Anda di halaman 1dari 18

Laporan Mata Kuliah

Representasi Sinyal & Sistem

ANALISA PENJUMLAHAN SINYAL EKSPONENSIAL


KOMPLEKS

Disusun oleh

Havid Sulistio Gunawan


NPM. 41187003170004

Program Studi Sarjana Teknik Elektro


Fakultas Teknik
Universitas Islam 45
2019
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah.. Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat


dan hidayah-Nya. Segala pujian hanya layak kita aturkan kepada Allah SWT.
Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta petunjuk-
Nya yang sungguh tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan penulis dengan judul “ANALISA PENJUMLAHAN
SINYAL EKSPONENSIAL KOMPLEKS” pada matakuliah Representasi sinyal
dan system.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis mendapat banyak bantuan


dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan rasa
berterimakasih yang sebesar-besarnya kepada mereka, kedua orang tua,
dosen mata kuliah yang di tempuh dan segenap keluarga besar penulis yang
telah memberikan dukungan, doa , dan segala yang telah diberikan kepada
penulis.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang


membangun agar laporan ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata,
penulis mengharapkan agar laporan ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Bekasi , 16 Juli 2019

Penyusun

2
Daftar Isi

Kata Pengantar ..................................................................................................................... 1

Daftar Isi .................................................................................................................................. 3

Bab 1. Pendahuluan ........................................................................................................... 3

1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 3

1.2. Tujuan .................................................................................................................. 3

1.3. Manfaat ................................................................................................................ 4

Bab 2. Landasan Teori ...................................................................................................... 5

2.1 Sinyal Sinusoidal..................................................................................................... 5

2.2 Bilangan Kompleks ................................................................................................ 7

Bab 3. Metodologi ............................................................................................................ 10

3.1. Alat & Bahan................................................................................................... 10

3.2. Prosedur Percobaan ................................................................................... 11

Bab 4. Hasil dan Pembahasan .................................................................................... 13

4.1 Operasi matematika dalam konsep sinyal sinusoidal ................ 13

4.2 Bilangan Kompleks ..................................................................................... 13

4.3 Penjumlahan Sinyal Eksponensial....................................................... 14

Bab 5. Kesimpulan ........................................................................................................... 16

Daftar Pustaka ................................................................................................................... 17

3
Bab 1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Tanpa kita sadari setiap harinya kita selalu dikaitkan dengan sebuah
sinyal, baik yang berupa dari handphone kita , kemudian dari computer kita,
bahkan dari saat kita menggunakan alat listrik yang padahal juga terdapat
sinyal di dalamnya tanpa kita sadari.

Telah kita ketahui sendiri bahwa terdapat banyak bentuk sinyal yang
ada dalam merepresentasikan sebuah nilai suatu sinyal. Hanya saja setiap
sinyal sudah memiliki konsep atau prinsip masing-masing. Seperti halnya
sinyal yang sering kita lihat adalah sinyal yang berasal dari konsep sinus
ataupun cosinus.

Padahal realita yang ada masih terdapat banyak sekali macam-macam


konsep sinyal seperti tangen ,dan banyak lagi macamnya. Namun apakah
semua sinyal dapat dibaca dengan konsep yang sama seperti konsep sinus
dan cosinus ? Tentu tidak bukan.

Maka dari itu dengan bilangan kompleks lah kita dapat mendekati
sebuah sinyal yang mempunyai amplitude juga mempunyai frekuensi
tersebut untuk mendapatkan seperti apa nilai dari sebuah sinyal tersebut.

1.2. Tujuan

a. Mahasiswa memahami perbedaan dari beberapa sinyal yang ada.


b. Mahasiswa memahami dan menguasai konsep bilangan kompleks
dalam pendekatan sebuah sinyal untuk mendapatkan nilainya.

4
1.3. Manfaat

Memberikan pengetahuan serta pemahaman kepada pembaca tentang


sinyal juga pendekatannya menggunakan bilangan kompleks dalam
mendapatkan nilai dari sebuah sinyal.

