Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plasma

Plasma merupakan jenis zat keempat selain zat klasik padat, cair dan gas
yang ditemukan pada tahun 1928 oleh ilmuan Amerika, Irving Langmuir dalam
ekperimennya melalui lampu tungsten filament. Plasma dibuat dengan
pemanfaatan tegangan listrik dengan menghadapkan dua elektroda diudara bebas.
Udara adalah isolator, materi yang tidak menghantarkan listrik namun apabila
kedua elektorda tersebut diberikan tegangan listrik yang cukup tinggi kira-kira
10kV maka sifat konduktor akan muncul pada udara tersebut. Bersamaan dengan
itu pula maka tegangan listrik mulai mengalir (electrical discharge). Semakin
besar tegangan listrik yang diberikan pada elektroda maka semakin besar pula ion
dan elektron bebas yang terbentuk. Pada tahun 1833, Faraday menunjukan bahwa
jumlah zat-zat yang teroksidasi dan tereduksi pada elektrodaelektroda berbanding
lurus dengan waktu dan jumlah kuat arus yang melalui sel tersebut (Hendro,
2015).
Secara umum ada beberapa jenis dari plasma yang dikategorikan sesuai
dengan temperatur dan tekanan operasi dari gas. Untuk limbah padat, karena
adanya proses pelelehan dan penguapan, dibutuhkan kondisi operasi dengan
temperatur dan tekanan yang tinggi. Untuk pengolahan air, tergantung dari jenis
polutan yang akan dihilangkan dan biasanya kategori jenis plasma yang
digunakan adalah plasma dengan kondisi operasi temperatur yang rendah dengan
tekanan yang tinggi. Low pressure plasma biasanya digunakan untuk
semikonductor, lampu dan lasers. Non thermal plasama biasanya digunakan untuk
pengaturan polusi udara, pengolahan sampah, pelapisan polimer. Thermal plasma
biasanya digunakan untuk pengolahan limbah padat, pelapisan, ceramic
processing, pengolahan air dan nuclear fusion plasma dugunakan untuk
kebutuhan energi dan militer.

5
6

Plasma non-termik memiliki densitas energi yang lebih rendah


dibandingkan dengan plasma termal. Perbedaan suhu antara elektron dan pertikel
yang lebih berat jauh berbeda. Elektron dengan energi yang cukup bertumbukan
degan gas latar (background) menghasilkan disosiasi, eksitasi dan ionisasi tingkat
rendah tanpa peningkatan entalpi gas yang cukup besar. Hasilnya, suhu elektron
melampaui suhu partikel-partikel berat hingga beberapa derajat perpangkatan dan
karena memungkinkan unutk mempertahankan suhu keluaran (discharge) pada
suhu yang jauh lebih rendah, bahkan pada suhu ruang.
Plasma non-termik dihasilkan dalam jenis pancaran pijar (glow discharge),
corona discharge, dan dielectric barrier discharge (DBD) yang mempunyai
densitas energi berkisar antara 10-4 hingga puluhan watt per cm-3( hariri 2011).

2.2 Arus Listrik

Arus Listrik merupakan aliran elektron-elektron dari atom ke atom yang


terjadi pada sebuah penghantar dengan kecepatan dalam waktu tertentu. Penyebab
timbulnya arus listrik tersebut dikarenakan adanya beda potensial pada kedua
ujung penghantar yang terjadi karena mendapatkan suatu tenaga untuk mendorong
elektron-elektron tersebut berpindah-pindah tempat. Umumnya gerakan aliran
elektron ini akan menuju tempat yang lebih lemah tekanannya. Sedangkan besar
kecilnya arus listrik yang terjadi tentu saja bergantung pada pembangkit listrik
yang mengeluarkan tenaga tersebut.

Arus listrik yang mengalir tersebut dari sumber arus listrik tersebut dapat
kita bedakan menjadi 2 macam yaitu :

a. Arus bolak-balik (Alternating Current)

Arus bolak-balik (AC) adalah arus yang mengalir dengan polaritas yang
berubah dan dimana masing-masing terminal polaritasnya bergantian. Pada
umumnya arus AC ini adalah arus yang digunakan dalam kehidupan seharihari
seperti alat- alat elektronika yang dipakai didalam rumah kita. Arus listrik ini
7

dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik yang bernama generator yang ada pada
pembangkit listrik.

