Anda di halaman 1dari 12

BAB I

MORFOMETRI

I. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menentukan DAS di setiap daerah
2. Mahasiswa mampu menghitung DAS di setiap daerah
II. Alat dan Bahan
1. Alat tulis
2. ArcGis 10.2
3. Millimeter blok
III. Landasan Teori
Morfometri adalah suatu studi yang bersangkutan dengan variasi dan
perubahan dalam bentuk (ukuran dan bentuk) dari organisme, meliputi
pengukuran panjang dan analisis kerangka suatu organisme (Anonim1, 2010).
Studi morfometri didasarkan pada sekumpulan data pengukuran yang mewakili
variasi bentuk dan ukuran ikan. (Turan, 1998).
Morfometri DAS
Morfometri DAS merupakan ukuran kuantitatif karakteristik DAS yang
terkait dengan aspek geomorfologi suatu daerah. Karakteristik ini terkait
dengan proses pengatusan (drainase) air hujan yang jatuh di dalam DAS.
Parameter  tersebut adalah luas DAS, bentuk DAS, jaringan sungai, kerapatan
aliran, pola aliran, dan gradien kecuraman sungai.
Daerah Aliran Sungai (DAS)/Daerah Pengaliran Sungai (DPS) atau
drainage basin adalah suatu daerah yang terhampar di sisi kiri dan dan kanan
dari suatu aliran sungai, dimana semua anak sungai yang terdapat di sebelah
kanan dan kiri sungai bermuara ke dalam suatu sungai induk. Seluruh hujan
yang terjadi didalam suatu drainage basin, semua airnya akan mengisi sungai
yang terdapat di dalam DAS tersebut. oleh sebab itu, areal DAS juga
merupakan daerah tangkapan hujan atau disebut catcment area. Semua air yang
mengalir melalui sungai bergerak meninggalkan daerah daerah tangkapan
sungai (DAS) dengan atau tampa memperhitungkan jalan yang ditempuh
sebelum mencapai limpasan (run off). (Mulyo, 2004).
Daerah Aliran Sungai (DAS) juga dapat didefinisikan sebagai suatu daerah
yang dibatasi oleh topografi alami, dimana semua air hujan yang jatuh
didalamnya akan mengalir melalui suatu sungai dan keluar melalui outlet pada
sungai tersebut, atau merupakan satuan hidrologi yang menggambarkan dan
menggunakan satuan fisik-biologi dan satuan kegiatan sosial ekonomi untuk
perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam. (Suripin, 2001).
Menurut I Made Sandy (1985), seorang Guru Besar Geografi Universitas
Indonesia; Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah bagian dari muka bumi, yang
airnya mengalir ke dalam sungai yang bersangkutan, apabila hujan jatuh.
Sebuah pulau selamanya terbagi habis ke dalam Daerah-Daerah Aliran
Sungai. Antara DAS yang satu dengan DAS yang lainnya dibatasi oleh titik-
titik tertinggi muka bumi berbentuk punggungan yang disebut stream devide
atau batas daerah aliran (garis pemisah DAS). Bila suatu stream devide itu
