Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN VALIDASI METODE UJI

PENETAPAN KROM HEKSAVALEN DALAM AIR LIMBAH


SECARA SPEKTROFOTOMETER SINAR TAMPAK

KELAS 3A-Analisis Kimia

KELOMPOK 5

Disusun oleh :
1. Muhammad Naufal Rahmayandi (2018664)
2. Muhammad Rafitriadi (2018665)
3. Muhammad Raihan Mufliha (2018668)
4. Mutia Haryati Diva (2018674)
5. Nadhia Octaviani (2018681)
6. Nadira Muharrami (2018683)
7. Naftalia Beryan Titioka Bangun (2018684)
8. Natasya Alfira (2018687)
9. Yovan Ari Pratama (2018764)

PROGRAM STUDI ANALISIS KIMIA


POLITEKNIK AKA BOGOR
2022
I. TUJUAN
Percobaan ini bertujuan untuk membuktikan bahwa metode modifikasi uji
penetapan kadar krom heksavalen (Cr-VI) dalam air limbah secara spektrofotometer
UV-Vis mampu mengahsilkan data yang valid. Hasil pengujian tiap parameter
validasi selanjutnya akan dibandingkan dengna syarat keberterimaan yang telah
ditetapkan.

II. CARA KERJA


1. Tahap Persiapan
a. Pembuatan Larutan Induk Krom 500 mg/L
Ditimbang sebanyak 353,5 mg garam kalium dikromat ,kemudian
dilarutkan dengan aquadest lalu dimasukkan kedalam labu takar 250 mL
kemudian dihimpitkan dan dihomogenkan.

b. Pembuatan Larutan Induk Krom 50 mg/L


Dipipet sebanyak 25 mL larutan induk logam krom 500 mg/L yang
dilarutkan dengan aquadest ke dalam labu takar 250 mL kemudian
dihimpitkan dan dihomogenkan.

c. Pembuatan Larutan Induk Krom 5 mg/L


Dipipet sebanyak 25 mL larutan standar antara logam krom 50 mg/L
dilarutkan dengan aquadest kedalam labu takar 250 mL kemudian
dihimpitkan dan dihomogenkan. Larutan ini akan digunakan untuk pembuatan
larutan uji konfirmasi limid deteksi dan limit kuantitasi.

d. Pembuatan Larutan 1,5-Difenilkarbazida


Ditimbang sebanyak 1,250 g difenilkarbazida (1,5-difenilkarbazida) ke
dalam labu 250mL, dilarutkan dengan menggunakan aseton. Disimpan dalam
botol gelas amber.
e. Pembuatan Larutan Asam Sulfat 0,2N
Dipipet 2,8 mL asam sulfat pekat p.a(36N) ke dalam 500 mL air bebas
mineral dalam gelas piala.

f. Pembuatan Larutan Natrium Hidroksida 1 N


Ditimbang 4g natrium hidroksida kedalam 100 mL air bebas mineral
dalam gelas piala,

g. Pembuatan Larutan Deret Standar Cr (0; 0,1 ; 0,2 ; 0,6 ; dan 0,88 mg/L)
Larutan baku Cr 5 mg/L dipipet ke dalam labu takar 100 mL, masing
masing 0,0 mL; 2,0 mL; 4,0 mL; 12,0 mL; dan 16,0 mL untuk konsentrasi (0;
0,1 ; 0,2 ; 0,6 ; dan 0,88 mg/L). kemudian ditambahkan 5 tetes larutan asam
orto fosfat. jika tingkat keasaman di bawah pH 2 maka ditambah asam sulfat
dan apabila diatas pH 2 maka ditambahkan natrium hidroksida agar
mendapatkan pH 2 lalu dihimpitkan dengan aquadest hingga batas tera dan
dihomogenkan, selanjutnya ditambahkan sebanyak 2 mL larutan 1,5-
difenilkarbazida kemudian ditunggu hingga 5-10 menit.

h. Pembuatan Blanko Sampel Uji Limit Deteksi Instrumen (LDI)


Larutan standar Cr 5ppm, dimasukkan 0,2 mL, setelah itu ditambahkan
H3PO4 3 tetes dan ditera aquabides. Setelah ditambahkan h3po4 tambahkan
difenil karbazida 2 mL. Diamkan 10-15 menit sampai larutan berwarna merah
keunguan.

i. Pembuatan Blanko Sampel Uji Limit Deteksi Metode (LDM)


Larutan sampel yang sudah diasamkan dimasukkan sebanyak 20 mL
kedalam labu takar 100 mL,kemudian ditera dengan aquabidest sampai tanda
tera dan ditambahkan 1,5-difenilkarbazida 2 mL.
2. Tahap Pengujian
a. Scanning Panjang Gelombang Maksimun
Larutan standar 0,6 mg/l diukur panjang gelombang maksimum dengan
rentang panjanga gelombang 400-800 nm mengguanakan spektrofotometri
sinar tampak.
b. Uji LDI
Larutan blanko sampel uji LDI yang telah disiapkan diukur kadarnya
dengan spektrofotometri sinar tampak Pengujian parameter LDI dilakukan 5
kali ulangan.

c. Uji Linearitas
Deret standar Krom Heksavalen (0,0; 0,1; 0,2; 0,6; dan 0,8) mg/L
diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometri sinar tampak. Hasil
absorbansi yang diperoleh dibuat kurva linieritas terhadap konsentrasi
sehingga diperoleh nilai koefisien korelasi (r), slope, dan intersep.

