Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENELITIAN

PEMBUATAN MINYAK KEMIRI

Disusun Oleh:
1. NABILA FEBRIANA MAGHFIROH (06)
2. NIKEN MEYFA AMALIA (13)

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG DINAS PENDIDIKAN


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 BOYOLANGU
Jl. Ki Mangunsarkoro VI/3 Telp.(0355) 323024 Fax.321790 Po
Box.107KP.66233web-site : www.smkn1-boyolangu.sch.id: e-mail :
smkn1boyolangu@yahoo.co.id

TAHUN AJARAN 2023 / 2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah yang telah melimpahkan


rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan Laporan Penelitian
Pembuatan MIYAK KEMIRI berjalan dengan baik dan lancar tanpa
halangan suatu apapun. Laporan ini disusun berdasarkan tahap – tahap yang
telah dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada, sehingga mendapatkan
hasil yang sesuai dengan apa yang diinginkan.

Kami menyadari bahwa penyusunan Laporan Penelitian Pembuatan


MINYAK KEMIRI masih banyak kekurangan, karena keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan. Demikian kata pengantar ini kami buat,
semoga dapat bermafaat khususnya bagi pribadi kami sendiri dan pembaca
pada umumnya.

Tulungagung, 16 Agustus 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................

KATA PENGANTAR.............................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................

DAFTAR TABEL...................................................................................................

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................

1.1 Latar Belakang.............................................................................................


1.2 Perumusan Masalah.....................................................................................
1.3 Manfaat Penelitian.......................................................................................
1.4 Tujuan Penelitian.........................................................................................

BAB II : LANDASAN TEORI

2.1 Tanaman Kemiri..........................................................................................


2.2 Kandungan Gizi...........................................................................................
2.3 Proses Ekstraksi...........................................................................................
2.4 Proses Distilasi.............................................................................................
2.5 Pelarutan N-Heksana...................................................................................
2.6 Uji Analisis..................................................................................................

BAB III : METODE

3.1 Alat dan Bahan................................................................................................

3.2 Diagram Alir...................................................................................................

3.3 Prosedur..........................................................................................................

3.4 Rangkaian Peralatan.......................................................................................

BAB IV : HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis .................................................................................................

4.2 Pembahasan ...................................................................................................

iii
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ....................................................................................................

5.2 Saran ..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................

LAMPIRAN ................................................................................

iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kandungan Gizi per 100 gram biji kemiri

Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak Minyak Biji Kemiri

Tabel 3.1 Alat untuk pengolahan minyak biji kemiri menggunakan Ekstraksi
metode Soxhletasi

Tabel 3.2 Bahan untuk pengolahan minyak biji kemiri menggunakan


Ekstrasi metode

Tabel 3.3 Alat untuk Pemisahan dan Pemurnian minyak biji kemiri
menggunakan metode Distilasi sederhana

Tabel 3.4 Bahan untuk Pemisahan dan Pemurnian minyak biji kemiri
menggunakan metode Distilasi sederhana

Tabel 3.5 Alat uji analisis FFA

Tabel 3.6 Alat uji analisis densitas

Tabel 3.7 Nama bahan uji analisis densitas

Tabel 4.1 Hasil analisis proses

Tabel 4.2 Siklus proses ekstraksi

Tabel 4.3 Hasil analisis minyak biji kemiri

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tanaman Kemiri dan Biji Kemiri

Gambar 3.1 Diagram alir prosedur kerja alat Ekstraksi Soxhletasi

Gambar 3.2 Diagram alir blok proses kerja alat distilasi sederhana

Gambar 3.3 Diagram blok analisis FFA (Free Fatty Acid)

Gambar 3.4 Diagram blok analisis densitas

Gambar 3.5 Rangkaian Alat Ekstraksi

Gambar 3.6 Rangkaian Alat Densitas

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemiri (Aleurites moluccana L.) termasuk dalam famili


Euphorbiaceae, yang tersebar luas di daerah tropis dan dapat tumbuh pada
ketingggian sekitar 0-700 meter di atas permukaan air laut. Keunikan dari
kemiri yakni dapat tumbuh dan berkembang dengan cepat pada berbagai
macam tekstur tanah. Hampir semua bagian dari kemiri yakni akar, batang,
kulit dan daunnya memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia.
Daging biji, daun dan akar Aleuritesmoluccana mengandung saponin,
flavonoida dan polifenol, di samping itu daging bijinya mengandung
minyak lemak (Estada et al, 2005).

Kemiri memiliki beberapa nama lokal di beberapa tempat yang


berbeda, yaitu Candlenut, Candleberry, Varnish tree, Belgaum walnut dan
Kukui nut. Kemiri mempunyai nilai ekonomi tinggi sebagai bahan produk
mulai dari penyedap makanan sampai perabot rumah tangga hingga bahan
baku industri. Namun biji kemiri ini tidak dapat langsung dikonsumsi
mentah karena beracun, yang disebabkan oleh toxalbumin yang terkandung
dalam biji kemiri. Persenyawaan toxalbumin dapat dihilangkan dengan cara
pemanasan dan dapat dinetralkan dengan penambahan bumbu seperti garam
dan merica (Pasaribu et al, 2014).

Minyak kemiri diperoleh dari daging kemiri yang telah mengalami


ekstraksi. Ekstraksi dapat dilakukan secara mekanis dan pelarutan (Ketaren,
1986). Cara mekanis lebih sederhana dan dapat dilakukan dengan
pengempaan hidraulik atau pengempaan berulir. Pada pengempaan mekanis
diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak/lemak dipisahkan untuk
menghasilkan kualitas minyak lebih baik. Biji kemiri dapat menghasilkan
kandungan minyak sekitar 55% - 66% dari berat bijinya (Arlene, 2010).

1
Produksi kemiri menurut Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Kementerian Pertanian menyebutkan produksi kemiri pada tahun 2012
dengan luas area 205.332 hektar dapat mencapai produksi 877.375 ton
(Wijiastuti, 2014). Pada bulan Oktober 2012 nilai ekspor kemiri 1.412.520
dolar AS. Sementara nilai ekspor kemiri pada November 2012 mencapai
1.099.541 dolar AS. Tak heran, kemiri merupakan salah satu komoditas
andalan ekspor Indonesia, karena dari waktu ke waktu neraca perdagangan
komoditas perkebunan hampir selalu mengalami peningkatan (Midian,
2014). Namun, pemanfaatan kemiri di Indonesia masih terbatas pada
penggunaan tradisional seperti bumbu masak dan obat tradisional saja. Pada
penelitian ini bertujuan mengetahui cara membuat minyak kemiri dengan
metode penekanan mekanik, dengan variabel yang diamati semperatur
pemanasan awal dan kecepatan putar ulir.

1.2 Perumusan Masalah


Bagaimana cara pengolahan limbah biji kemiri menjadi minyak
dengan menggunakan metode ekstraksi dan destilasi dengan menguji
kwalitas minyak dari aspek Rendemen, FFA, dan Densitas

1.3 Tujuan Praktikum


Mengetahui pengolahan limbah biji kemiri menjadi minyak dengan
menggunakan metode ekstraksi dan destilasi dengan menguji kualitas
minyak dari aspek Rendemen FFA, dan Densitas.

1.4 Manfaat Praktikum


Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan


tentang proses pengolahan minyak dari biji kemiri dengan menggunakan
metode Ekstraksi dan Destilasi yang sesuai dengan prosedur pengoperasian
alat industri dalam melakukan kegiatan praktikum.
2. Sebagai bahan masukan bagi guru dan semua pembimbing yang ada dalam
merencanakan dan melaksanakan kegiatan praktikum di sekolah.
3. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi mengatasi permasalahan
penelti berikutnya dalam yang menyangkut kegiatan praktikum di sekolah
terutama ditingkat SMK.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Tanaman Kemiri

Tanaman kemiri baik tumbuh di pegunungan pada ketinggian


1200 meter dari permukaan laut, berpohon besar dengan tinggi 25-40
meter, beranting banyak. mempunyai tunas muda yang tertutup rapat
oleh bulu yang berwarna putih keabu-abuan atau coklat. Daun muda
berlekuk tiga atau lima, sedangkan daun tua berbentuk bulat dengan
ujung meruncing. Daun tersebut mempunyai kelenjar berwarna hijau
kekuningan.

Bunga kemiri merupakan bunga majemuk yang berumah satu,


berwarna putih da bertangkai pendek. Buah kemiri berkulit keras
berdiameter 5 cm di dalamnya terdapat satu atau dua biji yang
diselubungi kulit biji yang keras dengan permukaan kasar dan beralur.
(Ketaren, 1986)

Gambar 2.1Tanaman Kemiri dan Biji Kemiri


sumber: SATUHARAPAN.com

2.2 Kandungan Gizi

Buah kemiri tidak dapat langsung dimakan mentah karena beracun,


yang disebabkan oleh toxsalbumin. Persenyawaan toxsalbumin dapat
dihilangkan dengan cara pemanasan da dapat dinetralkan dengan
penambahan bumbu lainnya, seperti garam, merica, dan terasi. Sehingga
daging buah kemiri hanya dapat digunakan sebagai bumbu dalam jumlah
yag relatif kecil. Sedangkan bijinya memiliki kandungan gizi yang lebih
3
banyak dan bermanfaat bila dikonsumsi. Hal ini dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.

Tabel 2.1Kandungan Gizi per 100 gram biji kemiri

Kandunga Jumlah
n Gizi Terkandung
Energi 636 kalori
Protein 19 g
Karbohidrat 8g
Lemak 63 g
Kalsium 80 mg
Fosfor 200 mg
Besi 2 mg
Vitamin B 0,06 mg
Air 7g

2.3 Minyak Kemiri

Minyak kemiri merupakan minyak nabati berbentuk cair, karena


mengandung sejumlah asam lemak tidak jernih yaitu asam oleat, asam
linoleate, dan asam linolenat dengan titik cair yang rendah. Selain itu
juga mengandung asam lemak jenuh dalam jumlah yang sedikit,yaitu
asam palmitat dan asam stearate. Biji kemiri memiliki kadar minyak
yang tinggi, yaitu sekitar 35% - 65% minyak. Minyak kemiri merupakan
minyak mengering(drying oil) sehingga tidak dapat digunakan sebagai
minyak goreng atau dikonsumsi. Hal ini disebab kan karena minyak
tersebut jika kontak dengan udara pada suhu tinggi, akan cepat
teroksidasi dan berbau tengik yang mengakibatkan raun. (Ketaren, 1986)

4
Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak Minyak Biji Kemiri

ASAM LEMAK KOMPOSISI


Asam Lemak Jumlah -
Asam Jenuh 20,3439
Asam Plamintat 55
Asam Strearat 6,7
Asaam Lemak tak Jenuh -
Asam Lenoleat 48,5
Asam Lenolenat(18:3) 28,5
Sumber :Risyad ddk,2016

2.4 Proses Ekstraksi

Ektraksi adalah proses perpindahan suatu zat atau solut dari


larutan asal atau padatan ke dalam pelarut tertentu. Ekstraksi merupakan
proses dimana pemisahan didasarkan pada perbedaan kemampuan
melarutkan komponen-komponen yang ada dalam campuran. Prinsip
dasar dari proses ekstraksi merupakan penarikan komponen akif yang
terkandung dalam suatu bahan. Proses ekstraksi dapat dibantu dengan
penggunaan bahan pelarut yang sesuai dengan kelaratan komponen
aktifnya.

Pelarut yang dipergunakan dalam proses ekstraksi bersifat mudah


menguap, seperti petroleum eter, gasoline, karbon disulfide, karbon tetra
klorida, benzene, dan n-heksana, Secara garis besar ekstraksi dibedakan
menjadi dua macam, yaitu ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair.
Ekstraksi cair-cair mengekstrak bahan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi
cair-cair ini biasa digunakan pada bahan yang mudah larut dengan
pelarutnya.

Ekstraksi menggunakan soxhlet dengan pelarut cair merupakan salah


satu metode yang paling baik digunakan dalam memisahkan senyawa
bioaktif dari alam. Cara ini memiliki beberapa kelebihan dibanding yang
lain antara lain sampel kontak dengan pelarut yang murni secara
berulang, kemampuan mengekstraksi sampel lebih tanpa tergantung
jumlah pelarut yang banyak.Karena bagaimanapun, dengan alasan

5
toksisitas, prosedur obat dan pengobatan harus menekan penggunaan
pelarut dalam proses farmasetis. Penggunaan pelarut juga dapat
mempengaruhi kinetika kristalisasi dan morfologi kristal dari produk

Soxhlet merupakan proses pemisahan berulang dengan sampel


berupa padatan Sampel yang akan diekstrak biasanya padatan yang telah
dihaluskan. Padatan ini lalu dibungkus dengan kertas saring lalu
dimasukkan dalam alat sokhlet. Alat ini pada bagian atas dihubungkan
dengan pendingin balik sedangkan bagian bawah terdapat labu alas bulat
sebagai tempat pelarut. Pemanasan dengan suhu tertentu akan
menguapkan pelarut. Semakin tinggi suhu yang digunakan, ekstrak yang
dihasilkan akan cenderung semakin banyak.

Menurut Margaretta dkk. (2011), kelarutan solute yang di ekstrak


akan bertambah besar dengan bertambah tingginya suhu. Seiring dengan
meningkatnya suhu, difusi yang terjadi juga semakin besar, sehingga
proses ekstraksi akan berjalan semakin cepat. Akan tetapi dalam
meningkatkan suhu operasi juga perlu diperhatikan sifat dari bahan
maupun yang akan diekstrak. Suhu yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan kerusakan pada bahan maupun senyawa saat proses
ekstraksi berlangsung. Biasanya suhu sekstraksi yang paling baik adalah
sedikit dibawah titik didih pelarut.

Uap akan naik ke atas mengalami proses pendinginan. Ruang


sokhlet akan dipenuhi oleh pelarut yang telah mengembun hingga batas
tertentu pelarut tersebut akan membawa solut dalam labu. Proses ini
berlangsung terus menerus. Keuntungan metode ini adalah ekstraksi
berlangsung cepat, cairan pengekstraksi yang dibutuhkan sedikit, dan
cairan pengekstraksi tidak pernah mengalami kejenuhan.

2.5 Proses Destilasi

Destilasi merupakan suatu proses pemisahan dan pemurnian dari


cairan yang mudah menguap untuk senyawa cair, yaitu suatu cara yang
mendahului penguapan senyawa cair dengan memanaskannya, lalu

6
mengembunkan uap yang terbentuk akan ditampung dalam wadah yang
terpisah untuk memperoleh destilat.

Proses yang terjadi pada destilasi ini adalah perubahan dua fasa cair
yang menjadi fase uap atau gas dengan pendidihan dan kondensasi
pengembunan, tetapi destilasi bukan merupakan dua urutan proses
penguapan dan kondensasi. Tekanan uap selalu bertambah dengan
kenaikan suhu. Destilasi terdiri dari beberapa jenis, yaitu destilasi
sederhana, destilasi fraksionasi, destilasi uap, dan destilasi vakum.

Pada praktikum kali ini kita menggunakan proses destilasi


sederhana karena perbedaan titik didih yang jauh atau dengan salah satu
komponen yang bersifat volatile. Jika campuran dipanaskan maka
komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu.
Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu
kecenderungan sebuah substansiuntuk menjadi gas. Destilasi ini
dilakukan pada tekanan atmosfer.

2.6 Pelarut N-Heksana

Pelarut yang terbaik untuk esktraksi adalah pelarut yang mempunyai


daya melarut yang tinggi. Hal ini berhubungan dengan kepolaran pelarut
dan kepolaran senyawa yang akan diambil. Terdapat kecenderungan kuat
bagi senyawa polar larut ke dalam pelarut polar dan bagian senyawa non
polar larut ke dalam pelarut non polar. Heksan merupakan jenis pelarut
yang sering digunakan mengekstraksi minyak atsiri, karena heksana
dapat melarutkan senyawa non polar yang merupakan komponen terbesar
penyusun minyak atsiri.
Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus
kimia CH (isomer utama n-heksana memiliki rumus CH(CH)CH)
Seluruh isomer heksana amat tidak rekatif, dan sering digunakan sebagai
pelarut organik yang inert. Heksana juga umum terdapat pada bensin dan
lem sepatu, kulita dan tekstil. Dalam keadaan standar senyawa ini
merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam air dan
merupakan fraksi yang mendidih pada 65-70°C.

7
Heksana dianggap sebagai molekul yang relatif sederhana. Karena
awalan hex- menunjukkan pelarut ini memiliki enam atom karbon, yang
disertai dengan atom hidrogen 14 memberikan rumus molekul Call..
Karbon dirantai berturut-turut, satu menyusul berikutnya. Setiap karbon
memiliki setidaknya dua atom hidrogen yang melekat padanya. kecuali
untuk karbon pertama dan terakhir, yang memiliki tiga. Karena bentuk
karbon- hidrogen eksklusif dan hanya memiliki ikatan molekul tinggal,
dapat diklasifikasikan sebagai alkana rantai lurus.

2.7 Uji Analisis

 Rendemen
Rendemen adalah perbandingan berat kering ekstrak dengan jumlah
bahan baku. Nilai rendemen berkaitan dengan banyaknya kandungan
bioaktif yang terkandung Semakin tinggi rendemen maka semakin tinggi
kandungan zat yang tertarik ada pada suatu bahan baku begitupun
sebaliknya. Rendemen ekstrak dihitung dengan cara membandingkan
jumlah ekstrak yang diperoleh. Rendemen ekstrak dapat digunakan sebagai
parameter standar mutu ekstrak pada tiap proses produksi maupun
parameter ekstraksi. Perhitungan rendemen minyak biji alpukat menurut
SNI (1998) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

volume minyak
Rendemen Minyak (100%): ×100
Berat bahan ( g )

Hubungan massa terhadap % rendemen dipengaruhi oleh banyaknya


kandungan bioaktif yang terkandung pada sampel semakin banyak massa
sampel yang digunakan maka semakin besar pula % rendemen yang
diperoleh begitupun sebaliknya, semakin kecil massa sampel yang
digunakan maka semakin kecil pula % rendemen yang diperoleh.

 FFA (Free Fatty Acid)

Pengujian FFA dilakukan menggunakan metode titrasi alkalimetri.


Metode titrasi alkalimetri adalah metode analisa yang didasarkan pada
reaksi asam basa penggunaan indikator PP (Phenolphtealin) dikarenakan
memiliki rentan pH yang cenderung bersifat basa serta tidak berwarna.

8
Perubahan wama mudah dimati karena menggunakan indikator PP.
Sementara menggunakan KOH untuk titrasi dikarenakan sifat dari KOH
yaitu basa kuat.

Perhitungan asam lemak bebas (FFA) dihitung menggunakan


persamaan sebagai berikut:

M ×V ×T
% FFA = m× 10 × 100

Keterangan :

FFA : Free Fat Acid (Asam Lemak Bebas)

M : Bobot molekul asam lemak

V : Volume NaOH yang diperlukan dalam penitaran dalam (ml)

T : Normalitas NaOH

m : Bobot contoh,dalam gram

 Densitas
Massa jenis atau densitas atau rapatan adalah pengukuran massa
setiap satuan volume benda.Semakin tinggi massa jenis suatu benda,maka
semakin besar pula massa setiap volumenya.Massa jenis rata-rata setiap
benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya.Sebuah benda
yamg memiliki masa jenis lebih tinggi (misalnya besi) akan memiliki
volume yang lebih rendah daripada bnda bermassa sama yang memiliki
massa jenis lebih rendah (misalnya air). Satuan SI massa jenis adalah
kilogram per meter kubik (Kg/m3,Kg.m-3).
Massa jenis berfungsi untuk menentuka zat. Setiap zat memiliki massa
jenis yang berbeda. Dan satu zat berapapun masanya berapapun volumenya
akan memiliki massa jenis yang sama. Rumus untuk menentukan massa
jenis adalah:

M
P: V
Keterangan: p : massa jenis
m : massa V : volume
9
BAB III

METODE

3.1 Alat dan Bahan

Table 3.1 Alat pengolahan biji kemiri menggunakan Ekstraksi


metode Soxhletasi.

No ALAT JUMLAH
1. Neraca 1 buah
2. Spatula 1 buah
3. Hot Plate 1 buah
4. Statif dan Klem 1 set
5. Panci 1 buah
6. Labu Alas Datar 250ml 1 buah
7. Ekstraktor 1 buah
8. Kondensor 1 buah
9. Selang Bening 2 buah
10. Termometer 1 buah
11. Kertas Bening 1 buah
12. Aluminium Foil secukupnya

Table 3.2 Bahan untuk pengolahan minyak biji kemiri


menggunakan Ekstraksi metode Soxhletasi

No BAHAN JUMLAH
1. Biji Kemiri 40 gram
2. N – Heksana 250ml
3. Vaselin Secukupnya
4. Air Mengalir -

Table 3.3 Bahan untuk Pemisahan dan Pemurnian Minyak Biji


Kemiri menggunakan metode Distilasi Sederhana.

NO ALAT BAHAN
1. Hot Plate 1 buah
10
2. Panci 1 buah
3. Statif dan Klem 2 set
4. Labu Bundar 500ml 1 buah
5. Pipa T 1 buat
6. Termometer 1 buah
7. Kondensor 1 buah
8. Adaptor 1 buah
9. Labu Enlenmeyer 250ml 1 buah
10. Selang Bening 2 buah
11. Aluminium Foil Secukupnya

Tabel 3.4 Bahan untuk Pemisahan dan Pemurnian Minyak Biji


Kemiri menggunakan metode Distilasi sedehana.

NO BAHAN JUMLAH
1. Minyak Biji Kemiri 40 gram
2. Vaselin Secukupnya
3. Air Mengalir -

Tabel 3.5 Alat Uji Analisis FFA

NO ALAT JUMLAH
1. Timbangan 1 buah
2. Pipet 1 buah
3. Hot Plate 1 buah
4. Erlenmeyer 1 buah
5. Buret 1 buah

11
6. Statif dan Klem 1 buah
7. Beaker Glass 1 buah
8. Termometer 1 buah
9. Corong Kaca 1 buah

Tabel 3.6 Alat Uji Analisis Densitas

NO ALAT JUMLAH 1
1. Piknometer 5 ml 1 buah
2, Oven 1 buah
3. Pipet tetes 1 buah
4. Timbangan Digital 1 buah
5. Corong Kaca 1 buah

Tabel 3.7 Nama Bahan Uji Analisis Densitas

NO BAHAN JUMLAH
1. Minyak -

3.2 Prosedur

Menghaluskan biji kemiri hingga menjadi


paertikel yang lebih halus

Memasukkan biji kemiri yang sudah dihaluskan ke dalam


kertas saring lalu dimasukkan ke ekstraktor

Masukkan 250ml N-Heksana ke dalam labu alas


datar

Merangkai alat ekstraksi Soxhletasi sesuai urutan

12
Melakukan start up peralatan Ekstraksi Soxhletasi
sesuai prosedur

Menjaga suhu operasi untuk stabil sesuai titik didih


N-Heksana yaitu 69°C

Proses Ekstraksi berakhir Ketika cairan dalam siphon tube penuh

Jika proses sudah selesai, maka melakukan shut down peralatan


ekstraksi

Mengambil hasil ekstraksi untuk di ukur volumenya

Simpan hasil ekstrak untuk selanjutnya di lakukan pemurnian


menggunakan metode destilasi sederhana

Selesai

Gambar 3.1 Diagram alir prosedur kerja alat Ekstraksi Soxhletasi

Menyiapkan peralatan dan bahan

Memasukkan minyak biji kemiri ke


dalam labu bundar

Merangkai seluruh alat Distilasi


sesuai prosedur

Melakukan start up peralatan distilasi sesuai


prosedur

13
Menunggu N-Heksana yang tercampur ke minyak biji kemiri
menguap akibat pemanasan. Lalu didinginkan melewati
kondensor, hingga akhirnya menetes ke labu Erlenmeyer

Proses Distilasi berakhir jika sudah tidak ada


lagi cairan (distilat) yang menetes ke Erlenmyer

Melakukan shut down pada


peralatan distilasi sesuai

Mengukur volume minyak biji kemiri yang bisa


dipisahkan dari pelarut N-Heksana

Proses Distilasi telah selesai

Gambar 3.2 Diagram alir blok proses kerja alat Distilasi Sederhana

Bersihkan Piknometer dan keringkan


dengan oven pada suhu 105°C selama 5
menit

Keluarkan Piknometer dan memasukkan


ke dalam desikator selama 10 - 15
menit

Catat volume Piknometer yang


digunakan

Timbang Piknometer ksong dan catat berapa


gramnya

Masukkan sample ke dalam Piknometer


14
sampai atas leher, pasang tutpnya hingga
sample dapat mengisi pipa kapiler sampai
penuh dan pastikan tidak ada gelembung
udara didalam Piknometer
Gambar 3.4 Diagram blok proses Analisis Data

3.3 Rangkaian Peralatan

Gambar 3.5 Rangkaian Alat Ekstraksi


15
Gambar 3.6 Rangkaian Alat Destilasi

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis


Table 4.1 Hasil Analisis proses

No Metode Waktu Suhu Hasil


1 Ekstraksi 90 menit 60° - 70° -
(08.30 – 10.00
WIB)
2 Destilasi 60 menit 60° - 70° Distilat(198ml)
(11.00 – 12.00 Bottom (50ml)
WIB)
16
Table 4.2 Siklus proses Ekstraksi

SIKLUS HASIL
Siklus 1 08.48
Siklus 2 09.00
Siklus 3 09.09
Siklus 4 09.16
Siklus 5 09.23
Siklus 6 09.29
Siklus 7 09.34
Siklus 8 09.45
Siklus 9 09.50

Table 4.3 Hasil Analisis Minyak Biji Kemiri

No ANALISIS HASIL
1. Randemen 0,971%
2. FFA 3,2%
3. Densitas 0,764%

4.2 Pembahasan

Proses memperoleh minyak biji kemiri menggunakan pelarut N-


Heksana atau di sebut juga metode soxhlet ekstraksi padat-cair.
Penelitian ini memiliki proses yaitu waktu Ekstraksi (90 menit), volume
pelarut (250ml), dan berat bahan (50 gr). Saat proses ekstraksi Setelah
pelarut mencapai pada timbal, uap akan menuju ke kondensor dengan
melewati Pipa F. Untuk selanjutnya uap akan menjadi kondensat
(molekul air). Setelah kondensat memenuhi timbal dan sejajar dengan
Sifon, maka uap akan kembali menuju ke Labu alas bulat. Sehingga
terhitung sebagai satu siklus.

Siklus yang di hasilkan dalam waktu 90 menit sebanyak 9 kali,


dengan jarak waktu tiap siklus antara 10 sampai 30 menit. Hasil dari
ekstraksi diperoleh minyak biji kemiri dengan kondisi masih tercampur

17
pelarut n-Heksana, tetapi pada saat praktik, setelah proses ekstraksi
selesai lupa mengukur volume hasil dari ekstraksi. Lalu setelah itu di
lakukan pemurnian dengan proses distilasi untuk menghilangkan sisa-
sisa pelarut yang masih tersisa. Pelarut N-Heksana awal yaitu 250 ml dan
hasil dari pemurnian minyak biji kemiri menghasilkan 198 ml destilat
(N-Heksana) dan 50 ml Bottom (minyak). Terlihat pelarut banyak
berkurang dari heksana awal 250 ml hasil akhir 160 ml, jadi saat pada
proses-proses berlangsung pelarut N-Heksana banyak yang menguap

Selanjutnya penentuan kadar asam diawali dengan menambahkan


50 ml etanol 96% pada minyak lalu dipanaskan yang berfungsi untuk
melarutkan asam lemak pada produk minyak biji kemiri sehingga dapat
bereaksi pada basa NaOH, lalu dipanaskan untuk memaksimalkan
pelarutan minyak. Jika sudah dinginkan lalu ditambah 3 tetes indikator
PP (Fenolftalein) yang berguna sebagai membandingkan proses titrasi
basa kuat-asam kuat yaitu untuk tanda batas bahwa asam lemak yang
berada dalam lemak atau minyak habis bereaksi dengan basa NaOH.

Kemudian minyak di titrasi dengan NaOH sampai batas akhir titrasi


dengan tanda pelarut berubah warna dari putih keruh menjadi merah
muda keruh Pada uji analisis FFA dapat menguji sebanyak 3 kali yang di
mana masingmasing erlenmeyer berisi 3 gram minyak. Hasil dari
erlenmeyer pertama,kedua dan ketiga itu berbeda di mana saat proses
titrasi erlenmeyer pertama membutuhkan 3,3 ml NaOH untuk
mendapatkan pelarut bereaksi pada basa NaOH, sedangkan erlenmeyer
kedua 2,6 ml NaOH dan ketiga membutuhkan 4,1 ml NaOH untuk
mendapatkan pelarut bereaksi pada basa NaOH. Hasil perhitungan FFA
dari dari minyak kemiri menghasilkan 3,2 ml (tidak termasuk SNI)
karena standar SNI FFA adalah 0,1-1,5.

Pada proses perhitungan Densitas menghasilkan 0,764.Rata-rata


minyak yang terkandung dalam biji kemiri adalah 0,924-0,929. Jika hasil
uji analisis densitas kurang dari 0,924 artinya masih ada campuran
dengan pelarut N-Heksana, Sedangkan hasil densitas yang lebih dari
0,929 artinya terdapat padatan yang terikut di dalam minyak tersebut.

18
Alasan karena pada proses ekstraksi kurang maksimal saat pemanasan
jadi hasil minyak masih tercampur dengan N-Heksana.

Rendemen yaitu perbandingan antara berat minyak yang dihasilkan


dengan berat bahan baku yang digunakan. Pada penelitian ini
memperoleh hasil rendemen 0,971% dengan berat minyak 38.84 g dan
berat bahan 40 g. Volume minyak dari praktikum ekstraksi dan destilasi
menghasilkan minyak 50 ml.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada proses Destilasi yang menggunakan waktu 60 menit dengan


suhu 65° - 75°C, menghasilkan destilat sebanyak 198 ml dan bottom
(minyak) sebanyak 50 ml.

Kadar air FFAyang terkandung dalam minyak sebesar 3,2 ml.


dimana standar FFA minyak biji kemiri 0,1 – 1,5. Ini berarti kualitas
kualitas minyak biji kemiri pada praktikum ini kurang baik karena
melebihi batas maksimum standar FFA pada minyak.

19
5.2 Saran

Dari hasil percobaan yang dilakukan, maka saran yang dapat


diberikan antara lain:

1. Ekstraksi minyak biji kemiri masih perlu dikembangkan lebih jauh lagi
dengan
2. menggunakan variabel yang lain, misalnya pada jenis pelarut yang
digunakan.
3. Sebaiknya dilakukan penelitian dengan metode lain dalam menghasilkan
4. minyak biji kemiri untuk mengetahui keuntungan dan kerugiannya.
5. Untuk mengetahui kualitas minyak yang lebih akurat. sebaiknya
melakukan analisa yang lebih beragam.

DAFTAR PUSTAKA

Arlene, A. (2013). Ekstraksi kemiri dengan metode soxhlet dan karakterisasi


minyak kemiri. Jurnal Teknik Kimia USU, 2(2), 6-10. Diakses 9 Agustus
2023 https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=minyak+kemiri&oq=#d=gs_qabs&t=167695369
4408&u=%23p%3D-6PJINTsZhAJ

Shoviantari, F., Liziarmezilia, Z., Bahing, A., & Agustina, L. (2019). Uji
aktivitas tonik rambut nanoemulsi minyak kemiri (Aleurites moluccana L.).
Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, 6(2), 69-73. Diakses 9
Agustus 2023
20
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=hasil+pembahasan+minyak+kemiri&btnG=gs_qa
bs&t=1676954170082&u=%23p%3DHIM4OJMpH2AJ

Susilowati, N. (2012). Pengambilan minyak biji kemiri (aleurites


moluccana, wild) melalui ekstraksidengan menggunakan soxhlet.Diakses 9
Agustus 2023
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0,5&q=pengambilan+minyak+kemiri+menggunakan+metode
+ekstraksi+soxhletasi#d=gs_qabs&t=1676979134591&u=%%23p
%3DXdVqLF6SWJ0

Arlene, A., Suharto, I., & Jessica, J. N. (2010). Pengaruh temperatur dan
ukuran biji terhadap perolehan minyak kemiri pada ekstraksi biji kemiri
dengan penekanan mekanis. Pengaruh Temperatur dan Ukuran Biji terhadap
Perolehan Minyak Kemiri pada Ekstraksi Biji Kemiri dengan Penekanan
Mekanis. Diakses 10 Agustus 2023
https://scholar.google.com/scholar?
q=related:EPijvw5aB4EJ:scholar.google.com/
&scioq=pembahasan+rendemen+minyak+kemiri&hl=id&as_sdt=0,5#d=gs_
qabs&t=1676979409349&u=%23p%3DEPijvw5aB4EJ

Sianipar, R. S. (2021). Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dan Bilangan


Penyabunan dari Minyak Kemiri (Doctoral dissertation, Universitas
Sumatera Utara). Diakses 19 Agustus 2023
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=latar+belakang+minyak+kemiri&btnG=#d=gs_q
abs&t=1676979631660&u=%23p%3DX4BF-e5FqH4l

Arlene, A., Kristanto, S., & Suharto, I. (2010). Pengaruh temperatur dan f/s
terhadap ekstraksi minyak dari biji kemiri sisa penekanan mekanik. In
Seminar Rekayasa Kimia Dan Proses (Vol. 1, No. 6). Diakses 19 Agustus
2023
https://scholar.google.com/scholar?
q=related:kiXKxn4IHIUJ:scholar.google.com/&scioq-
21
biji+kemiri+ekstraksi+minyak&hl=id&as_sdt=0,5#d=gs_qabs&t=16769830
65346&u=%23p%3DkiXKxn4IHIUJ

22
LAMPIRAN

23

Anda mungkin juga menyukai