Anda di halaman 1dari 52

TUGAS KEGIATAN TRANING OF TRAINER (TOT)

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENGEMBANGKAN


KURIKULUM, PEMBELAJARAN, DAN PENILAIAN YANG
MENGAKOMODASI PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Oleh :

Nama : Sisilia Saruning, S.Pd

NIP : 196509251989082002

Asal Sekolah : SD KRISTEN BELSO B1


LEMBARAN KERJA ( B1 )

1. Jelaskan pengertian pendidikan khusus dan pendidikan inklusif!


Pengertian Pendidikan Khusus :
Pasal 32 ayat (1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa: “Pendidikan khusus
merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan
dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,
mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.”
Penjelasan Pasal 10 huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016
tentang Penyandang Disabilitas menyebutkan bahwa: “Yang dimaksud dengan
“pendidikan secara khusus” adalah pendidikan yang hanya memberikan
layanan kepada peserta didik Penyandang Disabilitas dengan menggunakan
kurikulum khusus, proses pembelajaran khusus, bimbingan, dan/atau
pengasuhan dengan tenaga pendidik khusus dan tempat pelaksanaannya di
tempat belajar khusus.” Pendidikan khusus adalah jenis pendidikan
sebagaimana dijelaskan Pasal 15 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
sebagai berikut: “Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan,
akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.”

Pengertian Pendidikan Inklusif :


Konteks pendidikan inklusif adalah memperluas penyediaan layanan
yang ideal dalam pendidikan. Dalam masyarakat demokratis, konteks
pendidikan inklusif diarahkan pada penyediaan kesempatan pendidikan
bermutu bagi semua. Sebagai sebuah prinsip universal, pendidikan inklusif
memiliki implikasi dimungkinkannya diversifikasi program. Dengan
demikian, secara operasional satuan pendidikan penyelenggara pendidikan
inklusif (SPPPI).
Pendidikan inklusif direkomendasikan karena menurut pandangan
beberapa pihak sangat strategis untuk diselenggarakan. Menurut UNESCO
(2009:8): “Pendidikan Inklusif dipandang sebagai suatu proses untuk
menangani dan menanggapi keragaman kebutuhan semua anak, remaja dan
orang dewasa melalui peningkatan partisipasi dalam belajar, budaya dan
masyarakat, serta untuk mengurangi atau menghilangkan eksklusi dalam
pendidikan.”
Pendidikan Inklusif dipandang sebagai salah satu strategi untuk
meningkatkan akses dan mutu pendidikan. Pandangan masyarakat dan para
ahli pendidikan tersebut beragam, antara lain memandang bahwa pendidikan
inklusif itu sarat dengan muatan kemanusiaan; memuat penegakkan HAM;
menghargai perbedaan semua anak; merupakan sebuah langkah pendidikan
yang humanis dan menghargai keberagaman; merupakan sebuah falsafah
pendidikan yang mengakomodasi semua anak untuk mampu belajar sesuai
kebutuhan dan kondisinya; dan merupakan sistem layanan pendidikan yang
terbaik untuk masyarakat Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
Mengenai pengertian pendidikan inklusif, khususnya pengertian
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan surat edaran yang
berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan khusus secara inklusif, sebagai
berikut:
a. Pengertian pendidikan inklusif berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional
Nomor: 380/C.C6/MN/2003 tentang Pendidikan Inklusif. Sebagai berikut:
“Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang mengikutsertakan anak-anak
yang memiliki kebutuhan khusus (anak luar biasa) untuk belajar bersama-
sama dengan anak sebayasekolah umum.”
b. Pengertian pendidikan inklusif berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 32 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru Pendidikan Khusus sebagai berikut: “Pendidikan
inklusif adalah pendidikan yang memberikan kesempatan bagi peserta
didik berkebutuhan khusus karena kelainan fisik, emosional, mental,
intelektual, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa untuk belajar bersama-sama dengan peserta didik lain pada
satuan pendidikan umum maupun kejuruan, dengan cara menyediakan
sarana, tenaga pendidik, tenaga kependidikan dan kurikulum yang
disesuaikan dengan kebutuhan individual peserta didik.”
c. Pengertian pendidikan inklusif berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta
Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau
Bakat Istimewa adalah: “Pendidikan inklusif adalah sistem
penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua
peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan
dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran
dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik
pada umumnya.”
d. Pengertian pendidikan inklusif berdasarkan penjelasan Pasal 10 huruf a
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas
sebagai berikut: “Yang dimaksud dengan “pendidikan secara inklusif”
adalah pendidikan bagi peserta didik Penyandang Disabilitas untuk belajar
bersama dengan peserta didik bukan Penyandang Disabilitas di sekolah
reguler atau perguruan tinggi.”
e. Pengertian pembelajaran berdasarkan prinsip inklusif yang diatur pada
Hurup D angka 1 huruf c Lampiran Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 719/P/2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum
pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus sebagai berikut: “Inklusif
yaitu pembelajaran yang bebas dari diskriminasi Suku, Agama, Ras, dan
Antar Golongan (SARA), tidak meninggalkan Peserta Didik manapun,
termasuk Peserta Didik Berkebutuhan Khusus/penyandang disabilitas,
serta memberikan pengembangan ruang untuk identitas, kemampuan,
minat, bakat, serta kebutuhan Peserta Didik.” Didik Berkebutuhan
Khusus/penyandang disabilitas, serta memberikan pengembangan ruang
untuk identitas, kemampuan, minat, bakat, serta kebutuhan Peserta Didik.”