Gambar gelombang dari arus bolak-balik dapat kita lihat sebagai berikut :

Gambar 2.1 Gelombang keluaran arus bolak-balik (AC)

b. Arus searah (Direct Current)

Arus searah (DC) merupakan arus yang mengalir dengan arah yang tetap
(konstan) dengan masing-masing terminal selalu tetap pada polaritasnya. Arus ini
bisa terjadi karena berasal dari akumulator (Accu). Arus listrik searah ini dapat
dihasilkan dengan cara merubah arus AC menjadi DC menggunakan power
supply dengan dioda sebagai penyearah arus yang dapat menyearahkan arus
bolak-balik menjadi arus searah.

Gambar 2.2 Gelombang keluaran arus searah (DC)


8

2.3 Pembangkitan Tegangan Listrik Searah (DC)


Sumber tegangan listrik searah dibangkitkan dengan menyearahkan
tegangan bolak balik. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk
penyearahan tegangan bolak balik yaitu :

2.3.1 Penyearah Setengah Gelombang


Rangkaian penyearah setengah gelombang ditunjukkan pada gambar
dibawah ini :

Gambar 2.3 Penyearah setengah gelombang

Penyearah setengah gelombang ( half wave rectifier) hanya menggunakan


1 buah dioda sebagai komponen utama dalam menyearahkan gelombang AC.
Prinsip kerja dari penyearah setengah gelombang ini adalah mengambil sisi positif
dari gelombang AC dari transformator. Pada saat transformator memberikan
output sisi positif dari gelombang AC maka dioda dalam keadaan forward bias
sehingga sisi positif dari gelombang AC tersebut dilewatkan dan pada saat
transformator memberikan sinyal sisi negatif gelombang AC maka dioda dalam
posisi reverse bias, sehingga sinyal keluaran sisi negatif tegangan AC ditahan atau
tidak dilewatkan seperti terlihat pada gambar sinyal output penyearah setengah
gelombang berikut.
9

Gambar 2.4 gelombang output penyearah setengah gelombang

2.3.2 Penyearah Villard


Sirkuit Villard, Paul Ulrich Villard, hanya terdiri dari sebuah kapasitor dan
dioda. Meskipun memiliki Manfaat besar dari kesederhanaan, hasilnya sangat riak
Karakteristik. Intinya, sirkuit adalah klem dioda Sirkuit. Kapasitor dibebankan
pada setengah siklus negatif ke tegangan AC puncak (Vpk). Outputnya adalah
superposisi dari bentuk gelombang AC masukan dan DC mantap Dari kapasitor
Efek dari rangkaian ini adalah untuk menggeser Nilai DC dari bentuk gelombang.
Puncak negatif AC Bentuk gelombang "dijepit" menjadi 0 V (sebenarnya -VF,
kecil Tegangan bias maju dari dioda) oleh dioda, oleh karena itu puncak positif
dari bentuk gelombang keluaran adalah 2Vpk. Puncak ke puncak riak adalah
2Vpk dan yang sangat besar dan tidak dapat dihaluskan kecuali jika rangkaiannya
benar-benar berputar Menjadi salah satu bentuk yang lebih canggih. Ini adalah
Sirkuit (dengan dioda terbalik) digunakan untuk memasok yang negatif Tegangan
tinggi untuk magnetron dalam oven microwave.

Gambar 2.5 Rangkaian penyearah Villard


10

2.3.3 Penyearah Greinacher


Greinacher voltage doubler adalah peningkatan yang signifikan atas
sirkuit Villard dengan biaya tambahan Komponen. Riaknya jauh berkurang,
nominal nol Di bawah kondisi beban terbuka, tapi saat ini Ditarik tergantung pada
hambatan beban dan Nilai kapasitor yang digunakan. Sirkuit ini bekerja dengan
mengikuti tahap sel Villard dengan apa yang pada intinya puncaknya Detektor
detektor atau detektor. Detektor puncak Sel memiliki efek menghilangkan
sebagian besar riak saat Melestarikan tegangan puncak pada output. Greinacher
sirkuit ini juga biasa dikenal sebagai tegangan setengah gelombang Doubler.
.

