I. Citra
1. Secara harfiah, citra (image) adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi).
Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus (continue) dari
intensitas cahaya pada bidang dwimatra.
Citra (image) adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau
benda. Istilah lain untuk citra adalah suatu komponen multimedia yang memegang
peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik
yang tidak dimiliki oleh data teks, yaitu citra kaya dengan informasi. Maksudnya,
sebuah gambar dapat memberikan informasi yang lebih banyak daripada informasi
yang disajikan dalam bentuk teks.
Sumber cahaya menerangi objek, objek memantulkan kembali sebagian dari berkas
cahaya tersebut. Pantulan cahaya ini ditangkap oleh alat-alat optik, misalnya mata pada
manusia, kamera, pemindai (scanner), dan sebagainya, sehingga bayangan objek yang
disebut citra tersebut terekam.
2. Citra, menurut kamus Webster, adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari
suatu objek atau benda.
3. Citra (image) adalah gambar pada bidang dua dimensi yang dihasilkan dari gambar
analog dua dimensi yang kontinyu menjadi gambar diskrit melalui proses digitasi.
4. Citra, dari sudut pandang matematis, merupakan fungsi menerus (continue) dari
intensitas cahaya pada bidang 2 dimensi.
Citra sebagai keluaran dari suatu sistem perekaman data dapat bersifat :
1
Pengolahan Citra Digital 201
0
a. Citra tidak tampak (data foto/gambar dalam file, citra yang direpresentasikan dalam
fungsi matematis)
b. Citra tampak (foto, gambar, lukisan, apa yang nampak di layar monitor/televisi ,
hologram , dll)
1. Citra diam (still images), merupakan citra tunggal yang tidak bergerak.
2. Citra bergerak (moving images), merupakan rangkaian citra diam yang ditampilkan
secara beruntun (sekuensial) sehingga memberi kesan pada mata sebagai gambar yang
bergerak. Contohnya adalah gambar-gambar yang terlihat pada televisi atau layar lebar.
Pencitraan (imaging) adalah kegiatan mengubah informasi dari citra tampak/citra non
digital menjadi citra digital. Beberapa alat yang dapat digunakan untuk pencitraan
adalah: scanner, kamera digital, kamera sinar-x/sinar infra merah, dll.
Pengolahan Citra (image processing) adalah kegiatan memperbaiki kualitas citra agar
mudah diinterpretasi oleh manusia/mesin(komputer). Inputannya adalah citra dan
keluarannya juga citra tapi dengan kualitas lebih baik daripada citra masukan, misal
citra warnanya kurang tajam, kabur (blurring), mengandung noise (misal bintik-bintik
putih), dll sehingga perlu ada pemrosesan untuk memperbaiki citra karena citra tersebut
menjadi sulit diinterpretasikan karena informasi yang disampaikan menjadi berkurang.
1
Pengolahan Citra Digital 201
0
c) Elemen dalam citra perlu dikelompokkan, dicocokan atau diukur (image segmentation).
Operasi ini berkaitan erat dengan pengenalan pola.
d) Diperlukannya ekstraksi ciri-ciri tertentu yang dimiliki citra untuk membantu dalam
pengidentifikasian objek (image analysis). Proses segementasi kadangkala diperlukan
untuk melokalisasi objek yang diinginkan dari sekelilingnya. Contoh : pendeteksian
tepi objek.
e) Sebagian citra perlu digabung dengan bagian citra yang lain (image reconstruction).
Contoh : beberapa foto rontgen digunakan untuk membentuk ulang gambar organ
tubuh.
f) Citra perlu dimampatkan (image compression). Contoh : suatu file citra berbentuk BMP
berukuran 258 KB dimampatkan dengan metode JPEG menjadi berukuran 49 KB.
g) Menyembunyikan data rahasia (berupa teks/citra) pada citra sehingga keberadaan data
rahasia tersebut tidak diketahui orang (steganografi & watermarking).
2. Grayscale
3. Smart noise
4. Negative
5. Flip horizontal
6. Flip vertical
7. Restore image
8. Edge detection
1
Pengolahan Citra Digital 201
0
9. Invert
10. Blur
11. Mask
12. Histogram
Black and white adalah sebuah citra pixel-pixel yang nilai intensitasnya di bawah 128
diubah menjadi hitam (nilai intensitas = 0), sedangkan pixel-pixel yang nilai
intensitasnya di atas 128 diubah menjadi putih (nilai intensitas =1). Black and white
disebut juga citra biner.