Pengertian pendidikan inklusif menurut para ahli dan pihak lainnya di


kemukakan di bawah ini:

a. Staub dan Peck (1995) mengemukakan bahwa pendidikan inklusif adalah


penempatan anak berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat secara
penuh di kelas regular. Hal ini menunjukkan bahwa kelas regular
merupakan tempat belajar yang relevan bagi anak berkelainan, apapun
jenisnya dan bagaimanapun garadasinya.
b. Sapon-Shevin (O Neil 1995) menjelaskan bahwa pendidikan inklusif
adalah sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar semua anak
berkelainan dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas regular bersama-
sama teman seusianya.
c. Salamanca Statement, 1994 dalam Stubbs, 2003 mengemukakan bahwa
pendidikan inklusif adalah: “Pendidikan yang mengakomodasi semua anak
tanpa mempedulikan keadaan fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa, atau
kondisi-kondisi lain, termasuk anak-anak penyandang penyandang
disabilitas, anak-anak berbakat (gifted children), pekerja anak dan anak
jalanan, anak di daerah terpencil, anak-anak dari kelompok etnik dan
bahasa minoritas dan anak-anak yang tidak beruntung dan terpinggirkan
dari kelompok masyarakat.”
d. Unicef (2017) menjelaskan pengertian pendidikan inklusif sebagai
berikut:” An education system that includes all students, and welcomes
and supports them to learn, whoever they are and whatever their abilities
or requirements. This means making sure that teaching and the curriculum,
school buildings, classrooms, play areas, transport and toilets are
appropriate for all children at all levels. Inclusive education means all
children learn together in the same schools.” Artinya: Pendidikan inklusif
adalah suatu sistem pendidikan yang mencakup semua peserta didik, dan
menyambut serta mendukung mereka untuk belajar, siapa pun mereka dan
apa pun kemampuan atau persyaratan mereka. Ini berarti memastikan
bahwa pengajaran dan kurikulum, gedung sekolah, ruang kelas, area
bermain, transportasi, dan toilet sesuai untuk semua anak di semua
tingkatan. Pendidikan inklusif berarti semua peserta didik belajar bersama
di sekolah yang sama.
e. Dalam Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif. (2021) yang diterbitkan
Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Badan Penelitian dan Pengembangan dan
Perbukuan Kemendikbudristek mengemukakan pengertian pendidikan
inklusif sebagai berikut: “Pendidikan inklusif adalah sistem layanan
pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar di
sekolah-sekolah terdekat, di dalam kelas umum bersama teman-teman
seusianya. Inklusi merupakan suatu proses merespon keragaman
kebutuhan semua peserta didik melalui peningkatan partisipasi
pembelajaran, budaya, dan masyarakat, serta mengurangi pengecualian
dalam dan dari pendidikan. Hal ini melibatkan perubahan dan modifikasi
dalam isi, pendekatan, struktur, dan strategi, dengan visi bersama yang
mencakup semua anak dari rentang usia yang tepat dan pentingnya
tanggung jawab dan pengaturan untuk mendidik semua anak.
Penyelenggaraan pendidikan inklusif berarti menciptakan sebuah
lingkungan agar peserta didik berkebutuhan khusus dapat belajar, bermain
dan berinteraksi dengan semua anak. Setiap peserta didik berkebutuhan
khusus memiliki program belajar secara individu yang memungkinkan dia
mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki sesuai dengan kemampuan
(Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif. (2021) Puskurbuk Balitbang
dan Perbukuan Kemendikbudristek)