d. Uji LDM
Larutan blanko sampel uji LDM yang telah disiapkan diukur kadarnya dengan
spektrofotometri sinar tampak. Pengujian parameter LDM dilakukan 5 kali
ulangan.
e. Uji Presisi
Uji Presisi dilakukan dengan mempreparasi larutan contoh uji air
limbah dengan konsentrasi 0,39 mg/L sebanyak 100 mL dan 50 mL dilakukan
sebanyak tujuh kali pengulangan. Absorbansi diukur dengan
spektrofotometer pada λ = 542 nm. Data yang diperoleh diolah dengan teknik
statistika untuk menentukan standar baku (SB) dan standar baku relatief
(SBR).
f. Uji Akurasi
Uji Akurasi dilakukan dengan dengan metode spike dengan
pengulangan sebanyak 7 kali pada masing-masing labu takar 100 mL dan 50
mL. Absorbansi diukur dengan spektrofotometer pada λ = 542 nm. Pengujian
spike dilakukan dengan menyiapkan larutan baku krom sebanyak 0,4 mL
untuk kedalam labu takar 100 mL dan 0,2 mL untuk kedalam labu takar 50
mL. Kemudian ditera menggunakan larutan contoh uji air limbah lau
ditambahkan 2 mL 1,5-Difenilkarbazida dan dilakukan sebanyak tujuh kali
pengulangan. data yang diperoleh diolah dengan teknik statistika untuk
menentukan nilai %Recovery dan dibandingan dengan syarat keberterimaan
%Recovery.

3. Tahap Pengolahan Data


a. Uji LDI dan LK
Data kadar blanko sampel pengujian LDI yang diperoleh dari 5 kali ulangan
kemudian dihitung nilai rata-rata kadar, Simpangan Baku (SB), LDI dan LK.

∑𝑛𝑖 𝑥𝑖
x̅ =
𝑛

∑𝑛𝑖(𝑥𝑖 − x̅)2
𝑆𝐷 = √
𝑛−1

𝐿𝐷𝐼 = x̅ × (3 × 𝑆𝐵)

𝐿𝐾 = x̅ × (10 × 𝑆𝐵)
Keterangan :

x = rata-rata kadar dari 20 kali pengulangan (mg/L)

SB = simpangan baku

LDI = limit deteksi instrumen (mg/L)

LK = limit kuantitasi (mg/L)

xi = konsentrasi ke-i (mg/L)

i = 1, 2, 3, …, n

n = banyak ulangan
b. Uji Linearitas
Data yang diperoleh, kemudian dibuat kurva linearitas hubungan antara
konsentrasi deret standar krom heksavalen dengan nilai absorbansi kemudian
ditentukan nilai kofisien korelasi ( r ), slope (b), dan intercept (a) sehingga
didapat persamaan regresi : y = a + bx
∑ 𝑥𝑖 ∑ 𝑦𝑖
∑ 𝑥𝑖 𝑦𝑖 −
𝑟= 𝑛
2 2
√𝑥𝑖 2 − (∑ 𝑥𝑖 ) √𝑦𝑖 2 − (∑ 𝑦𝑖 )
𝑛 𝑛

(∑𝑛𝑖 𝑥𝑖 )(∑𝑛𝑖 𝑦𝑖 )
𝑛 ∑𝑛𝑖 𝑥𝑖 𝑦𝑖
𝑏= 𝑛
𝑛 2
𝑛 𝑧 (∑𝑖 𝑥𝑖 )

𝑛 𝑖 𝑥𝑖 −
𝑛

∑𝑛𝑖 𝑦𝑖 − 𝑏 ∑𝑛𝑖 𝑥𝑖
𝑎=
𝑛

Keterangan :

a = intersep (abs)

b = slope (abs/mg/L)

r = koefisien korelasi

xi = konsentrasi ke-i (mg/L)


yi = absorbansi ke-I (abs)
i = 1, 2, 3, …, n
n = banyak ulangan

c. Uji LDM
Data kadar blanko sampel pengujian LDM yang diperoleh dari 5 kali
ulangan kemudian dihitung nilai rata-rata kadar, SB dan LDM dengan rumus
sebagai berikut:
∑ 𝑥𝑖
x̅ =
𝑛

∑𝑛𝑖(𝑥𝑖 − x̅)2
𝑆𝐵 𝐵𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 = √
𝑛−1

𝑚𝑔
𝐿𝐷𝑀 ( ) = x̅ + 𝑡 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑆𝐵
𝐿

Keterangan :
x = rata-rata kadar dari 5 kali pengulangan (mg/L)
SB = simpangan baku
LDM = limit deteksi metode (mg/L)
xi = konsentrasi ke-i (mg/L)
i = 1,2,3,…,n
n = banyak ulangan

d. Uji Presisi
Data kadar presisi ripitabilitas yang diperoleh dari 7 kali ulangan
kemudian dihitung rata-rata, simpangan baku, dan simpangan baku relatifnya.
Nilai %SBR selanjutnya, dibandingkan dengan syarat keberterimaan, yaitu
%SBR< 2/3 KV Horwitz dengan rumus sebagai berikut:

∑ 𝑥𝑖
x̅ =
𝑛

∑𝑛𝑖(𝑥𝑖 − x̅)2
𝑆𝐵 = √
𝑛−1
𝑆𝐷
%𝑆𝐵𝑅 = × 100%
̅x

Keterangan :

x = rata-rata kadar dari 5 kali pengulangan (mg/L)


