PRODI ANKIM
PRAKTIKUM KERANGKA DESAIN
VALIDASI VALIDASI METODE UJI Genap/Blok 2
Semester :
METODE UJI 2019/2020
Halaman : 1 dari 4
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 1818261
Analit : Amonia
Instrumentasi : Spektrofotometer
Catatan Perbaikan :
Bogor, ………………
Telah diperiksa :
Nama Dosen
2
1) Prinsip :
Amonia bereaksi dengan hipoklorit dan fenol yang dikatalisis oleh natrium
nitroprusida membentuk senyawa biru indofenol.
2) Reaksi :
Reaksi terjadi dua tahap sebagai berikut :
3) Bahan :
Bahan yang digunakan dalam metode uji ini yaitu contoh uji air limbah,
amonium klorida (NH4Cl), larutan fenol (C6H5OH), natrium nitroprusida
(C5FeN6Na2O) 0,5%, larutan alkalin sitrat (C6H5Na3O7), natrium hipoklorit (NaClO)
5% dan larutan pengoksidasi.
4) Alat-Alat :
Peralatan yang digunakan dalam metode uji ini terbagi menjadi dua, yaitu
peralatan instrumen dan pendukung. Peralatan instrumen meliputi
Spektrofotometer sedangkan peralatan pendukung yang digunakan adalah
timbangan analitik, erlenmeyer 50 mL, labu ukur 100 mL; 500 mL dan 1000 mL,
gelas ukur 25 mL, pipet volumetrik 1,0 mL; 2,0 mL; 3,0 mL dan 5,0 mL, pipet ukur
2
5) Pembuatan Larutan :
1. Pembuatan larutan induk amonia 1000 mg N/L
Pembuatan larutan induk amonia 1000 mg N/L dengan cara Larutkan 3,819 g
amonium klorida (telah dikeringkan pada suhu 100°C) dalam labu ukur 1000 mL,
kemudian encerkan dengan air suling sampai tanda tera kemudian dihomogenkan.
7. Larutan Pengoksidasi
Pembuatan larutan pengoksidasi dengan cara dicampurkan 100 mL
larutan Alkalin SItrat dengan 25 mL Natrium Hipoklorit.
6) Persiapan Sampel :
Dipipet 25 ml contoh uji dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 50 mL kemudian
ditambahkan 1 mL larutan fenol dan dihomogenkan kemudian ditambahkan 1
mL natrium nitroprusid dan dihomogenkan kemudian ditambahkan 2,5 mL
larutan pengoksidasi dan dihomogenkan kemudian erlenmeyer tersebut ditutup
dengan plastik atau parafin film kemudian biarkan selama 1 jam sampai
pembentukan warna.
Keterangan :
C = kadar yang didapat dari hasil pengukuran (mg/L);
fp = faktor pengenceran nya adalah 1
2
b. LDM
Blanko sampel n = 7 (kualitatif)
(Air atau air n = 10 Respon positif NATA, 2018
limbah tanpa (kuantitatif)
analit)
c. LOQ
Standar n = 7 (kualitatif)
amonia n = 10 Respon positif, NATA, 2018
terkecil (kuantitatif) presisi, dan akurasi.
2 Linearitas
Larutan deret
standar 7 kali
ammonia pengulangan r ≥ 0,9700 SNI 06-6989.30-2005
(0,0;0,1;0,2;0,
3;0,5) mg N/L
3 Sensitivitas
Larutan deret - - -
standar
ammonia.
