur tower dengan cara dikontrakkkan
dengan gas SO2 nira dari sulphur tower mengalir meuju bak penampung nira
tersulfitasi.
Pada sulfitasi II ini diharpakan pH nira menjadi 5,4-5,6 . derajat pH dikontro
dengan menggunaka indicator CPR (Cloro Phenol Red) yang akan mengalami
perubahan warna. Nira yang telah mengalami proses sulfitasi ditampung pada tangki
penampung nira kental dan menunggu proses selanjutnya pada stasiun masakan.
4. Stasiun Masakan Dan Stasiun Puteran
Tujuan dari stasiun masakan adalah memasak nira kental dengan proses
pembentukan dan pembesaran kristal gula menjadi gula produk. Sedangkan stasiun
puteran bertujuan untul memisahkan Kristal gula dari larutannya dengan cara
sentrifugal. Diagram alir kualitatis stasin maskan dan stasiun puteran dapat dilihat
pada gambar 2.
Pada stasiun masakan terdapat PAN masakan yang terdiri dari PAN masakan
A,C, dan D
a. PAN masakan A
Bahan yang digunakan untuk membuat masakan Aadalah nira kental, gula C,
dan Klare SHS, mula mula nira kental dipanskan dengan suhu 58oC pada pan
masakan sampai timbul benangan, kemudian gula baonan C ditambahkan sebagai
bibit. Proses pemasakan dikontrol agar tidak terbentuk inti Kristal palsu, apabila
terdapat Kristal palsu maka dilakukan penambahan air. Proses pamasakan
berlangsung selama 3-4 jam dengan harga kemurnian yang dikehendaki sebesar 78-
80. Setelah proses pembesaran Kristal dengan ukuran 0,9-1,0 mm, masakan
diturunkan pada palung pendigin.
b. PAN masakan C
Bahan untuk membuat masakan C adalah gula D2 (babonan D), nira kental dan
stroop A yang berfungsi ntuk menaikkan HK. Ketiga bahan tersebut dipanaskan
dengan suhu 70oC sampai Kristal cukup besar. Proses pemasakan dengan waktu
sekitar 4-5 jam tergantung suplay uap dari stasiun ketel. Untuk mengurangi Kristal
palsu yang terbentuk , dilakukan penambahan air agar Kristal palsu larut dan kembali
menjadi Cuite. dilakukan pengontrolan ukuran Kristal dengan sesekali mengambil
sempel masakan dan melihatnya malauikaca bening yang disinari lampu. Setelah
ukuran Kristal menjadi lebih besar yaitu 0,6 mm dengan harga kemurnian 70-71,
masakan diturukan menuju palung pendingin.
c. PAN Masakan D
Bahan yang membuat masakan D adalah nira kental tersulfur. Fondan, leburan
gula D2 dan stroop A. leburan gula D2 dan stroop A berfungsi untuk menaikkan
harga kemurnian (HK) dari nira. Mula-mula nira kental dari bak penampungan nira
tersulfitasi dialirkan menuju pan dan masakan D untuk dipanaskan dengan suhu
100oC, sampai terbentuk benangan dan diusahakan tidak terjadi pengkristalan terlebih
dahulu, kemudian ditambahkan fondan sebagai bibit gula dan dipanaskan kembali
selama pemanasan terjadi pembentukan inti Kristal yang harus dikontrol, agar
terbentuk inti Kristal yang diinginkan.
Untuk mengurangi Kristal palsu yang terbentuk, dilakukan penambahan air
agar Kristal palsu larut dan kembali menjadi cuite. Waktu masaknormal pada
masakan D sekitar 5-7 jam, hinnga masakan mencapai harga kemurnianyang
dihendaki yaitu antara 59-60.
Pada stasiun puetran tedapat putaran gula A, Putaran Gula C, putaran gula D,
dan putaran gula SHS.
a. Putaran gula A
Masakan A dari paling pendingidialirkan meujuputaran A dan ditambahkan air,
sehingga dihasilkan stroop A dan gual A . stroop A dipompa meuju peti tunggu,
sedangkan gula A doproses lebih lanjut pada putaran SHS.
b. Pitaran gula C
Masakan C dari paling pendingin dialirkan menuju putaran C, dari putaran C
dihasilkan gula C dan hasil samping stroop C. Pada saat proses pemutaran dilakukan
penambhan air agar pemisahan terjadi lebih sempurna.
c. Putaran gula D
Ada 2 putaran untuk putaran D, yaitu putaran D1 dan putaran D2, masakan D
yang berada pada talang U dialirkan menuju putaran D1. Pada saat proses pemutaran
ditambahakan air agar pemisahan menjadi lebih sempurna. Cairan yang terpisah dari
gula D1 disebut tetes. Tetes selanjutnya dialirkan menuju talang penampung tetes,
sedangkan gula D1 kembali diputar pada putaran gula D2. Pada proses pemutaran
ditambahkan air, proses ini menghasilkan gula D2 dan klare D, kemudian klare D
dialirkan menuju peti tunggu klare D dan Klare D2 (bobonan D) dialirkan ke peti
bobonan D.

