Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRATIKUM KLIMATOLOGI

ANGIN DAN RADIASI MATAHARI

SISCA ARIANI

05021181419010

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

2015
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Permukaan bumi kita tidak rata, tidak halus mulus ,ada yang menonjol
dan ada yang cekung. Permukaan yang menonjol dapat berupa gunung , bukit
,atau dataran tinggi.Permukaan yang cekung dapat berupa jurang, sungai atau
laut. Dilihat dari penyebabnya karena ada aktifitas tenaga endogen dan tenaga
eksogen. Tenaga Endogen dapat berupa tektonisme, vulkanisme dan seisme.
Tenaga Eksogen berupa pelapukan,erosi dan sedimentasi. Perbedaan satu
tempat dengan tempat yang lainnya berkaitan dengan relief bumi membawa
akibat perbedaan cuaca ,suhu, iklim ,curah hujan, jenis tanah dan lain-lain.
Angin yaitu udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan
juga karena adanya perbedaan tekanan udara (tekanan tinggi ke tekanan
rendah) di sekitarnya. Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara
atau perbedaan suhu udara pada suatu daerah atau wilayah. Hal ini berkaitan
dengan besarnya energi panas matahari yang di terima oleh permukaan bumi.
Pada suatu wilayah, daerah yang menerima energi panas matahari lebih besar
akan mempunyai suhu udara yang lebih panas dan tekanan udara yang
cenderung lebih rendah. Perbedaan suhu dan tekanan udara akan terjadi
antara daerah yang menerima energi panas lebih besar dengan daerah lain
yang lebih sedikit menerima energi panas, yang berakibat akan terjadi aliran
udara pada wilayah tersebut.
Angin memiliki laju kecepatan dan arah, permukaan relief bumi
mempengaruhi ruang gerak angin dari daerah yang bertekanan tinggi ke
daerah yang bertekanan rendah, sehingga permukaan relief bumi menjadi
tumpuan pergerakan angin. Terjadinya angin darat dan angin laut merupakan
peristiwa pergerakan angin yang dipengaruhi oleh bentuk relief muka bumi.
Hujan terbentuk karena adanya angin. Jika tidak ada angin maka tidak
akan terbentuk pula hujan. Para ilmuan mengatakan bahwa awan adalah
sebuah eksisten elektrik. Eksisten-eksisten elektrik, jika terbentuk dari satu
jenis saja maka satu sama lainnya akan saling menolak dan jika terbentuk dari
dua jenis maka keduanya akan saling menarik antara satu sama lainnya. Ciri-
ciri dari angin itu adalah berkumpulnya antara dua maujud (eksisten), yang
menghasilkan ketertarikan satu sama lain dan terjadilah penyatuan elektrik
antara keduanya. Dan hasil dari penggabungan tersebut adalah hujan. Jadi,
satu-satunya faktor yang berdampak pada penyatuan dua maujud elektrik
sehingga memberikan dan menciptakan hasil yang disebut dengan hujan,
adalah angin.
Pada zaman dahulu sebelum diciptakannya mesin penggerak , manusia
memanfaatkan angin untuk berbagai keperluan. Misalnya kapal layar yang
tanpa mesin bisa berlayar dengan bantuan angin.
Ditinjau dari segi keuntungannya angin sangat membantu dalam
penyerbukan tanaman. angin akan membawa serangga penyerbuk lebih aktif
membantu terjadinya persarian bunga dan pembenihan alamiah. Sedangkan
pada keadaan kecepatan angin kencang, kehadiran serangga penyerbuk
menjadi berkurang sehingga akan berpengaruh terhadap keberhasilan
penangkaran benih dan akan menimbulkan penyerbukan silang.
Dari segi kerugiannya, angin yang kencang dapat menyebabkan pohon-
pohon roboh serta menimbulkan bahaya dalam Penyerbukan, karena angin
bijinya tidak bisa menjadi murni sehingga tanaman perlu diisolasi. Dan juga
dapat menyebarkan hama penyakit seperti perkembangan jamur.
Radiasi surya merupakan sumber energi utama kehidupan di muka
bumi ini. Setiap waktu hampir terjadi perubahan penerimaan energi radiasi
surya yang dapat mengaktifkan melekul gas atmosfer sehingga terjadilah
pembentukan cuaca. Iklim adalah keadaan unsur cuaca rata-rata dalam waktu
yang relatif panjang, dengan unsur-unsur sebagai berikut: radiasi surya, suhu
udara, kelembaban nisbi udara, tekanan udara, angin, curah hujan,
evapotranspirasi dan keawanan. Radiasi surya merupakan unsur iklim/cuaca
utama yang akan mempengaruhi keadaan unsur iklim/cuaca lainnya.
Perbedaan penerimaan radiasi surya antar tempat di permukaan bumi akan
menciptakan pola angin yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kondisi
curah hujan, suhu udara, kelembaban nisbi udara, dan lain-lain.
Radiasi matahari sejak dulu sampai sekarang tak habis-habis
dibicarakan dan ditulis. Dahulu yang sangat populer dibahas mengenai iklim
dan pengunaan untuk pemanasan/mengeringkan, penguapan dan pencahayaan
alami dalam bangunan di siang hari.
Sekarang tidak hanya permasalahan itu saja, tapi sudah sangat
berkembang, seperti berkaitan dengan permasalahan cuaca, atmosfir,
pertanian, kehutanan, perikanan, peternakan, pengairan, lingkungan hidup,
kesehatan, bangunan, kesehatan dan berbagai kegunaan yang sangat praktis.
Orang juga mempelajari ketersediaan radiasi matahari dengan berbagai cara
dan pemodelan.
Berbicara mengenai model pada radiasi matahari yang dibahas disini
adalah model matematis. Model matematis yang disusun diharapkan:
Pertama, Model lebih baik dari model terdahulu, baik untuk menghitung
radiasi pada langit bening maupun keadaan langit sembarang di berbagai
tempat (lintang dan bujur). Kedua, Model yang disusun, mudah dibuat
dengan program ecxel, yang telah tersedia pada komputer. Ketiga, Model
dapat dengan mudah dipakai para pemakai dan para perancang alat untuk
memperkirakan ketersediaan radiasi matahari baik sebagai sumber energi atau
alat/bahan pelindung radiasi matahari yang menimpa benda tersbut, baik
secara langsung maupun tak langsung.
Bila model tidak ada, maka harapan/keinginan tersebut tidak dapat
terlaksana. Berdasarkan keadaan tersebut, disusun model matematis radiasi
matahari langit bening dan keadaan langit sembarang 15 LU 15 LS.
Catatan: Bila yang dibicarakan mengenai radiasi yang dipancarkan, disebut
radiasi matahari. Bila yang dibicarakan mengenai sumber yang
memancarkan radiasi matahari disebut surya.