6 Robutsness
Larutan n=7 t hit < t tab NATA, 2013
sampel 25mL f hit < f tab
dan 10mL
2
7 Ketidakpastian
(U) Larutan U < 15% dari nilai uji EURACHEM,
sampel 2000
2
2) Uji LDM :
Limit deteksi metode adalah konsentrasi analit terendah yang dapat
ditetapkan oleh suatu metode dengan mengaplikasikan secara lengkap
metode tersebut. Blanko sampel diuji sebanyak 10 kali pengulangan yang
sesuai dengan metode. Dan absorbansi diubah menjadi konsentrasi
menggunakan persamaan regresi. Dimana rata-rata konsentrasi, standar
deviasi dan LDM teoritis dihitung.Setelah itu dilakukan uji konfirmasi LDM
teoritis, dengan membuat larutan standar dengan konsentrasi LDM teoritis
sebanyak 7x ulangan. Hasil pengujan harus memberikan respon positif
Rumus :
LDM teoritis = rata – rata konsentrasi blanko sampel + (t tabel x SD Sampel)
Atau jika respon negatif
LDM teoritis = (t tabel x SD Sampel)
3) Uji LOQ
Limit Kuantisasi (LOQ) adalah konsentrasi atau jumlah terendah dari
analit yang masih dapat ditentukan dan memenuhi kriteria akurasi dan
presisi. Blanko standar dengan konsentrasi terkecil (0,2 ppm) dilakukan
pengujian sebanyak 10 kali pengulangan yang sesuai dengan metode.
Absorbansi diubah menjadi konsentrasi menggunakan persamaan
regresi. Dan rata-rata konsentrasi, standar deviasi serta LOQ teoritis
dihitung. Hasil perhitungan harus positif, presisi dan harus akurasi.
Rumus :
LOQ = rata – rata konsentrasi + 10SD
4) Uji Linieritas
2
5) LoL :
Level of linearity merupakan batas kadar tertinggi analit dari suatu metode
pengujian tertentu. Rentang kadar antara LoQ dan LoL dalam kurva
kalibrasi disebut rentang kerja (working range) metode pengujian. Rentang
kerja metode tersebut harus merupakan garis lurus (linear) yang memenuhi
batas keberterimaan statistika.
Penetapan LoL adalah sebagai berikut:
a) buat minimum 7 deret kadar larutan kerja tanpa blanko dengan
mempertimbangkan rentang pengujian metode yang sedang
diverifikasi;
b) buat kurva kalibrasi berdasarkan kadar larutan kerja dengan
respon instrumen yang digunakan;
c) lakukan 10 kali pengulangan pengukuran untuk kadar rendah dan
kadar tinggi pada larutan kerja tersebut secara independen;
d) evaluasi batas keberterimaan secara statistika menggunakan
uji- F untuk kadar rendah dan kadar tinggi pada larutan kerja
tersebut.
2
6) Uji Presisi
Presisi biasanya dinyatakan secara numerik dengan langkah-langkah
dari ketidaktepatan, seperti standar deviasi (kurang presisi tercermin oleh
standar deviasi yang lebih besar) atau relatif standar deviasi (co-efisien
varians) dari hasil ulangan. Namun, langkah-langkah lain yang tepat
dapat diterapkan. Agar presisi dinyatakan benar-benar mencerminkan
kinerja metode di bawah kondisi operasi normal, harus ditentukan dalam
kondisi seperti itu. Bahan uji harus khas sampel biasanya dianalisis.
Sampel harus homogen, bagaimanapun presisi mungkin berbeda dengan
konsentrasi analit. 50 mL sampel disiapkan dan dilakukan pengujian
sesuai dengan metode. Kemudian kadar analit dalam sampel dihitung
2
sebanyak 7 kali ulangan dan dihitung standar deviasi serta %RSD nya.
Nilai %RSD dibandingkan dengan syarat keberterimaan yaitu < 10%.
SD
Rumus : %RSD = x 100%
X
7) Uji Akurasi
Akurasi menunjukkan derajat kedekatan hasil analis dengan kadar analit
yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali
(recovery) analit yang ditambahkan Konsentrasi sampel didapatkan dari
hasil pengujian presisi (C1). Sampel yang telah diketahui konsentrasinya
ditambah dengan standar Cr 1 mg/L kemudian dilakukan pengujian
sebanyak 7 kali. Absorbansi yang didapatkan diubah menjadi konsentrasi
berdasarkan dengan persamaan regresi, hasil pengukuran tersebut
dinyatakan sebagai C2. Konsentrasi sampel dan larutan standar Cr 1
mg/L berdasarkan teori dinyatakan sebagai C 3. Lalu nilai %recovery
dihitung dan dibandingkan dengan syarat keberterimaan.
