Anda di halaman 1dari 50

TUGAS

ILUMINASI DAN INSTALASI LISTRIK

Disusun Oleh :
Anastasya Br Napitupulu

21060113120025

Novy Arizka Pratiwi

21060113120050

Nofita Sari Br Ginting

21060113120085

Agus Sutaryono

21060113130129

Elok Faiqoh

21060113130162

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


UNIVERSITAS DIPONEGORO
2015

Jenis-jenis lampu
Lampu merupakan sumber cahaya buatan yang digunakan untuk memberikan
cahaya di dalam ruangan maupun luar ruangan. Ada berbagai jenis lampu yang
terdapat di toko, namun secara umum jenis-jenis lampu digolongkan menjadi :

1. Lampu pijar
Prinsip kerja lampu pijar adalah sangat sederhana. Ketika ada arus
listrik mengalir melalui filamen yang mempunyai resistivitas tinggi sehingga
menyebabkan kerugian daya yang menyebabkan panas pada filamen sehingga
filamen berpijar.
Cahaya yang dihasilkan oleh filamen dari bahan tungsten (titik lebur
>22000C) yang berpijar karena panas. Efikasi lampu ini rendah hanya 8-10%
energi menjadi cahaya. Sisanya terbuang sebagai panas. Untuk memperbaiki
efikasinya, lampu tungsten diisi gas halogen (iodine, chlorine, bromine, dan
fluorine) dan disebut lampu tungstern halogen. Efikasinya mencapai 17,5
lm/W.
1. Bola lampu
2. Gas bertekanan rendah(argon, neon, nitrogen)
3. Filamen wolfram
4. Kawat penghubung ke kaki tengah
5. Kawat penghubung ke ulir
6. Kawat penyangga
7. Kaca penyangga
8. Kontak listrik di ulir
9. Sekrup ulir
10. Isolator
11. Kontak listrik di kaki tengah

Komponen utama dari lampu pijar adalah bola lampu yang terbuat
dari kaca, filamen yang terbuat dari wolfram, dasar lampu yang terdiri dari
filamen, bola lampu, gas pengisi, dan kaki lampu.

Macam-macam bentuk lampu pijar :

Menyalakan lampu pijar dengan voltage yang dialirkan dari sumber


cahaya akan mengurangi nyala lampu dan menambah produksi lumen.
Contohnya menyalakan sebuah lampu 120 V pada 125 V akan bertambah 4%
serta mengurangi nyala bamper 40% dan menambah lumen 16% lebih
banyak. Dengan lampu yang sama menjadikan volatge berkurang 4% di
bawah 120 V, sedang nyala akan bertambah di atas 60% dari produk lumen.

Lampu reflector seperti lampu R atay RARA memproyeksikan cahaya


dengan pola kerucut. Sifat tsb menjadikan lebih banyak cahaya yang
diarahkan keluar seperti cahaya pada downlight system reflector elipsoidal
(ER) yang memproyeksikan cahayanya ke arah titik api, menjadikan hanya
sedikit cahaya yang terhalang oleh reflector.

Untuk alasan kekompakan bentuk dan konservasi panas dibuat


beberapa konstruksi filamen berupa lilitan, atau lilitan yang dililit. Bola
lampu pijar dibuat hampa udara atau berisi gas mulia.
Daya yang didesipasikan (Pd) oleh filamen lampu pijar dipengaruhi
tegangan kerja (V) dan resistansi pada kondisi panas (R) sesuai dengan
persamaan :
2

P d=

V
R

Temperatur kerja filamen yang berpijar dapat mencapai 2500 hingga


3000o C dan yang dijadikan perhitungan adalah resistansi filamen pada
kondisi panas. Resistansi filamen pada kondisi panas bisa mencapai 15x
resistansi pada kondisi dingin. Panjang dan diameter filamen menentukan
resistansi maupun luas permukaan kulit filamen. Konveksi dan radiasi yang
terjadi di dalam bola lampu juga ditentukan oleh macam gas pengisi serta
pendinginan filamen yang dipengaruhi oleh luas permukaan kulit filamen.
Berkaitan dengan itu setiap lampu memiliki suatu karakteristik berdasarkan
pemakaian energinya.

Lampu pijar yang warna sinarnya putih, bagian dalam bola lampu
dilapis dengan silika oksida (Si)2) atau Seng Sulfida (ZnS). Sedangkan untuk
mendapatkan warna lain dapat diperoleh dengan pelapisan bagian dalam bola
lampu dengan berbagai cara, antara lain:

1. Teknik ini disebut frosting, yaitu pelapisan dengan membilas bagian


dalam

bola

lampu

menggunakan

asam

hidrofluorik

sehingga

menghasilkan lampisan tipis pada gelas (gelas baur/gelas es) yang


kemampuan menyebarkan sinar tidak bagus.
2. Melapisi bagian dalam bola lampu dengan serbuk halus silika atau
titanium dioksid sehingga diperoleh difusi yang lebih baik (oplaising).
Cara ini dilakukan pada lampu pijar jenis argenta.
3. Pewarnaan bagian dalam bola lampu menggunakan cara frosting atau
opalising menggunakan teknik ekektrostatis yaitu melapisi bagian dalam
bola lampu dengan cara penguapan warna pigmen pada keadaan hampa.
Pewarnaan bersifat fisis dapat pula menggunakan bahan semacam vernis.
4. Untuk reflektor dilakukan pelapisan gelas dengan uap aluminium atau
paduan tembaga aluminium pada kondisi hampa udara.
Hubungan antara tegangan (V), daya (P) dan arus cahaya() srta
efikasi ( ) suatu lampu pijar dinyatakan dengan pendekatan sbb. Jika tidak
ada pernyataan makan persamaan dianggap berlaku untuk bla lampu baik
yang berisi gas maupun hampa udara.

1.1.

Lampu Halogen
Lampu halogen tergolong lampu pijar yang ke dalam bola
lampunya diisi dengan unsur halogen di antaranya Iodida. Evaporasi
Wolfram pada kampu ini terjadi saat filamen berpijar. Selanjutnya
evaporasi Wolfram bereaksi dengan Iodida di sekelilingnya sehingga
terjadi reaksi bolak balik :
W+ nX < --------> W Xn
Dengan demikian atom W yang akan terlepas dari filamen kembali
menyatu dengan filamen. Hal ini menyebabkan umur filamen menjadi
kira-kira 2x umur lampu biasa.
Gelas bola lampu halogen digunakan jenis gelas keras yang
mampu menahan temperatur hingga 2500 C. Di samping itu dengan
memakai gelas keras memungkinkan bola lampu diisi dengan tekanan
tinggi. Kesulitannya adalah memasukkan iodida ke dalam bola lampu
karena iodida korosif terhadap pompa yang digunakan untuk
mengisikannya. Sehubungan dengan hal tsb halogen yang kemudian
digunakan adalah CH3 jenis GSL umur standar pemakaian 1000 jam.
Sedangkan untuk penambahan umur rata-rata pemakaian 1000 hingga
2000 jam efikesinya turun sekitar 10%. Efikesi lampu halogen mencapai
20 lm/W.
Ada 2 penyebab keluaran arus cahaya lampu pijar menurun makin
bertambahnya waktu, yaitu :
1. Evaporasi pada filamen menyebabkan ada bagian filamen yang
mengecil dan ini menyebabkan resistansi naik sekaligus mereduksi
arus yang mengalir.
2. Terjadinya bagian filamen yang tidak menempel kembali ke
filamen menyebabkan lapisan hitam pada bola lampu.

1.2.