B. Tujuan
Paper ini ditulis sebagai laporan untuk praktikum mata kuliah
klimatologi, jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Sriwijaya. Dan secara teoritis, paper ini dibuat dengan beberapa tujuan,
diantaranya yaitu untuk mempelajari tentang angin dan radiasi matahari.
II. PEMBAHASAN

A. Angin
Angin adalah udara yang bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan
rendah atau dari suhu udara yang rendah ke suhu udara yang tinggi. Angin
tidak dapat terlihat secara visual, namun dapat kita rasakan keberadaannya di
sekitar kita. Angin sendiri tidak memiliki wujud, dan keberadaannya dapat
diketahui dari efek yang ditimbulkannya pada benda-benda yang mendapat
hembusan angin, maka biasanya benda-benda tersebut dapat bergerak tanpa
perlu kita berikan gaya padanya.
Sebagai contoh yaitu, pada saat kita melihat dahan-dahan pohon yang
bergerak atau ketika tampak oleh kita sebuah bendera yang berkibar. Dari
kedua contoh kejadian tersebut kita tahu bahwa benda-benda itu bergerak
dikarenakan oleh sesuatu. Dan angin yang berhembus adalah penyebab
utamanya.
Angin terjadi dikarenakan oleh adanya perbedaan tekanan udara atau
karena adanya perbedaan suhu udara pada suatu daerah atau suatu wilayah
tertentu. Hal ini juga berkaitan dengan besar kecilnya energi panas yang
diterima oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah tertentu, daerah-daerah
yang menerima energi panas matahari yang lebih besar maka akan
mempunyai suhu udara yang lebih panas serta tekanan udara yang cenderung
lebih rendah. Sebaliknya, daerah yang menerima energi panas matahari yang
lebih kecil atau sedikit maka akan mempunyai suhu udara yang relatif lebih
dingin serta memiliki tenanan udara yang cenderung lebih tinggi.
Terjadinya perbedaan suhu dan tekanan udara antara daerah yang
menerima energi panas lebih besar dengan daerah daerah lain yang lebih
sedikit menerima energi panas, berakibat pada terjadinya suatu aliran udara
pada wilayah tersebut. Aliran udara inilah yang dikatakan sebagai angin.
Di samping itu, yang dikatakan dengan suhu atau temperatur adalah
derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu. Skala satuan
yang digunakan untuk mengukur suhu diantaranya yaitu derajat celcius (C),
derajat fahrenheit (F), derajat Reamur (R) dan kelvin (K). Selain suhu, yang
mempengaruhi terjadinya angin adalah tekanan udara. Tekanan udara adalah
Angin memiliki arah dan kecepatan. Dari mana angin bertiup dan
berapa kecepatan angin tersebut dapat diukur dan diketahui dengan
menggunakan alat-alat yang dirancang memang untuk mengukur arah dan
kecepatan angin. Alat-alat yang digunakan untuk mengukur angin diantaranya
adalah sebagai berikut.
1. Windsock
Windsock adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengukur
angin. Alat ini dapat digunakan untuk mengetahui arah angin dan
memperkirakan besar kecepatan angin. Alat ini cukup sederhana dan
biasanya dapat ditemukan di bandara-badara.
2. Wind vane
Wind vane biasanya diletakkan di puncak atap dan alat ini berfungsi
untuk mengetahui arah angin.
3. Anemometer
Anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur
kecepatan angin di suatu daerah atau di suatu wilayah. Alat ini umum
digunakan di seluruh belahan dunia untuk mengukur kecepatan angin.
Anemometer portabel adalah salah satu jenis dari alat ini.