2. Jelaskan tujuan pendidikan khusus dan pendidikan inklusif!


Tujuan pendidikan khusus :
Tujuan pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki kelainan.
Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan berfungsi memberikan
pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki kesulitan dalam
mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental,
intelektual, dan/atau sosial.
Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik secara optimal sesuai kemampuannya.
(Pasal 129 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyeenggaraan Pendidikan).
Tujuan pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa. Pendidikan khusus bagi peserta didik
yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa berfungsi
mengembangkan potensi keunggulan peserta didik menjadi prestasi nyata
sesuai dengan karakteristik keistimewaannya. Pendidikan khusus bagi peserta
didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa bertujuan
mengaktualisasikan seluruh potensi keistimewaannya tanpa mengabaikan
keseimbangan perkembangan kecerdasan spiritual, intelektual, emosional,
sosial, estetik, kinestetik, dan kecerdasan lain (Pasal 134 ayat (1) dan (2)
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan).
Tujuan pendidikan inklusif :
Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 menjelaskan
bahwa:” Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta
tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.” Prinsip
penyelenggaraan pendidikan ini sungguh adil dan bijaksana dalam memenuhi
akses kepada semua anak atau warga negara sebagaimana diatur pada Pasal 5
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 sebagai berikut:
1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu.
2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,
dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.
3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat
yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.
4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
berhak memperoleh pendidikan khusus.
5) Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan
pendidikan sepanjang hayat.

Pendidikan inklusif sebagai sebuah pendekatan untuk memenuhi


kebutuhan pendidikan dan belajar bagi semua anak, yang difokuskan secara
spesifik kepada mereka yang rawan dan rapuh, terpinggirkan dan terabaikan
(termasuk anak-anak berkebutuhan khusus). Prinsip pendidikan inklusif
diadopsi dari Konferensi Salamca tentang Pendidikan Kebutuhan Khusus
(UNESCO, 2006) dan di ulang kembali pada Forum Pendidikan Dunia di
Dakar 2000.

Pendidikan inklusif mempunyai arti bahwa sekolah harus


mengakomodasi semua anak tanpa mempedulikan keadaan fisik, intelektual,
sosial, emosi, bahasa, atau kondisi-kondisi lainnya termsuk anak-anak
disabilitas, anak-anak berbakat (children with gifted and Talended), pekerja
anak dan anak jalanan, anak di daerah terpencil, anak-anak dari kelompok
etnik dan bahasa minoritas dan anak-anak yang tidak beruntung dan
terpinggirkan dari kelompok masyarakat (Salamanca Statement, 1994).

Persoalan pokok dalam pendidikan inklusif adalah hak azasi manusia


(HAM) dalam pendidikan yang dinyatakan dalam deklarasi universal tentang
hak azasi manusia (Universal Declaratation of Human Right, 1948). Hal yang
lebih khusus dan sangat penting adalah hak anak untuk tidak
didiskriminasikan yang dinyatakan dalan Konvensi Hak-Hak Anak
(Convention on the Right of the Child, UN, 1989). Sebagai konsekuensi logis
dari hak-hak anak ini adalah bahwa semua anak (all children) mempunyai hak
untuk menerima pendidikan yang ramah yang tidak diskriminatif dalam hal
kecacatan (disability), kelompok etnik (ethnicity), agama (religion), bahasa
(language), jenis kelamin (gender), kemampuan (capability) dan sebagainya.