5
Bab 2. Landasan Teori

2.1 Sinyal Sinusoidal

Sinyal sinusoidal didefinisikan dalam istilah fungsi sinus dan cosinus


trigonometri. Tinjauan singkat tentang sifat-sifat fungsi trigonometri dasar
ini berguna untuk memahami sifat-sifat sinyal sinusoidal. Fungsi sinus dan
kosinus sering diperkenalkan dan didefinisikan melalui diagram segitiga
seperti Gambar 2.1. Fungsi trigonometri sinus dan kosinus mengambil sudut
sebagai argumen mereka. Kita sering memikirkan sudut dalam derajat, tetapi
di mana fungsi sinus dan kosinus diperhatikan, sudut harus tidak berdimensi.
Sudut karena itu ditentukan dalam radian. Jika sudut θ berada di kuadran
pertama (0≤ θ <π / 2 rad), maka sinus θ adalah panjang y dari sisi segitiga
yang berlawanan dengan sudut θ dibagi dengan panjang r dari sisi miring
dari kanan segi tiga. Demikian pula, cosinus θ adalah rasio panjang sisi yang
berdekatan x dengan panjang sisi miring. Catatan θ meningkat dari 0 ke / 2,
karena θ menurun dari 1 ke 0 dan meningkat dari 0 menjadi 1. Ketika sudut
lebih besar dari π / 2 radian, tanda-tanda aljabar x dan y ikut bermain, x
negatif di kuadran kedua dan ketiga dan y menjadi negatif di kuadran ketiga
dan ketiga. Ini dapatmenghasilisilankamimenempatkan nilai-nilai dalam θ

Gambar 2.1 Definisi sinus dan kosinus dari sudut θ dalam segitiga siku-
siku.
6
Gambar 2.2 Sinyal dengan konsep sinus

Gambar 2.3 Sinyal dengan konsep Cosinus

dan cosθ sebagai fungsi θ, seperti pada Gambar 2.3. Beberapa fitur plot1 ini
layak untuk dikomentari. Kedua fungsi ini memiliki bentuk yang persis sama.
Memang, fungsi sinus adalah fungsi justacosine yang dihilangkan oleh other /
2 (yaitu, sinθ = cos (θ − π / 2)). Kedua fungsi berosilasi antara +1 dan −1, dan
mereka mengulangi pola yang sama secara periodik dengan periode 2π.
Lebih jauh, fungsi sinus adalah fungsi aneh dari argumennya, dan cosinus
adalah fungsi genap. ( James H. McClellan, Ronald Schafer, Mark Yoder ,2015 :
12-13 )

7
2.2 Bilangan Kompleks

Sistem bilangan kompleks adalah perpanjangan dari sistem bilangan


real. Bilangan kompleks diperlukan untuk menyelesaikan persamaan
seperti

Z2 = -1

Simbol j ini diperkenalkan pada dan untuk √−1, penentuan memiliki


solusi cepat z = ± j. Lebih umum, bilangan kompleks diperlukan untuk
menyelesaikan dua akar persamaan kuadrat

az2 +bz+c =0

yang, menurut rumus kuadratik, memiliki dua solusi:

𝑑 − 𝑏 ± √𝑏2 − 4𝑎𝑐
𝑧=
2𝑎

Setiap kali diskriminan (b2 −4ac) negatif, solusinya harus dinyatakan


sebagai bilangan kompleks. Misalnya, akar

z2 +6z+25=0

Kami telah menunjukkan bahwa sinyal-sinyal yang digunakan adalah


representasi matematis yang berguna untuk sinyal yang timbul dari
pengaturan praktis, dan bahwa mereka meningkatkan metode dan
menafsirkan. Namun, ternyata analisis dan manipulasi sinyal
sinusoidal sering sangat disederhanakan oleh

8
Gambar 2.3 Representasi bilangan kompleks di bidang kompleks. (a)
Bentuk kartesius atau persegi panjang (b) bentuk kutub

Penting untuk menghidupkan atau mengkonversi antara kami dengan


bentuk Kartel dan Bilangan Polos dari nomor yang rumit. Gambar 2.3
(b) menunjukkan bilangan kompleks z dan jumlah yang terlibat dalam
representasi kartesius dan polar. Dengan menggunakan gambar ini,
serta beberapa trigonometri sederhana dan teorema Pythagoras, kita
dapat memperoleh metode untuk menghitung koordinat Kartesius (x,
y) dari variabel kutub r∠θ:

x = r cosθ dan y = r sinθ

dan, juga, untuk beralih dari Cartesian ke bentuk kutub

𝑦
r = √𝑥 2 + 𝑦 2 dan θ = arctan
𝑥

di mana arctangent yang digunakan harus mengembalikan sudut di


keempat kuadran. Banyak kalkulator dan program komputer memiliki
dua set persamaan ini, membuat konversi antara bentuk kutub dan
Cartesian menjadi mudah dan nyaman. Notasi rik adalah kikuk, dan
tidak cocok dengan aturan aljabar biasa. Bentuk kutub yang jauh lebih