Selain dengan menggunakan alat-alat pengukur angin, arah dan


kecepatan angin juga dapat diukur atau diperkirakan dengan menggunakan
sekala Beaufor yaitu berkisar antara 0 12+.
Kecepatan angin dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
gradien tekanan horizontal, letak geografis, ketinggian tempat, waktu dan
gradien tekanan.
Secara umum, angin dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu
angin lokal dan angin musim.
Angin lokal memiliki 3 macam jenis angin berdasarkan tempat
terjadinya dan kecepatan angin itu sendiri. Angin lokal terbagi menjadi 3
macam yaitu angin darat dan angin laut, angin gunung dan angin lembah,
juga angin ribut atau dikenal juga dengan nama angin puyuh.
Angin darat dan angin laut terjadi akibat oleh adanya perbedaan sifat
antara daratan dan lautan dalam menyerap dan melepaskan energi panas
matahari yang diterimanya. Dalam konteks ini, daratan atau tanah dapat
menyerap dan melepaskan energi panas matahari lebih cepat dari pada lautan.
Angin darat terjadi pada malam hari, tepatnya pada tengah malam atau
dini hari. Pada malam hari, energi panas yang diserap permukaan bumi
sepanjang hari akan dilepaskan lebih cepat oleh daratan sehingga udara
menjadi dingin. Sementara di lautan, energi panas sedang dalam proses untuk
dilepaskan ke udara. Gerakan konvektif tersebut menyebabkan udara dingin
dari daratan bergerak menggantikan udara yang naik di lautan sehingga
terjadi aliran udara dari daratan ke laut.
Sedangkan angin laut terjadi pada pagi hari hingga menjelang sore hari.
Pada waktu-waktu itu, matahari ada untuk menyinari permukaan bumi dan
melepaskan energi panas yang akan diserap lebih cepat oleh daratan dari pada
lautan. Sehingga suhu udara di darat lebih tinggi dari pada di lautan.
Akibatnya udara panas di daratan akan naik dan digantikan dengan udara
dingin dari laut. Maka terjadilah aliran udara dari laut ke darat.
Sistem yang terjadi pada angin darat dan laut inilah yang dimanfaatkan
oleh para nelayan untuk berlayar di laut. Mereka akan pergi pada malam
harinya untuk menangkap ikan saat angin berhembus dari darat dan
mendorong mereka ke laut, lalu kembali pada pagi harinya saat angin laut
mulai bertiup. Dengan memanfaatkan sistem ini, para nelayan dapat
menghemat biaya yang digunakan untuk keperluan bahan bakar kapal.
Selanjutnya ada angin gunung dan angin lembah. Angin lembah terjadi
pada saat matahari terbit. Dimana puncak gunung adalah daerah yang pertama
kali mendapat panas juga sepanjang hari selama proses tersebut. Yang artinya
lereng pegunungan lebih banyak mendapat energi panas dari pada lembah dan
menyebabkan terjadinya perbedaan suhu di antara keduanya. Udara panas
dari gunung naik dan akan digantikan dengan udara dingin dari lembah dan
berakibat pada terjadinya suatu aliran udara dari lembah menuju gunung.
Sedangkan pada sore harinya, lembah akan melepaskan energi panas
dan puncak gunung yang telah mendingin akan mengalirkan udara ke lembah.
Aliran udara yang terjadi daru gunung ke lembah inilah yang dikatakan
sebagai angin gunung.
Dan angin lokal yang terakhir adalah angin ribut atau puyuh. Angin ini
biasa juga dikenal dengan puting beliung, yaitu angin kencang yang datang
secara tiba-tiba, mempunyai pusat, bergerak melingkar seperti spiral hingga
menyentuh permukaan bumi dan hilang dalam waktu yang relatif singkat,
yaitu sekitar 3 5 menit. Kecepatan angin rata-ratanya berkisar antara 30
40 knots. Angin ini berasal dari awan Cumulonimbus (Cb) yang adalah awan
berbentuk gumpalan berwarna abu-abu gelap dan menjulang tinggi. Namun
pada kenyataannya tidak semua awan Cb dapat menimbulkan puting beliung.
Puting beliung dapat terjadi di mana saja, di darat maupun di laut. Dan
jika terjadi di laut maka durasinya lebih lama dari pada jika terjadi di darat.
Angin ini terjadi pada siang hari atau sore hari, bahkan terkadang terjadi pada
malam hari dan lebih sering terjadi pada saat peralihan musim (pancaroba).
Untuk luas daerah yang terkena dampaknya adalah sekitar 5 10 km, karena
itulah bersifat sangat lokal. Namun jika terjadi dalam kecepatan tinggi, angin
ini bersifat merusak pada apapun yang ia lalui.
Kelompok angin yang kedua adalah angin musim atau angin periodik.
Jenis angin yang berhembus secara periodik adalah angin monsun. Angin