SB = simpangan baku

xi = konsentrasi ke-i (mg/L)

i = 1,2,3,…,n

n = banyak ulangan

SBR = simpangan baku relatif (%)

e. Uji Akurasi
Uji Akurasi diperoleh dengan menghitung pengaruh spike pada
pengujian stanar tujuh kali pengulangan, sehingga diperoleh %Recovery dari
setiap pengujian dengan menggunakan rumus :

(𝐶𝑆𝑝𝑖𝑘𝑒 − 𝐶𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ ) × 100%


%𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 =
𝐶𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟

Keterangan :

𝐶𝑆𝑝𝑖𝑘𝑒 = Konsentrasi contoh+standar (mg/L)

𝐶𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 = Konsentrasi standar (mg/L)

𝐶𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ = Konsentrasi contoh (mg/L)


f. Estimasi Ketidakpastian
Ketidakpastian merupakan suatu parameter yang menetapkan rentang
nilai yang di dalamnya diperkirakan nilai benar. Model ketidakpastian
pengujian kadar krom heksavalen ditampilkan dalam bentuk diagram tulang
ikan (fishbone). Berikut ini diagram penetapan kadar krom heksavalen dalam
air limbah.
µ Volume µ Konsentrasi

µKal. Alat

µKal. Alat LT Kurva


Kalibrasi
PV µET

µET Kadar Krom


Heksavalen (mg/L)
dalam air limbah

µ Akurasi µ PM

• Ketidakpastian Baku Asal Kurva Kalibrasi (µRegresi)


Ketidakpastian baku kurva kalibrasi (µreg) diketahui dari
persamaan regresi linier dari kurva kalibrasi standar magnesium, yaitu y
= a + bx dengan rumus sebagai berikut:

𝑆𝑦/𝑥 1 (𝑦0 − 𝑦𝑟 )2
µ𝑟𝑒𝑔 = √1 + + 2
𝑏 𝑛 𝑏 ∑(𝑥𝑖 − 𝑥𝑟)2

Keterangan:
Sy/x = simpangan baku relative kurva regresi (pA*s)
N = banyak deret standar yang digunakan
µreg = ketidakpastian asal kurva kalibrasi (mg/L)
b = slope
y0 = absorbansi rata-rata sampel (Absorbansi)
yr = absorbansi rata rata deret standar
xi = konsentrasi standar ke-I (mg/L)
xr = konsentrasi rata-rata deret standar (mg/L)

• Ketidakpastian Baku Asal Alat Gelas (µV labu takar)


Ketidakpastian baku asal alat gelas (µV labu takar) diketahui
dari data spesifikasi kalibrasi dari pabrik pembuat alat yang digunakan
dengan perbandingan suhu analisa di laboratorium dengan rumus sebagai
berikut :
µ V labu takar = √(𝜇 𝑘𝑎𝑙𝑖𝑏𝑟𝑎𝑠𝑖)2 + (𝜇 𝑒𝑓𝑒𝑘 𝑇)2
𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑝𝑎𝑏𝑟𝑖𝑘
𝜇 𝐾𝑎𝑙𝑖𝑏𝑟𝑎𝑠𝑖 =
𝑘
𝐾𝑀𝑉 𝑎𝑖𝑟 × 𝑉 𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑔𝑒𝑙𝑎𝑠 × ∆𝑇
𝜇 𝐸𝑓𝑒𝑘 𝑇 =
𝑘
Keterangan :
µ V labu takar = ketidakpastian asal volume labu takat (mL)
µ kalibrasi = nilai ketidakpastian kalibrasi labu takar (mL)
spek pabrik = nilai miniskus yang tertera pada labu takar (mL)
KMV air = koefisien muai volume air (/°C)
V alat gelas = volume labu takar yang digunakan (mL)
ΔT = selisih suhu saat pengukuran dengan yang tertulis pada
labu takar (°C)
k = faktor cakupan
• Ketidakpastian Baku Asal Presisi (Repetabilitas) dan Akurasi
Ketidakpastian baku asal presisi (µ repetabilitas) diketahui dari
data uji repetabilitas dengan nilai standar deviasi (SD) dengan
pengulangan sebanyak 7 kali dengan rumus sebagai berikut :
𝑆𝐷
𝜇 𝑅𝑒𝑝𝑒𝑎𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 =
√𝑛
Keterangan:
SD = standar Deviasi
n = pengulangan
Ketidakpastian baku asal akurasi (µ recovery) diketahui dari
data uji akurasi dengan teknik spiking dengan nilai persesn perolehan
kembali (%recovery) dengan pengulangan sebanyak 7 kali dengan rumus
sebagai berikut :

𝑆𝐷
% 𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 √3
𝜇 𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = √( )
100 𝑋̅𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 + 𝑠𝑝𝑖𝑘𝑒

• Ketidakpastian Gabungan
Sumber-sumber ketidakpastian pada penetapan kadar krom
heksavalrn dalam air limbah adalah ketidakpastian baku asal kurva
kalibrasi (regresi), ketidakpastian baku asal presisi dan ketidakpastian
baku asal alat gelas (v labu takar). Penentuan nilai ketidakpastian hasil
pengujian secara keseluruhan dihitung dengan rumus sebagai berikut:

𝜇 𝑟𝑒𝑔𝑟𝑒𝑠𝑖 2 𝜇 𝑃𝑀 2 𝜇 𝑉 𝑙𝑎𝑏𝑢 𝑡𝑎𝑘𝑎𝑟 2


( ) +( ) +( ) +
𝐶𝑠𝑥𝑜 𝐶𝑠𝑥 𝑉 𝑙𝑎𝑏𝑢 𝑡𝑎𝑘𝑎𝑟
𝜇𝐶𝑠𝑥 = 𝐶𝑠𝑥 = √
𝜇 𝑉 𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡 𝑢𝑘𝑢𝑟 2 𝜇 𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 2
( ) +( )
𝑉 𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡 𝑢𝑘𝑢𝑟 𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦
Keterangan:
Csx =Kadar Krom hekasvalen dalam air limbah (mg/L)
UCsx =Nilai ketidakpastian gabungan (mg/L)
Csxo =Rerata kadar terukur krom heksavalen dalam air limbah
(mg/L)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Panjang Gelombang Maksimum
Larutan standar 0,6 mg/l diukur panjang gelombang maksimum
dengan rentang panjanga gelombang 400-800 nm menggunakan
spektrofotometer sinar tampak.

Konsentrasi Deret Standar Absorbansi Panjang Gelombang


(mg/L) (nm)

0.6 0.156 542.00

0.024 409.00

2. Uji Limit Deteksi Instrumen (LDI) dan Limit Kuantitasi (LK) Krom
Heksavalen (Cr-VI)
Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan
blangko. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi
merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas
terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan
seksama (RIYANTO, 2014).
Limit Deteksi Instrumen (LDI) merupakan konsentrasi terendah analit
yang masih dapat dibaca pada nilai 3 kali diatas noise. Pada praktik ini
dilakukan pengujian limit deteksi instrumen dengan mengukur larutan blanko
sebanyak 5 kali ulangan menggunakan spektrofotometer UV-Vis sehingga
didaptkan nilai absorbansi dan dikonversikan menjadi konsentrasi. Data hasil
pengujian dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel Uji Limit Deteksi Instrumen dan Limit Kuantitasi Penetapan kadar
krom heksavalen dalam air limbah

Ulangan Absorbansi C terukur (mg/L)

1 0,033 0,04

2 0,024 0,03

3 0,019 0,03

4 0,019 0,03

5 0,020 0,03

Rerata 0,03

SD 0,00

LDI 0,05

LK 0,11

Berdasarkan data pada tabel diatas, diperoleh nilai konsentrasi terkecil


analit yang masih dapat terukur oleh alat sebesar 0,05 mg/L. Sedangkan nilai
konsentrasi terkecil analit yang masih dapat terukur alat dengan presisi dan
akurasi yang memenuhi adalah sebesar 0,11 mg/L. Nilai Limit Deteksi
Instrumen (LDI) diperoleh dari nilai rerata konsentrasi blanko ditambah tiga
kali nilai standar deviasi. Sedangkan nilai Limit Kuantitasi (LK) diperoleh dari
nilai rata-rata blanko ditambah 10 kali standar deviasi.
5. Uji Linearitas
Pengolahan data untuk parameter ini dilakukan dengan kurva kalibrasi.
Absorbansi yang diperoleh dari pengujian pada tiap konsentrasi dirata-ratakan.
Kurva kalibrasi dibuat dengan memplotkan data konsentrasi deret standar
terhadap rerata absorbansi sehingga diperoleh persamaan regresi y = a + bx
untuk masing-masing pengujian. Verifikasi kruva kalibrasi dilakukan untuk
mengetahui kestabilan instrumen dengan rentang perolehan kembali (90-
110)%. Syarat keberterimaan koefisien korelasi (r) pada SNI pengujian krom
heksavalen dalam sampel air limbah yaitu ≥ 0,9995.
Tabel Uji Linearitas Penetapan kadar krom heksavalen dalam air limbah
Deret X Y Xi.Yi Xi2 Yi2
Standar
1 0,0 0,012 0 0 0,000144
0,0 0,012 0 0 0,000144
2 0,1 0,087 0,087 0,1 0,007569
0,1 0,087 0,087 0,1 0,007569
3 0,2 0,142 0,0284 0,04 0,020164
0,2 0,142 0,0284 0,04 0,020164
4 0,6 0,444 0,2664 0,36 0,197136
0,6 0,444 0,2664 0,36 0,197136
5 0,8 0,574 0,4592 0,64 0,329476
0,8 0,574 0,4592 0,64 0,329476
Jumlah 1,7 1,367 0,841 1,14 0,554489
Persamaan Y = 0,709x + 0,0107
regresi
R2 0,9991
r 0,9995
Slope 0,7090
Intersep 0,0107
6. Uji LDM
Limit Deteksi Metode (LDM) merupakan konsentrasi terkecil analit
yang diinginkan setelah melalui serangkaian metode analisis secara lengkap
metode tersebut (RIYANTO, 2017), nilainya akan lebih besar dari LDI
terendah. Pengujian LDM dilakukan dengan mengukur blanko sampel
sebanyak 5 kali pengulangan kemudian didapatkan absorbansi blanko yang
dikonversi sebagai kadar. Hasil pengujian LDM dapat dilihat pada Tabel
dibawah.
Tabel Uji Limit Deteksi Metode (LDM) Penetapan Kadar Krom Heksavalen
dalam Air Limbah

Ulangan Absorban Konsentrasi (mg/L)


1 0,025 0,03
2 0,045 0,06
3 0,047 0,06
4 0,044 0,06
5 0,044 0,06
Rata rata 0,06
SB 0,01
Rerata blanko 0,03
ttabel 2,13
LDM 0,05

Berdasarkan Tabel 4, didapatkan nilai kadar terkecil analit yang dapat


terdeteksi setelah melalui rangkaian analisis adalah sebesar 0,05 mg/L, nilai
tersebut menginterpretasikan nilai kadar minimum yang diharapkan dari
metode analisis yang dilakukan.