Gambar 2.6 Rangkaian penyearah Greinacher

2.3.4 Penyearah Kaskade (Cocroft-Walton)


Cocroft Walton adalah pengganda tegangan yang mengubah AC atau
mengalirkan listrik DC dari tingkat tegangan rendah ke tingkat tegangan DC yang
lebih tinggi. Ini terdiri dari jaringan pengali tegangan kapasitor dan dioda untuk
menghasilkan tegangan tinggi. Tidak seperti transformer , metode ini
menghilangkan kebutuhan inti berat dan sebagian besar insulasi / pot yang
dibutuhkan. Dengan hanya menggunakan kapasitor dan dioda, pengganda voltase
ini dapat meningkatkan voltase yang relatif rendah ke nilai yang sangat tinggi,
sementara pada saat yang sama jauh lebih ringan dan lebih murah daripada
transformer. Keuntungan terbesar dari rangkaian tersebut adalah
bahwa tegangan di setiap tahap kaskade sama dengan dua kali tegangan masukan
puncak dalam penyearah gelombang setengah. Dalam penyearah gelombang
penuh tiga kali tegangan masukan. Ini memiliki keuntungan dari komponen biaya
11

yang relatif rendah dan mudah untuk diisolasi. Kita juga dapat memanfaatkan
output dari tahap manapun, seperti pada transformator multitapped.

Gambar 2.7 Rangkaian Pengali Tegangan Cockroft-Walton

Pembangkit tegangan tinggi DC umumnya banyak digunakan dalam fisika


terapan seperti instrumen dalam bidang nuklir (akselerator, mikroskop elektron),
peralatan elektromedik (x-ray), peralatan industri (presipitat dan penyaringan gas
buang di pembangkit listrik, industri semen, pengecatan elektrostatik dan
pelapisan serbuk) atau eletronika komunikasi (televisi). Kebutuhan bentuk
tegangan, tingkat tegangan dan besar arus serta kestabilan dari pembangkit
tegangan tinggi tersebut akan berbeda satu aplikasi dengan lainnya. Salah satu
prinsip untuk membangkitkan tegangan tinggi menggunakan n-tingkat sirkuit
bertingkat satu fasa Cockcroft –Walton atau Greinacher. Prinsip ini digambarkan
pada Gambar .
Untuk memahami operasi rangkaian, dapat dilihat dibawah ini :

a. Bila tegangan masukan V i mencapai puncak negatifnya - V p , arus


mengalir melalui dioda D1 untuk mengisi kapasitor C1 ke voltase Vp .
b. Ketika V i membalik polaritas dan mencapai puncak positifnya + V p , ia
menambahkan voltase kapasitor untuk menghasilkan voltase 2V p pada
12

pelat kanan C1 . Karena D1 bias balik, arus mengalir dari C1 melalui


dioda D2 , pengisian kapasitor C2 ke voltase 2 V p .
c. Bila V i membalik polaritas lagi, arus dari C2 mengalir melalui dioda D3 ,
pengisian kapasitor C3 juga ke tegangan 2 V p .
d. Bila V i membalik polaritas lagi, arus dari C3 mengalir melalui dioda D4 ,
kapasitor pengumpan C4 juga ke voltase 2 V p .

Dengan setiap perubahan polaritas masukan, arus mengalir ke atas


"tumpukan" kapasitor melalui dioda, sampai semuanya terisi. Semua kapasitor
dibebankan pada voltase 2 V p , kecuali untuk C1 , yang dibebankan ke V p . Kunci
perkalian tegangan adalah bahwa sementara kapasitor dibebankan secara paralel,
mereka terhubung ke beban secara seri. Karena C2 dan C4 berada dalam
rangkaian antara keluaran dan ground, total tegangan keluaran (dalam kondisi
tanpa beban) adalah V o = 4 V p .