monsun adalah angin yang berhembus secara periodik (minimal 3 bulan) dan
antara periode yang satu dengan yang lainnya memiliki pola yang
berlawanan.
Di Indonesia ada dua macam angin monsun yang berhembus, yaitu
adalah angin monsun Asia dan angin monsun Australia.
Angin monsun Asia berhubungan dengan angin baratan yaitu angin
yang berasal dari daratan Asia menuju wilayah Indonesia dengan membawa
uap air lebih banyak dari biasanya. Sehingga sebagian wilayah Indonesia
bagian selatan khatulistiwa sering terjadi banyak hujan atau bertepatan
dengan musim hujan di Indonesia.
Angin monsun Australia berhubungan dengan angin timur yaitu angin
yang berasal dari daratan Australia menuju wilayah Indonesia. Pola angin ini
terjadi berlawanan dengan angin monsun barat, dan biasanya udara yang
mengalir pada periode ini memiliki sedikit uap air yang terkandung di dalam
udaranya, sehingga dapat dikatakan bertepatan dengan musim kemarau yang
terjadi di Indonesia.
Angin memiliki banyak manfaat, salah satunya seperti yang telah
dicontohkan sebelumnya tentang bagaimana para nelayan memanfaatkan
angin. Namun, angin juga dapat menimbulkan masalah bahkan merusak,
apalagi jika angin datang dan bertiup dengan kecepatan tinggi. Berdasarkan
kecepatannya, dapat digolongkan 2 jenis angin yang sering kali menimbulkan
kerusakan, diantaranya adalah angin puting beliung dan angi topan (badai
tropis).
Angin puting beliung dapat membuat atap-atap rumah semi permanen
terlepas dan berterbangan kemana-mana dan dapat menyebabkan tumbangnya
sebuah pohon. Tidak sedikit peristiwa angin ini dapat menimbulkan korban
luka atau bahkan meninggal akibat tertimpa material bangunan atau pohon.
Angin topan (badai tropis) juga adalah angin yang berputar namun
dengan sekala periode waktu yang lebih lama, sekitar 3 7 hari lamanya.
Angin ini selalu terjadi di laut dengan daya rusak mencapai ribuan kilometer
jauhnya. Meskipun demikian untuk wilayah yang dekat dengan titik angin
tersebut akan merasakan dampak tidak langsung yang ditimbulkan
diantaranya adalah peningkatan kecepatan angin yang bisa saja menimbulkan
kerusakan saat angin yang berhembus sudah terlalu cepat, lalu terjadi sebuah
gelombang tinggi > 2,5 m juga terjadinya hujan lebat pada radius 1000 km
dari pusat badai.
Berikut adalah jenis-jenis angin yang ada di Indonesia, yaitu:
1. Angin Bahorok adalah angin Fohn yang bertiup di daerah dataran
rendah Deli Utara, Sumatra Utara. Untuk nama angin ini
dikarenakan datangnya dari arah kota Bahorok yang terletak arah
barat-barat-laut dari Medan.
2. Angin Fohn adalah angin yang bertiup di bagian belakang atau
bawah angin gunung dengan sifat panas, kering, kencang dan ribut.
Hal ini disebabkan oleh udara yang dipaksa naik dan melewati
gunung dan kemudian menuruni lereng bagian belakang dengan
membawa udara yang sudah mengalami pemanasan adiabatik.
3. Angin Gending adalah angin Fohn yang berhembus dari guning dari
pegunungan di sebelah tenggara atau dari arah kota Gending
menuju Probolinggo, Jawa Timur. Nama angin ini sesuai dengan
nama kota arah datangnya angin.
4. Angin Geostrofik adalah angin teoritis dengan gaya yang bekerja
padanya hanya gaya gradien tekanan dan coriolis yang sama besar
dan berlawanan arah. Bertiup sejajar dengan isobar lurus dan
lajunya konstan. Memiliki ketinggian jauh dari permukaan bumi
kira-kira 1000 m dengan tidak adanya gaya gesekan.
Dalam ilmu klimatologi, angin memiliki fungsi-fungsi dasar
diantaranya adalah sebagai berikut. Yang pertama, sebagai transformasi (agen
pembawa), pemindah dan penjaga keseimbangan panas, baik dalam bentuk
yang dapat diukur (sonsible heat) maupun yang tersimpan (laten heat) dan
akan membuat seimbang neraca radiasi surya antara lintang randah dan
tinggi. Dan yang kedua adalah menjaga kelembaban udara dan memindahkan
uap air yang dievaporasikan dari laut ke darat yang sebagian besar
dikondensasikan hingga uap air kembali turun sebagai hujan, kabut dan
embun. Fungsi lain dari angin adalah sebagai pencampir lapisan udara antara
panas dan dingin, antara lembab dan kering, antara udara kaya CO 2 dan udara
dengan CO2 rendah. Melalui fungsi tersebut, maka siklus hidrologi dapat
berlangsung, juga dapat menghindari keracunan CO2 di pusat kota dan
kawasan industri.