d. Putaran gula SHS


Gula A yang merupakan hasil dari puteran A, di[utar kembali pada putaran
SHS. Pada puataran ini terjadi penambahan air, yang bertujuan untuk
menyempurnakan penghilangan kototan. Hasil dari putaran SHS ini adaslah gula SHS
dan klare SHS dialirkan menuju peti tunggu dan gula SHS akan diproses lebih lanjut
pada stasiun penyelesaian.
Nira kental

PAN
PAN PAN
A
C C

Masculte Palung Palung


Stroop A Pendingin Stroop C Pendingin

Palung
Klare SHS
Pendingin Puteran C Puteran D1 Tetes

Puteran A Gula C Gula D1

Klare SHS

Gula A Magma C Mixer

Puteran D2
Mixer A

Magma D
Puteran SHS

Gula SHS

Gambar.2.5 Diagram Alir Kualitatis Stasiun Masakan Dan Stasiun Puteran

Nira kental yang dihasilkan dialirkan ke Pan A, dari Pan A diperoleh mascute
yang kemudian dialirkan ke palung pendingin. Dari palung pendingin, masakan A
dipompa ke puteran A sehingga dihasilkan stroop A dan gula A. Gula A diproses di
mixer A, kemudin diputar lagi di putaran SHS. Dari putaran SHS dihasilkan gula
SHS dan klare SHS. Klare SHS dicampur lagi dengan nira kental untuk diproses lagi.
Stroop A dihasilkan dari puteran A dipompa masuk ke Pan C dan dicampur
dengan magma D dan puteran D2, kemudian masuk ke palung pendingin. Setelah ke
puteran gula C, stroop C dan gula C dihasilkan dari putaran C. Gula C dialirkan ke
magma C. Di Pan D stroop C dicampur dengan klare D.
Masakan yang telah dihasilkan dialirkan ke palung pendinin lalu dipompa ke
puteran D1. Dari puteran D1 dihasilkan tetes dan gula D1. Gula D1 dimasukkan ke
dalam Mixer ntuk diproses. Gula D1 yang telah diproses tersebut dipompa ke puteran
D2