Sirkuit ini bisa diperluas ke sejumlah tahap. Tegangan output dua kali
tegangan masukan puncak dikalikan dengan jumlah tahap N atau ekuivalen
voltase tegangan puncak ke puncak ( V pp ) kali jumlah tahapan

Tegangan yang melintas seluruh kapasitor merupakan sinyal DC dengan


besar tegangannya 2Vmax untuk setiap tingkatan kapasitor, kecuali pada kapasitor
C’n yang maksimumnya hanya Vmax. Tegangan pada penyearah D1, D’1 sampai
D’n sebesar 2Vmax atau dua kali puncak tegangan AC dan keluaran HV akan
mencapai maksimum 2nVmax. Jumlah tingkat pada rangkaian ini sangat terbatas
pada arus yang akan melewati beban.
Dalam penggunaan tegangan tinggi, tegangan riak menyebabkan fluktuasi
energi partikel yang dipercepat. Besarnya fluktuasi energi dan frekuensinya
adalah sebanding dengan besarnya tegangan riak dan frekuensinya sama dengan
frekuensi tegangan riak tersebut.
13

Tegangan riak (δV) dihitung dengan persamaan :

𝐼 𝑛(𝑛+1)
𝛿𝑉 = 𝑓.𝐶 . ...............................................................................................(2.1)
2

Dimana : δV = tegangan riak (V)

I = arus (A)

f = frekuensi (Hz)

C = kapastansi ( F)

n = jumlah stage

Penurunan tegangan (ΔV) akibat arus beban dihitung dengan persamaan :

𝐼 2𝑛3 𝑛2 𝑛
𝛥𝑉 = 𝑓.𝐶 . ( + − 6) ..................................................................................(2.2)
3 2

Dimana : ΔV = Penurunan tegangan (V)

I = arus (A)

f = frekuensi (Hz)

C = kapastansi ( F)

n = jumlah stage

Untuk menentukan arus bocor melalui dioda yang disebabkan karena


dioda dioperasikan pada frekuensi 50 Hz terlebih dahulu di tentukan reaktansi
14

(Xc) dari dioda. Dari pengukuran dioda 1N4007 rata-rata mempunyai kapastansi
arah mundur 16pF. Harga Xc tiap-tiap dioda dihitung dengan persamaan :

1
𝑋𝑐 = 2𝜋𝑓𝐶 ..........................................................................................................(2.3)

Dimana : Xc = reaktansi (Ω)

π = 3,14

f = frekuensi (Hz)

C = kapastansi ( F)

Sedangkan arus bocor melalui dioda I dihitung berdasarkan hukum ohm


sebagai berikut :

𝑉
𝐼𝑒 = 𝑋𝑐...............................................................................................................(2.4)

Dimana : Ie = arus bocor pada dioda ( A)

V = tegangan (V)

Xc = reaktansi (Ω)

Jika tiap-tiap dioda dioperasikan pada tegangan (V) 125 volt, maka arus
bocor melalui dioda adalah 0,503 mA. Dioda tegangan tinggi ini dioperasikan
pada tegangan arah mundur 5kV, sehingga untuk I rangkaian dioda tegangan
tinggi tersusun dari 20 buah dioda 1N4007 secara seri Amplitudo tegangan
masukan (E) dihitung dengan persamaan :

𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠 = 2𝑛𝐸 − 𝛥𝑉.........................................................................................(2.5)


15

Dan

𝑉𝑚𝑖𝑛𝑠 = 2nE − ΔV − δV.................................................................................(2.6)

Dimana ΔV = Penurunan tegangan (V)

δV = tegangan riak (V)

n = jumlah stage

E = Teganagan masukan

Namun jumlah tingkat pelipat tegangan dibatasi karena adanya faktor-


faktor didalam pelipat tegangan itu sendiri. Jumlah tingkat maksimum (Nmaks)
dari pelipat tegangan ditentukan dengan mendeferensialkan persamaan sebagai
berikut :

𝑑𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠
= 0.........................................................................................................(2.7)
𝑑𝑛

Sehingga didapatkan

𝐸𝑓𝐶
(𝒏)𝒎𝒂𝒌𝒔 = √ .............................................................................................(2.8)
𝐼

Dimana : (n)maks = jumlah stage maksimal

I = arus (A)

f = frekuensi (Hz)

C = kapastansi ( F)

n = jumlah stage
16

Dari uraian diatas untuk meningkatkan tegangan keluaran sumber


tegangan tinggi Cocroft-Walton dapat dilakukan dengan menaikkan amplitudo
tegangan masukan (E) dan dengan meningkatkan jumlah pelipat tegangan (n).
Namun karena keterbatasan tegangan operasi kapasitor tegangan tinggi yang
digunakan pada pelipat tegangan. Sedangkan tegangan operasi pada kapasitor
telah mencapai kondisi maksimum, maka peningkatan teganagan ini hanya dapat
dilakukan dengan meningkatkan jumlah pelipat tegangan (n).