B. Radiasi Matahari
Energi surya adalah sumber utama dari energi atmosfer, dimana
penyebarannya di seluruh permukaan bumi merupakan faktor yang paling
berpengaruh terhadap cuaca dan iklim. Energi surya juga menjadi penyebab
pokok dari semua perubahan dan pergerakan di dalam atmosfer. Energi surya
langsung berpengaruh terhadap sifat baik tanaman maupun hewan melalui
iluminasi spektrum cahaya yang terlihat juga yang tidak terlihat. Daerah
iluminasi alami (perbedaan panjang siang dan malam) menentukan waktu
fotosintesis yang menjadi faktor kritis bagi tanaman.
Radiasi surya merupakan sumber energi utama kehidupan di muka
bumi ini. Setiap waktu hampir terjadi perubahan penerimaan energi radiasi
surya yang dapat mengaktifkan melekul gas atmosfer sehingga terjadilah
pembentukan cuaca. Iklim adalah keadaan unsur cuaca rata-rata dalam waktu
yang relatif panjang, dengan unsur-unsur sebagai berikut: radiasi surya, suhu
udara, kelembaban nisbi udara, tekanan udara, angin, curah hujan,
evapotranspirasi dan keawanan.
Radiasi surya merupakan unsur iklim/cuaca utama yang akan
mempengaruhi keadaan unsur iklim/cuaca lainnya. Perbedaan penerimaan
radiasi surya antar tempat di permukaan bumi akan menciptakan pola angin
yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kondisi curah hujan, suhu udara,
kelembaban nisbi udara, dan lain-lain.
Radiasi matahari sejak dulu sampai sekarang tak habis-habis
dibicarakan dan ditulis. Dahulu yang sangat populer dibahas mengenai iklim
dan pengunaan untuk pemanasan/mengeringkan, penguapan dan pencahayaan
alami dalam bangunan di siang hari.
Sekarang tidak hanya permasalahan itu saja, tapi sudah sangat
berkembang, seperti berkaitan dengan permasalahan cuaca, atmosfir,
pertanian, kehutanan, perikanan, peternakan, pengairan, lingkungan hidup,
kesehatan, bangunan, kesehatan dan berbagai kegunaan yang sangat praktis.
Orang juga mempelajari ketersediaan radiasi matahari dengan berbagai cara
dan pemodelan.
Berbicara mengenai model pada radiasi matahari yang dibahas disini
adalah model matematis. Model matematis yang disusun diharapkan:
Pertama, Model lebih baik dari model terdahulu, baik untuk menghitung
radiasi pada langit bening maupun keadaan langit sembarang di berbagai
tempat (lintang dan bujur). Kedua, Model yang disusun, mudah dibuat
dengan program ecxel, yang telah tersedia pada komputer. Ketiga, Model
dapat dengan mudah dipakai para pemakai dan para perancang alat untuk
memperkirakan ketersediaan radiasi matahari baik sebagai sumber energi atau
alat/bahan pelindung radiasi matahari yang menimpa benda tersbut, baik
secara langsung maupun tak langsung. Bila model tidak ada, maka
harapan/keinginan tersebut tidak dapat terlaksana. Berdasarkan keadaan
tersebut, disusun model matematis radiasi matahari langit bening dan keadaan
langit sembarang 15 LU 15 LS.
Radiasi surya adalah pancaran energi yang berasal dari proses
thermonuklir yang terjadi di matahari. Ada beberapa radiasi solar, yang
terpenting: radiasi elektromagnetik (yg berhubungan dengan listrik dan
magnet). Radiasi elektromagnetik bisa dibedakan menjadi radiasi yang
terlihat oleh mata kita (visible radiation) (cahaya) dan radiasi yang dapat kita
rasakan (kulit, wajah), namanya radiasi infra merah.
Panjang gelombang radiasi inframerah lebih panjang daripada panjang
gelombang cahaya (visible radiation). Gelombang elektromagnetik menyebar
dalam bentuk 3 dimensi (volumen), seperti halnya gelombang yang tersebar
membentuk sebuah bola (esfera). Dalam hal ini, volumen di sekitar
gelombang elektromagnetik bisa berbentuk: benda keras, cairan, gas, tapi bisa
juga kekosongan (vacuum).
Radiasi matahari yang diterima oleh bumi kita (energi matahari) akan
diterima dengan empat cara. Yang pertama diserap oleh aerosol & awan di
atmosfer bumi yang akhirnya menjadi panas. Radiasi yang terserap ini
menyebabkan naiknya temperatur gas-gas dan aerosol-aerosol. Yang kedua
ditangkis oleh atmosfer (oleh gas2 dan aerosol-aerosol), dalam hal ini radiasi
ditangkis dan disebarkan ke segala penjuru. Sebagian radiasi menuju kembali
ke angkasa, sebagian sampai ke permukaan bumi. Penangkisan dan
penyerapan radiasi bisa terjadi di segala lapisan atmosfir, yang paling sering
lapisan bawah di mana massa atmosfir lebih terkonsentrasi. Yang ketiga untuk
radiasi yang tidak tertangkis maupun terserap oleh atmosfir, sampai ke
permukaan bumi. Karena bumi sangat padat, maka radiasi ini bukan
ditangkis, melainkan dikembalikan satu arah ke atmosfir (proses ini biasa
disebut refleksi - walaupun sebenarnya sama saja dengan tangkisan).
Es dan salju merefleksi hampir kebanyakan dari radiasi solar yang sampai ke
permukaan bumi, sedangkan laut, merefleksi sangat sedikit. Dan yang
keempat untuk radiasi yang sampai ke permukaan bumi yang tidak direfleksi,
akan diserap oleh bumi. Di lautan, penyerapan ini sampai pada puluhan meter
dari permukaan laut, sedangkan di daratan, hanya pada level yang lebih tipis.
Seperti halnya yang terjadi pada atmosfir, penyerapan radiasi di permukaan
bumi menyebabkan naiknya temperatur permukaan tersebut.
Tidak diragukan bahwa tumbuhan dan organisme memegang peran
utama dalam menjadikan bumi sebagai tempat yang dapat dihuni. Tumbuhan
membersihkan udara untuk kita, menjaga suhu bumi tetap konstan, dan
menjaga keseimbangan proporsi gas-gas di atmosfer.
Oksigen yang kita hirup di udara dihasilkan oleh tumbuhan. Bagian
penting dari makanan kita juga disediakan oleh tumbuhan. Setiap tahun,
seluruh tumbuhan di muka bumi dapat menghasilkan zat-zat atau bahan-
bahan sebanyak 200 miliar ton.
Berbeda dari sel manusia dan hewan, sel tumbuhan dan organisme
berklorofil dapat memanfaatkan langsung energi matahari. Tumbuhan dan
organisme berklorofil mengubah energi matahari menjadi energi kimia dan
menyimpannya sebagai nutrisi dengan cara yang sangat khusus. Proses ini
disebut "fotosintesis".
Fotosintesis merupakan proses biologi yang dilakukan tanaman dan
organisme berklorofil untuk menunjang proses hidupnya yakni dengan
memproduksi gula (karbohidrat) pada tumbuhan hijau dengan bantuan energi
sinar matahari, yang melalui sel-sel yang ber-respirasi, energi tersebut akan
dikonversi menjadi energi ATP sehingga dapat digunakan bagi
pertumbuhannya. Reaksi umum dari proses fotosintesis adalah :
6 H2O + 6 CO2 C6H12O6 + 6 O2
Cahaya Proses fotosintesis adalah reaksi yang hanya akan terjadi
dengan keberadaan sinar matahari, baik kualitas maupun kuantitasnya. Hasil
dari fotosintesis seperti yang sudah tersebut di atas adalah C6H12O6 atau
dengan sebutan umum yaitu gula (karbohidrat).
Dari karbohidrat hasil fotosintesis dalam tanaman inilah yang
merupakan dasar dari perkembangan kehidupan makhluk hidup dalam suatu
ekosistem yang kemudian masuk pada piramida makanan dan rantai makanan
dalam suatu ekosistem yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Komunitas dari suatu ekosistem berinteraksi satu sama lain dan
juga berinteraksi dengan lingkungan abiotik. Interaksi suatu
organisme dengan lingkungannya terjadi untuk kelangsungan
hidupnya. Kelangsungan hidup organisme memerlukan energi.
2. Energi untuk kegiatan hidup diperoleh dari bahan organik yang
disebut energi kimia. Bahan organik dalam komponen biotik
awalnya terbentuk dengan bantuan energi cahaya matahari dan
unsur-unsur hara, seperti karbon dan nitrogen.
3. Bahan organik yang mengandung energi dan unsur-unsur kimia
ditransfer dari suatu organisme ke organisme lain melalui interaksi
makan dan dimakan. Peristiwa makan dan dimakan antar
organisme dalam suatu ekosistem membentuk struktur trofik yang
terdiri dari tingkat-tingkat trofik dimana setiap tingkat trofik
merupakan kumpulan berbagai organisme dengan sumber makanan
tertentu.
4. Tingkat trofik pertama adalah kelompok organisme autotrof yaitu
organisme yang dapat membuat bahan organik sendiri dengan
bantuan cahaya matahari yaitu tumbuhan dan fitoplankton.
Organisme autotrof disebut Produsen. Produsen pada ekosistem
darat adalah tumbuhan hijau sedangkan pada ekosistem perairan
adalah fitoplankton, ganggang dan tumbuhan air.
5. Tingkat trofik kedua dari struktur trofik suatu ekosistem ditempati
oleh berbagai organisme yang tidak dapat membuat bahan organik
sendiri. Organisme tersebut tergolong organisme heterotrof. Bahan
organik diperoleh dengan memakan organisme atau sisa-sisa
organisme lain sehingga organisme heterotrof disebut juga
konsumen. Pada tingkat trofik kedua dari struktur trofik suatu
ekosestem adalah Konsumen primer (herbivora).

Intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap sifat morfologi tanaman.


Tanaman yang mendapatkan cahaya matahari dengan intensitas yang tinggi
menyebabkan lilit batang tumbuh lebih cepat, susunan pembuluh kayu lebih
sempurna, internodianya lebih pendek, daun lebih tebal, tetapi ukurannya
lebih kecil dibanding dengan tanaman yang terlindung.
Beberapa effek dari cahaya matahari yang penuh (yang melebihi)
kebutuhan optimum dapat menyebabkan layu, fotosistesi lambat, laju
respirasi meningkat tetapi cenderung mempertinggi daya tahan tanaman.
Intensitas cahaya yang tinggi di daerah tropis tidak seluruhnya dapat
digunakan oleh tanaman.
Energi cahaya matahari yang digunakan oleh tanaman dalam proses
fotosintesis berkisar antar 0,5 2,0 % dari jumlah total energi yang tersedia.
Sehingga hasil fotosintesis berkurang apabila intensitas cahaya kurang dari
batas optimum yang dibutuhkan oleh tanaman, yang tergantung pada jenis
tanaman. Hal ini juga berlaku terhadap jenis-jenis anggrek. Pemberian
naungan pada tanaman baik secara alami & buatan, akan berarti mengurangi
intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman tersebut, hal ini akan
mempengruhi pertumbuhan maupun hasil tanaman . Tanaman yang kurang
mendapatkan cahaya matahari akan mempunyai akar yang pendek, cahaya
matahari penuh menghasilkan akar lebih panjang dan lebih bercabang. Begitu
juga diperkuat ole menyatakan bahwa tanaman anggrek yang cukup sinar
matahari perakaran akan berkembang lebih baik, jumlah akar akan banyak,
ukurannya besar dan banyak bercabang.
Akar keluarnya lebih awal, jadi tidak seberapa jauh dari puncak
tanaman jenis anggrek monopodial seperti Vanda, Bila cahaya matahari
kurang, karena tanaman anggrek berada dalam keadaan terlalu teduh, maka
proses assimilasi akan berkurang, sehingga hidratarang sebagai hasil proses
tersebut juga kurang jumlahnya.
Intensitas radiasi sangat berpengaruh sekali bagi segala jenis
tumbuhan, karena intensitas cahaya membantu pertumbuhan pada setiap
tanaman untuk berpoosintesis, memasak zat-zat kimia yang ada pada daun
untuk dijadikan menjadi cadangan makanan dan membantu pertumbuhan sel-
sel tanaman pada permukaan kulit batang dan daun. Intensitas radiasi
merupakan gelombang elektromatik atau gelombang pendek. Perlunya
pengamatan radiasi surnya ini dipelajari adalah untuk dapat mengetahui
seberapa besar intensitas cahaya matahari jatuh kepermukaan bumi menyinari
setiap tumbuhan dan terkhususnya adalah tanaman yang dibudidayakan,
karena tidak semua jenis tanaman budidaya tahan terhadap radiasi surya.
Selain intensitas radiasi surya, lamanya penyinaran surya juga
mempengaruhi bagi tumbuhan, lama penyinaran adalah seberapa lama radiasi
surya menyinari permukaan bumi dalam kurung waktu tertentu. Lama
penyinaran disetiap garis lintang tidak lah sama dan pada umumnya di
aquator perbedaan panjang hari relatife. Semakin lama intensitas cahaya
menyinari permukaan bumi maka akan berdampak terhadap tumbuhan baik
berdampak positip yaitu semakin banyak udara O2 di keluarkan oleh
tumbuhan disebabkan fotosintesis berkepanjangan dan akan berdampak
negatip bagi tumbuhan yaitu kekeringan bagi daun karena lamanya
penyinaran memaksa tanaman untuk berpotosintesis hingga kandungan air
semakin lama semakin habis sehingga mengkibatkan kekeringan terhadap
daun.
Radiasi yang jatuh di atas tanaman memiliki tiga pengaruh yang sangat
jelas, yaitu:
1. Pada tanaman hijau berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan.
2. Radiasi mempengaruhi kecepatan transpirasi atau kehilangan air
yang mengakibatkan timbulnya kebutuhan air tanaman.
3. Pada suatu periode kritis dalam pertumbuhan, tingkat energi yang
tinggi dapat menyebabkan pembakaran.
Tetapan radiasi surya didefinisikan sebagai jumlah fluks (aliran) radiasi
surya yang diterima pada permukaan diluar atmosfer tegak lurus terhadap
surya pada jarak rata-rata antara surya dan bumi. Tetapan radiasi surya
berkisar antara 1,92 2,02 cal cm-1 pengukuran terakhir 1,95 ly min1 (1
langley = 1 cal cm-2) atau 1,36 KW m-2. Tetapan ini bukanlah suatu nilai yang
tetap tetapi berkisar kira-kira sebesar 1,5% terutama di bagian ultraviolet dari
spektrum surya.
Semua hukum radiasi dibuat oleh ahli fisika didasarkan atas satu
konsep benda hitam. Benda hitam (black body) atau yang lebih modern full
radiator didefinisikan sebagai benda yang mengabsorbsi semua radiasi
elektromagnit yang mengenainya. Ini tidak berarti bahwa benda itu harus
hitam warnanya.
Hukum stefan boltzman, berbunyi Jumlah radiasi berbanding lurus
dengan suhu pangkat empat; makin besar suhunya maka makin besar pula
jumlah radiasi yang dikeluarkan.
Suhu permukaan surya ditaksir sekitar 6000 K sedangkan suhu
permukaan bumi ada diantara 250 K dan 300 K.
Bila dianggap bahwa pada permulaan tidak ada atmosfer maka jumlah
radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi bergantung pada tiga
faktor, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Jarak dari surya.
Setiap perubahan jarak bumi dari surya menimbulkan variasi
terhadap penerimaan energi surya. Akibat dari orbit bumi
melingkari surya yang ekstentrik, penerimaan energi radiasi surya
maksimum sebesar 1,40 kWm-2, di Perihelion pada tanggal 3
Januari yang 6% lebih besar dari di Aphelion pada tanggal 4 Juli
sebesar 1,31 kWm-2.
2. Intensitas radiasi surya.
Intensitas radiasi surya merupakan fungsi dari sudut sinar surya
mencapai bagian dari permukaan bumi.
3. Panjang hari.
Dibandingkan dengan panjang malam, Indonesia yang terletak di
daerah ekuator mengalami perbedaan panjang hari atau sudut surya
yang kecil. Walaupun demikian, tanaman dan ternak yang diimport
dari luar tropic, harus mendapat perhatian mengenai terjadinya
perbedaan-perbedaan ini.
Energi surya yang melewati atmosfer akan mengalami pengurangan
energi terutama oleh adanya penyerapan pilihan oleh gas-gas dan uap air,
scattering oleh molekul-molekul udara dan partikel-partikel udara dari benda
padat dan cair, dan oleh pemantulan keluar ruang angkasa oleh partikel-
partikel besar di permukaan awan.
Berikut adalah bahan-bahan atmosfer yang berperan nyata dalam
penyerpan radiasi matahari, diantaranya yaitu:
1. Atom oksigen di lapisan udara atas menyerap spektrum ultra violet
yang ekstrim.
2. Ozon adalah lapisan yang menyerap terutama dalam daerah
ultraviolet.
3. Uap air menyerap spektrum pita dekat infra merah terpusat.
4. Karbondioksida menyerap spektrum pita dekat infra merah pada
panjang gelombang 2,7 mikro meter.

Molekul-molekul udara, uap air dan partikel-partikel kecil membaurkan


sinar surya. Menurut hukum Reyleigh, pembauran bervariasi sebagai pangkat
empat dari panjang gelombang. Sebagai contoh, langit terlihat biru dari pada
warna-warna lain lebih panjang. Partikel padat yang besar di atmosfer lebih
banyak memantulkan dari pada menghamburkan cahaya untuk semua panjang
gelombang. Dan bila udara menjadi keruh (terpolusi) maka warna biru dari
langit berubah menjadi putih.
Radiasi baur adalah campuran antara cahaya hamburan dan cahaya
pantulan. Cahaya hamburan berasal dari radiasi surya langsung yang
dihamburkan oleh molekul-molekul udara, uap, air dan partikel-partikel kecil,
sedangkan cahaya pantulan dihasilkan oleh pantulan radiasi surya langsung
oleh partikel-partikel padat yang besar di atmosfer.
Radiasi baur inilah yang diukur oleh alat pengukur radiasi, sebab alat
ini tidak dapat mengukur masing-masing cahaya secara terpisah. Intensitas
surya baur tergantung dari letaknya lintang, sudut surya, keawanan dan
kekeruhan atmosfer (turbiditas).
Suatu pengendali yang penting dari pengaruh radiasi surya adalah
albedo. Albedo tergantung dari macam permukaan, kandungan air di
permukaan dan sudut datang surya.
Energi surya dapat dimanfaatkan ke dalam dua bentuk yaitu
pemanfaatan secara termal dan pemanfaatan untuk listrik. Pada bidang
pertanian pemanfaatan energi surya termal biasa digunakan pada proses
pengeringan bahan pertanian.
Pengeringan bisa dilakukan secara alami (penjemuran) maupun secara
buatan Terdapat berbagai tipe pengering surya yang telah berkembang saat
ini, salah satunya adalah pengeringan yang menggunakan kolektor berbentuk
bangunan yang disebut dengan efek rumah kaca ERK) yang telah
dikembangkan di IPB oleh Kamaruddin dan para kolega penelitinya sejak
tahun 1993 sampai saat ini secara (berkesinambungan.
Pada prinsipnya pengeringan efek rumah kaca yaitu sinar matahari yang
memiliki radiasi gelombang panjang masuk untuk kemudian diserap oleh
absorber atau komponen lain di dalam bangunan pengering sehingga suhu
absorber dan komponen tersebut akan meningkat. Radiasi yang dipancarkan
oleh absorber/komponen dalam pengering dalam bentuk gelombang panjang
sehingg a sulit untuk menembus dinding transparan. Dengan demikian, terjadi
peningkatan suhu udara pengering dan udara dihembuskan melalui produk
yang akan dikeringkan. Udara yang telah lembab kemudian dikeluarkan dari
bangunan pengering.
Matahari merupakan sumber utama energi bagi kehidupan. Energi
cahaya matahari masuk ke dalam komponen biotik melalui produsen. Oleh
produsen, energi cahaya matahari diubah menjadi energi kima Energi kimia
mengalir dari produsen ke konsumen dari berbagai tingkat trofik melalui jalur
rantai makanan.
Energi kimia yang diperoleh organisme digunakan untuk kegiatan
hidupnya sehingga dapat tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan
perkembangan organisme menunjukan energi kimia yang tersimpan dalam
organisme tersebut. Jadi, setiap organisme melakukan pemasukan dan
penyimpanan energi. Pemasukan dan penyimpanan energi dalam suatu
ekosistem disebut sebagai Produktifitas ekosistem. Produktifitas ekosistem
terdiri dari produktifitas primer dan produktifitas sekunder.
Semua organisme memerlukan energi untuk pertumbuhan,
pemeliharaan, reproduksi, dan pada beberapa spesies,pengaturan energi suatu
ekosistem bergantung pada produktivitas primer. Produktifitas primer adalah
kecepatan mengubah energi cahaya matahari menjadi energi kimia dalam
bentuk bahan organik oleh organisme autotrof. Produktifitas sekunder adalah
kecepatan energi kimia mengubah bahan organik menjadi simpanan energi
kimia baru oleh organisme heterotrof. Bahan organik yang tersimpan pada
organisme atotrof dapat digunakan sebagai makanan bagi organisme
heterotrof. Dari makanan tersebut, organisme heterotrof memperoleh energi
kimia yang akan digunakan untuk kegiatan kehidupan dan disimpan. Aliran
energi dalam ekosistem tersebut sumber utama dan proses pertamanya adalah
cahaya matahari.
Campbell stokes adalah alat untuk mengukur intensitas dan lama
penyinaran matahari. Dengan menggunakan alat ini pengamat mampu
mengamati seberapa besar intensitas dan lama penyinaran matahari menyinari
permukaan bumi pada saat praktikum berlangsung.
III. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari paper kali ini, ada beberapa hal yang dapat kita simpulkan, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Angin adalah udara yang bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah
atau dari suhu udara yang rendah ke suhu udara yang tinggi.
2. Angin terjadi dikarenakan oleh adanya perbedaan tekanan udara atau
karena adanya perbedaan suhu udara pada suatu daerah atau suatu wilayah
tertentu, juga berkaitan dengan besar kecilnya energi panas yang diterima
oleh permukaan bumi.
3. Alat-alat yang digunakan untuk mengukur angin diantaranya adalah
Windsock, Wind vane dan Anemometer.
4. Kecepatan angin dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
gradien tekanan horizontal, letak geografis, ketinggian tempat, waktu dan
gradien tekanan.
5. Di Indonesia ada dua macam angin monsun yang berhembus, yaitu adalah
angin monsun Asia dan angin monsun Australia.
6. Energi surya adalah sumber utama dari energi atmosfer, dimana
penyebarannya di seluruh permukaan bumi merupakan faktor yang paling
berpengaruh terhadap cuaca dan iklim.
7. Radiasi surya adalah pancaran energi yang berasal dari proses
thermonuklir yang terjadi di matahari.
8. Intensitas cahaya membantu pertumbuhan pada setiap tanaman untuk
berpoosintesis, memasak zat-zat kimia yang ada pada daun untuk dijadikan
menjadi cadangan makanan dan membantu pertumbuhan sel-sel tanaman
pada permukaan kulit batang dan daun.
9. Radiasi baur adalah campuran antara cahaya hamburan dan cahaya
pantulan.
10. Campbell stokes adalah alat untuk mengukur intensitas dan lama
penyinaran matahari.

B. Saran
Paper ini dibuat untuk melengkapi tugas laporan mata kuliah
klimatologi. Namun penulis menyadari bahwa paper ini masih memiliki
banyak sekali kekurangan sehingga keritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan untuk kesempurnaan paper ini di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Hoesin, Haslizen. 1983. Simulasi Matematis Radiasi Matahari di Indonesia.


LFN-LIPI: Bandung.
Hoesin, Haslizen. 2000. Model Matematis Radiasi Matahari Langit Bening dan
Langit Sembarang. Teknik Industri Tak Teknik, Universitas ARS
Internasional: Bandung.
Nurmuin, S. 2008. Penuntun Praktikum Agroklimatologi. Laboratorium
Agroklimatologi. UNIB: Bengkulu.
Tjasyono, Bayon. 2004. Klimatologi. ITB: Bandung.

Anda mungkin juga menyukai