merupakan jajaran pebukitan disebut stream devide range. (Hallaf H.P., 2006).
Morfomeri Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah istilah yang digunakan
untuk menyatakan keadaan jaringan alur sungai secara kuantitatif. keadaan
yang dimaksud untuk analisa aliran sungai antara lain meliputi :
a. Luas DAS
    DAS merupakan tempat pengumpulan presipitasi ke suatu sistem sungai.
Luas daerah aliran dapat diperkirakan dengan mengukur daerah tersebut pada
peta topografi. Garis batas antara DAS adalah punggung permukaan bumi
yang dapat memisahkan dan membagia air hujan ke masing-masing DAS.
Garis batas tersebut ditentukan berdasarkan perubahan kontur dari peta
tofografi sedangkan luas DAS nya dapat diukur dengan alat planimeter. Skala
peta yang digunakan akan mempengaruhi ketelitian perhitungan luasnya.
adapun formula untuk perhitungan luas yaitu :
Luas = Jumlah kotak x (skala)2
b. Panjang dan lebar
Panjang DAS adalah sama dengan jarak datar dari muara sungai ke arah
hulu sepanjang sungai induk. Sedangkan lebar DAS adalah perbandingan
antara luas DAS dengan panjang sungai induk.
Lebar = Luas DAS/Panjang Sungai Induk
c. Kemiringan atau Gradien Sungai
Gradien atau kemiringan sungai dapat diperoleh dengan persamaan
sebagai berikut :
g = Jarak Vertikal/Jarak Horisontal
Keterangan :
g = Gradien Sungai
J. Vertikal = Beda tinggi antara hulu dengan hilir (m)
J. Horisontal = Panjang sungai induk (m)
d. Orde dan tingkat percabangan sungai
1. Orde Sungai
Alur sungai dalam suatu DAS dapat dibagi dalam beberapa orde sungai.
Orde sungai adalah posisi percabangan alur sungai di dalam urutannya
terhadap induk sungai di dalam suatu DAS. Dengan demikian makin
banyak jumlah orde sungai akan semakin luas pula DAS nya dan akan
semakin panjang pula alur sungainya.
Tingkat percabangan sungai (bufurcation ratio) adalah angka atau indeks
yang ditentukan berdasarkan jumlah alur sungai untuk suatu orde.
2. Tingkat percabangan sungai
Untuk menghitung tingkat percabangan sungai dapat digunakan rumus :
Rb = Nu/Nu+1
Keterangan :
Rb = Indeks tingkat percabangan sungai
Nu = Jumlah alur sungai untuk orde ke u
Nu + 1 = Jumlah alur sungai untuk orde ke u + 1
Adapun karakteristik dari tiap nilai Rbnya
e. Kerapatan sungai
Kerapatan sungai adalah suatu angka indeks yang menunjukkan
banyaknya anak sungai di dalam suatu DAS. Indeks tersebut diperoleh
dengan persamaan sebagai berikut : Dd = L/A
Keterangan:
Dd = Indeks kerapatan sungai (km/km2)
L = Jumlah panjang sungai termasuk anak-anak sungainya
A = Luas DAS (km2)
Adapun karakteristik dari nilai indeks kerapatan sungai (Dd) yaitu :