2.4 Kapasitor

Kapasitor adalah perangkat komponen elektronika yang berfungsi untuk


menyimpan muatan listrik dan terdiri dari dua konduktor yang dipisahkan oleh
bahan penyekat (dielektrik) pada tiap konduktor atau yang disebut keping.
Kapasitor biasanya disebut dengan sebutan kondensator yang merupakan
komponen listrik dibuat sedemikian rupa sehingga mampu menyimpan muatan
listrik.

Prinsip kerja kapasitor pada umunya hampir sama dengan resistor


yang juga termasuk ke dalam komponen pasif. Komponen pasif adalah jenis
komponen yang bekerja tanpa memerlukan arus panjar. Kapasitor sendiri terdiri
dari dua lempeng logam (konduktor) yang dipisahkan oleh bahan penyekat
(isolator). Penyekat atau isolator banyak disebut sebagai bahan zat dielektrik.

Zat dielektrik yang digunakan untuk menyekat kedua komponen tersebut


berguna untuk membedakan jenis-jenis kapasitor. Terdapat beberapa kapasitor
yang menggunakan bahan dielektrik, antara lain kertas, mika, plastik cairan dan
masih banyak lagi bahan dielektrik lainnya. Dalam rangkaian elektronika,
kapasitor sangat diperlukan terutama untuk mencegah loncatan bunga api listrik
pada rangkaian yang mengandung kumparan. Selain itu, kapasitor juga
dapat menyimpan muatan atau energi listrik dalam rangkaian, dapat memilih
panjang gelombang pada radio penerima dan sebagai filter dalam catu daya
(Power Supply).
17

Fungsi kapasitor dalam rangkaian elektronik sebagai penyimpan arus


atau tegangan listrik. Untuk arus DC, kapasitor dapat berfungsi sebagai isulator
(penahan arus listrik), sedangkan untuk arus AC, kapasitor berfungsi
sebagai konduktor (melewatkan arus listrik). Dalam penerapannya, kapasitor
banyak di manfaatkan sebagai filter atau penyaring, perata tegangan yang
digunakan untuk mengubah AC ke DC, pembangkit gelombang AC (Isolator)
dan masih banyak lagi penerapan lainnya.

Berikut adalah simbol dari sebuah kapasitor ditunjukkan pada gambar 2.8
berikut ini :

Gambar 2.8 Bentuk fisik kapasitor

Kapasitansi didefenisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk


dapat menampung muatan elektron. Coulombs pada abad 18 menghitung bahwa
satu coulomb = 6.25 x 1018 elektron. Kemudian Michael Faraday
membuat postulat bahwa sebuah kapasitor akan memiliki kapasitansi sebesar
satu farad jika dengan tegangan satu volt dapat memuat muatan elektron
sebanyak satu coulombs. Dengan rumus dapat ditulis:
18

Q × C × V Coloums (C) ………………………..........……………………… (2.9)

Dimana :

Q = Muatan elektron dalam C (coulombs)

C = Nilai kapasitansi dalam F (farad)

V = Besar tegangan dalam V (volt).

2.5 Resistor

Resistor adalah komponen elektronika yang digunakan sebagai tahanan


atau hambatan listrik, ada juga Resistance atau Werstand ( Belanda ). Fungsi
dari pada tahanan adalah untuk penghambat aliran arus listrik, memperkecil
arus listrik dan membagi arus listrik dalam suatu rangkaian.

Gambar 2.9 Simbol Resistor

Resistor adalah komponen elektronika dasar yang digunakan untuk


membatasi jumlah arus yang mengalir dala satu rangkaian. Karakteristik
utama dari resistor adalah resistansinya dan daya listrik yang dapat
dihantarkan. resistansi atau hambatan mempunyai sifat menghambat arus listrik
yang lewat padanya. Tegangan yang melalui elemen adalah berbanding langsung
dengan arus yang mengalir melalui elemen tersebut dan dapat dituliskan:

V= I× R Volt ………………………………………………....... (2.10)

P=V x I Watt ………………………………………….....……... (2.11)


19

Dimana :

R = Resistansi elemen dalam satuan Ohm (Ω)

I = Arus yang mengalir dalam satuan amper A)

V = Tegangan dalam satuan volt (V)

