1. Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi adalah salah satu dari 6 siklus biogeokimia yang
berlangsung di bumi. Siklus hidrologi adalah suatu siklus atau sirkulasi air dari
bumi ke atmosfer dan kembali lagi ke bumi yang berlangsung secara terus
menerus. Siklus hidrologi memegang peran penting bagi kelangsungan hidup
organisme bumi. Melalui siklus ini, ketersediaan air di daratan bumi dapat tetap
terjaga, mengingat teraturnya suhu lingkungan, cuaca, hujan, dankeseimbangan
ekosistem bumi dapat tercipta karena proses siklus hidrologi ini.
1.1 Evaporasi
Siklus hidrologi diawali oleh terjadinya penguapan air yang ada di
permukaan bumi. Air-air yang tertampung di badan air seperti danau, sungai,
laut, sawah, bendungan atau waduk berubah menjadi uap air karena adanya
panas matahari. Penguapan serupa juga terjadi pada air yang terdapat di
permukaan tanah. Penguapan semacam ini disebut dengan istilah evaporasi.
Evaporasi mengubah air berwujud cair menjadi air yang berwujud gas
sehingga memungkinkan ia untuk naik ke atas atmosfer bumi. Semakin tinggi
panas matahari (misalnya saat musim kemarau), jumlah air yang menjadi uap air
dan naik ke atmosfer bumi juga akan semakin besar.
1. 2. Transpirasi
Penguapan air di permukaan bumi bukan hanya terjadi di badan air dan
tanah. Penguapan air juga dapat berlangsung di jaringan mahluk hidup, seperti
hewan dan tumbuhan. Penguapan semacam ini dikenal dengan istilah transpirasi.
Sama seperti evaporasi, transpirasi juga mengubah air yang berwujud cair
dalam jaringan mahluk hidup menjadi uap air dan membawanya naik ke atas
menuju atmosfer. Akan tetapi, jumlah air yang menjadi uap melalui proses
transpirasi umumnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah uap air yang
dihasilkan melalui proses evaporasi.
1.3. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah penguapan air keseluruhan yang terjadi di seluruh
permukaan bumi, baik yang terjadi pada badan air dan tanah, maupun pada
jaringan mahluk hidup. Evapotranspirasi merupakan gabungan antara evaporasi
dan transpirasi. Dalam siklus hidrologi, laju evapotranspirasi ini sangat
mempengaruhi jumlah uap air yang terangkut ke atas permukaan atmosfer.
1.4. Sublimasi
Selain lewat penguapan, baik itu melalui proses evaporasi, transpirasi,
maupun evapotranspirasi, naiknya uap air dari permukaan bumi ke atas atmosfer
bumi juga dipengaruhi oleh proses sublimasi.
Sublimasi adalah proses perubahan es di kutub atau di puncak gunung
menjadi uap air tanpa melalui fase cair terlebih dahulu. Meski sedikit, sublimasi
juga tetap berkontribusi terhadap jumlah uap air yang terangkut ke atas atmosfer
bumi melalui siklus hidrologi panjang. Akan tetapi, dibanding melalui proses
penguapan, proses sublimasi dikatakan berjalan sangat lambat.
1.5. Kondensasi
Ketika uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi, transpirasi,
evapotranspirasi, dan proses sublimasi naik hingga mencapai suatu titik
ketinggian tertentu, uap air tersebut akan berubah menjadi partikel-partikel es
berukuran sangat kecil melalui proses kondensasi. Perubahan wujud uap air
menjadi es tersebut terjadi karena pengaruh suhu udara yang sangat rendah di
titik ketinggian tersebut.
Partikel-partikel es yang terbentuk akan saling mendekati dan bersatu
satu sama lain sehingga membentuk awan. Semakin banyak partikel es yang
bergabung, awan yang terbentuk juga akan semakin tebal dan hitam.
1.6. Adveksi
1.7. Presipitasi
Awan yang mengalami adveksi selanjutnya akan mengalami proses
presipitasi. Proses prepitasi adalah proses mencairnya awan akibat pengaruh
suhu udara yang tinggi. Pada proses inilah hujan terjadi. Butiran-butiran air jatuh
dan membasahi permukaan bumi.
Apabila suhu udara di sekitar awan terlalu rendah hingga berkisar < 0
derajat Celcius, presipitasi memungkinkan terjadinya hujan salju. Awan yang
mengandung banyak air akan turun ke litosfer dalam bentuk butiran salju tipis
seperti yang dapat kita temui di daerah beriklim sub tropis.
1.9. Infiltrasi
Tidak semua air hujan yang terbentuk setelah proses presipitasi akan
mengalir di permukaan bumi melalui proses run off. Sebagian kecil di antaranya
akan bergerak ke dalam pori-pori tanah, merembes, dan terakumulasi menjadi air
tanah. Proses pergerakan air ke dalam pori tanah ini disebut proses infiltrasi.
Proses infiltrasi akan secara lambat membawa air tanah kembali ke laut.
Nah, setelah melalui proses run off dan infiltrasi, air yang telah mengalami
siklus hidrologi tersebut akan kembali berkumpul di lautan. Air tersebut secara
berangsur-angsur akan kembali mengalami siklus hidrologi selanjutnya dengan di
awali oleh proses evaporasi.
Siklus hidrologi pendek adalah siklus hidrologi yang tidak melalui proses
adveksi. Uap air yang terbentuk melalui siklus ini akan diturunkan melalui hujan
di daerah sekitar laut. Berikut penjelasan singkat dari siklus hidrologi pendek ini:
Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat
adanya panas matahari.
Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat
adanya panas
matahari.
Uap air mengalami adveksi karena angin sehingga bergerak menuju daratan.
Di atmosfer daratan, uap air membentuk awan dan berubah menjadi hujan.
Air hujan di permukaan daratan akan mengalami run off menuju sungai
dan kembali ke laut
Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat
adanya panas matahari.
Air yang berasal dari gletser mengalir di sungai untuk menuju laut
kembali.
2. Sumber Air
sumber daya berupa air yang berguna atau potensial bagi manusia.
Kegunaan air meliputi penggunaan di bidang pertanian, industri, rumah tangga,
rekreasi, dan aktivitas lingkungan. Sangat jelas terlihat bahwa seluruh manusia
membutuhkan air tawar. 97% air di bumi adalah air asin, dan hanya 3% berupa
air tawar yang lebih dari 2 per tiga bagiannya berada dalam bentuk es di glasier
dan es kutub. Air tawar yang tidak membeku dapat ditemukan terutama di
dalam tanah berupa air tanah, dan hanya sebagian kecil berada di atas
permukaan tanah dan di udara.
Air tawar adalah sumber daya terbarukan, meski suplai air bersih terus
berkurang. Permintaan air telah melebihi suplai di beberapa bagian di dunia dan
populasi dunia terus meningkat yang mengakibatkan peningkatan permintaan
terhadap air bersih. Perhatian terhadap kepentingan global dalam
mempertahankan air untuk pelayanan ekosistem telah bermunculan, terutama
sejak dunia telah kehilangan lebih dari setengah lahan basah bersama dengan
nilai pelayanan ekosistemnya. Ekosistem air tawar yang tinggi biodiversitasnya
saat ini terus berkurang lebih cepat dibandingkan dengan ekosistem laut
ataupun darat.
3. Pasang Surut
Dalam merencanakan jaringan irigasi tambak, analisis yang digunakan
adalah analisis hidrologi dan analisis pasang surut. Analisis hidrologi yaitu
perhitungan debit andalan yaitu debit sungai yang dapat digunakan untuk
mengairi tambak dan analisis data pasang surut yaitu debit yang masuk ke
dalam saluran akibat pengaruh pasang surut air laut. Analisis hidrologi dan
analisis data pasang surut diperlukan untuk menentukan besarnya debit yang
masuk ke saluran sekunder yang akan berpengaruh terhadap besar kecilnya
volume air yang masuk ke areal tambak.
Analisis data yang akan digunakan dalam perhitungan nantinya adalah
analisis data pasang surut di daerah perencanaan yaitu sekitar Kali Tenggang
dan analisis debit andalan menggunakan metode dari F.J. Mock. Untuk
perhitungan debit andalan digunakan data curah hujan harian selama periode
10 tahun dan data klimatologi selama kurun waktu 10 tahun terakhir
sedangkan untuk perhitungan data pasang surut yang digunakan dalam
perencanaan adalah data pasang surut 5 tahun terakhir yaitu dari tahun
2001-2005.
Adapun langkah-langkah dalam analisis data hidrologi dan pasang
surut
adalah sebagai berikut :
a. Menentukan rata-rata curah hujan bulanan selama kurun waktu 10 tahun.
b. Menentukan rata-rata bulanan dari suhu udara, kelembaban udara,
penyinaran matahari dan
g.
dari
penguapan,
presipitasi
maupun
pengaliran.
Nah
dalam
postingan kali ini admin mencoba untuk menyampaikan sumber air yang
biasa kita gunakan untuk sehati-hari. Pada dasarnya sumber air bersih dapat
di golongkan menjadi air angkasa, air permukaan, dan air tanah
1.
Air Atmosfer
Air angkasa adalah air yang terjadi karena proses penguapan
yang kemudian terkondensasi dan akhirnya jatuh sebagai air hujan,
salju dan es. Dalam keadaan murni, sangat bersihakan tetapi air
angkasa ini memiliki sifat yang agresif terutama terhadap pipa-pipa
penyalur
maupun
bak-bak
reservoir
sehingga
hal
ini
akan
mempercepat terjadinya korosi atau karat. Akan tetapi air angkasa ini
2.
a. Air Sungai
Air sungai dalam penggunaannya sebagai air bersih haruslah
mengalami suatu
kurang
sekali.
Ini
mengakibatkan
permukaan
air
akan
3. Air Tanah
Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah, terdapat di
antara butir-butir tanah atau dalam retakan bebatuan. Air tanah lebih
banyak tersedia daripada air hujan. Air tanah biasanya memiliki
kandungan Besi (Fe) yang cukup tinggi.
5. Estuaria
sebagian besar lebih dominan daripada intrusi air laut yang dipengaruhi
oleh pasang surut, contoh: muara Missisipi, Amerika.
2. Estuaria berstratifikasi sebagian/parsial (paling umum di jumpai). Aliran air
tawar dari sungai seimbang dengan air laut yang masuk melalui air
pasang. Percampuran air dapat terjadi karena adanya turbulensi yang
berlangsung secara berkala oleh pasang surut, contoh: Teluk Chesapeaks,
Amerika.
3. Estuaria campuran sempurna atau estuaria homogen vertikal. Dijumpai di
lokasi-lokasi dimana arus pasang surut sangat dominan dan kuat, sehingga
air estuaria tercampur dan tidak terdapat stratifikasi.
Sifat Fisik Estuaria
Beberapa sifat fisik penting estuaria antara lain :
1. Salinitas
Estuaria
memiliki
peralihan
(gradien)
salinitas
yang
bervariasi,
terutama tergantung pada permukaan air tawar dari sungai dan air laut
melalui pasang surut. Variasi ini menciptakan kondisi yang menekan bagi
organisme, tetapi mendukung kehidupan biota yang padat dan juga
menyangkal predator dari laut yang pada umumnya tidak menyukai perairan
dengan salinitas yang rendah.
2. Substrat
Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang
berasal dari sedimen yang dibawa melalui air tawar (sungai) dan air laut.
Sebagian besar partikel lumpur estuaria bersifat organik, bahkan organik ini
menjadi cadangan makanan yang penting bagi organisme estuaria (Efrieldi,
1999).
3. Suhu
Suhu air di estuaria lebih bervariasi daripada diperairan pantai
didekatnya. Hal ini terjadi karena di estuaria volume air lebih kecil,
sedangkan luas permukaan lebih besar. Dengan demikian pada kondisi
atmosfer yang ada, air estuaria lebih cepat panas dan lebih cepat dingin.
Penyebab lain terjadinya variasi ini ialah masuknya air tawar dari sungai. Air
tawar di sungai lebih dipengaruhi oleh perubahan suhu musiman daripada air
laut. Suhu estuaria lebih rendah pada musim dingin dan lebih tinggi pada
musim panas daripada perairan pantai sekitarnya (Dianthani, 2003; Thoha,
2003).
4. Pasang surut
Arus pasang-surut berperan penting sebagai pengangkut zat hara dan
plankton.
Disamping
itu
arus
pasang-surut
juga
berperan
untuk
Biota Estuaria
1. Komposisi Fauna
Di perairan estuaria terdapat 3 komponen fauna yaitu: fauna laut,
fauna air tawar dan fauna payau. Komponen fauna yang terbesar adalah
fauna air laut yaitu hewan stenohaline yang terbatas kemampuannya dalam
mentolelir perubahan salinitas (umumnya 300/00) dan hewan euryhaline
yang mempunyai kemampuan untuk mentolerir berbagai perubahan atau
penurunan salinitas di bawah 300/00.
Jumlah spesies organisme yang mendiami estuaria jauh lebih sedikit
jika dibandingkan dengan organisme yang hidup di perairan tawar dan laut.
Hal ini disebabkan oleh fluktuasi kondisi lingkungan, sehingga hanya spesies
yang memiliki kekhususan fisiologi yang mampu bertahan hidup di estuari
2. Komponen Flora
Selain miskin dengan jumlah fauna estuaria juga miskin dengan flora.
Keruhnya perairan estuaria menyebabkan hanya tumbuhan yang mencuat
yang dapat tumbuh mendominasi, mungkin terdapat padang rumput laut
(Zosfera thalassia, Cymodocea) selain di tumbuhi oleh alga hijau dari Genera
Ulva, Entheromorpha dan Chadophora. Estuaria berperan sebagai perangkap
nutrien (nutrient trap) yang mengakibatkan semua unsur-unsur esensial
dapat didaur ulang oleh bermacam kerang, cacing dan oleh detritus atau
bekteri secara berkesinambungan sehingga terwujud produktivitas primer
yang tinggi.
3. Plankton Estuaria
Plankton estuaria miskin dalam jumlah spesies. Hal ini di sebabkan
oleh kekeruhan yang tinggi dan cepatnya penggelontoran. Menurut Barner,
(1974) dalam Dianthani, (2003), jumlah spesies pada umumnya jauh lebih
sedikit daripada yang mendiami habitat air tawar atau air laut didekatnya.
Fitoplankton yang dominan di estuaria yaitu Genera Diatom (Skeletonema sp,
Asterionella sp, Chaetoceros sp, Nitzchia sp, Thalassiionema sp, dan Melosira
sp) dan dinoflagellata yang melimpah di estuaria (Gymnodinium sp,
Gonyaulax sp, Peridinium sp dan Ceratium sp). Zooplankton estuaria yang
khas yaitu Genera Kopepoda (Eurytemora sp, Acartia sp, Pseudodiaptomus sp
dan Centropages sp), Misid (Neomysis sp, Praunus sp, dan Mesopodopsir sp)
dan Amfipoda (Gammarus sp).
Zat
Air Tawar
Air Payau
< 0.05 %
0.05 3 %
terlarut
meliputi
Air Saline
Brine
35%
garam-garam
>5%
anorganik,
senyawa-senyawa
organik yang berasal dari organisme hidup, dan gas-gas yang terlarut.
Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55,04%),
natrium (30,61%), sulfat (7,68%), magnesium (3.69%), kalsium (1,16%),
kalium (1,10%) dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat,
bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama dari garamgaraman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan
sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam.
Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air laut (seperti:
densitas, kompresibilitas, titik beku, dan temperatur dimana densitas menjadi
maksimum) beberapa tingkat, tetapi tidak menentukannya. Beberapa sifat
(viskositas, daya serap cahaya) tidak terpengaruh secara signifikan oleh
salinitas. Dua sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah garam di laut
(salinitas) adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan osmosis.
6.3 Suhu
Suhu Air
Suhu memegang peranan penting dalam berbagai aktivitas kimia dan fisika
perairan. Aktivitas kimia dan fisika seringkali mengalami peningkatan dengan
naiknya suhu. Mahida (1986) menyatakan bahwa tingkat oksidasi senyawa
organik jauh lebih besar pada suhu tinggi dibanding pada suhu rendah.
Suhu air di sungai lebih bervariasi dibanding perairan pantai di
sekitarnya. Hal ini dipengaruhi oleh luas permukaan dan volume airnya. Pada
sungai yang memiliki volume air yang besar dapat ditemukan suhu vertikal.
Kisaran suhu terbesar terdapat pada permukaan perairan dan akan semakin
kecil mengikuti kedalaman.
Keadaan suhu alami memberikan kesempatan bagi ekosistem untuk
berfungsi secara optimum. Banyak kegiatan hewan air dikontrol oleh suhu,
misalnya: migrasi, pemangsaan, kecepatan berenang, perkembangan embrio
dan kecepatan proses metabolisme. Oleh sebab itu, perubahan suhu yang
besar pada ekosistem perairan dianggap merugikan (Clark, 1974).
Hal
ini
membuktikan
bahwa
air
sungai
cukup
bagus
untuk