Lampu Dingin
Salah satu perkembangan lampu filamen adalah pemakaian teknik
gelas sinar dingin. Sinar infrared yang dihasilkan filamen menimbulkan
persoalan karena panas yang dipancarkan. Panas ini dapat direduksi
dengan menggunakan gelas sinar dingin untuk bahan bola lampu. Gelas
sinar dingin dapat mengurangi panas yang dipancarkan filamen hingga
80%.
Lapisan yang menyebabkan gelas sinar dingin mampu mereduksi
panas adalah Seng Sulfida dan Magnesium Flourida atau Silika Dioksida
yang dibuat lapisan berselang seling(terdiri dari 2 macam bahan yang
berbeda bisa mencapai 20 lapis). Gelas semacam ini disebut gelas
dichroic.
Jika suatu berkas cahaya A menembus gelas sinar dngin timbul
pantulan cahaya Ax dan Ay yang fasanya berbeda. Jika Ax dan Ay
menghasilkan suatu perpaduan panjang gelombang yang merupakan
kelipatan genap dari pepaduan gelombang maka cahaya ditransmisikan
saling memperkuat sehingga menghasilkan pancaran panas yang besar.
Jika Ax dan Ay menghasilkan suatu perpaduan panjang gelombang yang
merupakan kelipatan ganjil dari gelombang makan cahaya pantulannya
saling memperlemah sehingga menghasilkan pancaran panas yang
rendah. Makin banyak selang seling lapisan makin besar terjadinya
penambahan atau pengurangan spt dijelaskan di atas. Penggunaan bola
lampu dingin umunya digunakan pada toko mentega, bunga, dan
kosmetik.
Hingga awal tahun 2000 perkembangan teknologi lampu pijar
sangat pesat baik yang terkait dengan bentuk bola lampu, bahan bola
lampu, gas pengisi, pewarnaan, maupun modifikasi filamennya. Skema
rumpun lampu pijar sbb :

Keuntungan memakai lampu pijar :

Ukuran filamen kecil maka sumber cahaya dapat dianggap sebagai titik
sehingga pengaturan distribusi cahaya lebih mudah.

Perlengkapan sangat sederhana dan dapat ditangani dengan sederhana.

Pemakaian sangat luwes

Biaya awal rendah

Pengaturan intensitas cahaya (redup dan terang) mudah dan murah


(dengan dimmer).

Tidak terpengaruh oleh suhu dan kelembapan.

10

Menampilkan warna-warna dengan sangat bagus.

Kerugian memakai lampu pijar :

Lumen per Watt (efikasi) rendah.

Umur pendek (750-1000 jam), makin rendah makin pendek umurnya.

Untuk negara tropis panas dari lampu akan menambah beban AC

Warna yang cenderung hangat (kemerahan) secara psikologis akan


membuat suasana ruang kurang sejuk.

Hanya cocok untuk pencahayaan rendah.

Menyalakan lampu pijar pada tegangan lampu yang tidak sesuai


dengan tegangan yang disarankan akan menyebabkan keuntungan dan
kerugian. Menyalakan lampu pijar 120 Volt pada tegangan 125 Volt
(104.2%) akan menyebabkan kinerja lampu(kira-kira) sbb :

Arus cahaya (lumen)


Kebutuhan daya (Watt)
Efikasi (lm/W)
Umur (jam)

Pada tegangan 125 V


>16%
>7%
>8%
<42%

Pada tegangan 115 V


<15%
<7%
<8%
>72%

2. Lampu Discharge
Dalam perkembangan lampu discharge terbagi menjadi :
2.1. Lampu Fluoresen
Lampu Fluoresen (TL=Tubelair Lamp) termasuk lampu merkuri
tekanan rendah (0,4 Pa) yang dilengkapi dengan bahan fluoresen. Cahaya
yang dipacnarkan dari dalam lampu adalah ultraviolet (termasuk sinar tak
tampak). Untuk itu bagian dalam lampu tabung dilapisi dengan bahan
fluoresen yang fungsinya mengubah ultra violet menjadi sinar tampak. Di
samping itu pada bahan fluoresen ditambahkan senyawa lain yang disebut
akktivator.

11

Lampu TL dan Suhu


Efek panas dari pijaran lampu TL, dinyatakan dalam lm, ditentukan
oleh faktor-faktor : lampu, balast, peralatan, dan instalasi. Suhu 105 0 F
adalah temperatur optimum dari zat merkuri yang berfungsi sebagai
penghantar aliran yang dapat memancarkan bunga api dan listrik.

12

13

Dalam tabung lampu fluoresen terdapat merkuri dan gas inert


(Argon atau Kripton). Fungsi gas inert adalah memperpanjang umur
elektroda karena keberadaan gas tsb dapat mengurangi evaporasi,
pengendali

kecepatan

lintasan

elektron

bebas

sehingga

lebih

memungkinkan terjadinya ionisasi Merkuri dan mempermudah lewatnya


arus di dalam tabung khususnya pada temperatur rendah.
Pada awal kerja, arus mengalir melalui dan memanaskan elektroda
(kalau sumbeer cahaya dc adalah katoda dan anoda) sehingga
mengemisikan elektron bebas. Di samping melalui elektroda, arus juga
melalui balast dan starter.
Fenomena resistansi pada pelepasan gas adalah negatif. Berarti jika
arus lampu bertambah tegangan lampu berkurang. Untuk itu perlu
perangkat pembatas arus yang dipasang seri dengan TL. Perangkat tsb bisa
berupa resistor(pada sumber dc), balast elektris atau elektronik.
Fungsi balast ada 2 :
1. Pembangkit tegangan induksi yang tinggi (dipengaruhi kerja starter)
agar terjadi pelepasan elektron di dalam tabung.
2. Membatasi arus yang melalui tabung setelah lampu bekerja normal.

14

Ada 4 macam balast :


1. Balast resistor,
menyebabkan

merupakan balast yang tidak ekonomis karena

kerugian

daya

yang

besar

dan

energi

listrik

didesipasikan menjadi panas. Agasr balast resistor stabil, harus disuplai


dengan tegangan yang bisa mencapai 2x tegangan normal.

2. Balast kapasitor, disebut juga lampu stabilisasi karena bentuknya


memang seperti lampu pijar. Balast ini hampir tanpa kerugian. Balast
kapasitor digunakan pada pemakaian frekuensi tinggi.
3. Balast induktor, paling lazim digunakan untuk lampu tabung.
Kerugian daya yang ditimbulkan lebih kecil daripada balast resistor.
Balast ini dipadukan dengan starter dapat menimbulkan tegangan
induksi yang tinggi.
4. Balast elektronik, tergolong lebih mahal dari balast lainnya, tetapi
mempunyai beberapa keunggulan, antara lain :
-

Memperbaiki sistem dan emnaikkan efikasi

Tidak ada flicker atau efek stroboskopis

Tidak memerlukan starter

Tidak menimbulkan interferensi

Dapat digunakan untuk ac sekaligus dc.

15

Terdapat 2 macam starter :


1. Jenis termal
2. Jenis nyala (tabung starter diisi gas Helium tekanan rendah).

2.1.1. Lampu Neon


Lampu tabung yang berisi gas Neon menghasilkan sinar
kemerah0merahan kalau diisi campuran uap Merkuri dengan Argon
menghasilkan

warna

biru-kehijauan

sedangkan

kalau

diisi

campuran uap Merkuri dengan gas Neon menghasilkan warna biru.


Tegangan yang diperlukan lampu hias Neon berkisar 300 hingga
1000 V setiap panjang lampu 1 meter. Arus kerja lampu didasarkan

16

diameter tabung yaitu 25mA, 35 mA, dan 60 mA untuk diameter


10 mm, 15 mm, dan 20 mm. Tegangan awal adalah 1,5 hingga 2 x
tegangan nominal. Untuk mengontrol besarnya arus digunakan
trafo bocor tingkat tinggi(high leakage transformers).
Ada 2 cara menghubungkan lampu hias , yaitu penyorotan atau
serentak.Pada jenis serentak dipasang balast yang dimaksudkan
mengurangi interfernsi radio.

2.1.2. Lampu Fluoresen Kompak


Lampu fluoresen pertama kali didominasi oleh lampu TL, baik
dalam bentuk tabung ataupun lingkaran. Saat ini lampu fluoresen
kompak sudah banyak digunakan sebagai alternatif pilihan lampulampu hemat energi dan mempunyai masa hidup minimal 5x lipat
dari lampu pijar (incandescent).
Jenis dari lampu fluoresen kompak dibagi menjadi :
1. Jenis standar
Jenis standar tidak seperti lampu TL tubular yang mempunyai
2 ujung, lampu fluoresen kompak jenis ini berbentuk U dan
berujung tunggal. Jenis standar tersedia dalam daya 5W,7W,
9W, dan 11W dengan arus cahaya masing-masing 250 lm, 400
lm, 600 lm, dan 900 lm. Philips menamainya dengan PL,
Osram menyebutnya Dulux S, dan Sylvania dengan Lynx CFS.