P = Daya listrik dalam satuan (watt)

2.6 Dioda

Secara umum dioda memiliki konstruksi dan prinsip kerja yang sama.
Semua dioda terbentuk oleh sambungan P dan N yang secara fisik dioda dikenali
melalui nama elektrodanya yang khas yaitu anoda dan katoda. Dioda adalah
komponen elektronika semikonduktor yang memiliki satu buah junction, sering
disebut sebagai komponen dua lapis (lapis N dan P) secara fisik seperti terlihat
pada Gambar 2.7 berikut ini :

Gambar 2.10 Simbol Dioda


20

Bias dioda adalah cara pemberian tegangan luar ke terminal dioda. Apabila
A (Anode) diberi tegangan positif dan K (Katode) diberi tegangan negatif maka
bias tersebut dikatakan bias maju (forward bias). Pada kondisi bias ini akan terjadi
aliran arus dengan ketentuan beda tegangan yang diberikan ke dioda atau VA-VK
> Vj dan selalu positif. Sebaliknya apabila A diberi tegangan negative dan K
diberi tegangan positif, arus yang mengalir (IR) jauh lebih kecil dari pada kondisi
bias maju. Bias ini dinamakan bias mundur (reverse bias) pada arus maju (IF)
diperlakukan baterai tegangan yang diberikan dengan IF tidak terlalu besar
maupun tidak ada peningkatan IR yang cukup signifikan, berikut gambar
rangkaian sederhana dioda ditunjukkan pada Gambar 2.11 berikut ini :

Gambar 2.11 Bias Dioda

Pada gambar di atas ada dua macam bias pada dioda yaitu bias bias maju
(forward bias) terlihat pada gambar (a) dan bias mundur (reverse bias) seperti
terlihat pada Gambar (b).

2.7 Dioda LED (Light Emiting Diode)

Dioda LED (Light Emiting Diode) atau merupakan dioda yang dapat
menghasilkan cahaya yang berwarna-warni. Prinsip kerjanya hampir sama
dengan Dioda biasa hanya mempunyai satu keistimewaan yaitu dapat
memancarkan cahaya bila dialiri arus listik. Intensitas cahaya yang dihasilkan
21

sangat tergantung dari besarnya arus yang diberikan. Cahaya yang dihasilkan
bermacam-macam ada yang merah, kuning, hijau.

Dioda LED pada umumnya dipergunakan sebagai pengganti Pilot Lampu


atau rangkaian-rangkaian Lampu. Dioada LED sebagai bahan dasarnya dibuat
dari bahan Silikon dan Germanium, berikut adalah sebuah gambar LED
ditunjukkan pada Gambar 2.20 berikut ini:

Gambar 2.12 Simbol dan bentuk fisik Dioda LED

Adapun ciri-ciri dari pada Dioda LED (Light Emiting Diode) adalah
sebagai berikut :

a. Merupakan jenis dioda yang dapat memancarkan cahaya cahaya jika


diberi tegangan
b. Memiliki tegangan kerja sekitar 1.4 volt sampai dengan 3 volt.
c. Mengambil arus sebesar 30 mA sampai dengan 100 mA.
d. Sering digunakan pada rangkaian lampu kontrol, lampu variasi,
lampu indikator, dan sebagainya.
22

e. Terbuat dari semikonduktor campuran, seperti gallium, fosfor, atau


fosfida indium.
f. Intensitas cahayanya berbanding lurus dengan arus maju yang mengalir.
Karakteristik LED; LED mempunyai kecenderungan polarisari yang
mempunyai kutub positif dan negatif sehingga untuk menyalakan LED harus
diberi arus maju (forward). Jika LED diberi arus terbalik (reverse) maka chip di
dalam LED tidak akan mengeluarkan emisi cahaya bahkan jika tegangan sumber
terlalu besar dapat menyebabkan LED tersebut rusak. Bukan hanya itu, meskipun
LED diberi arus maju tetapi kalau arusnya terlalu besar, maka LED pun akan
rusak. Di sinilah perlunya tahanan (resistor) untuk membatasi arus. Setiap warna
LED mempunyai karakteristik yang berbeda seperti besarnya drop tegangan dan
arus yang dibutuhkan untuk membuat chip di dalam LED menghasilkan emisi
cahaya. Semakin terang jenis LED (Super Bright LED) semakin besar drop
tegangan dan arus yang dibutuhkan. Karena perbedaan karakteristik inilah maka
untuk membuat rangkaian seri agar setiap LED menyala normal, cukup sulit
karena besarnya cahaya yang dihasilkan akan berbeda, bahkan sebagian LED
dapat tidak menyala atau redup. Untuk mencegah hal seperti ini LED yang
berbeda warna harus dipasang paralel dengan resistor pembatas yang disesuaikan
dengan kebutuhan arus LED.