6. Uji Presisi
Presisi adalah ukuran kedekatan hasil analisis yang diperoleh dari
serangkaian pengukuran ulangan dari ukuran yang sama, dalam hal ini presisi
mencerminkan kesalahan acak yang terjadi dalam sebuah metode (RIYANTO,
2014). Pengujian parameter ini dilakukan dengan mengukur larutan sampel
yang telah di-spike dengan larutan standar Cr 0,2 mg/L. Volume larutan standar
Cr 0,2 mg/L yang ditambahkan adalah masing-masing sebanyak 5 mL ke labu
takar 100 mL dan 2 mL ke labu takar 50 mL. Pengukuran dilakukan sebanyak
7 kali pengulangan. Data hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel Uji Presisi Penetapan Kadar Krom Heksavalen dalam Air Limbah

Ulangan Labu Takar 100 Ml Labu Takar 50 Ml

Absorbansi C terukur Absorbansi C terukur


(mg/L) (mg/L)

1 0,289 0,388 0,281 0,378

2 0,298 0,392 0,287 0,386

3 0,300 0,404 0,297 0,399

4 0,304 0,410 0,327 0,440

5 0,302 0,406 0,304 0,409

6 0,290 0,390 0,247 0,332

7 0,298 0,401 0,296 0,399

Rerata 0,399 Rerata 0,392

SB 0,0087 SB 0,0330

% RSD 2,17 % RSD 8,41

Fhitung 0,0689

Ftabel 4,28

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai F hitung sebesar 0,0689 dan F


tabel 4,28 Hasil tersebut menunjukkan F hitung < F tabel yang menunjukkan
bahwa data pengujian labu takar 100 mL dan 50 mL memiliki ragam data yang
tidak berbeda nyata. Pengujian pada parameter ini memiliki hasil yang presisi.
7. Uji Akurasi
Akurasi adalah kedekatan suatu hasil pengujian atau rerata hasil
pengujian ke nilai benar (HADI & ASIAH, 2018). akurasi merupakan ukuran
yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis degan kadar analit yang
sebenarnya atau seberapa jauh hasil menyimpang dari nilai yang sebenarnya
(RIYANTO,2014). Akurasi dinyatakan sebagai perolehan kembali
(%Recovery) analit yang ditambahakan.
Tabel Uji Akurasi Penetapan Kadar Krom Heksavalen dalam Air Limbah

Labu takar 100 mL Labu takar 50 mL

Cr
Abs dalam Cr Cr
dalam Cr Abs dalam
sampel dala yang
Ulangan Cr dalam sampel yang % sampel Cr yang
yang m dispik % Rec
sampel yang dispi Rec yang dispiking
dispiking sam ing
dispikin king dispiking
std Cr pel std Cr
g

1 0,216 0,2 0,289 0,388 86 0,22 0,2 0,281 0,378 75,5


7

2 0,216 0,2 0,298 0,392 88 0,22 0,2 0,287 0,386 79,5


7

3 0,216 0,2 0,300 0,404 94 0,22 0,2 0,297 0,399 86


7

4 0,216 0,2 0,304 0,410 97 0,22 0,2 0,327 0,440 106,5


7

5 0,216 0,2 0,302 0,406 95 0,22 0,2 0,304 0,409 91


7
6 0,216 0,2 0,290 0,390 87 0,22 0,2 0,247 0,332 52,5
7

7 0,216 0,2 0,298 0,401 92,5 0,22 0,2 0,296 0,399 86


7

Rerata 0,297 0,399 0,291 0,392

SD 0,0057 0,008 0,024 0,0330


7 4

% RSD 2,17 8,41

T hitung 0,0500

T tabel 1,9432

Berdasarkan tabel, diperoleh rentang % Recovery sebesar 86-97% (pada labu


takar 100 mL) dan % Recovery sebesar 52,5 - 106,5% (pada labu takar 50 mL) hasil
ini tidak memenuhi syarat keberterimaan SNI 6989.71-2009 logam Cr yaitu rentang
6+

persen akurasi 90-110%.


Penentuan akurasi suatu metode biasanya terdapat kesalahan-kesalahan yang
menyebabkan nilai akurasi yang diperoleh kecil atau tidak tepat 100 %, kesalahan ini
disebabkan karena adanya kesalahan personal seperti pemipetan dan kesalahan
sistematis seperti peralatan atau pereaksi yang digunakan. Namun demikian, kesalahan
sistematik pada prinsipnya dapat diidentifikasi dan diperkecil (RIYANTO,2014).