17

2. Jenis panjang
Jenis panjang seperti standar tetapi tabung berbentuk U lebih
panjang, menghasilkan daya yang lebih besar dan tersedia
dengan daya 18W, 24W, 36 W. Meskipun demikian,
panjangnya (mulai dari 225 mm-415 mm) masih separuh dari
lampu TL tubular. Tipe panjang ini merupakan pilihan
laternatif pengganti lampu TL tubular sedangkan jenis standar
dan jenis ganda adalah alternatif pengganti lampu pijar. Philips
menamakannya lampu PL, Osram menyebut Dulux L, dan
Sylvania menamakan Lynx CF-L.
3. Jenis ganda
Jenis ganda dengan 2 tabung berbentuk U lebih kompak dari
jenis standar dan menghasilkan daya tinggi yang lebih besar
serta tersedia dalam daya 10 W, 13 W, 18 W, dan 26 W dengan
arus cahaya masing-masing 600 lm, 1200 lm, dan 1800 lm.
Philips menamainya PLC, Osram menyebutnya Dulux D, dan
Sylvania dengan Lynx CF-D.
4. Jenis electronic
Jenis electronic dapat langsung digunakan dengan lampholder
E27 dan balast yang terintegrasi di dalamnya. Jenis electronic
tersedia dalam daya 9W, 11W, 15 W, 20 W, dan 23 W dengan
arus cahaya masing-masing 400 lm, 600 lm, 900 lm, 1200 lm,
dan 1500 lm. Philips menamakan PLCE, Osram menyebutnya
Dulux EL. Jenis electronic ini sama kegunaannya dengan
lampu SL dari Philips. Warna temperatur biasanya ditawarkan
oleh lampu fluoresen kompak adalah putih hangat (2700 K3000 K) dan putih sejuk (4000 K).

18

Keuntungan

menggunakan

lampu

fluoresen :

Efikasi (lm/W) tinggi

Awet (umur panjang) hingga 20.000


jam dengan asumsi penyalaan 3 jam
setiap penyalaan). Makin sering
dihidup-matikan umur semakin
pendek.

Bentuk lampu yang emmanjang


menerangi area yang lebih luas
dengan cahaya baur.

Untuk penerangan yang tidak


menghendaki bayangan, lampu
fluoresen lebih baik dibanding lampu
pijar.

Warna cahaya yang cenderung putih


dingin menguntungkan untuk daerah tropis lembap, karena secara psikologis
akan emnyejukkan ruangan.
Kerugian :

Output cahaya terpengaruh oleh suhu dan kelembapan.

Tidak mudah mengatur intensitas cahayanya dengan menggunakan


dimmer.

Warna keputihan cenderung tidak alami, terutama untuk warna kulit.

Kecerobohan pemasangan balast sering menibulkan bunyi dengung


yang mengganggu dan melelahkan.

Balast akan mengeluarkan cukup banyak panas yang membebani


mesin pengondisi udara (air conditioner).

Menimbulkan efek cahaya yang bergetar pada arus bolak-balik (ac)


sedang pada lampu fluoresen arus searah (dc), efek ini tidak tampak.

19

Semakin banyak jumlah lampu dalam 1 luminer, efisiensi semakin


rendah karena cahaya yang terhalang, terperangkap, serta panas yang
timbul. Sebuah lampu fluoresen yang terbuka memiliki efisiensi 95%,
sedangkan 4 lampu fluoresen yang dijejalkan pada 1 luminer hanya
akan mempunyai efisiensi 64%.

Efisiensi lampu akan meningkat bila suhu dipertahankan tidak lebih


dari 400 C. Oleh karena itu luminer harus berventilasi. Untuk
pemakaian di bangunan pengondisi udara sentral, amat baik bila
diusahakan luminer terpadu dengan sistem aliran udara dingin.

2.2.

Lampu Metal Halida/Lampu HID (High-Intensity Discharge


Lamps)
Cahaya yang dihasilkan lecutan listrik melalui uap zat logam. Lampu
merkuri menghasilkan cahaya dari lecutan listrik dalam tabung kaca
atau kuarsa berisi uap merkuri bertekanan tinggi.
Efikasinya antara 40-60 lm/W. Dibutuhkan waktu antara 3-8 menit
untuk menguapkan merkuri sebelum menghasilkan cahaya maksimal.
Perlu selang 5-10 menit sebelum dihidupkan kembali.
Untuk memperbaiki efikasi dan warna, pada tabung lecutan listrik
ditambahkan halida logam (seperti thalium, indium, dsb), maka disebut
lampu metal halida. Penambahan unsur metal bermanfaat menurunkan
temperatur di dalam tabung pelepasan. Namun keberadaan metal dapat
merusak quartz (bahan tabung) dan elektroda.
Untuk mengatasi kelemahan tsb dibuat senyawa metal halida. Metal
halida adalah metal yang disenyawakan dengan halogen yaitu unsur :
F, CL, Br dan I. Pada temperatur kurang lebih 3000 K terjadi reaksi
seperti pada lampu halogen :

Metal Halida < ------ > Metal+ + Halogen-

20

Manfaatnya metal halida tidak agresif terhadap dinding tabung, ion


halogen terdapat di abgian tengah tabung ion logam berfungsi
emmancarkan radiasi.
Lampu metal halida dikelompokkan menjadi :
1. Lampu 3 warna menggunakan metal : Natrium (Na), Thalium (Tl),
dan Indium (In). Lampu jenis ini emmancarkan 3 warna yaitu :
hijau, kuning, dan biru yang komposisinya tergantung jumlah
iodida dan temperatur kerja.
2. Lampu Spektrum Multi Garis menggunakan Metal Scandium (Sc),
Disprosium (Dy), Thalium (Tl), dan holmium (Ho).
3. Lampu

Molekular

menghasilkan

spektrum

kuasi

(bukan

sebenanrnya) menggunakan senyawa stanum iodida (SnL2) dan


stanum klorida (SnCl2).

Penyalaan pada lampu metal halida agak berbeda dengan lampu


merkuri ebrtekanan tinggi karena adanya aktivitas kimia gas
pengisinya. Karena itu untuk memudahkan penyalaan awal di dalam
gas ditambahkan gas mulia ; Neon dan Argon atau Kripton dan Argon.
Penyalaan awal lampu metal halida memerlukan waktu sekitar 2 menit.
Elektroda lampu metal halida terdiri dari 3 bagian yaitu timah hitam
sebagai batang penghubung dengan bagian luar tabung pelepasan
lembaran molibdenum sebagai penyekat,dan elektrodanya sendiri.

21

Posisi pemasangan lampu metal halida menentukan umur pemakaian


(umur nominal 12000 jam) dan fluktuasi warna. Karena itu posisi
pemasangan lampu metal halida harus diperhatuikan petunjuk
produsen (bervariasi). Efikasi lampu berkisar 75 lm/W hingga 95
lm/W tergantung jenis dan besarnya daya lampu. Seperti lampu
pelepasan gas lainnya penyalaan kembali lampu metal halida
diupayakan pada kondisi dingin yaitu setelah lampu pada 5-20 menit.
Di samping menggunakan balast, lampu metal halida sering dilengkapi
dengan starter elektronik yang fungsinya mempermudah penyalaan
awal.Pemasangan starter seri dengan balast fungsinya tidak berbeda,
tetapi menambah kerugian daya. Terdapat beberapa kemungkinan
pemasangan starter elektronik seperti :

Keuntungan menggunakan lampu metal halida/HID :

Efikasi lampu HID jauh lebih tinggi dibandingkan dengan lampu pijar
dan fluoresen, kecuali lampu emrkuri (yang kualitas cahayanya lebih
baik dari lampu pijar).

Lebih awet dari lampu pijar, dan kadang lebih awet dari lampu
fluoresen.

22

Pendistribusian cahaya lebih mudah daripada lampu fluoresen.

Biaya operasional sangat rendah.

Tidak seperti lampu fluoresen, lampu HID tidak terpengaruh oleh


variasi suhu dan kelembapan lingkungan.

Kerugian menggunakan lampu metal halida/HID :

Biaya awal sangat tinggi.

Harga lampu lebih mahal dari jenis lain, hingga dapat mempengaruhi
biaya penggantian lampu.

Seperti halnya lampu fluoresen, lampu HID butuh balast yang dapat
mengeluarkan suara mengganggu.

Lampu membutuhkan waktu 8 menit untuk bersinar penuh.

Beberapa lampu dapat mengeluarkan cahaya ulta violet yang


membahayakan kesehatan.

Lampu HID hanya cocok untuk ruangan dengan ketinggian langitlangit sedang (3-5 m) sampai tinggi (> 5 m), awalnya lampu ini
dirancang untuk pemakaian di luar ruangan, tetapi produk baru yang
dilengkapi dengan pengoreksi warna cocok juga untuk penggunaan di
dalam ruangan.