2.8 Transistor

Jika sebuah transistor digunakan sebagai saklar, maka transistor tersebut


hanya dioperasikan pada salah satu dari dua kondisi yaitu kondisi saturasi (jenuh)
dimana transistor seperti saklar tertutup atau kondisi cut off (tersumbat) dimana
transistor sebagai yang terbuka. Sedangkan jika transistor bekerja pada on atau
off, maka transistor akan bekerja sebagai penguat yaitu jika Vbe transistor lebih
besar 0,5 volt dan lebih kecil dari 0,8 volt. (Wasito, 1995).
23

Gambar 2.13 Rangkaian Transistor dan garis bebannya

Selain bekerja sebagai penguat, transistor juga dapat bekerja sebagai


saklar, transistor memiliki tiga daerah yang dapat dilihat pada gambar 2.13.

Ketika transistor berada dalam kondisi saturasi, maka:

1. Arus pada kolektor maksimum, Ic = Ic (sat).


2. Tegangan pada terminal kolektor emitter, Vce = 0 volt
3. Tegangan pada beban yang dihubungkan seri dengan terminal kolektor =
Vce. Sedangkan transistor dalam keadaan cut off, maka:
4. Tidak ada arus yang mengalir dikolektor Ic = 0 volt.
5. Tegangan pada terminal kolektor emitter dengan Vce, yaitu Vce = Vce.
6. Tegangan pada beban dihubungkan seri pada kaki kolektor adalah nol.

Dalam merancang rangkaian transistor sebagai saklar maka agar saklar


dapat menutup, harga lb > lb (sat) untuk menjamin dapat mencapai saturasi penuh.
(Wasito,1995).

2.9 Transformator

Transformator atau disingkat dengan trafo adalah alat untuk mentransfer


atau mengirim dengan menggunakan sistim induksi, dengan demikian syarat
untuk terjadinya induksi adalah sinyal yang masuk / input ke gulungan primer
24

harus memiliki frekuensi walaupum besarnya hanya 1 Hertz, Perbandingan


jumlah lilitan serta diameter kawat pada kumparan kumparan primer dan sekunder
akan mempengaruhi perbandingan besarnya arus dan tegangan

Gambar 2.14 Transformator

Jenis Trafo dibagi berdasarkan frekuensi penggunaan seperti:

1. Trafo Frekuensi Rendah

Sebagai salah satu contoh trafo ini adalah trafo adaptor adalah trafo untuk
mengadaptasi tegangan setempat agar dapat digunakan pada rangkaian yang
sesuai dengan yang dibutuhkan, trafo adaptor atau dengan sebutan trafo power
dapat berfungsi sebagai penaik atau penurun tegangan, tergantung dari
perbandingan jumlah lilitan, sedankan besarnya arus tergantung dari
besarkecilnya diameter kawat yang digunakan. Jenis trafo untuk menaikan
tegangan disebut trafo Step Up sedangkan jenis trafo untuk menurunkan tegangan
disebut trafo step down. Semua jenis trafo bekerja dengan cara induksi yaitu
gulungan input atau gulungan primer berinduksi ke gulungan output atau
gulungan skunder, dengan syarat input yang diberikan mengandung frekuensi,
karena frekuensi berperan juga menentukan besar-kecilnya tegangan. Trafo akan
25

berinduksi baik dan mendekati sempurna bila inti gulungan yang disebut kern
tersusun rapih tidak terdapat celah atau gelembung. Trafo dengan inti gulungan
besi dipakai untuk bekerja pada frekuensi rendah sedangkan untuk bekerja pada
frekuensi tinggi umumnya digunakan inti / kern ferit. (pada lambang trafo garis
lurus titik-titik).