8. Estimasi Ketidakpastian
Estimasi ketidakpastian pengukuran merupakan sebuah parameter yang
berhubungan dengan hasil pengukuran, yang mencirikan penyimpangan dari
nilai yang dapat berkontribusi terhadap pengukuran (EURACHEM, 2017).
Tujuan dari penentuan ketidakpastian pengukuran untuk meningkatkan kualitas
dan tingkat kepercayaan hasil analisis serta menetapkan nilai tertelusur hasil
analisis terhadap satuan internasional.
Sumber estimasi ketidakpastian diambil dari rumus perhitungan kadar
krom heksavalen (Cr-VI) dalam air limbah dan proses preparasi bahan uji.
Ketidakpastian dari rumus penetapan kadar magnesium adalah ketidakpastian
asal regresi, volume, pengulangan, akurasi dan presisi metode. Penyumbang
ketidakpastian kemudian digambarkan sebagai diagram fishbone untuk
mengidentifikasi dan mengelompokan penyebab yang timbul dari sumber -
sumber ketidakpastian. Diagram fishbone penetapan kadar magnesium yang
dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.

µ Volume µ Konsentrasi

µKal. Alat

µKal. Alat LT Kurva


Kalibrasi
PV µET

µET Kadar Krom


Heksavalen (mg/L)
dalam air limbah

µ Akurasi
µ PM

Hal yang perlu dilakukan untuk menentukan ketidakpastian


pengukuran dari suatu metode uji dilihat dari sumber yang dapat berkontribusi
terhadap ketidakpastian setiap tahapan kegiatan, mengkuantifikasi sumber
ketidakpastian setiap komponen, membuat diagram cause-effect (fish bone)
menghitung ketidakpastian gabungan dari ketidakpastian baku setiap
komponen dan menghitung ketidakpastian diperluas (Sukirno dan Samin,
2015).
Tabel Ketidakpastian Pengukuran Penetapan Kadar Krom Heksavalen dalam
Air Limbah

Sumber Rumus Satuan


Ketidakpastian

Ketidakpastian baku mg/L


𝑆𝑦/𝑥 1 (𝑦0 − 𝑦𝑟 )2
kurva kalibrasi (µreg) µ𝑟𝑒𝑔 = √1 + + 2
𝑏 𝑛 𝑏 ∑(𝑥𝑖 − 𝑥𝑟)2

Ketidakpastian Presisi 𝜇 𝑃𝑀 -
metode

ketidakpastian Akurasi %
𝑆𝐷
% 𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 √3
𝜇 𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = √( )
100 𝑋̅ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 + 𝑠𝑝𝑖𝑘𝑒

Ketidakpastian Presisi 𝑆𝐷 -
𝜇 𝑅𝑒𝑝𝑒𝑎𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 =
√𝑛

Ketidakpastian labu µ V labu takar = √(𝜇 𝑘𝑎𝑙𝑖𝑏𝑟𝑎𝑠𝑖)2 + (𝜇 𝑒𝑓𝑒𝑘 𝑇)2 mL


takar

Ketidakpastian Pipet µ V pipet volum = √(𝜇 𝑘𝑎𝑙𝑖𝑏𝑟𝑎𝑠𝑖)2 + (𝜇 𝑒𝑓𝑒𝑘 𝑇)2 mL


Volumetri
IV. SIMPULAN

KEPUTUSAN HASIL VALIDASI METODE UJI


PENETAPAN KROM HEKSAVALEN (Cr-VI) DALAM AIR
SECARA SPEKTROFOTOMETRI

Metode Acuan : SNI 6989.71:2009 Air dan air limbah – Bagian 71:
Cara uji krom heksavalen (Vr-VI) dalam contoh uji
secara spektrofotometri
Modifikasi : Modifikasi SNI 6989.71:2009 Air dan air limbah –
Bagian 71: Cara uji krom heksavalen (Vr-VI) dalam
contoh uji secara spektrofotometri
Analit : Logam Krom Heksavalen (Cr-VI)
Matriks Sampel : Air Limbah

No Parameter Tanggal Nilai Batas toleransi Simpulan


Pelaksanaan (Syarat
Keberterimaan)

1. Panjang 11 Oktober 542 nm -


Gelombang 2022
max

2. Limit 11 Oktober 0,05 mg/L Respon Positif MS


Deteksi 2022
Instrumen

3. Linearitas 11 Oktober r = 0,9995 r ≥ 0,9950 MS


2022

4. Limit 11 Oktober 0, mg/L - MS


Deteksi 2022
Metode

5. Limit 11 Oktober 0,11 mg/L Respon positif MS


Kuantitasi 2022

6. Presisi 11 Oktober • %RSD • %RSD < MS


2022 pada labu 10%
takar 100 • F hitung < F
mL adalah tabel
2,17% dan
pada labu
takar 50
mL adalah
8,41 %
• F hitung
sebesar
0,0689
• F tabel =
4,28

7. Akurasi 11 Oktober - % Recovery - % Recovery = TMS


2022 labu takar 100 - T - hitung < T –
mL = 86 - tabel
97%
- % Recovery
labu takar 50
mL = 52,5 -
106,5%
- T - hitung <
T - tabel
*MS : Memenuhi Syarat
*TMS : Tidak Memenuhi Syarat
V. LAMPIRAN
1. Perhitungan Kebutuhan Bahan

Volume
Yang Kebutuhan
Reagen Konsentrasi Rumus PIC
Dibuat Zat
(mL)
larutan induk 500 mg/L 250 0,3535 𝑚𝑔
𝑚𝑔
gram 𝑚𝑔 294 ⁄𝑚𝑚𝑜𝑙
= 500 ⁄𝐿 × 𝑚𝑔 𝑥 0,25 𝐿
Cr2O7 2 × 52 ⁄𝑚𝑚𝑜𝑙 Naftalia
= 353,50 mg
= 0,3535 g