9
baik diberikan dengan menggunakan rumus Euler yang terkenal
untuk eksponensial kompleks

ejθ = cosθ + j sinθ

TheCartesianpair (cosθ, sinθ) dapat merepresentasikan titik mana


saja di sekitar lingkaran 1, sehingga penerangan umum dari
persamaan diatas memberikan representasi yang valid untuk bilangan
kompleks apa pun z

z = rejθ = r cosθ +jrsinθ

Bentuk kutub eksponensial kompleks dari bilangan komplek paling


mudah untuk menghitung perkalian atau pembagian kompleks. Ini
juga berfungsi sebagai dasar untuk sinyal eksponensial kompleks,
yang diperkenalkan pada bagian selanjutnya. ( James H. McClellan,
Ronald Schafer, Mark Yoder , 2015 : 21-23)

10
Bab 3. Metodologi

3.1. Alat & Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Komputer
2. Buku panduan materi atau bisa E-Book
3. Catatan
4. Bolpoin
5. Kalkulator

3.2. Prosedur Percobaan

Langkah kerja dalam menyelesaikan analisa ini adalah sebagai berikut :

1. Siapkan buku materi yang terdapat materi tentang bahan laporan


yang akan di kerjakan.
2. Baca dan pahami isi yang berkaitan dengan judul dari laporan.
3. Ambil data yang telah di dapat dan masukkan ke dalam laporan.
4. Setelah mendapatkan teori perhitungan siapkan 2 sinyal untuk
dijumlahkan dengan menggunakan konsep bilangan kompleks.
5. Ambil amplitude dan frekuensi yang dapat digunakan
6. Hitung dengan teliti dan sesuaikan dengan formula yang ada untuk
mendapatkan hasil yang sesuai dengan teori.
7. Masukkan nilai hasil analisa perhitungan ke dalam laporan bagian
pembahasan.
8. Ambil kesimpulan yang di dapat.
9. Selesai.

11
Bab 4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Operasi matematika dalam konsep sinyal sinusoidal

Formulasi generik dari matematis untuk sinyal waktu sinusoidal


diperoleh dengan membuat argumen (mis., Sudut) dari fungsi kosinus
menjadi fungsi dari t. Persamaan berikut memberikan dua bentuk yang
setara:

x(t)= A cos (ω0t +ϕ)= A cos (2πf0t +ϕ)…………4.1

Yang terkait dengan mendefinisikan ω0 = 2πf0. Dalam bentuk apa pun,


ada tiga parameter independen. Nama dan interpretasi parameter ini adalah
sebagai berikut:

a. A disebut amplitudo. Amplitudo adalah faktor penskalaan yang


menentukan seberapa besar sinyal kosinus akan. Karena fungsi cosθ
berosilasi antara + 1 dan −1, sinyal x (t) pada (4.1) berosilasi antara +
A dan − A.
b. ϕ disebut fase. Unit-unit fase harus radian, karena argumen cosinus
harus dalam radian. Kami umumnya lebih suka menggunakan fungsi
cosinus ketika mendefinisikan fase. Jika kita memiliki rumus yang
mengandung sinus, mis., X (t) = Asin (ω 0t + ϕ), maka kita dapat
menulis ulang x (t) dalam istilah cosinus jika kita menggunakan
properti ekivalensi pada .Hasilnya adalah:

x(t)= Asin(ω0t +ϕ’) = Acos(ω0t +ϕ’−π/2)

jadi kita mendefinisikan fase menjadi ϕ = ϕ −π / 2 in (4.1). Untuk


kesederhanaan dan untuk mencegah kebingungan, kita sering
menghindari menggunakan fungsi sinus.

12
c. ω0 disebut frekuensi radian. Karena argumen fungsi cosinus harus
dalam radian, yang tidak berdimensi, kuantitas ω 0t juga harus tidak
berdimensi. Jadi, ω0 harus memiliki unit data / sift hasunits of second.
Demikian pula, f0 = ω0 / 2 πdisebutkan frekuensi, dan jika tidak, harus
ada beberapa unit. (James H. McClellan, Ronald Schafer, Mark Yoder .
2015)

Dalam pelaksanaanya maka kita harus dapat membuat perencanaan


untuk menggambarkan sinyal sinusoidal , seperti berikut :

x (t) = 20cos (2π (40) t −0.4π)

Dalam hal definisi kami, parameter sinyal adalah A = 20, ω 0 = 2π (40)


rad / s, f0 = 40Hz, dan ϕ = - 0.4π rad. Ukuran sinyal tergantung pada
parameter amplitudo A; nilai maksimum dan minimum masing-masing
adalah +20 dan −20. Pada Gambar. 4.1 maximal terjadi pada

t = ...,−0.02,0.005,0.03,...

dan minimal di

...,−0.0325,−0.0075,0.0175,...

Interval waktu antara maxima berturut-turut pada Gambar 4.1 adalah


0,025, yang sama dengan 1 / f0. Untuk memahami mengapa sinyal memiliki
sifat-sifat ini, kita perlu melakukan lebih banyak analisis.