2.2.1. Lampu Natrium


Lampu Natrium (Sodium) dibedakan berdasarkan tekanan gas di
dalam tabung pelepasannya menjadi 2 yaitu : Lampu Natrium tekanan
rendah(Low Pressure Sodium, SOX) dan Lampu Natrium tekanan tinggi
(High Pressure Sodium/HPS, SON).

23

Natrium padat dan gas Neon diisikan pada tabung U. Natrium akan
menjadi gas setelah pemanasan pada waktu kerja awal.
Penampilan terbaik lampu Natrium tekanan rendah jika tabung
pelepasannya dipertahankan pada temperatur 3000 C. Karena bekeja pada
temperatur tinggi, makan agar tahan terhadap panas maka tabung U tsb
dibuat dari gelas ganda(bahan masing-masing produsen mungkin berbeda).
Pada saat kerja awal 5-10 menit untu SOX dan 5-7 menit untuk
SON warna cahaya yang dihasilkan merah muda dan kemudian setalh
Natrium menguap semua warna cahaya yang dihasilkan kuning.

Cara pemasangan lampu Natrium agak miring ke atas dengan


maksud agar pada kondisi dingin Natrium berkumpul dan lebih dekat
dengan elktroda sehingga pada proses penyalaan Natrium tsb lebih awal
terpanasi. Umur lampu Natrium rata-rata 2500 jam dan efikasinya 40-50
lm/W.
24

Pemakaian lampu Natrium menggunakan balast dan unit penyalaan


spt :

Terdapat rangkaian SOX dengan watt konstan baik selama operasi


normal maupun pada waktu kerja awal. Manfaat SOX dengan rangkaian
watt konstan :
1. Efikasi sistem lebih tinggi
2. Kedipan (flicker) dapat direduksi
3. Variasi tegangan pengaruhnya kecil
4. Kapasitor yang dipasang seri berfungsi untuk melindungi terjadinya
efek penyearahan pada akhir pemakaian lampu.
Tampilan fisik, dimensi, maupun bahan tabung pelepasan apda
lampu Natrium tegangan tinggi (SON) sangat berbeda dengan SOX. Di
samping perbedaan tekanan di dalam tabung pelepasan, juga perlengkapan
pengemisian cahaya.

25

Tabung pelepasan diisi puluh miligram Merkuri Natrium amalgam


(cair) yang sebagian menjadi gas pada temperatur kerja. Sedangkan
kandungan amalgamnya sendiri 20%. Tekanan gas Natrium dan Merkuri
yang diisikan ke dalam tabung pelepasan masing-masing 10-80 kPa.
Merkuri merupakan gas yang berfungsi menstabilkan busur. Untuk
memperbaiuki efikasi dimasukkan pula Xenon. Keberadaan Xenon
menyebabkan tegangan penyalaan bertambah sehingga diperlukan
perangkat tambahan untu start. Di samping itu campuran gas Neon dan
Argon digunakan sebagai gas untuk penyalaan awal diisikan sekitar lilitan
penyalaan yang dipasang pada tabung pelepasan.
Di samping konstruksi standar, terdapat lampu SON spesial yaitu
lampu SON yang mempunyai pangkal ganda, lampu reflektor, lampu SON
busur ganda (dual arc) demikian pula modifikasi bola lampu maupun
komponen lain.
Kalau daya SOX maksimal 200 W makan SON sudah dapat
diproduksi daya tertinggi 1000 W. Penggunaan lampu Natrium pada
tempat-tempat

yang

dibandingkan

sekadar

memerlukan
kebutuhan

penerangan

yang

monokromatik

lebih

contohnya

terang
pada

terowongan, jalan utama, ruang penyimpanan, lampu sorot, perancangan


daerah industri. Karena warna cahaya lampu natrium kuning kehijauan,
lampu ini tepat untuk daerah berkabut atau berdebu.
Lampu SON misalnya untuk daya rendah 50 W dan 70 W dipasang
gawai pengapian di dalamnya. Sedangkan untuk SON yang dayanya lebih
tinggi digunakan starter yang dipasang paralel di luar lampu. Kalau starter
langsung dihubungkan dengan belitan auto trafodan starter dihubungkan
juga dengan ujung auto trafo melalui resistor, hubungan seperti itu disebut
starter semi paralel. Lampu yang dihubungkan dengan startersemi paralel
antara lain : SON-T, SON-(T) plus, SON-(T) Agro, SON-(T) Comfort.

26

Lampu SON yang menggunakan Neon dan Argon sebagai gas awal
kerja dinamakan SON-H, dipasang lilitan di bagian luar tabung
penglepasan sehingga tidak memerlukan starter di luar lampu. Lampu ini
tidak dapat dipasang kapasitor kompensasi sebab dapat menyebabkan
kenaikan tegangan yang menyebabkan lampu rusak. Daya lampu dan jenis
balast yang digunakan harus sesuai.
2.2.2. Lampu Merkuri Tekanan Tinggi
Lampu Merkuri tekanan rendah (lampu fluoresen) cahaya yang
sebagian besar dihasilkan adalah ultraviolet. Jika tekanan gas di dalamnya
diperbesar hingga menjadi 2 atmosfir barulah dihasilkan sinar tampak.

Konstruksi lampu Merkuri tekanan tinggi (MBF atau HPL) terdiri


dari 2 tabung yaitu tabung dalam (tabung pelepasan gas) yang berisi gas
Neon dan Argon bertekanan rendah yang dilengkapi 2 elektroda dan
tabung luar yang berfungsi mereduksi panas yang dipancarkan. Lampu
Merkuri tekanan tinggi menggunakan balast sebagai pembatas arus
pelepasan. Karena itu faktor dayanya relatif rendah yaitu 0,5. Rangkaian
lampu merkuri tekanan tinggi :

27

Tabung dalam terbuat dari gelas keras sehingga mampu digunakan


pada temperatur relatif tinggi. Cara kerja lampu Merkuri terdapat 3
tahapan : pengapian, prosesn mencapai stabil dan stabil. Pada saat suplai
tegangan diberikan terjadi medan listrik antara elektroda kerja awal
dengan salah satu elektroda utama. Hal ini menyebabkan pelepasan
muatan ke2 elektroda dan memanaskan merkuri yanga da di
sekelilingnya. Untuk menguapkan merkuri tsb diperlukan waktu 4-8
emnit. Serela semua merkuri menjadi gas, resistansi elektroda kerja awal
naik karena panas dana rus mengalir antar elektroda utama melalui gas.
Arus mula kerja berkisar 1,5-1,7 arus nominal. Warna kerja awal
kemerahan dan setelah kerja normal sinar yang dihasilkan berwarna
putih.
Daya
sudah
1000

lampu

merkuri

diproduksi

yang

maksimal

Watt.

Posisi

pemasangan

lampu merkuri

adalah

tabung

dalamnya tersangga.

tegak

Rangkaian
merkuri

tekanan

agar

lampu
tinggi

pada

prinsipnya seperti rangkaian baik yang tunggal, dikompensasi maupun


hubungan Duo pada prinsipnya seperti rangkaian lampu merkuri tekanan
rendah (TL).

28

Pemakaian lampu merkuri antara lain : pabrik dengan langit-langit


tinggi, aula olah raga, tanah lapang, pompa bensin, penerangan jalan
raya.
Terdapat lampu merkuri yang balast terpasang di dalamnya
terpasang seri dengan tabung pelepasa. Lampu demikian dinamakan
lampu perpaduan atau blended (MBFT atau ML).
Pemasangan lampu blended menyudut ke atas 300 untuk lampu
mempunyai daya hingga 160 W dan menyudut 450 untuk lampu yang
dayanya lebih besar dari 160 W. Penyalaan awal berkisar antara 5-10
menit. Efikasi lampu ebrkisar 8000-9000 jam dan dipengaruhi frekuensi
penyalaan. Makin sering pensaklaran (swatching) memperpendek umur
lampu karena pada awal penyalaan terjadi panas yang melebihi nilai
nominal.