f. Bentuk Daerah Aliran Sungai


Pola sungai menentukan bentuk suatu DAS. Bentuk DAS mempunyai
artipenting dalam hubungannya dengan aliran sungai, yaitu berpengaruh
terhadap kecepatan terpusat aliran
Menurut Gregari dan Walling (1975), untuk menentukan bentuk DAS
dapat diketahui dngan terlebih dahulu menentukan nilai Rc nya.
Rc = 4пA/P2
Keterangan :
Rc = Basin circularity
A = Luas DAS (m2)
P = Keliling (m)
п = 3,14
Adapun karakteristik dari nilai Basin circularity yaitu :
Bentuk DAS mempengaruhi waktu konsentrasi air hujan yang mengalir
menuju outlet. Semakin bulat bentuk DAS berarti semakin singkat waktu
konsentrasi yang diperlukan, sehingga semakin tinggi fluktuasi banjir yang
terjadi. Sebaliknya semakin lonjong bentuk DAS, waktu konsentrasi yang
diperlukan semakin lama sehingga fluktuasi banjir semakin rendah.
Bentuk DAS secara kuantitatif dapat diperkirakan dengan menggunakan
nilai nisbah memanjang ('elongation ratio'/Re)  dan kebulatan ('circularity
ratio'/Rc). Macam-macam benntuk Daerah Aliran Sungai :
DAS berbentuk bulu burung
DAS ini memiliki bentuk yang sempit dan memanjang, dimana anak-
anak sunga (sub-DAS) mengalir memanjang di sebalah kanan dan kiri
sungai utama. Umumnya memiliki debit banjir yang kecil tetapi
berlangsung cukup lama karena suplai air datang silih berganti dari masing-
masing anak sungai.
DAS berbentuk radial
Sebaran aliran sungai membentuk seperi kipas atau nyaris lingkaran.
Anak-anak sungai (sub-DAS) mengalir dari segala penjuru DAS dan tetapi
terkonsentrasi pada satu titik secara radial, akibat dari bentuk DAS yang
demikian. Debit banjir yang dihasilkan umumnya akan sangat besar, dalam
catatan, hujan terjadi merata dan bersamaan di seluruh DAS tersebut.
DAS berbentuk paralel
Sebuah DAS yang tersusun dari percabangan dua sub-DAS yang cukup
besar di bagian hulu, tetapi menyatu di bagain hilirnya. Masing-masing sub-
DAS tersebut dapat memiliki karakteristik yang berbeda. Dan ketika terjadi
hujan di Kedua sub-DAS tersebut secara bersamaan, maka akan berpotensi
terjadi banjir yang relative besar
g. Pola Pengairan Sungai
Sungai di dalam semua DAS mengikuti suatu aturan yaitu bahwa aliran
sungai dihubungkan oleh suatu jaringan suatu arah dimana cabang dan anak
sungai mengalir ke dalam sungai induk yang lebih besar dan membentuk
suatu pola tertentu. Pola itu tergantungan dari pada kondisi tofografi,
geologi, iklim, vegetasi yang terdapat di dalam DAS bersangkutan.
Adapun Pola-pola Pengairan Sungai yaitu :
1. Pola trellis 
dimana memperlihatkan letak anak-anak sungai yang paralel menurut
strike atau topografi yang paralel. Anak-anak sungai bermuara pada
sungai induk secara tegak lurus. Pola pengaliran trellis mencirikan daerah
pegunungan lipatan (folded mountains). Induk sungai mengalir sejajar
dengan strike, mengalir di atas struktur synclinal, sedangkan anak-anak
sungainya mengalir sesuai deep dari sayap-sayap synclinal dan anticlinal-
nya. Jadi, anak-anak sungai juga bermuara tegak lurus terhadap induk
sungainya
2. Pola Rektanguler
dicirikan oleh induk sungainya memiliki kelokan-kelokan ± 90o, arah
anak-anak sungai (tributary) terhadap sungai induknya berpotongan tegak
lurus. Biasanya ditemukan di daerah pegunungan patahan (block
mountains). Pola seperti ini menunjukkan adanya pengaruh joint atau
bidang - bidang dan atau retakan patahan escarp - escarp atau graben -
graben yang saling berpotongan.
3. Pola Denritik
yaitu pola sungai dimana anak-anak sungainya (tributaries) cenderung
sejajar dengan induk sungainya. Anak-anak sungainya bermuara pada
induk sungai dengan sudut lancip. Model pola denritis seperti pohon
dengan tatanan dahan dan ranting sebagai cabang-cabang dan anak-anak
sungainya. Pola ini biasanya terdapat pada daerah berstruktur plain, atau
pada daerah batuan yang sejenis (seragam, homogen) dengan penyebaran
yang luas.
4. Pola Radial Sentripugal
Pola pengaliran beberapa sungai di mana daerah hulu sungai-sungai itu
saling berdekatan seakan terpusat pada satu “titik” tetapi muaranya
menyebar, masing-masing ke segala arah. Pola pengaliran radial terdapat
di daerah gunungapi atau topografi bentuk kubah seperti pegunungan
dome yang berstadia muda, hulu sungai-sungai berada di bagian puncak,
tetapi muaranya masing-masing menyebar ke arah yang lain, ke segala
arah.
5. Pola Radial Sentripetal
Kebalikan dari pola radial yang menyebar dari satu pusat, pola
sentripetal ini justru memusat dari banyak arah. Pola ini terdapat pada
satu cekungan (basin), dan biasanya bermuara pada satu danau. Di daerah
beriklim kering dimana air danau tidak mempunyai saluran pelepasan ke
laut karena penguapan sangat tinggi, biasanya memiliki kadar garam
yang tinggi sehingga terasa asin.