13
Gambar 4.1 Sinyal sinusoid dengan parameter A = 20, ω 0 = 2π (40),
f0 = 40 Hz, dan ϕ = - 0,4 rad.

4.2 Bilangan Kompleks

Dalam perhitungan bilangan kompleks kita dapat ambil contoh seperti


berikut ini :

a. Penjumlahan bilangan Rectangular

Jadi ada dua bilangan dalam bilangan kompleks yaitu ada bilangan
real juga ada bilangan imajiner ,maka jika terdapat bilangan real
maka dijumlah dengan bilangan real , begitu juga bilangan
imajiner, berikut adalah contohnya :

X1 = ( 6 + j5 )

X2 = ( 10 + j12 )

Maka hasil penjumlahanya adalah

X3 = X1 + X2

X3 = ( 6 + j5 ) + ( 10 + j12 )

X3 = ( 6 + 10 ) + ( j5 + j12 )

X3 = 16 + j17

b. Penjumlahan bilangan Polar

Dalam penjumlahan bilangan polar , kita tidak dapat secara


langsung menjulahkan angka yang ada. Karena , terdapat sudut
fasa yang membuat angka real disana tidak menjadi penjumlah
14
yang langsung dapat dijumlah melainkan harus diubah terlebih
dahulu ke dalam bentuk rectangular , berikut adalah contohnya :

Z1 = 5 < 30O

Z2 = 6 < 44O

Maka , hasil penjumlahannya adalah seperti berikut :

Z3 = Z 1 + Z 2

= 5 < 30 O + 6 < 44 O

= 5 ( cos30 O + j.sin30 O ) + 6 ( cos44 O + j.sin44 O )

= ( 4,33 + j2,5 ) + ( 4,32 + j4,17)

Z3 = 8,65 + j6,67

Jika dijadikan ke polar maka hasilnya adalah

Z3 = 10,92 < 37,64 O

4.3 Penjumlahan Sinyal Eksponensial

Dalam hal ini , kita sekarang mempertimbangkan untuk


menambahkan dua buah sinusoidal , dimana

X1 ( t ) = 9 cos ( 20πt + 80π/180 )

X2 ( t ) = 11 cos ( 20πt + 120π/180 )

Frekuensi kedua-duanya adalah sinusoid 10Hz, sehingga periodisT0 =


0,1. Jumlah X1 (t) + X2 (t) dilakukan melalui penambahan fasor dari
amplitudo kompleks yang memerlukan empat langkah:

1. Persamaan X1 dan X2 dirubah ke pashor terlebih dahulu


15
X1 = A1 e jω1 = 9 e j80π/180

X2 =A2 e jω2 = 11 e j120π/180

2. Persamaan dirubah dalam bentuk rectangular

X1 = 9 ( cos 80 + j.sin 80 )

= 9 ( 0,174 + j 0,985 )

= 1,562 + j 8,863

X2 = 11 ( cos 120 + j.sin 120 )

= 11 ( -0,5 + j 0,866 )

= -5,5 + j 9,526

3. Jumlahkan bilangan rectangular dengan real dengan real dan imajiner


dengan imajiner.

X3 = X1 + X2

= ( 1,562 + j 8,863 ) + ( -5,5 + j 9,526 )

= ( 1,562 – 5,5 ) + ( j 8,863 + j 9,526 )

= -3,938 + j 18,389

4. Kembalikan bentuk rectangular terakhir ke bentuk polar , maka

X3 = 18,806 e j-77,915 π/180

Phasor X3 yang dihasilkan dikonversi kembali menjadi sinusoid 10-


Hz, sehingga rumus akhir untuk X3 (t) adalah

X3 = 18,806 cos ( 20πt -77,915π/180 )

16
Bab 5. Kesimpulan

Kesimpulannya adalah dalam penjumlahan sinyal eksponensial,


diperlukan materi tentang pentingnya bilangan kompleks. Sebelum
menginjak ke dalam perhitungan sinyal eksponensial harus memahami
bagaimana konsep dasar dari sebuah sinyal sinusoidal yang terdapat tiga
parameter independen yaitu A sebagai Amplitudo , kemudian ada ϕ disebut
fase , dan yang terakhir adalah ω0 disebut frekuensi radian.

Sinyal eksponensial dapat dijumlahkan dengan konsep dasar operasi


bilangan kompleks yang terdapat dua operasi yaitu bentuk polar juga bentuk
rectangular. Dengan mempelajari dan memahami kedua konsep operasi
penjumlahan bilangan kompleks tersebut maka kita dapat menjumlahkan
dua buah sinyal eksponensial.

17
Daftar Pustaka

James H. McClellan, Ronald Schafer, Mark Yoder . 2015 . DSP First-Pearson

18

Anda mungkin juga menyukai