Rumus : %Recovery = (C3 – C1) x 100%
C2
8) Robutness
Ketegaran metode atau Robutsness menunjukan kehandalan metode
selama penggunaan normal dan saat perubahannya. Ketegaran metode
dievaluasi dengan menguji pengaruh parameter operasional terhadap
hasil analisis misalnya stabilitas larutan analit, perubahan pH,
konsentrasi pelarut, waktu ekstraksi, perbedaan kolom, perubahan
temperatur, komposisi fasa gerak, waktu injeksi, laju alir, dan 8 deteksi
panjang gelombang kemudian dievaluasi efek presisi dan akurasinya
melalui ujij F (uji ragam) dan uji t (uji rataan) Pengujian sampel dilakukan
sesuai metode standar dengan volume sampel yang berbeda, yaitu 25
mL dan 10 mL masing-masing sebanyak 7x ulangan. Absorbansi yang
diperoleh diubah menjadi konsentrasi dengan menggunakan persamaan
regresi serta dibandingkan hasil kedua pengujian. Uji t dilakukan untuk
akurasi dan uji F dilakukan untuk presisi dengan hipotesis yang sesuai.
Jika thitung < ttabel maka tolak HO. Perubahan dalam uji ini bertujuan untuk
menguji ketegaran metode terhadap perubahan volume sampel.
Rumus Uji F = SD1 2
Dimana, SD1 > SD2
2
2 SD2 db = n-1
Rumus Uji-t
2
db = n-1
Rumus Uji-t
Untuk membandingkan dua
kumpulan data Jika ragam
populasi (uji F) berbeda
nyata,
9) Estimasi
Estimasi ketidakpastian adalah nilai ketidakpastian pengukuran pada rentang
kepercayaan 95%. Dilakukan evaluasi estimasi ketidakpastian pengukuran kadar
amonia dalam sampel air limbah terhadap hasil data linearitas, presisi, dan
akurasi.
Fishbone estimasi ketidakpastian Kadar Amonia (mg/L):
μ regresi V PV (25mL)
μT
μ kal
Kadar
amonia
2
(mg/L)
μ recovery
μ PM
Rumus :
1. Perhitungan Konsentrasi Standar Induk dan Deret Standar
mg
C Standar Induk(mg/ L)=
Mr Amonia( mmol ) × Bobot Garam Amonium Klorida(mg)
mg
Mr Garam Amonium Klorida (
mmol )
× Volume( L)
mg
C Standar Induk ()
mg L
C Deret Standar( )
L
=
Volume LabuTakar Deret Std (L)
× Volume Standar Induk ( L)
Y = Ax ± B
Keterangan :
Y = abosrbansi
X = Konsentrasi
A = Slope
B = Intersept
U = 2 x µ Csx
(CSx ± U)
V. Lampiran
I. Perhitungan Lengkap
Bobot NH 4 Cl × Ar N
Kadar ammonia mg N/L =
Vol. Labutakar × Mr NH 4 Cl
N
Kadar Amonia mg × Vol . Labu Takar × NH 4 Cl
Bobot NH4Cl yang harus ditimbang = L
Ar N
mg g
1000 ×1 L ×53,45
L mol
= =3817,85 mg=3,818 g
g
14
mol
2
Dik : V2 = 100 mL
N1 = 1000 mg N/L
N2 = 100 mg N/L
V1 x N1 = V2 x N2
V2xN2
V1 =
N1
100 mL x 100 mg N /L
=
1000 mg N / L
= 10 mL
Yang harus dipipet 10mL
Dik : V2 = 100 mL
N1 = 100 mg N/L
N2 = 10 mg N/L
V1 x N1 = V2 x N2
V2xN2
V1 =
N1
100 mL x 10 mg N /L
=