2. Trafo Frekuensi Menengah

Sesuai dengan namanya trafo frekuensi menengah atau Medium Frekuensi ( MF


trafo ) atau juga Intermediate Frekuensi ( IF trafo ) digunakan untuk
menyesuaikan impedansi masukan guna menyesuaikan signal frekuensi
menengah hasil campuran frekuensi oscilator dengan frekuensi antena, MF trafo
dipasaran dijual dalam satu set warna hitam, putih dan warna kuning.

3. Trafo Frekuensi Tinggi

Sebagai salah satu contoh trafo ini adalah trafo fly back adalah trafo untuk
menghasilkan tegangan sangat tinggi guna menarik elektron pada tabung TV
seperti pada rangkaian horizontal TV.

2.10 Osillator

Osilator bedasarkan metode pengoperasiannya dibedakan dalam 2 (dua)


jenis, yaitu Oscilator Umpan balik dan Oscilator Relaksasi. Masing-masing jenis
oscilator tersebut memiliki keistimewaan tersendiri. Pada osilator umpan balik,
sebagian daya keluaran dikembalikan ke masukan menggunakan rangkaian umpan
balik. Osilator umpan balik biasanya dioperasikan pada frekuensi tertentu dengan
keluaran gelombang sinus dan frekuensi operasi dari beberapa Hz sampai jutaan
Hz.

Pada dasarnya oscilator umpan balik memiliki bagian penguat, jaringan


umpan balik (feedback), rangkaian penentu frekuensi (tank circuit) dan catu daya.
Isyarat masukan diperkuat oleh penguat (amplifier) kemudian sebagian isyarat
26

yang telah diperkuat dikirim kembali ke masukan melalui rangkaian umpan balik.
Isyarat umpan balik ini harus memiliki fase dan nilai yang tepat agar terjadi
osilasi didalam rangkaian oscilator.

Gambar 2.15 Diagram blok osilator unmpan balik

Frekuensi osilator umpan balik biasanya ditentukan dengan menggunakan


jaringan induktor dan kapasitor (LC). Jaringan LC sering disebut sebagai
“rangkaian tangki” atau “tank circuit“, karena kemampuannya menampung
tegangan AC pada “frekuensi resonansi”.

Proses terjadinya sinyal AC dari sinyal DC dimulai dari rangkaian tanki


LC pada saat kapasitor diisi muatan untuk pertama kali pada saat rangkaian
mendapat sumber tegangan dari catu daya, kemudian terjadi proses pengosongan
muatan melalui induktor dan terjadi lagi pengisian muatan lagi akibat induktansi
dari induktor kemudian pengosongan lagi dan seterusnya.

Frekuensi tegangan AC yang dibangkitkan oleh rangkaian tangki akan


tergantung dari harga L dan C yang digunakan. Ini yang disebut sebagai
“frekuensi resonansi” yang dapat dituliskan dengan persamaan matematis sebagai
berikut.
27

1
𝑓𝑟 = 2𝜋√𝐿𝐶 ........................................................................................................2.12

Dimana

fr = Frekuensi resonansi

π = 3.14

L = Induktansi (Hendry)

C = kapastansi ( Farad)

Resonansi terjadi saat reaktansi kapasitif (XC) besarnya sama dengan


reaktansi induktif (XL). Rangkaian tangki akan berosilasi pada frekuensi ini.

Pada frekuensi osilasi rangkaian tangki LC tentunya memiliki resistansi


yang akan mengganggu aliran arus pada rangkaian. Akibatnya, tegangan AC akan
cenderung menurun setelah melakukan beberapa putaran osilasi. Amplitudo
gelombang mengalami penurunan yang biasa disebut sebagai gelombang sinus
teredam (damped sine wave). Bentuk sinyal osilasi rangkaian tanki LC seperti ini
dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.16 Sinyal Osilasi Rangkaian Tangki LC Teredam Dan Sinyal Kontinyu
28

Osilasi rangkaian tangki (tank circuit) dapat dibuat secara kontinu jika kita
menambahkan energi secara periodik dalam rangkaian, yaitu dengan penambahan
bagian penguat sinyal kemudian sinyal keluaran penguat tersebut di umpan
balikan ke rangkaian tangki LC kembali untuk mendapatkan proses osilasi yang
stabil sehingga menghasilkan gelombang pada keluaran yang kontinyu
(continuous wave-CW).

Anda mungkin juga menyukai