2.2.3. Sumber Cahaya Electroluminescent


Electroluminescent dapat didefinisikan sebagai emisi cahaya hasil
dari eksitasi di dalam suatu padatan. Efek tsb dapat diperoleh dengan
menggunakan medan listrik pada bahan kristalin yang emmpunyai sifat
pemendaran khusus dan dapat dikontrol. Hingga saat ini terdapat sumber
cahaya electroluminescent yaitu :
-

Light Emiting Dioede (LED)

Panel Electroluminescent
LED adalah bahan semi-konduktor yang mengeluarkan cahaya

ketika arus listrik melaluinya. Sebagaimana dioda lainnya LED terdiri


dari pasangan bahan semi konduktor P dan N seperti :

29

Bila sumber arus listrik diberikan kepada LED (kutub negatif


dihubungkan dengan N dan kutub positif dngan P) maka lobang akan
mengalir ke arah N dan elektron ke arah P. Cahaya yang dihasilkan LED
bermacam-macam tergantung bahan semi-konduktor yang digunakan.
Penggunaan LED antara lain untuk teks atau gambar yang ebrgerak
yang disebut displai penomoran alpha (terdiri dari 35 titik), penomoran 7
segmen (untuk displai nomor digital).
Keuntungan lampu LED :

Mempunyai efisiensi lumen per watt tinggi.

Mempunyai warna yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanpa


menambah filter sehingga menghemat biaya.

Ukurannya kecil >2 mm2 sehingga dapat digabung-gabungkan tanpa


memerlukan banyak ruang

Dapat dihidup-matikan dengan cepat

Dapat dihidup-matikan tanpa mengurangi umur.

Mudah dipasang dimmer.

Mati perlahan-lahan, tidak mendadak.

Berumur panjang 35.000-50.000 jam

Tahan goncangan

30

Dapat difokuskan dengan mudah tanpa alat tambahan

Tidak mengandung merkuri

Kerugian :

Saat ini harganya masih relatif mahal

Terpengaruh oleh suhu.

Peka terhadap tegangan listrik.

Kualitas warna sering menyebabkan warna objek tidak alami karena


spektrum cahaya LED berbeda dengan lampu pijar dan matahari

Blue hazard, lampu LED biru dan putih diduga memancarkan cahaya
di atas persyaratan sehingga dapat mengganggu kesehatan mata.

Blue pollution, lampu LED putih memancarkan gelombang warna biru


yang sangat kuat sehingga dapat mengganggu lingkungan.

Aplikasi LED
1. Aplikasi LED Pada Penerangan Jalan
Sejarah
Pada tahun 1884, lampu jalan elektrik pertama kali diterapkan di
Romania. Pada saat itu, 731 lampu jalan dipasang di seluruh pelosok
Romania. Hal ini membuktikan kebutuhan akan lampu jalan telah ada sejak
dulu kala. Lampu jalan digunakan untuk meningkatkan keamanan, terutama
terhadap kriminalitas dan meningkatkan jarak pandang ketika berkendara
pada malam hari.
Seiring dengan meningkatnya peradaban manusia, maka kebutuhan
akan lampu jalan pun semakin meningkat. Wilayah perkotaan yang meluas
dan pertumbuhan jumlah jalan raya mengharuskan penerangan jalan untuk
ikut bertambah. Hal ini berarti pertambahan yang besar pula bagi kebutuhan
listrik.
Saat isu mengenai penghematan energi mencuat, lampu jalan muncul
sebagai salah satu objek penghematan. Salah satu alternatif yang digunakan

31

adalah mengganti lampu merkuri dengan lampu LED yang hemat energi.
Adalah Jepang, negara pertama yang mengaplikasikan LED sebagai lampu
jalan di wilayah Osaka pada awal 2000-an. Hal ini terbukti menurunkan
konsumsi listrik sebesar 80% di wilayah tersebut.
Alternatif kedua muncul ketika teknologi solar cell mulai berkembang.
Selain diterapkan di rumah-rumah, solar cell juga diterapkan di lampu jalan
sebagai alternatif sumber energi. Dengan digunakannya solar cell sebagai
sumber energi lampu jalan, maka lampu jalan pun tidak memerlukan listrik
dari pembangkit listrik konvensional lagi.
Ketika kedua alternatif ini digabungkan, lampu jalan pun menjadi
sebuah ajang penghematan listrik yang efektif.

Prinsip Kerja Umum


Sistem penerangan jalan (LED) dengan energi matahari merupakan
sistem penerangan jalan alternatif yang menggunakan sumber energi
terbarukan dan hemat energi. Sumber energi diperoleh dari konversi energi
cahaya matahari menjadi energi listrik. Untuk melakukan konversi tersebut,
digunakanlah solar cell.
Pada siang hari, ketika matahari bersinar terang, solar cell akan
mengubah energi cahaya matahari menjadi energi listrik. Energi listrik ini
akan diisikan pada baterai dengan pengendalian oleh solar charger controller
(SC controller). SC controller ini berfungsi untuk mengendalikan pengisian
energi listrik pada baterai, jika baterai telah penuh, maka SC controller akan
memutuskan pengisian listrik dari solar cell.

32

Pada malam hari, lampu LED akan menyala dengan pasokan listrik dari
baterai. Tentu saja solar cell tidak lagi memasok listrik pada saat ini karena
tidak ada sinar matahari.
Sistem solar cell yang digunakan pada penerangan jalan memiliki cara
kerja yang mirip dengan sistem solar cell pada umumnya, yaitu solar cell
dipakai sebagai sumber energi dari suatu alat dan kelebihan energi yang
dihasilkan akan disimpan pada baterai sebagai cadangan energi. Namun pada
penerangan jalan, karena hanya digunakan pada malam hari, maka ketika
solar cell mendapatkan energi dari sinar matahari, energi tersebut akan
langsung disimpan pada baterai dan ketika malam hari, baterai akan mensupply kebutuhan energi bagi lampu LED.
Sistem ini memiliki berbagai macam keunggulan dibandingkan sistem
penerangan jalan umum biasa, diantaranya:
1. Penggunaan listrik yang kecil, karena menggunakan lampu LED yang
daya listriknya kecil.
2. Umur pakai yang panjang, dikarenakan lampu LED hanya dilewati arus
yang sangat kecil.
3. Biaya operasional yang murah, dampak langsung dari konsumsi listrik
yang rendah adalah

biaya operasional yang rendah dibandingkan

menggunakan lampu biasa.


4. Mengurangi penggunaan listrik dari PLN, sistem solar cell yang
digunakan merupakan sebuah aplikasi dari sumber energi terbarukan
sehingga mengurangi/ ketergantungan dari pembangkit listrik berbahan
bakar fosil.

33

5. Mengurangi instalasi kabel listrik karena listrik dipasok langsung pada


solar cell yang terdapat pada tiang yang sama.
Spesifikasi
Untuk membuat sebuah sistem penerangan jalan (LED) dengan energi listrik
dari matahari, dibutuhkan dua buah komponen utama, yaitu:

1. Sistem solar cell

Sistem solar cell terdiri atas panel surya, baterai dan SC controller.
Fungsi dari sistem ini adalah untuk menggantikan sumber listrik PLN.
Oleh karena itu, diperlukan sebuah sistem solar cell yang mampu mensupply kebutuhan listrik bagi sebuah lampu LED untuk penerangan
setidaknya satu malam dengan pengisian selama siang hari.
2. Lampu LED

Lampu LED digunakan untuk menggantikan lampu TL. Lampu


LED dipilih karena konsumsi listriknya yang rendah. Untuk penerangan
jalan, dibutuhkan lampu dengan tingkat pencahayaan sekitar ...lm. Untuk
memenuhi tingkat pencahayaan tersebut, lampu TL memerlukan daya
sebesar ...watt sementara lampu LED hanya memerlukan daya
sebesar ...watt.
34

Perkembangan Teknologi
1. Perkembangan teknologi sel surya
Sel surya cukup berkembang di Indonesia maupun di dunia. Hal ini
dapat dilihat dari banyaknya penggunaan teknologi ini untuk berbagai
aplikasi. Perkembangan terkini yang mulai dilakukan adalah untuk
menaikkan efisiensi dari sel surya tersebut. Efisiensi sel surya dilihat dari
prosentase besarnya energi listrik yang dihasilkan dibanding besar energi
cahaya yang diterima. Efek positif lain yang akan didapat apabila bisa
menaikkan efisiensi sel surya ini dapat menghemat tempat karena luas
permukaannya dapat diperkecil.
Sel surya yang diproduksi massal saat ini memiliki efisiensi sekitar
15% saja, namun dengan adanya penelitian yang berlangsung diharapkan
akan memiliki efisiensi sekitar 30% sehingga akan lebih menarik dan
lebih massal dalam penggunaannya.
2. Perkembangan teknologi lampu LED
Penggunaan lampu sebagai penerangan sangat dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari. Namun dalam penggunaannya, lampu yang banyak
digunakan sekarang ini tidak ramah lingkungan dan memerlukan banyak
energi.