2. Grayscale
Grayscale adalah sebuah citra dimana terjadi perubahan derajat keabuan dengan
membagi masing-masing nilai dari itensitas warna RGB kemudian dicari rata-ratanya.
3. Smart noise
Smart noise adalah proses pembentukan bintik-bintik putih pada citra atau gambar.
4. Negative
Negatif Image adalah suatu citra sepeti halnya meniru film negatif pada fotografi
dengan cara mengurangi nilai intensitas pixel dari nilai keabuan maksimum. Misal
citra dengan 256 derajat keabuan (8 bit), maka citra negatif diperoleh dengan persaman
X = (R + G + B) / bilangan pembagi
1
Pengolahan Citra Digital 201
0
Y = 255 - X
5. Flip Horizontal
Flip Horizontal adalah adalah pencerminan pada sumbu Y (cartesian) dari citra A
menjadi citra B, yang diberikan oleh :
B[x][y] = A[N-x][y]
6. Flip Vertical
Flip Vertical adalah pencerminan pada sumbu X (cartesian) dari citra A menjadi citra
B, yang diberikan oleh :
B[x][y] = A[x][M-y]
7. Restore image
Restore image adalah suatu proses pengembalian bentuk citra atau gambar sebelum
dilakukan proses pengolahan citra atau bentuk awalnya.
8. Edge detection
Deteksi tepi (Edge Detection) pada suatu citra adalah suatu proses yang menghasilkan
tepi-tepi dari objek-objek gambar. Tujuan pendeteksian tepi adalah untuk
meningkatkan penampakan garis batas suatu daerah atau objek di dalam citra.
9. Invert
InvertImage adalah suatu gambar yang terjadi adanya proses invert pada gambar asli
sehingga tampak seperti gambar negative pada suatu susunan warna RGB. Proses invert
ini berbeda dengan ImageNegative.
10. Blur
Blur Image adalah proses pengacakan pada suatu susunan pixel-pixel warna RGB
sehingga suatu gambar menjadi kabur untuk dilihat.
11. Mask
1
Pengolahan Citra Digital 201
0
ImageMask adalah suatu gambar yang terjadi adanya kerenggangan pixel-pixel yang
mewakili warna RGB yang didominasi sehingga warna RGB pada gambar menjadi
renggang seperti halnya kurang dari 128 bit yang di dominasi warna-warna RGB
tersebut.
12. Histogram
1
Pengolahan Citra Digital 201
0
Pengertian pengolahan citra digital dapat dibandingkan dengan suatu penggunaan sebuah
komputer untuk melakukan manipulasi data citra yang tersimpan dalam format digital.
Tujuan dari pengolahan citra dalam terapan ilmu kebumian adalah untuk memperluas
data-data geografis dalam bentuk digital sehingga membuatnya lebih bermakna bagi para
pengguna, menurunkan informasi kuantitatif, dan penyelesaian permasalahan.
Citra digital tersimpan dalam larik (array) dua dimensi pada suatu bidang yang kecil yang
disebut dengan piksel. Masing-masing piksel terkait dengan secara spasial dengan area di
permukaan bumi. Struktur array ini sering juga disebut dengan raster, sehingga data citra
sering disebut dengan data raster. Data raster tersusun dalam baris horisontal yang disebut
baris (dalam ER Mapper disebut Lines) dan kolom vertikal (dalam ER Mapper disebut
dengan Samples). Masing-masing piksel dalam raster citra dilambangkan dengan sebuah
nilai digital. Dalam ER Mapper dilambangkan dengan DN yang merupakan kependekan
dari Digital Number.
Nilai Digital citra ini dapat melambangkan beberapa tipe perbedaan tergantung pada
sumber data. Untuk data citra satelit seperti Landsat da SPOT, nilai digital tersebut
melambangkan intensitas dari pantulan cahaya pada panjang gelombang tampak,
inframerah, dan gelombang lainnya.. Pada data radar, nilai digital piksel melambangkan
kekuatan sinyal pantulan yang kembali ke antena.Pada data DTM, nilai digital tersebut
melambangkan elevasi kelerengan.
Pengolah citra telah menjadi peralatan penting dalam skala yang luas pada aplikasi
pemetaan, analisis, dan modeling ilmu kebumian. Berikut adalah beberapa contoh aplikasi
yang menggunakan teknik pengolah citra.
