Anda di halaman 1dari 17

EOSC433:

Geotechnical Engineering

GEOTEKNIK
TAMBANG

ANALISIS RUNTUHAN BATUAN:


MENGHITUNG VOLUME DAN
TEKANAN PADA LONGSORAN BAJI
Kinematic Analysis – Underground Wedges

Jika terdapat baji pada


terowongan bawah tanah, maka
ada tiga kumungkinan untuk
diperiksa, yaitu blok batuan
runtuh dari atap; blok batuan
longsor (baik sepanjang garis
diskontinuitas maupun
sepanjang garis perpotongan

Hudson & Harrison (1997)


dua diskontinuitas); atau blok
batuan stabil.
Geometrical Analysis of Maximum Wedge Volume

Ketika joint set telah diidentifikasi memiliki potensi membentuk


longsoran wajik, beberapa pertanyaan muncul:

Dalam kasus keruntuhan wajik, berapa banyak penyangga yang


dibutuhkan untuk menyangganya (bahan apa yang digunakan
untuk menyangga dan seberapa rapat penyanggaan yang
diberikan

Dalam kasus ongsoran wajik, apakah benar bahwa shear stress


melebihi shear strength (dipengaruhi oleh gaya gesek dan
kadang-kadang kohesi) sepanjang permukaan longsoran, dan j
ika benar, berapa banyak penyangga yang dibutuhkan.

Dalam kedua kasus tesebut, dibutuhkan volume


atau berat maximum wajik yang mungkin dapat
terbentuk.
Geometrical Analysis of Maximum Wedge Volume

Hitung volume wajik maximum !


Identifikasi bidang kekar yang membentuk
baji dan kemudian plot ke dalam stereonet.
Dalam contoh ini, tiga joint set dengan dip
direction/dip (1) 138/51, (2) 355/40, (3)
219/67

Bersama-sama, kekar tersebut diketahui


membentuk wajik pada atap horizontal
pada penggalian di batuan sedimen.

Hasil plot gambar ditunjukkan pada gambar


di samping.
Maximum Wedge Volume

Pada lembar yang terpisah,


gambar terowongan yang telah
diskalakan, di mana, lebarnya
disesuaikan dengan lebar
terowongan. Ini dilakukan karena
analisis ini akan menghitung blok
terbesar yang akan lepas dari
atap .

Pada contoh ini, atap berbentuk


persegi panjang dengan lebar 6
m dan arah azimuth panjang 25.

Lembar ini menunjukkan proyeksi


bidang horizontal terowongan.
Maximum Wedge Volume

Pada lembar proyeksi, tandai horizontal


reference line dan titik awal. Sebagai
contoh, dapat dibuat di bagian tengah
sisi barat pada lembar proyeksi.

Setelah dicocokkan dengna gambar di


streonet, menunjuukan bahwa sudut
yang dibentuk antara bidang 2 dan 3 reference line

akan menyentuh sisi barat atap, dan


sudut yang dibentuk antara bidang 1 dan
2 akan menyentuh sisi timur.
Kemungkinan blok terbesar
dipertimbangkan.

Jadi, titik awal pada lembar proyeksi


yaitu titik yang dibentuk antara bidang 2
dan 3.
Maximum Wedge Volume

Bidang 2 sekarang dapat


diplot ke dalam lembar 60°

proyeksi. Caranya adalah


dengan cara menghitung
sudut yang dibentuk antara
horizontal reference line
dengan bidang 2 yang
kemudian akan diplot ke
lembar proyeksi. Dalam
hal ini, sudut bidang 2
adalah 85 sedangkan sudut
horizontal reference line
adalah 25 sehingga suduh
pada lembar proyeksi
adalah 60.
Maximum Wedge Volume

Selanjutnya adalah
memplot bidang 3 ke
dalam lembar proyeksi.
Caranya sama dengan 104°

langkah sebelumnya yaitu


dengan berpatokan pada
horizontal reference line
yang kemudian akan di plot
ke dalam lembar proyeksi
yang dimulai darii starting
point.

8 of 16 Erik Eberhardt – UBC Geological Engineering EOSC 433


Maximum Wedge Volume
Langkah selanjutnya adalah
memplot bidang terakhir,
yaitu bidang tiga. Titik yang
37°
digunakan untuk memplot
bukan starting point,
melainkan titik yang paling
timur pada lembar
proyeksi, yaitu titik
perpotongan antara bidang
1 dan 2. Sudut yang
dimasukkan ke dalam
lembar proyeksi adalah
sudut yang dibentuk antara
bidang 1 dan 2 sehingga
membentuk sebuah
segitiga.

9 of 16 Erik Eberhardt – UBC Geological Engineering EOSC 433


Maximum Wedge Volume

Langkah selanjutnya adalah


menggambar apex untuk
tetrahedron yang akan
dibangun. Titik apexnya
merupakan titik
perpotongan garis yang
menghubungkan antara
titik-titik perpotongan
bidang dengan titik tengah
stereonet. Titik tersebut
selanjutnya diproyeksikan ke
dalam lembar proyeksi.

10 of 16 Erik Eberhardt – UBC Geological Engineering EOSC 433


Maximum Wedge Volume

Karena penggambaran titik apex


dapat dilakukan dengan cara
menjiplak stereonet pada lembar
proyeksi, atau dengan cara
mengukur sudut-sudut yang
dibentuk, maka beberapa
pengecekan dapat dilakuakan
untuk meminimalkan error yang
terjadi.

Langkah terakhir penentuan titik


apex ini juga merupakan langkah
untuk pengecakan error yang
terjadi pada pembuatan segitiga.

Priest (1985)
11 of 16 Erik Eberhardt – UBC Geological Engineering EOSC 433
Maximum Wedge Volume

Dimensi permukaan segitiga yang


Nampak pada terowongan sekarang
dapat diskalakan secara langsung dari
pembuatan model. Luasnya, Ar, dapat
dihitung dengan memanfaatkan sudut-
sudut dan panjang sisi segitiga.
Rumusnya adalah:

Dengan demikian, luasnya adalah 10,1 m2

Priest (1985)
12 of 16 Erik Eberhardt – UBC Geological Engineering EOSC 433
Maximum Wedge Volume

Luas dari tiga permukaan blok internal dapat


dihitung dengna menggunkana cara yang
hamper mirip dengan memanfaatkan panjang
sisi dan sudut-sudutnya.

Priest (1985)
13 of 16 Erik Eberhardt – UBC Geological Engineering EOSC 433
Maximum Wedge Volume

Priest (1985)
Dengan demikian, volume blok
adalah 4,9 m3

14 of 16 Erik Eberhardt – UBC Geological Engineering EOSC 433


Maximum Wedge Volume

Sekarang asumsikan bahwa massa jenis batuan


sedimen adalah 25 kN/m3 untuk batuan
sedimen, blok tersebut seharusnya memiliki
berat sekitar 124 kN

Dengan membagi nila tersebut degan luas area,


maka dapat diketahui bahwa tekanan penyangga
yang dibutuhkan adalah 12,3 kN/m2, yang
tersebar merata di permukaan segitiga, yang
dibutuhkan aga ia tetap stabil.

Penyanggaan ini, sebagai contoh, dapat


disediakan dengan menggunakan rock bolts
dengan spasi sebesar 3 m.

15 of 16 Erik Eberhardt – UBC Geological Engineering EOSC 433

Anda mungkin juga menyukai