Perkembangan

terbaru

dalam

sistem

penerangan

adalah

penggunaan LED. LED memiliki banyak kelebihan daripada lampu biasa,


antara lain lebih ramah lingkungan, lebih tahan lama dan lebih irit energi.
Penggunaan LED banyak dipakai pada senter, lampu rumah dan lampu
penerangan jalan umum.
Potensi Lampu Jalan LED dengan Tenaga Surya di Dunia dan Indonesia
Potensi LED sebagai lampu jalan di dunia cukup besar. Walaupun pada
awalnya pancaran cahaya LED tidak seterang lampu konvensional, kini telah
ditemukannya juga LED yang mempunyai kemampuan mengeluarkan cahaya
dengan terang. LED juga merupakan lampu yang sangat hemat energi,
sehingga sangat dianjurkan untuk mengganti lampu jalan konvensional yang
menggunakan banyak energi listrik.

35

Potensi sel surya di dunia juga sangat tinggi. Tenaga surya yang tidak
akan habis mempunyai potensi yang sangat besar untuk menjadi energi
alternatif sumber energi listrik. Oleh karena itu sel surya berpotensi di negara
yang memiliki pancaran sinar matahari tinggi seperti daerah tropis.
Karena

potensi

masing-masing

yang

besar,

pengembangan

teknologi untuk menjadikan LED sebagai lampu jalan dengan tenaga surya
memiliki potensi yang sangat besar juga di dunia. Tingkat kebutuhan listrik
yang relatif kecil juga menyebabkan panel surya yang dibutuhkan oleh lampu
LED cukup kecil untuk di atas tiang lampu itu sendiri. Dan karena bentuknya
yang tidak jauh berbeda dari tiang sebelumnya, tiang lampu konvensional
tidak

perlu

diganti. Hal

ini

berarti

tingkat

penghematan

yang cukup besar untuk sebuah lompatan teknologi,sehingga teknologi ini


sangat berpotensi di dunia dan khususnya Indonesia.
Potensi Peluang Implementasi Lampu Jalan LED dengan Tenaga Surya
di Indonesia
Lampu LED sebagai lampu jalan di Indonesia belum banyak dipakai.
Teknologi pengembangan LED sudah sampai ke LED super yang memiliki
intensitas cahaya yang tinggi. Oleh karena itu sudah cukup untuk
menggantikan lampu yang sekarang. Lampu LED juga sangat hemat listrik
dan ramah lingkungan. Karena tingkat penghematan energi di Indonesia
sangat diharapkan mengalami peningkatan, lampu LED ini sangat berpotensi
di Indonesia.
Potensi peluang implementasi lampu LED sebagai lampu jalan dengan
tenaga surya sangat besar. Dengan tingkat intensitas cahaya matahari yang
cukup tinggi teknologi ini dapat dimanfaatkan dan Indonesia sebagai negara
yang beriklim tropis memiliki cahaya matahari yang cukup lama dan dapat
dimanfaatkan. Pada dataran rendah contohnya pantai, matahari cukup stabil.
Oleh karena itu, peluang implementasi teknologi ini cukup tinggi pada
daerah-daerah tertentu yang memiliki cahaya matahari yang cukup stabil.
Salah satu kendala yang dihadapi Indonesia adalah curah hujan yang
juga cukup tinggi pada wilayah tropis. Hal ini memang membuat teknologi

36

sel surya sebagai sumber utama menjadi tidak berguna. Kematian lampu jalan
berakibat sangat fatal, oleh karena itu pada lampu LED ini disediakan juga
jalur listrik dari pusat sebagai energi alternatif untuk membuat lampu jalan
tetap hidup.
Tingkat pengeluaran untuk penggunaan teknologi ini juga tidak terlalu
mahal. Dibandingkan dengan pengeluaran yang dikeluarkan oleh lampu yang
lama, investasi yang dilakukan dengan penggunaan teknologi ini jauh lebih
besar. Modalnya memang cukup mahal, tetapi pada akhirnya biaya
pengeluarannya akan relatif sangat kecil. Oleh karena itu, di Indonesia
diharapkan dapat menggunakan teknologi ini dengan bertahap. Tidak semua
lampu langsung diganti tetapi akan sedikit demi sedikit diganti dengan lampu
LED bertenaga surya ini. Dengan cara ini maka peluang implementasi
teknologi ini di Indonesia akan sangat besar.
Teknik Pengontrolan
Controller

Controller di dalam sistem lampu jalan tenaga surya dapat dikatakan


sebagai "otak" karena fungsinya yang adalah sebagai pengatur arus listrik
baik terhadap arus yang masuk maupun arus yang keluar / digunakan. Adapun
fungsi - fungsi controller pada lampu jalan tenaga surya adalah sebagai
berikut :
1. Saat voltase di baterai telah dalam keadaan penuh, maka controller
berfungsi menghentikan arus listrik yang masuk ke dalam baterai dengan
maksud untuk menjaga ketahanan baterai agar jauh lebih tahan lama.
2. Saat voltase di baterai dalam keadaan hampir kosong, maka controller
berfungsi menghentikan pengambilan arus listrik dari baterai oleh beban /

37

peralatan listrik. Dalam kadar voltase tertentu ( umumnya sekitar 10% sisa
voltase di baterai ) , maka pemutusan dilakukan oleh controller. Adapun
hal ini agar baterai lebih tahan lama dan mencegah kerusakan pada sel - sel
baterai. Pada kebanyakan model controller, indikator lampu akan menyala
dengan warna tertentu ( umumnya berwarna merah atau kuning ) yang
menunjukkan bahwa voltase di baterai sudah hampir habis dan perlu untuk
proses charging. Dalam kondisi ini, meskipun sisa voltase di baterai masih
ada, namun karena pengambilan arus listrik dari baterai telah diputus oleh
controller, maka peralatan listrik / beban tidak dapat beroperasi.
3. Kembali kepada kejadian, yakni bahwa kejadian - kejadian yang terjadi
pada sistem lampu jalan tenaga surya bisa berbagai macam antara lain
konsleting, baterai penuh, baterai lemah, baterai normal, over-voltage, dan
lain - lain, yang adapun semua kejadian ini dapat terdeteksi oleh controller.
Karena perannya yang cukup penting, controller sangat dianjurkan untuk
dipasang meskipun tidak mutlak.
Contoh Perhitungan Energi
Bila kita berkeinginan untuk menggunakan energi sel surya untuk instalasi
penerangan

jalan,

ikuti

contoh

perhitungan

berikut

ini.

Bila kita membutuhkan daya listrik Alternating Current sebesar 2000W selama
10 jam per hari ( 20KWh/hari ) maka dibutuhkan panel sel surya dgn
kapasitas 210WP dan 2batere @12V 100Ah. Ini berdasarkan perhitungan
energi surya dari jam 7 pagi s/d jam12 sore ( 5 jam ) dan asumsi konversi
energi minimal 5 jam sehari.
Dasar

perhitungan

listriknya. Adanya

jumlah batere adalah


faktor

pengali

untuk

kebutuhan

mengantisipasi

bila

hujan/mendung terus-menerus selama 3 hari berturut-turut, sedangkan


faktor pengali 2 disebabkan battery tidak boleh lebih dari 50% kehilangan
kapasitasnya bila ingin battery-nya tahan lama.