6. Pola Paralel
 Adalah pola pengaliran yang sejajar. Pola pengaliran semacam ini
menunjukkan lereng yang curam. Beberapa wilayah di pantai barat
Sumatera memperlihatkan pola pengaliran parallel
7. Pola Annular
Pola pengaliran cenderung melingkar seperti gelang; tetapi bukan
meander. Terdapat pada daerah berstruktur dome (kubah) yang
topografinya telah berada pada stadium dewasa. Daerah dome yang
semula (pada stadium remaja) tertutup oleh lapisan-lapisan batuan
endapan yang berselang-seling antara lapisan batuan keras dengan
lapisan batuan lembut.

c) Jaringan sungai
Jaringan sungai dapat mempengaruhi besarnya debit aliran sungai yang dialirkan
oleh anak-anak sungainya. Parameter ini dapat diukur secara kuantitatif dari
nisbah percabangan yaitu perbandingan antara jumlah alur sungai orde tertentu
dengan orde sungai satu tingkat di atasnya. Nilai ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi nisbah percabangan berarti sungai tersebut memiliki banyak anak-anak
sungai dan fluktuasi debit yang terjadi juga semakin besar. Orde sungai adalah
posisi percabangan alur sungai di dalam urutannya terhadap induk sungai pada
suatu DAS. Semakin banyak jumlah orde sungai, semakin luas dan semakin
panjang pula alur sungainya. Orde sungai dapat ditetapkan dengan metode
Horton, Strahler, Shreve, dan Scheidegger. Namun pada umumnya metode
Strahler lebih mudah untuk  diterapkan dibandingkan dengan metode yang
lainnya. Berdasarkan metode Strahler,alur  sungai paling hulu yang tidak
mempunyai cabang disebut dengan ordepertama (orde 1), pertemuan antara orde
pertama disebut orde kedua (orde 2), demikian seterusnya sampai pada sungai
utama ditandai dengan nomor orde yang paling besar.
BAB II HIDROMETRI
I. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengukur hidrometri pada aliran DAS
2. Mahasiswa mampu menghitung hidrometri pada aliran DAS
II. Alat dan Bahan
III. Landasan Teori
Hidrometri adalah cabang ilmu (kegiatan) pengukuran air atau
pengumpulan data dasar bagi analisis hidrologi (Harto, 1993). Dalam
sehari-hari, kegiatan hidrometri pada sungai dapat diartikan juga sebagai
kegiatan mengumpulkan data sungai, baik yang menyangkut debit air
sungai maupun ketinggan muka air serta sedimentasi atau unsur aliran
lain. Ada beberapa macam pengukuran yang dilakukan dalam kegiatan
hidrometri ialah sebagai berikut: 1. Pengukuran Kecepatan Aliran
Kecepatan aliran merupakan komponen aliran yang sangat penting. Hal ini
di sebabkan oleh pengukuran debit secara langsung pada suatu penampang
sungai tidak dapat dilakukan. 14

Metode Pengukuran Kecepatan Aliran dengan Pelampung Kcepatan


ini di ukur dalam dimensi satuan panjang setiap satuan waktu, umumnya
dinyatakan dalam satuan meter per detik (m/d). pengukuran kecepatan
aliran dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya alaha
pengukuran menggunakan pelampung (float). Pelampung digunakan
sebagai alat pengukuran kecepatan aliran apabila diperlukan kecepatan
aliran dengan tingkat ketelitian yang relatif kecil. Hitung kecepatan aliran
sungai dengan mengalikan antara jarak titik pengamatan dengan waktu
tempuh rata rata. V = L t (m/d)...(3.1) Keterangan : L =jarak t = waktu.