100 mg N /L
= 10 mL
Yang harus dipipet 10mL
V1 x N1 = V2 x N2
0,0 mg N/L
V1xN1
V2 =
N2
100 mL x 0 mg N / L
=
10 mg N /L
= 0 mL
1,0 mg N/L
V1xN1
V2 =
N2
100 mL x 0,1 mg N /L
=
10 mg N / L
= 1,0 mL
2
2,0 mg N/L
V1xN1
V2 =
N2
100 mL x 0 , 2 mg N / L
=
10 mg N / L
= 2,0 mL
3,0 mg N/L
V1xN1
V2 =
N2
100 mL x 0 , 3 mg N /L
=
10 mg N / L
= 3,0 mL
5,0 mg N/L
V1xN1
V2 =
N2
100 mL x 0 , 5 mg N /L
=
10 mg N / L
= 5,0 mL
5. Kebutuhan Bahan
1) Linearitas
Amonia 10 mg N/L (0 + 0,1 + 0,2 + 0,3 + 0,5) mL x 7 = 77 mL
Fenol 1 mL x 5 x 7 = 35 mL
Nitroprusid 1 mL x 5 x 7 = 35 mL
Larutan Pengoksidasi 2,5 mL x 5 x 7 = 87,5 mL
2) Uji LDI
20 x 1 mL = 20 mL fenol
20 x 1 mL = 20 mL nitroprusid
20 x 2,5 mL = 50 mL larutan pengoksidasi
Konfirmasi
7 x 1 mL = 7 mL fenol
7 x 1 mL = 7 mL nitroprusid
7 x 2,5 mL = 17,5 mL larutan pengoksidasi
Total
2
20 ml + 7 mL = 27 mL fenol
20 mL + 7 mL = 27 mL nitroprusid
50 ml + 17,5 mL = 67,5 mL larutan pengoksidasi
3) Uji LDM
Blanko Sampel
25 mL x 7 = 175 mL
Pelarut
7 x 1 mL = 7 mL fenol
7 x 1 mL = 7 mL nitroprusid
7 x 2,5 mL = 17,5 mL larutan pengoksidasi
7 x 1,0 mL = 7 mL Spike Larutan Amonia 10 mg N/L 1,0 mL
4) Uji LOQ
7 x 1,0 mL = 7 mL Larutan ammonia 10 mg N/L 1,0 mL
7 x 1 mL = 7 mL fenol
7 x 1 mL = 7 mL nitroprusid
7 x 2,5 mL = 17,5 mL larutan pengoksidasi
5) Uji Presisi
Sampel
25 mL x 7 = 175 mL
Pelarut
7 x 1 mL = 7 mL fenol
7 x 1 mL = 7 mL nitroprusid
7 x 2,5 mL = 17,5 mL larutan pengoksidasi
6) Uji Akurasi
Sampel
25 mL x 7 = 175 mL
Pelarut
7 x 1 mL = 7 mL fenol
7 x 1 mL = 7 mL nitroprusid
7 x 2,5 mL = 17,5 mL larutan pengoksidasi
7 x 3,0 mL = 21 mL spike Larutan Amonia 10 mg N/L 3,0 mL
Pelarut
14 x 1 mL = 14 mL fenol
14 x 1 mL = 14 mL nitroprusid
14 2,5 mL = 35 mL Larutan Pengoksidasi
a) Koefisien korelasi (r) lebih besar atau sama dengan 0,97 dengan intersepsi lebih
kecil atau sama dengan batas deteksi.
b) Lakukan analisis blanko untuk kontrol kontaminasi.
c) Lakukan analisis duplo untuk kontrol ketelitian analisis.
d) Jika perbedaan persen relatif hasil pengukuran lebih besar atau sama dengan 5%
maka dilakukan pengukuran ketiga.
e) Apabila contoh uji mengandung zat tersuspensi, contoh uji dapat disaring atau
didestilasi.
f) Apabila contoh uji mengandung H 2S, contoh uji diasamkan dengan HCl sampai pH
3.
III. Rekomendasi
Kontrol akurasi
a) Untuk kontrol gangguan matrik lakukan analisis spike matrix kisaran persen
temu balik adalah 85% sampai dengan 115%.
b) Buat control chart untuk akurasi analisis.
2
Nata, 2018, pg 17
2
Nata, 2018, pg 18
2
Eurachem, 2000
2
Eurachem, 2014
2