Dengan kata lain

diusahakan agar DOD ( Depth of Discharge ) tidak melampaui 50% karena


sangat mempengaruhi life time dari battery itu sendiri.
Jumlah Aki
2

Voltage Ampere
12 Volt 100 Ampere hour

Perhitungan
2 x 12 x 100

Hasil
2400 Watt hour

38

Estimasi Awal Biaya


Solar cell panel 70 Wp @Rp 32.500/Watt Peak = Rp 2.275.00
Lampu LED 30 Watt = Rp 2.500.000
Accu 60A (-/+ 10A) = Rp 2.200.000
Electric Box System = Rp 1.500.000
Estimasi Jumlah Biaya = Rp 8.475.000 + Ppn 10% = Rp 8.475.000 + Rp
847.500
Estimasi Jumlah Biaya = Rp 9.322.500
Potensi Pasar di Indonesia
Indonesia memliki potensi sebagai pasar untuk pengembangan sistem
penerangan jalan (LED) dengan energi listrik dari matahari. Mengapa
demikian, alasannya adalah sebagai berikut:
1. Masih adanya daerah daerah yang minim akan penerangan
Daerah daerah yang dimaksud adalah daerah seperti jalanan yang
akan mendekati hutan dan desa desa yang kurang terjangkau oleh
infrastruktur pelistrikan dari PLN. Tiap tahunnya pemerintah pasti akan
berusaha untuk memperbaiki penerangan dari daerah daerah tersebut.
Dikarenakan daerah daerah tersebut jarang dilewati oleh kabel dari
PLN, maka lampu LED berenergi matahari menjadi solusi penerangan
yang tepat. Hal tersebut dapat menjadi potensi bagi sistem lampu LED
berenergi matahari untuk ditawarkan.
2. Penghematan energi dan alternatif energi bahan bakar fosil
Pada awal abad ke-21 ini isu penghematan energi sedang kuat
kuatnya. Terlebih lagi mengenai alternatif untuk energi dengan bahan
bakar fosil, dikarenakan mulai menipisnya bahan bakar fosil. Berbagai
negara banyak memikirkan mengenai hal ini, tak terkecuali Indonesia.
Oleh karena itu, pengembangan manajemen dan sumber energi pada
kebijakan pemerintah dan industri akan dioptimalkan dan dialihkan
menuju energi terbarukan, salah satunya energi matahari. Salah satu
caranya adalah dengan menggunakan perangkat berenergikan matahari.
Untuk penerangan, melihat besarnya keuntungan dari lampu LED
berenergi matahari ( konsumsi daya yang kecil, dan sumber energi yang

39

ramah lingkungan), proyek proyek pemerintah dan industri akan


menggunakan lampu LED berenergi matahari.
3. Terbatasnya daya PLN
Semakin hari pasti infrastruktur pelistrikan Indonesia akan
berekspansi. Pada tahun 2010 ini memang mulai dibangun berbagai
macam macam pembangkit listrik dengan energi alternatif, sebagian
besar memanfaatkan panas bumi. Hanya saja, pembangunan juga
memerlukan waktu yang lama, padahal kebutuhan akan penerapan
perangkat perangkat elektronik khususnya dalam hal penerangan juga
perlu dilakukan. Dari masalah inilah muncul peluang bagi lampu LED
berenergi matahari untuk masuk ke pasar perangkat elektronik untuk
penerangan di Indonesia, karena sumber energinya juga dari matahari.
Selain itu, lampu LED berenergi matahari juga tak terpengaruh apabila ada
pemadaman, baik yang disengaja maupun tidak. Sehingga pihak - pihak
yang tak ingin terpengaruh pemadaman akan melirik ke lampu LED
berenergi matahari.
Potensi Hambatan Pengembangan dan Aplikasi di Indonesia
Harus diakui, sistem penerangan jalan menggunakan lampu LED
dengan energi listrik dari matahari masih butuh investasi besar. Karena
beberapa komponen mulai dari panel surya, baterai, hingga lampu LED
masih harus didatangkan dari luar negeri sehingga harganya menjadi
mahal. Padahal, para pakar Indonesia sudah mampu membuat sendiri.
Apalagi sejumlah bahan baku, seperti silica untuk pembuatan panel surya,
juga tersedia melimpah di tanah air.
Untuk skala laboratorium Indonesia sudah mampu membuat
sendiri panel surya. Yang jadi persoalan adalah belum bisa mencapai skala
efisiensi karena tidak memiliki pabrik untuk menghasilkan secara massal.
Sehingga meskipun lampu penerang jalan menggunakan lampu LED
dengan energi listrik dari matahari memerlukan biaya operasional yang
lebih

hemat

dibandingkan

lampu

penerang

konvensional,

pada

40

kenyataannya lampu penerang jalan konvensional lebih banyak dipakai


karena biaya investasinya yang lebih murah.

2. Aplikasi Head Lamp


Namun pelan tapi pasti, aplikasinya mulai mengalami perkembangan
pesat. Tentu saja, diimbangi teknologi terkini dalam inovasi LED itu sendiri.
Tidak terkecuali LED pada headlamp. Pada mobil premium, teknologi LED
mulai diadopsi terutama transporter berasal dari Eropa seperti Audi, BMW,
Mercedes Benz dan lainnya.
Namun, perkembangan terakhir sejumlah pabrikan Jepang pun mulai
melirik ketangguhan teknologi LED. Bahkan mobil tersebut sudah beredar di
Indonesia.Toyota Camry dan Honda Accord sudah mengadopsi teknologi LED
pada pancaran sinar lampu depannya. Terakhir, mobil kompak dari Mazda2,
tidak ragu menggunakan LED sebagai daya tariknya. Desain batok lampu
depan dan settingan mesti sesuai dengan kebutuhan LED. Tidak seperti lampu
jenis lainnya yang memancarkan panas sesuai arah gelombang cahaya, LED
justru menghasilkan panas ke arah belakang.

Pancaran

sinar

berteknologi

LED

lampu
juga

Konstruksi teknologi LED,

Lampu belakang Jaguar XF

pengaplikasian

juga

tanpa

mengadopsi

teknologi

41

hadir pada jajaran terbaik

menggunakan filament dan

Infiniti

gas

LED sebagai standar

Kombinasi reflektor dan lensa mesti sejurus dengan kebutuhan LED.


Fungsi reflektor memberi bias sinar dari area belakang, sementara lensa,
bertugas pada bagian depan untuk memberi titik fokus penerangan.Selain itu,
LED juga dikenal dengan antigetar saat beraksi. Inilah karakteristik LED
secara global bila dibandingkan dengan lampu lainnya.Oleh karena itu, selain
desain dan settingan, tegangan sumber listrik kendaraan mesti stabil. Arus
listrik alias voltase mobil harus dipastikan stabil. Tidak diharapkan terjadi
lonjakan

energi

listrik

kendaraan

tidak

teratur.

Biasanya pada mobil tersebut tersedia peranti stabilisator. Fungsinya menjaga


arus listrik berjalan stabil sekaligus menjaga performa LED secara umum.

Tabel perbandingan Efikasi :

Sumber

Efikasi (lm/W)

Lilin

0,1

Lampu minyak

0,3

Lampu Edison yang pertama

1,4

Lampu Edison th 1910

4,5

42

Lampu pijar modern

14-18

Lampu halogen tungsten

16-20

Lampu fluoresen

50-85

Lampu merkuri

40-70

Lampu metal halida

60-80

Lampu HPS

90-100

Lampu LED

115-180

Panel electroluminescent adalah sumber cahaya datar yang


cahayanya merupakan emisi bahan-bahan dielektrik sehingga sumber
cahaya ini dapat pula dikatakan sebagai light-emiting capacitor. Dasar
pemikirannya, serbuk fluoresen dapat diaktifkan oleh medan listrik baik
yang disebabkan oleh arus searah maupun arus bolak-balik.
Konstruksi panel electroluminescent bervariasi, tetapi secara
garis besar panel tsb terdiri dari lapisan-lapisan tipis bahan dielektrik
dengan serbuk fluoresen selang-seling yang diapit dengan lempengan
konduktor sebagai elektroda. Salah satu konduktor harus terbuat dari
bahan yang transparan sehingga emisi yang terjadi dapat dilihat.
Konstruksi teakhir lempengan konduktor ada 3 macam : panel keramik,
panel plastik, dan film pengemisi cahaya.
Panel keramik terdiri dari beberapa lapisan enamel di atas
lembaran baja tipis pertama pelapisan enamel dicampur dengan dielektrik
Barium Titanat, kemudian lapisan enamel dicampur dengan Pospor dan
lapisan paling atas adalah lapisan konduktor timah oksida transparan yang
dilapisi dengan enamel transparan untuk melindungi panel dari uap air dan
perlindungan mekanis. Ketebalan total panel skitar 0,15 mm. Panel plastik
pada dasarny sama dengan panel keramik, tetapi pada panel plastik
elektroda dilapisi dengan Indium Oksida yang posisinya di atas Pospor dan
Barium Titanat. Filmpengemisi cahaya terdiri dari ebberapa laisan sangat

43

tipis (fungsi sama seperti panel lainnya) ditempel pada lembar gelas atau
keramik di dalam udara vakum.
Fluoresen ZnS yang ditambah dengan aktivator tembaga
menghasilkan emisi berwarna biru atau hijau sedangkan jika aktivatornya
Mangan menghasilkan emisi berwarna kuning. Warna lainnya dapat
dihasilkan dari eksitasi sekunder dengan cara memodifikasi pewarnaan
fluoresen (fluoresen kaskade).
Panel electroluminescent menggunakan tegangan 110 V atau
220 V, tidak memerlukan oembatas arus/balast. Cahaya yang diemisikan
dipengaruhi oleh jenis panel, tegangan, dan frekuensi suplai.
Pada

penelitian

dengan

menngunakan

sumber

listrik

berfrekuensi 5 kHz dapat diperoleh kebeningan 3000 cd/m 2 tetapi pada


penggunaan sehari-hari umumnya kebeningan dibuat 10-50 cd/m2 .
Efikasi panel 2,5-5 lm/W dan daya yang diperlukan
20mW/cm2. Umur panel electroluminescent berkisar antara 10000-20000
jam, dengan depresiasi emisi secara bertahap.
Pemakaian panel electroluminescent antara lain :
-

Penerangan kamar tidur

Panel instrumen di pesawat terbang

Permukaan jam

LCD (Liquid Crystal Display) pada monitor laptop


Panel electroluminescent tidak digunakan pada penyimpanan

gambar dengan sinar X, maupun keperluan Radar.