1
Pengolahan Citra Digital 201
0
Dalam ER Mapper algoritma dapat digunakan untuk menampilkan data sederhana, atau
proses-proses yang sangat kompleks, serta operasi pemodelan yang mencakup beberapa
citra, transformasi data dan tumpangsusun beberapa citra dengan berbagai tipe.
Langkah pertama dalam pengolahan citra adalah proses pembacaan data yang akan diolah
oleh ER Mapper. Terdapat dua jenis data pokok yang dapat dibaca oleh ER Mapper yaitu
data raster dan data vektor.
Data raster adalah data yang digunakan sebagai masukan dalam berbagai operasi
pengolahan citra. Sumber-sumber seperti ini dapat berupa data citra satelit, data foto udara
terdigitasi, data DTM, dan data survey geologis. ER Mapper dapat membaca beberapa
format berikut.
1
Pengolahan Citra Digital 201
0
Format tersebut diatas kecuali ER Mapper Raster Dataset (.ers), harus terlebih dahulu
dilakukan proses import agar dapat dilakukan berbagai proses pada citra tersebut. Pada
akhir proses importing tersebut dihasilkan dua buah file yaitu
- file data biner yang berisi data raster dalam format Binnary Interleaved by
Line (BIL)
- File header dengan ekstensi .ers
Data vektor tersimpan sebagai titik, garis, atau poligon. Dalam pengolah citra data ini
sangat bermanfaat dalam proses overlay dimana data vektor diletakkan diatas sebuah data
citra. Misal sebuah data vektor jaringan jalan ditumpangsusunkan dengan data citra satelit.
3. Menampilkan Citra
Setelah proses import sukses langkah selanjutnya adalah menampilkan data citra ini. Data
citra ditampilkan pada layar komputer. Proses menampilkan citra ini berfungsi untuk
memeriksa kualitas citra, serta memeriksa areal cakupan geografisnya. Pada citra yang
berkualitas rendah, namun masih dalam batas toleransi penggunaan citra, biasanya citra
dilakukan pengolahan lanjutan.
4. Geocoding Citra
Citra dalam kondisi mentah (raw image) tidak memiliki acuan geometris yang benar.
Untuk memperbaiki kesalahan geometris pada citra ini diperlukan serangkaian proses
yang akan menempatkan citra pada posisi koordinat geometrisnya dalam dunia nyata.
Beberapa proses ini terdiri dari.
1
Pengolahan Citra Digital 201
0
- Rektifikasi Citra yaitu proses koreksi geometris raster citra yang dihubungkan
dengan sistem koordinat dan sistem proyeksi pemetaan dalam dunia nyata
- Orthorektifikasi adalah proses rektifikasi dengan tingkat kedetilan yang lebih
tinggi. Proses orthorektifikasi ini menggunakan beberapa kalibrasi terhadap
sensor kamera dan kelerengan.
5. Penajaman Citra
Proses penajaman citra ini merupakan serangkaian proses yang digunakan untuk
membantu memudahkan perolehan informasi dalam interpretasi visual citra. Dalam ER
Mapper proses penajaman citra sangat disederhanakan dalam suatu konsep proses
algoritma. Pada saat ini proses penajaman dapat diterapkan dan ditampilkan dalam waktu
yang bersamaan dengan proses tersebut tanpa harus terlebih dahulu menyimpan hasilnya
pada media penyimpan data. Beberapa jenis penajaman citra adalah sebagai berikut
6. Mosaic Citra
Mosaic citra adalah suatu penyusunan dua atau lebih citra yang bertampalan untuk
menghasilkan suatu coverage citra yang lebih luas. ER Mapper secara otomatis akan
mampu membentuk mosaik citra. Citra yang telah memiliki georeferensi yang benar yang
secara tepat diletakkan pada posisinya dalam setiap proses algoritma, sehingga dalam
tampilannya citra ini akan tampak saling bersambungan satu dengan lainnya.
7. Dynamic Link
Dynamic Link adalah sebuah proses yang memungkinkan penghubungan data dari produk
diluar ER Mapper dan menampilkannya bersama data citra yang telah diolah dengan
menggunakan ER Mapper, tanpa harus terlebih dahulu melakukan proses import terhadap
data tersebut. Proses Dynamic Link dapat menghubung ke data raster, vektor atau data
tabular. Tipe Dinamick Link adalah sebagai berikut.
1
Pengolahan Citra Digital 201
0