𝑚𝑔 𝑚𝑔
larutan standar 50 mg/L 250 25 mL 50 𝑚𝐿 × 250 ⁄𝐿 = 500 ⁄𝐿 × 𝑉2
larutan 25 𝑚𝐿 = 𝑉2 raihan
standar mufliha
500ppm
𝑚𝑔 𝑚𝑔
larutan standar 5 mg/L 250 25mL 5 𝑚𝐿 × 250 ⁄𝐿 = 50 ⁄𝐿 × 𝑉2
Larutan 25 𝑚𝐿 = 𝑉2
standar natasya alfira
50ppm
deret standar 0.1 mg/L 100 2mL V2.C2=V1.C1
larutan V2=100mL.0.1mg/L /5mg/L
V2=2.0 ML
standar
5ppm
deret standar 0.2 mg/L 100 4mL V2.C2=V1.C1
larutan V2=100mL.0.2mg/L /5mg/L
V2=4.0 ML
standar
5ppm
Mutia
deret standar 0.6 mg/L 100 12mL V2.C2=V1.C1
larutan V2=100mL.0.6mg/L /5mg/L
V2=12.0 ML
standar
5ppm
deret standar 0.8 mg/L 100 16mL V2.C2=V1.C1
larutan V2=100mL.0.8mg/L /5mg/L
V2=16.0 ML
standar
5ppm
H2SO4 0,2 N 100 20mL 100 𝑚𝐿 × 0,2 𝑁 = 1 N × 𝑉2
H2SO4 1N 20 𝑚𝐿 = 𝑉2
Nadira

DIFENIL - 250 1,2500g g= 250gx250mL/50=1.2500 g


KARBAZIDA difenil Nadhia
karbazida
NaOH 1N 100 4.0000g 𝑔 = 𝑣𝑜𝑙 𝑥 𝑚𝑜𝑙 𝑥 𝑀𝑟
padatan = 0.1L X 1 X 40 gr/grek Muhammad
= 4.0000g
NaOH Rafitriadi
2. Perhitungan Data Hasil Pengujian
a. Uji LDI
Ulangan Absorbansi C terukur (mg/L) %Recovery

1 0.033 0.044 440

2 0.024 0.033 330

3 0.019 0.026 260

4 0.019 0.025 250

5 0.020 0.027 270

Rerata 0.031

SD 0.008

RSD 25.50

Syarat Respon positif, tidak


Keberterimaan presisi, dan tidak akurasi

LDI Teoritis 0.055

𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖−𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝
Kadar Cr mg/L 1=
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒

0033−0,0107
=
0,709

= 0,0314 mg/L
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖−𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝
Kadar Cr mg/L 2 =
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒

0,024−0,0107
=
0,709
= 0,0187 mg/L
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖−𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝
Kadar Cr mg/L 3=
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒

0,019−0,0107
=
0,709

= 0,0117 mg/L
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖−𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝
Kadar Cr mg/L 4=
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒

0,019−0,0107
=
0,709

= 0,0117 mg/L
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖−𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝
Kadar Cr mg/L 5=
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒

0,02−0,0107
=
0,709

= 0,0131 mg/L
∑𝑛
𝑖= 1𝑥𝑖 ∑5𝑖= 1𝑥𝑖 ∑5𝑖= 1𝑥𝑖 0,0314+⋯…...+0,0131
𝑥̄ = 𝑛
= 𝑛
= 5
= 5
=0,01mg/L

∑𝑛 2) ∑5𝑖= 1(𝑥𝑖−x̄2 )
𝑖= 1(𝑥𝑖−𝑥
SB =√ =√
𝑛−1 𝑛−1

∑(0,031−0,044)2 +⋯…+(0,031−0,044)2
SB =√
5−1

= 0,0079
LDI = 𝑥̄ + 3 SB

= 0,031 mg/L + (3x0,0079)


= 0,0547 mg/L

LK = 𝑥̄ + 10 SB

=0,031 mg/L + (10x0,0079)

= 0,109 mg/L

b. Uji LDM
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖−𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝
Kadar Cr mg/L 1=
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒

0,025−0,0107
=
0,709

= 0,021 mg/L
0,025−0,0107
=
0,709

= 0,021 mg/L
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖−𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝
Kadar Cr mg/L 2 =
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒

0,045−0,0107
=
0,709

= 0,0483 mg/L
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖−𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝
Kadar Cr mg/L 3=
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒

0,047−0,0107
=
0,709

= 0,0511 mg/L
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖−𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝
Kadar Cr mg/L 4=
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒

0,044−0,0107
=
0,709
= 0,0469 mg/L
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖−𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝
Kadar Cr mg/L 5=
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒

0,044−0,0107
=
0,709

= 0,0469 mg/L
∑𝑛
𝑖= 1𝑥𝑖 ∑5𝑖= 1𝑥𝑖 ∑5𝑖= 1𝑥𝑖 0,021+⋯…...+0,049
𝑥̄ = = = = =0,0788
𝑛 𝑛 5 5
mg/L

∑𝑛 2) ∑5𝑖= 1(𝑥𝑖−x̄2 )
𝑖= 1(𝑥𝑖−𝑥
SB =√ =√
𝑛−1 𝑛−1

∑(0,03−0,05)2 +⋯…+(0,03−0,05)2
SB =√
5−1

= 0,01 (mg/L)
LDM = X konsentrasi blanko + ( ttabel (α = 5%) x SB sampel )