5 Stasiun penyelesaian
Tujuan dari stasiun penyelesaian yaitu untuk mengeringkan gula SHS dan
menyeleksi ukuran Kristal gula yang ditetapkan sebesar 0,9-1,2 mm serta
menghasilkan gula produk. Gula SHS hasil dari putaran SHS dikeringkan dengan
sugar dryer, yang merupakan pengering yang menggunkan udara panas bersuhu 50 oC
selama 2,5 jm. Setelah gula mengalami pengeringan pada sugar dryer, gula tersebut
melalui proses pendinginan (cooler) yang mempunyai suhu 30oC sehingga diperoleh
gula kering. Gula kering yang dihasilkan memliki kadar air 0,03-0,05% kemudian
melalui talang goyang
Gula SHS dibawa ke talang goyang kemudian diangkut dengan vibrating
conveyor untuk dilakukan pengayaan . gula SHS dilewatkan saringan yang berukuran
8 mesh untuk menyaring gula kasar. Kristal gula yang tidak tersaring berupa
gumpalan Kristal gula maupun pengotor lainnya seperti kerikil akan ditampung untuk
kemudian dilebur kembalibersama nira kental. Sedangkan Kristal gula yang tersaring,
selanjutnya dilewatkan saringan berukuran 23 mesh untuk memisahkangula halus
yang nantinya akan dimasakkembali sebagai bibitan /bobonan C. bagian Kristal gula
yang tertahan disaringan berukuran 23 mesh, masuk ke penampungan gula sementara
dimana terdapat bucket elevator atau tangga Jacob yang akan mengangkutnya masuk
ke sugar bin untuk dilakukan pengemasan.
Hasil saringan yang berupa krisral gula dimasukkan ke kantong-kantong
berukuran 50 Kg menggunakan sugar bin agar berat gula yang berada didalam karung
tepat 50 Kg. setelah itu dilakukan penjahitan. Penjahitan karung gula dilakukan
secara manual yaitu degan menggunakan tenaga manusia, kaung-karng gula yang
telah dijahit tersebut, diangkut secara manual dengan menggunakan tenaga manusia
kemudian dibawa menuju gudang penyimpanan. Dalam gudang penyimpanan,
karung-karung gula tersebut ditata dan disimpan dengan rapi. Selain itu dilakukan
pengawasan terhadap penyimpanan gula tersebut.
Gula prosuk yang dihasilkan merupakan gula Kristal putih dengan kualitas IA
dengan criteria besar butiran 0,9-1,0 mm dan % remisi kurang dari 70. Criteria gula
yang diterapkantelah sesuai dengan syarat mutu gula Kristal putih SNI 3140.3 tahun
2010.
a. Pengemasan
Jenis kemasan di PT. PG. Candi Baru terdapat dua macam, yaitu kemasan
karung dan kemasan plastic. Kemasan karung berisi 50 Kg, setalah karung dijahit dan
menuju ke =tempat pengangkutan, sedangkan kemasan plastic berisi 1 Kg yang
dikemas dengan menggunakan sealer dan dikemas dengan kardus.
b. Penyimpanan
Karung-karung gula dari tempat pengangkutan diangkut ke gudang,
pengangkuatan gula di PT.PG. Candi Baru masih menggunakan tenaga manusia. PT.
PG. Candi Baru memiliki dua gudang, yaitu gudang barat dan gudang timur. Gudang
barat dan gudang timur dengan kapasitas masing-masing6.400 ton dan 5.100 ton.
Maksimal tumpukan yang digunakan untuk kemasan kardus adalah 5 tumpukan dan
tumpukan karung (stepelan) adalah 40-50 tumpukan.
c. Pemasaran
PT.PG. Candi Baru memasarkan gula yang dihasilkan kepada konsumen
melalui dua jalur. Pertama, melalui panitia lelang gula, yang terdiri dari kelompok
tani dibawah naungan PT.PG. Candi Baru. Jumlah produk gula yang dilelang adalah
66% dari gula hasil produksi, gula lelang ini dikemas dengan karung. Kedua, gula
hasil produksi 34% yang dikemas dengan plastic ditangani langung oleh anak
perusahaan PT. RNI yang bergerak dibidang perdagangan yaitu PT. Rajawali
Nusindo dengn merek “Raja Gula”. Gula yang ditangani oleh PT. Rajawali Nusindo,
biasanya dijual secara retail. Gula-gula ini didistribusikan di seluruh Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai