KELOMPOK 5
Disusun oleh :
1. Muhammad Naufal Rahmayandi (2018664)
2. Muhammad Rafitriadi (2018665)
3. Muhammad Raihan Mufliha (2018668)
4. Mutia Haryati Diva (2018674)
5. Nadhia Octaviani (2018681)
6. Nadira Muharrami (2018683)
7. Naftalia Beryan Titioka Bangun (2018684)
8. Natasya Alfira (2018687)
9. Yovan Ari Pratama (2018764)
g. Pembuatan Larutan Deret Standar Cr (0; 0,1 ; 0,2 ; 0,6 ; dan 0,88 mg/L)
Larutan baku Cr 5 mg/L dipipet ke dalam labu takar 100 mL, masing
masing 0,0 mL; 2,0 mL; 4,0 mL; 12,0 mL; dan 16,0 mL untuk konsentrasi (0;
0,1 ; 0,2 ; 0,6 ; dan 0,88 mg/L). kemudian ditambahkan 5 tetes larutan asam
orto fosfat. jika tingkat keasaman di bawah pH 2 maka ditambah asam sulfat
dan apabila diatas pH 2 maka ditambahkan natrium hidroksida agar
mendapatkan pH 2 lalu dihimpitkan dengan aquadest hingga batas tera dan
dihomogenkan, selanjutnya ditambahkan sebanyak 2 mL larutan 1,5-
difenilkarbazida kemudian ditunggu hingga 5-10 menit.
c. Uji Linearitas
Deret standar Krom Heksavalen (0,0; 0,1; 0,2; 0,6; dan 0,8) mg/L
diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometri sinar tampak. Hasil
absorbansi yang diperoleh dibuat kurva linieritas terhadap konsentrasi
sehingga diperoleh nilai koefisien korelasi (r), slope, dan intersep.
d. Uji LDM
Larutan blanko sampel uji LDM yang telah disiapkan diukur kadarnya dengan
spektrofotometri sinar tampak. Pengujian parameter LDM dilakukan 5 kali
ulangan.
e. Uji Presisi
Uji Presisi dilakukan dengan mempreparasi larutan contoh uji air
limbah dengan konsentrasi 0,39 mg/L sebanyak 100 mL dan 50 mL dilakukan
sebanyak tujuh kali pengulangan. Absorbansi diukur dengan
spektrofotometer pada λ = 542 nm. Data yang diperoleh diolah dengan teknik
statistika untuk menentukan standar baku (SB) dan standar baku relatief
(SBR).
f. Uji Akurasi
Uji Akurasi dilakukan dengan dengan metode spike dengan
pengulangan sebanyak 7 kali pada masing-masing labu takar 100 mL dan 50
mL. Absorbansi diukur dengan spektrofotometer pada λ = 542 nm. Pengujian
spike dilakukan dengan menyiapkan larutan baku krom sebanyak 0,4 mL
untuk kedalam labu takar 100 mL dan 0,2 mL untuk kedalam labu takar 50
mL. Kemudian ditera menggunakan larutan contoh uji air limbah lau
ditambahkan 2 mL 1,5-Difenilkarbazida dan dilakukan sebanyak tujuh kali
pengulangan. data yang diperoleh diolah dengan teknik statistika untuk
menentukan nilai %Recovery dan dibandingan dengan syarat keberterimaan
%Recovery.
∑𝑛𝑖 𝑥𝑖
x̅ =
𝑛
∑𝑛𝑖(𝑥𝑖 − x̅)2
𝑆𝐷 = √
𝑛−1
𝐿𝐷𝐼 = x̅ × (3 × 𝑆𝐵)
𝐿𝐾 = x̅ × (10 × 𝑆𝐵)
Keterangan :
SB = simpangan baku
i = 1, 2, 3, …, n
n = banyak ulangan
b. Uji Linearitas
Data yang diperoleh, kemudian dibuat kurva linearitas hubungan antara
konsentrasi deret standar krom heksavalen dengan nilai absorbansi kemudian
ditentukan nilai kofisien korelasi ( r ), slope (b), dan intercept (a) sehingga
didapat persamaan regresi : y = a + bx
∑ 𝑥𝑖 ∑ 𝑦𝑖
∑ 𝑥𝑖 𝑦𝑖 −
𝑟= 𝑛
2 2
√𝑥𝑖 2 − (∑ 𝑥𝑖 ) √𝑦𝑖 2 − (∑ 𝑦𝑖 )
𝑛 𝑛
(∑𝑛𝑖 𝑥𝑖 )(∑𝑛𝑖 𝑦𝑖 )
𝑛 ∑𝑛𝑖 𝑥𝑖 𝑦𝑖
𝑏= 𝑛
𝑛 2
𝑛 𝑧 (∑𝑖 𝑥𝑖 )
∑
𝑛 𝑖 𝑥𝑖 −
𝑛
∑𝑛𝑖 𝑦𝑖 − 𝑏 ∑𝑛𝑖 𝑥𝑖
𝑎=
𝑛
Keterangan :
a = intersep (abs)
b = slope (abs/mg/L)
r = koefisien korelasi
c. Uji LDM
Data kadar blanko sampel pengujian LDM yang diperoleh dari 5 kali
ulangan kemudian dihitung nilai rata-rata kadar, SB dan LDM dengan rumus
sebagai berikut:
∑ 𝑥𝑖
x̅ =
𝑛
∑𝑛𝑖(𝑥𝑖 − x̅)2
𝑆𝐵 𝐵𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 = √
𝑛−1
𝑚𝑔
𝐿𝐷𝑀 ( ) = x̅ + 𝑡 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑆𝐵
𝐿
Keterangan :
x = rata-rata kadar dari 5 kali pengulangan (mg/L)
SB = simpangan baku
LDM = limit deteksi metode (mg/L)
xi = konsentrasi ke-i (mg/L)
i = 1,2,3,…,n
n = banyak ulangan
d. Uji Presisi
Data kadar presisi ripitabilitas yang diperoleh dari 7 kali ulangan
kemudian dihitung rata-rata, simpangan baku, dan simpangan baku relatifnya.
Nilai %SBR selanjutnya, dibandingkan dengan syarat keberterimaan, yaitu
%SBR< 2/3 KV Horwitz dengan rumus sebagai berikut:
∑ 𝑥𝑖
x̅ =
𝑛
∑𝑛𝑖(𝑥𝑖 − x̅)2
𝑆𝐵 = √
𝑛−1
𝑆𝐷
%𝑆𝐵𝑅 = × 100%
̅x
Keterangan :
i = 1,2,3,…,n
n = banyak ulangan
e. Uji Akurasi
Uji Akurasi diperoleh dengan menghitung pengaruh spike pada
pengujian stanar tujuh kali pengulangan, sehingga diperoleh %Recovery dari
setiap pengujian dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
µKal. Alat
µ Akurasi µ PM
𝑆𝑦/𝑥 1 (𝑦0 − 𝑦𝑟 )2
µ𝑟𝑒𝑔 = √1 + + 2
𝑏 𝑛 𝑏 ∑(𝑥𝑖 − 𝑥𝑟)2
Keterangan:
Sy/x = simpangan baku relative kurva regresi (pA*s)
N = banyak deret standar yang digunakan
µreg = ketidakpastian asal kurva kalibrasi (mg/L)
b = slope
y0 = absorbansi rata-rata sampel (Absorbansi)
yr = absorbansi rata rata deret standar
xi = konsentrasi standar ke-I (mg/L)
xr = konsentrasi rata-rata deret standar (mg/L)
𝑆𝐷
% 𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 √3
𝜇 𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = √( )
100 𝑋̅𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 + 𝑠𝑝𝑖𝑘𝑒
• Ketidakpastian Gabungan
Sumber-sumber ketidakpastian pada penetapan kadar krom
heksavalrn dalam air limbah adalah ketidakpastian baku asal kurva
kalibrasi (regresi), ketidakpastian baku asal presisi dan ketidakpastian
baku asal alat gelas (v labu takar). Penentuan nilai ketidakpastian hasil
pengujian secara keseluruhan dihitung dengan rumus sebagai berikut:
0.024 409.00
2. Uji Limit Deteksi Instrumen (LDI) dan Limit Kuantitasi (LK) Krom
Heksavalen (Cr-VI)
Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan
blangko. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi
merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas
terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan
seksama (RIYANTO, 2014).
Limit Deteksi Instrumen (LDI) merupakan konsentrasi terendah analit
yang masih dapat dibaca pada nilai 3 kali diatas noise. Pada praktik ini
dilakukan pengujian limit deteksi instrumen dengan mengukur larutan blanko
sebanyak 5 kali ulangan menggunakan spektrofotometer UV-Vis sehingga
didaptkan nilai absorbansi dan dikonversikan menjadi konsentrasi. Data hasil
pengujian dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel Uji Limit Deteksi Instrumen dan Limit Kuantitasi Penetapan kadar
krom heksavalen dalam air limbah
1 0,033 0,04
2 0,024 0,03
3 0,019 0,03
4 0,019 0,03
5 0,020 0,03
Rerata 0,03
SD 0,00
LDI 0,05
LK 0,11
6. Uji Presisi
Presisi adalah ukuran kedekatan hasil analisis yang diperoleh dari
serangkaian pengukuran ulangan dari ukuran yang sama, dalam hal ini presisi
mencerminkan kesalahan acak yang terjadi dalam sebuah metode (RIYANTO,
2014). Pengujian parameter ini dilakukan dengan mengukur larutan sampel
yang telah di-spike dengan larutan standar Cr 0,2 mg/L. Volume larutan standar
Cr 0,2 mg/L yang ditambahkan adalah masing-masing sebanyak 5 mL ke labu
takar 100 mL dan 2 mL ke labu takar 50 mL. Pengukuran dilakukan sebanyak
7 kali pengulangan. Data hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel Uji Presisi Penetapan Kadar Krom Heksavalen dalam Air Limbah
SB 0,0087 SB 0,0330
Fhitung 0,0689
Ftabel 4,28
Cr
Abs dalam Cr Cr
dalam Cr Abs dalam
sampel dala yang
Ulangan Cr dalam sampel yang % sampel Cr yang
yang m dispik % Rec
sampel yang dispi Rec yang dispiking
dispiking sam ing
dispikin king dispiking
std Cr pel std Cr
g
T hitung 0,0500
T tabel 1,9432
8. Estimasi Ketidakpastian
Estimasi ketidakpastian pengukuran merupakan sebuah parameter yang
berhubungan dengan hasil pengukuran, yang mencirikan penyimpangan dari
nilai yang dapat berkontribusi terhadap pengukuran (EURACHEM, 2017).
Tujuan dari penentuan ketidakpastian pengukuran untuk meningkatkan kualitas
dan tingkat kepercayaan hasil analisis serta menetapkan nilai tertelusur hasil
analisis terhadap satuan internasional.
Sumber estimasi ketidakpastian diambil dari rumus perhitungan kadar
krom heksavalen (Cr-VI) dalam air limbah dan proses preparasi bahan uji.
Ketidakpastian dari rumus penetapan kadar magnesium adalah ketidakpastian
asal regresi, volume, pengulangan, akurasi dan presisi metode. Penyumbang
ketidakpastian kemudian digambarkan sebagai diagram fishbone untuk
mengidentifikasi dan mengelompokan penyebab yang timbul dari sumber -
sumber ketidakpastian. Diagram fishbone penetapan kadar magnesium yang
dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.
µ Volume µ Konsentrasi
µKal. Alat
µ Akurasi
µ PM
Ketidakpastian Presisi 𝜇 𝑃𝑀 -
metode
ketidakpastian Akurasi %
𝑆𝐷
% 𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 √3
𝜇 𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = √( )
100 𝑋̅ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 + 𝑠𝑝𝑖𝑘𝑒
Ketidakpastian Presisi 𝑆𝐷 -
𝜇 𝑅𝑒𝑝𝑒𝑎𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 =
√𝑛
Metode Acuan : SNI 6989.71:2009 Air dan air limbah – Bagian 71:
Cara uji krom heksavalen (Vr-VI) dalam contoh uji
secara spektrofotometri
Modifikasi : Modifikasi SNI 6989.71:2009 Air dan air limbah –
Bagian 71: Cara uji krom heksavalen (Vr-VI) dalam
contoh uji secara spektrofotometri
Analit : Logam Krom Heksavalen (Cr-VI)
Matriks Sampel : Air Limbah
Volume
Yang Kebutuhan
Reagen Konsentrasi Rumus PIC
Dibuat Zat
(mL)
larutan induk 500 mg/L 250 0,3535 𝑚𝑔
𝑚𝑔
gram 𝑚𝑔 294 ⁄𝑚𝑚𝑜𝑙
= 500 ⁄𝐿 × 𝑚𝑔 𝑥 0,25 𝐿
Cr2O7 2 × 52 ⁄𝑚𝑚𝑜𝑙 Naftalia
= 353,50 mg
= 0,3535 g
𝑚𝑔 𝑚𝑔
larutan standar 50 mg/L 250 25 mL 50 𝑚𝐿 × 250 ⁄𝐿 = 500 ⁄𝐿 × 𝑉2
larutan 25 𝑚𝐿 = 𝑉2 raihan
standar mufliha
500ppm
𝑚𝑔 𝑚𝑔
larutan standar 5 mg/L 250 25mL 5 𝑚𝐿 × 250 ⁄𝐿 = 50 ⁄𝐿 × 𝑉2
Larutan 25 𝑚𝐿 = 𝑉2
standar natasya alfira
50ppm
deret standar 0.1 mg/L 100 2mL V2.C2=V1.C1
larutan V2=100mL.0.1mg/L /5mg/L
V2=2.0 ML
standar
5ppm
deret standar 0.2 mg/L 100 4mL V2.C2=V1.C1
larutan V2=100mL.0.2mg/L /5mg/L
V2=4.0 ML
standar
5ppm
Mutia
deret standar 0.6 mg/L 100 12mL V2.C2=V1.C1
larutan V2=100mL.0.6mg/L /5mg/L
V2=12.0 ML
standar
5ppm
deret standar 0.8 mg/L 100 16mL V2.C2=V1.C1
larutan V2=100mL.0.8mg/L /5mg/L
V2=16.0 ML
standar
5ppm
H2SO4 0,2 N 100 20mL 100 𝑚𝐿 × 0,2 𝑁 = 1 N × 𝑉2
H2SO4 1N 20 𝑚𝐿 = 𝑉2
Nadira
Rerata 0.031
SD 0.008
RSD 25.50
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖−𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝
Kadar Cr mg/L 1=
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
0033−0,0107
=
0,709
= 0,0314 mg/L
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖−𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝
Kadar Cr mg/L 2 =
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
0,024−0,0107
=
0,709
= 0,0187 mg/L
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖−𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝
Kadar Cr mg/L 3=
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
0,019−0,0107
=
0,709
= 0,0117 mg/L
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖−𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝
Kadar Cr mg/L 4=
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
0,019−0,0107
=
0,709
= 0,0117 mg/L
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖−𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝
Kadar Cr mg/L 5=
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
0,02−0,0107
=
0,709
= 0,0131 mg/L
∑𝑛
𝑖= 1𝑥𝑖 ∑5𝑖= 1𝑥𝑖 ∑5𝑖= 1𝑥𝑖 0,0314+⋯…...+0,0131
𝑥̄ = 𝑛
= 𝑛
= 5
= 5
=0,01mg/L
∑𝑛 2) ∑5𝑖= 1(𝑥𝑖−x̄2 )
𝑖= 1(𝑥𝑖−𝑥
SB =√ =√
𝑛−1 𝑛−1
∑(0,031−0,044)2 +⋯…+(0,031−0,044)2
SB =√
5−1
= 0,0079
LDI = 𝑥̄ + 3 SB
LK = 𝑥̄ + 10 SB
= 0,109 mg/L
b. Uji LDM
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖−𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝
Kadar Cr mg/L 1=
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
0,025−0,0107
=
0,709
= 0,021 mg/L
0,025−0,0107
=
0,709
= 0,021 mg/L
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖−𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝
Kadar Cr mg/L 2 =
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
0,045−0,0107
=
0,709
= 0,0483 mg/L
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖−𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝
Kadar Cr mg/L 3=
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
0,047−0,0107
=
0,709
= 0,0511 mg/L
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖−𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝
Kadar Cr mg/L 4=
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
0,044−0,0107
=
0,709
= 0,0469 mg/L
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖−𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝
Kadar Cr mg/L 5=
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
0,044−0,0107
=
0,709
= 0,0469 mg/L
∑𝑛
𝑖= 1𝑥𝑖 ∑5𝑖= 1𝑥𝑖 ∑5𝑖= 1𝑥𝑖 0,021+⋯…...+0,049
𝑥̄ = = = = =0,0788
𝑛 𝑛 5 5
mg/L
∑𝑛 2) ∑5𝑖= 1(𝑥𝑖−x̄2 )
𝑖= 1(𝑥𝑖−𝑥
SB =√ =√
𝑛−1 𝑛−1
∑(0,03−0,05)2 +⋯…+(0,03−0,05)2
SB =√
5−1
= 0,01 (mg/L)
LDM = X konsentrasi blanko + ( ttabel (α = 5%) x SB sampel )
=0,05 mg/L
c. Uji Presisi
Ulangan Labu Takar 100 Ml Labu Takar 50 Ml
SB 0,0087 SB 0,0330
Fhitung 0,0689
Ftabel 4,28
F tabel = 𝛂 = 0,05
Db1 = n1 - 1
= 7 -1
=6
Db2 = n2 - 1
=7-1
=6
F tabel = 4,28
d. Uji Akurasi
Cr
Abs dalam Cr Cr
dalam Cr Abs dalam
sampel dala yang
Ulangan Cr dalam sampel yang % sampel Cr yang
yang m dispik % Rec
sampel yang dispi Rec yang dispiking
dispiking sam ing
dispikin king dispiking
std Cr pel std Cr
g
T hitung 0,0500
T tabel 1,9432
HADI, A. & ASIAH. 2020. Metode Pengujian Air & Air Limmbah Mendukung
Penerapan ISO/IEC 17025:2017. Edisi ke-2. IPB Press. Bogor.
RIYANTO. 2014. Validasi dan Verifikasi Metode Uji Sesuai dengan ISO/IEC 17025
Laboratorium pengujian dan Kalibrasi.Edisi ke-1. Deepublish Yogy