= 0,031 mg/L +(2,13185x0,01 mg/L)

=0,05 mg/L
c. Uji Presisi
Ulangan Labu Takar 100 Ml Labu Takar 50 Ml

Absorbansi C terukur Absorbansi C terukur


(mg/L) (mg/L)

1 0,289 0,388 0,281 0,378

2 0,298 0,392 0,287 0,386

3 0,300 0,404 0,297 0,399

4 0,304 0,410 0,327 0,440

5 0,302 0,406 0,304 0,409

6 0,290 0,390 0,247 0,332

7 0,298 0,401 0,296 0,399

Rerata 0,399 Rerata 0,392

SB 0,0087 SB 0,0330

% RSD 2,17 % RSD 8,41

Fhitung 0,0689

Ftabel 4,28
F tabel = 𝛂 = 0,05
Db1 = n1 - 1
= 7 -1
=6
Db2 = n2 - 1
=7-1
=6
F tabel = 4,28

d. Uji Akurasi

Labu takar 100 mL Labu takar 50 mL

Cr
Abs dalam Cr Cr
dalam Cr Abs dalam
sampel dala yang
Ulangan Cr dalam sampel yang % sampel Cr yang
yang m dispik % Rec
sampel yang dispi Rec yang dispiking
dispiking sam ing
dispikin king dispiking
std Cr pel std Cr
g

1 0,216 0,2 0,289 0,388 86 0,22 0,2 0,281 0,378 75,5


7

2 0,216 0,2 0,298 0,392 88 0,22 0,2 0,287 0,386 79,5


7

3 0,216 0,2 0,300 0,404 94 0,22 0,2 0,297 0,399 86


7

4 0,216 0,2 0,304 0,410 97 0,22 0,2 0,327 0,440 106,5


7

5 0,216 0,2 0,302 0,406 95 0,22 0,2 0,304 0,409 91


7
6 0,216 0,2 0,290 0,390 87 0,22 0,2 0,247 0,332 52,5
7

7 0,216 0,2 0,298 0,401 92,5 0,22 0,2 0,296 0,399 86


7

Rerata 0,297 0,399 0,291 0,392

SD 0,0057 0,008 0,024 0,0330


7 4

% RSD 2,17 8,41

T hitung 0,0500

T tabel 1,9432

• t = (x₁ - x₂)s 1n₁+ 1n₂


s = (n₁-1)s₁² + (n₂ - 1)s₂²(n₁ + n₂ -2) s = 0,2616
t = (0,399 - 0,392)0,2616 17 + 17
t = 0,0070,2616 27
t = 0,0070,2616 x 0,5345
t = 0,0500
𝑪𝟑−𝑪𝟏
• % Recovery = × 100%
𝑪𝟐

• Labu takar 100 mL


a. % Recovery = 0,388 - 0,2160,2 x 100 %
= 86%
b. % Recovery = 0,392 - 0,2160,2 x 100%
= 88%
c. % Recovery = 0,404 - 0,,2160,2 x 100%
= 94%
d. % Recovery = 0,410 - 0,2160,2 x 100%
= 97%
e. % Recovery = 0,406 - 0,2160,2 x 100%
= 95%
f. % Recovery = 0,390 - 0,2160,2 x 100%
= 87%
g. % Recovery = 0,401 - 0,2160,2 x 100%
= 92,5%
• Labu takar 50 mL
a. % Recovery = 0,378 - 0,2270,2 x 100%
= 75,5%
b. % Recovery = 0,386 - 0,2270,2 x 100%
= 79,5%
c. % Recovery = 0,399 - 0,2270,2 x 100%
= 86%
d. % Recovery = 0,440 - 0,2270,2 x 100%
= 106,5%
e. % Recovery = 0,409 - 0,2270,2 x 100%
= 91%
f. % Recovery = 0,332 - 0,2270,2 x 100%
= 52,5%
g. % Recovery = 0,399 - 0,2270,2 x 100%
= 86%
DAFTAR PUSTAKA

HADI, A. & ASIAH. 2018. Statistika Pengendalian Mutu Internal Mendukung


Penerapan ISO/IEC 17025:2017. IPB Press. Bogor.

HADI, A. & ASIAH. 2020. Metode Pengujian Air & Air Limmbah Mendukung
Penerapan ISO/IEC 17025:2017. Edisi ke-2. IPB Press. Bogor.

BADAN STANDARISASI NASIONAL. 2009. SNI 6989.71-2009 Air dan air


limbah cara Uji Krom heksavalen (Cr-Vi) dalam contoh uji secara
spektrofotometri. BSN. Jakarta.

ASSOCIATION OF OFFICIAL AGRICULTURAL CHEMISTS. 2016. Appendix


F:Guidelines for standard methode performace Requirements.Edisi ke- 18.
AOAC International. USA.

INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR STANDARDIZATION 17025.


2017. Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium pengujian dan
Laboratorium Kalibrasi. Edisi ke-2 Diterjemahkan oleh Komite Akreditasi
Nasional. Jakarta.

RIYANTO. 2014. Validasi dan Verifikasi Metode Uji Sesuai dengan ISO/IEC 17025
Laboratorium pengujian dan Kalibrasi.Edisi ke-1. Deepublish Yogy

Anda mungkin juga menyukai