Pengukuran Tinggi Muka Air Pengukuran luas penampang


memerlukan tinggi muka air, pengukuran tinggi muka air dapat dilakukan
dengan cara, tergantung dari kondisi aliran sungai yang akan diukur, salah
satunya menggunakan tongkat / papan yang sisinya terdapat rambu ukur.
Gambar 3.2 Tinggi Muka Air ( Potongan Melintang ) 3. Pengukuran Lebar
Aliran Permukaan Pengukuran lebar aliran juga digunakan untuk
mengetahui lebar dasar saluran yang nantinnya digunakan mendapatkan
luas penampang. Pengukuran lebar aliran dilaksanakan mengguakan alat
ukur lebat. Pengukuran lebar aliran dilaksanakn menggunakan alat ukur
lebar, pengukuran lebar saluran menggunakan meteran (oddo meter atau
meteran roda). Gambar 3.3 Lebar Saluran (Potongan Mellintang).
Pengukuran Debit Debit (discharge), atau besarnya aliran sungai (stream
flow) adalah volume aliran yang mengalir melalui suatu penampang
melintang sungai persatuan waktu debit dinyatakan dalam satuan m 3 /d
atau liter/detik. Aliran adalah pengerakkan air di dalam alur sungai. Pada
dasarnya perhitungai debit adalah pengukuran luas penampang, kecepatan
aliran, dan tinggi muka air, Q = A. v...(3.2) Keterangan : Q = debit (m 3
/d) A = luas penampang (m 2 ) v = kecepatan aliran rata-rata (m/d) Nilai A
(luas penamang aliran diambil setiap 15m) agar didapat kondisi yang lebih
mendekati kondisi asli lapangan maka menggunakan persamaan: A = h (b
+ m x h)...(3.3) Keterangan : A = luas penampang (m 2 ) h = kedalaman
aliran (m) b = lebar dasar aliran (m) m = kemiringan tebing (vertikal:
horizontal) Dengan demikian perhitungan debit adalah pengukuran dan
perhitungan kecepatan aliran, lebar aliran dan pengukuran tinggi muka air
yang akan digunakan untuk perhitngan luas penampang.

Setiap tanah memiliki grafik tertentu karena antara tanah yang satu
dengan yang lainnya memiliki butir-butir yang berbeda bentuk dan
dstribusinya tidak pernah sama. Cara menentukan gradasi adalah: Analisis
Saringan Menurut Muntohar (2006), penyaringan merupakan metode yang
biasanya secara langsung untuk menentukan ukuran partikel dengan
didasarkan pada batas bawah ukuran lubang saringan yang digunakan,
batas terbawah dalam saringan adalah ukuran terkecil untuk partikel pasir.
Dalam analisis saringan, sejumlah yang memiliki ukuran lubang yang
berbeda-beda disusun dengan ukuran yang terbesar diatas yang kecil.
Sampel tanah dikeringkan dalam oven, gumpalan tanah dihancrukan dan
sampel tanah akan lolos melalui susunan saringan setelah digetarkan.
Tanah yang tertahan pada masing-masing saringan ditimbang dan
selanjutnya dihitung persentase tanah yang tertahan pada sarngan tersebut.
Bila Wi adalah berat tanah yang tertahan pada masingmasing saringan
ditimbang dan selanjutnya dihitung persentase tanah yang tertahan pada
saringan ke-i (dari atas susuna saringan) dan W adalah berat tanah total,
maka persentase berat yang tertahan adalah: % Berat tertahan pada
saringan = Wi w x 100%...(3.6) Keterangan : Wi = berat tertahan W =
berat total tertahan

Kemudian hasilnya digambarkan pada grafik persentase yang lebih


kecil dari pada saringan yang diberikan (partikel yang lolos saringan) pada
sumbu partikel dan ukuran partikel pada sumbu horizontal (dalam skala
logritma). Grafik ini dinamakan denga kurva distribusi ukuran partikel
atau kurva gradasi seperti ditunjukkan pada Gambar 3.4

Angkutan Sedimen Angkutan sedimen atau transport sediment


merupakan peristiwa terangkutnya material oleh aliran sungai. Bentuk,
ukuran dan beratnya partkel tersebut akan menentukan jumlah besaran
angkutan sedimen. Terdapat banyak alat untuk menghitung besarnya
angkutan sedimen (Kironoto, 1997). Salah satunya menggunakan alat
Helley Smith. Berikut adalah alat uji angkutan sedimen. 1. Alat Helley
Smith (WMO, 1989) Alat ukur muatan sedimen dasar terdiri dari satu
buah alat tamping sampel, kerangka alat, kabel dan bagian ekor untuk
menetapkan posisi alat agar searah aliran sungai.

a. Efisiensi Alat Helley Smith Efisiensi alat muatan sedimen dasar


harus ditentukan terlebih dahulu. Apabila debit muatan sedimen dasar
telah dapat ditentukan terlebih dahulu maka akan lebih mudah dalam
pengoprasinya di lapangan. Efisiensi muatan sedimen dasar dapat
dirumuskan sebagai berikut: Keterangan : e = Ka Kr...(3.7) e = Efisiensi
alat ukur muatan sedimen dasar (%) Ka = Kuantitas sedimen yang
diangkap oleh alat ukur muatan sedimen dasar. Kr = Kuantitas sedimen
yang terangkut apabila tempat tidak pengukuran diletakkan alat ukur
muatan sedime dasar. Efisiens alat ukur sangat bervaiasi dari 40 sampai
100% dan setiap alat berbeda efisiensinya. Debit muatan sedimen dasar
per unit lebar yang diukur pada tiap vertikal dapat dihitung dengann rumus
sebagai berikut: qb = Keterangan : 100 W ebt...(3.8) Qb = debit muatan
sedimen dasar per unit lebar setelah dimodifikasi berdasrkan efisensi alat.
W = berat sampel yang tertangkap oleh alat ukur muatan sedimen dasar
selama periode waktu t. e = efisiensi alat ukur muatan sedimen dasar (%) b
= lebar mulut alat ukur muatan sedimen dasar. t = waktu lamanya
pengukuran.

Apabila efisensi dari tipe alat belum diketahui dari kalibrasi maka dapat
digunakan efisiensi dari tipe alat yang sama. Total debit muatan dasar seluruh
penampang pengukuran dapat dilakuka secara integrasi sepanjang lebar aliran
sungai yang diukur. Perhitungannya dapat dilakukan dengan metode grafis
atau analitis, yaitu:

1) Pada metode grafis, debit muatan sedimen dasar di gambarkan


sebagai ordinat, dan lebar aliran sungai digambarkan sebagai absis, total debit
muatan adalah luas daerah yang dibatasi oleh ordinat, absis dan kurvanya,
untuk pengcekan pada gambar yang sama sjuga di gambarkan kecepatan
aliranya.

2) Pada metode analitis, perhitungan debit muatan sedimenn dasar


dihitung dengan rumus trapesium setiap dua vertikalnya pengukurannya.
Untuk mengurangi pengaruh dari flukasi maka lamanya pengukuran mencapai
1/3, atau 2/3 dari volume tampang alat ukur.
3). Analisis Hitungan Menurut Soewarno (1991) untuk mempermudah
perhitungan kosentrasi sedimen rata-rata pada suatu titik vertical dapat
dilakukan cara sebagai berikut:

a. Pada suatu vertical dibagi dalam beberapa intervensi kedalaman Y1,


Y2, Y3, Yn.

b. Posisi pengukuran adalah ditengah-tengah setiap bagian interval.

c. Lamanya waktu pengukuran disetiap titik harus sama. Pada cara ini
dianggap bahwa kecepatan aliran dan kosentrasi sedimen di semua bagian
interval sama, dengan demikian semakin rapat jarak semakin baik hasilnya.

Anda mungkin juga menyukai