44

2.2.4

Teknologi lampu OLED

OLED adalah akronim untuk organic light emitting diode.


Inilah

hasil

teknologi

lampu

terbaru

yang

juga

sudah

dikembangkan BMW, membuka kesempatan untuk pendaran


cahaya yang lebih pintar dan membuat desainer lampu lebih bebas
menciptakan bentuk yang indah tanpa mengurangi fungsi sebagai
alat penerangan dan keamanan. Di setiap unit OLED, terdapat dua
elektrodayang salah satunya transparanlalu menjadi satu
dengan sejumlah lapisan tipis dari material semikonduktor organik.
Aliran listrik DC, bertegangan antara 3 volt - 4 volt, akan
mengaktifkan lapisan-lapisan yang sangat tipissekira 0,8 hingga

45

1,5 mmagar memendarkan cahaya. Warna cahaya bergantung


pada komposisi molekular pada lampu OLED.
Berbeda dengan LED yang terbuat dari semikonduktor
kristal, OLED adalah lampu yang ringan dan datar. Cahayanya
menciptakan level baru homogenitas. Cahaya OLED juga tidak
menciptakan banyak bayangan dan tidak membutuhkan reflektor
atau komponen optik lainnya. Ini yang membuat OLED sangat
efisien, ringan, dan tak butuh komponen pendingin.
Struktur yang membentuk OLED memungkinkan cahaya
dari lampu seolah-olah seperti bentukan tiga dimensi, seperti
bertingkat, atau ber-layer. Ini membuat desainer bebas memberikan
desain sekreatif mungkin.
3. Lampu Pendar

Lampu pendar adalah salah satu jenis lampu lucutan gas yang
menggunakan daya listrik untuk mengeksitasi uap raksa. Uap raksa yang
tereksitasi itu menghasilkan gelombang cahaya ultraungu yang pada
gilirannya

menyebabkan lapisan fosforberpendar dan menghasilkan

cahaya kasatmata. Lampu pendar mampu menghasilkan cahaya secara


lebih efisien daripada lampu pijar
Lampu pendar dikenal dalam dua bentuk utama. Yang pertama
berbentuk tabung panjang atau yang umum dikenal dengan lampu TL

46

(tubular lamp) atau lampu neon dan yang kedua berukuran lebih kecil
dengan tabung ditekuk menyerupai spiral, umum disebut dengan sebutan
lampu hemat energi (LHE).
Karena lampu pendar memiliki efisiensi lebih tinggi daripada
lampu pijar, pemerintah Indonesia pernah mencanangkan program
penggantian lampu pijar dengan lampu pendar secara gratis. Namun
seiring

dengan

kemajuan

teknologi, efisiensi pencahayaan diode

cahaya atau lebih dikenal dengan lampu LED mulai setara dengan efisiensi
pencahayaan lampu pendar walaupun harus dalam kondisi tertentu.
Penelitian awal

Fenomena pendaran (fosforesens) pada beberapa jenis batu dan


material lain selama ratusan tahun, bahkan sebelum dipahami cara
kerjanya. Sejak pertengahan abad XIX, eksperimen memperlihatkan suatu
nyala terjadi dari bejana kaca hampa udara yang dilewati arus
listrik.Penjelasan pertama kali dilakukan sekitar tahun 1845 oleh ilmuwan
berkewarganegaraanInggris,

Sir George

G.

Stokes dari Universitas

Cambridge. Dia menamakan fenomena ini sebagai fluorescence dari


kata flourite, yaitu nama sebuah mineral yang dapat berpendar Penjelasan
ini

berdasarkan

sifat

alamiah listrik dan

fenomena cahaya yang

dikembangkan pada tahun 1840an oleh Michael Faraday dan James Clerk
Maxwell, keduanya ilmuwan dari Inggris.

47

Pada tahun 1857, seorang ilmuwan dari Perancis, Alexandre E.


Becquerel menginvestigasi

dua

macam

fenomena

pendaran

(fosforesens dan fluoresens). Dia berteori tentang pembuatan tabung


pendaran serupa dengan yang dibuat pada masa kini.Becquerel
bereksperimen dengan melapisi tabung vakum dengan material yang dapat
berpendar dan kemudian menjadi dasar pengembangan lampu pendar
selanjutnya.

Operasi
Sebuah lampu pendar pada dasarnya selalu berbentuk tabung yang
panjang terbuat dari kaca, dengan ruang kosong di dalamnya, dan terminal
listrik pada ujungnya yang terhubung dengan catu daya. Tabung tersebut
dapat dibentuk ke dalam berbagai macam bentuk seperti pada lampu
pendar jenis LHE tabung kaca tersebut ditekuk ke dalam bentuk spiral atau
bentuk lainnya. Sejumlah kecil raksa ditempatkan di dalam tabung pendar
dan tabung tersebut diisi dengan gas argon.
Saat listrik dialirkan melalui tabung tersebut, listrik tersebut
mengalir melalui gas argon dan membangkitkan atom-atom raksa dan
menyebabkan sebagian di antara atom-atom tersebut menguap. Atom raksa
menyerap energi dari elektron-elektron yang bergerak bebas dan menjadi
dalam keadaan tereksitasi. Atom-atom raksa yang tereksitasi kemudian
akan melepaskan energinya dalam bentuk cahaya pada panjang gelombang
ultraungu.
Cahaya pada panjang gelombang ultraungu tidak dapat kasatmata dan oleh
karena itu lampu pendar mensiasatinya dengan melapisi bagian dalam
tabung kaca dengan lapisan Fosfor yang terkena energi dari cahaya
ultraungu akan berpendar, mengubah cahaya ultraungu menjadi cahaya
kasatmatan. Fosfor berbentuk serbuk yang berwarna putih yang dapat
dilihat pada lampu pendar yang pecah.

48

Ballast

Ballas atau pemberat bekerja sebagai pengatur arus listrik. Ballas


menyediakan

kondisi

yang

tepat

untuk

menghidupkan

dan

mengoperasikan lampu pendar.] Jika tegangan listrik pada lampu pendar


tidak diatur, maka besar arus listrik yang mengalir melalui lampu akan
meningkat pesat dan dapat menyebabkan hancurnya komponenkomponen. Ballas bekerja mengatur tegangan dengan prinsip pembatasan
arus.
Ada dua jenis ballas dalam lampu pendar, yang pertama adalah
ballas magnetik dan yang kedua adalah ballas elektronik Ballas magnetik
bekerja dengan cara mencekik (bahasa Inggris: choke) arus pada titik yang
sudah ditentukan berdasarkan siklus arus bolak-balik pada frekuensi jalajala sumber, atau 50/60Hz. Sedangkan ballas elektronik menggunakan
komponen-komponen elektronik aktif untuk membatasi arus dan bekerja
pada frekuensi yang lebih tinggi (sekitar 25KHz). Beberapa orang
mungkin dapat melihat kedipan cepat pada lampu pendar yang
menggunakan ballas magnetik namun tidak untuk lampu yang
menggunakan ballas elektronik.] Ballas elektronik pada umumnya juga
dapat menghidupkan lampu dengan lebih cepat, dengan lebih sedikit

49

gangguan, dan dengan daya yang lebih rendah, sehingga membuat lampu
pendar bekerja lebih efisien daripada ballas magnetik.

50

Anda mungkin juga menyukai