Pendidikan inklusif bertujuan untuk membangun konsep yang koheren


dan kerangka kebijakan yang kontekstual dengan kondisi lingkungan sehingga
tersedia akses dan kesamaan dalam pendidikan dasar untuk semua anak, dan
apa yang terkandung dalam pendidikan sehingga kebutuhan-kebutuhan
pendidikan yang beragam dapat direspon dan dipenuhi di dalam jalur utama
pendidikan (pendidikan biasa), baik pada jalur pendidikan formal maupun
pendidikan nonformal.

Tujuan pendidikan inklusif berdasarkan Permendiknas Nomor 70


Tahun 2009 sebagai berikut.

1. Memberikan kesempatan yang luas kepada semua peserta didik termasuk


peserta didik berkebutuhan khusus untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu.
2. Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai
keanekaragaman dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik. Dalam
tataran sekolah dan kelas, tujuan pendidikan inklusif adalah :
 Menciptakan dan membangun pendidikan yang berkualitas
 Menciptakan dan menjaga komunitas kelas yang hangat
 Menerima keanekaragaman dan menghargai perbedaan
 Menciptakan suasana kelas dan menerima semua anak secara
penuh dengan menekankan suasana sosial yang menghargai
perbedaan kemampuan, kondisi fisik, sosial ekonomi, suku, agama,
dan sebagainya
3. Mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik, sosial,
intelektual, bahasa, dan kondisi lainnya
4. Memberdayakan individu, membuka akses ke sekolah bermutu serta
mewujudkan pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan tidak
diskriminatif
5. Meminimalkan hambatan belajar dan mengoptimalkan pemenuhan
kebutuhan belajar sesuai potensi anak, termasuk menghargai eksistensi
setiap anak sehingga tumbuh rasa dihargai, saling memberi, dan
memotivasi untuk memperoleh pendidikan
6. Memberi pengalaman sehingga semua anak dapat berpartisipasi dalam
kelas di sekolah terdekat dengan tempat tinggalnya.
3. Jelaskan penyelenggaraan pendidikan khusus dan pendidikan inklusif
Pasal 16 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menjelaskan bahwa: “Jalur, jenjang, dan jenis pendidikan dapat diwujudkan
dalam bentuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, dan/atau masyarakat.” Pada penjelasan Pasal 15 Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 menyebutkan bahwa:” Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan
pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki
kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan
pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.”
Pasal 130 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan menyebutkan bahwa: “Pendidikan
khusus bagi peserta didik berkelainan dapat diselenggarakan pada semua jalur dan
jenis pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.” Berikutnya pada
Pasal 130 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 menjelaskan bahwa:
“Penyelenggaraan pendidikan khusus dapat dilakukan melalui satuan pendidikan
khusus, satuan pendidikan umum, satuan pendidikan kejuruan, dan/atau satuan
pendidikan keagamaan.”
Pasal 132 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 menjelaskan bahwa:
“Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan pada jalur formal diselenggarakan
melalui satuan pendidikan anak usia dini, satuan pendidikan dasar, dan satuan
pendidikan menengah.”
Bentuk satuan pendidikan khusus formal bagi peserta didik berkelainan untuk
pendidikan anak usia dini berbentuk taman kanak-kanak luar biasa (TKLB) atau
sebutan lain untuk satuan pendidikan yang sejenis dan sederajat. Satuan pendidikan
khusus bagi peserta didik berkelainan pada jenjang pendidikan dasar terdiri atas
sekolah dasar luar biasa (SDLB) atau sebutan lain untuk satuan pendidikan yang
sejenis dan sederajat, dan sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB) atau
sebutan lain untuk satuan pendidikan yang sejenis dan sederajat. Satuan pendidikan
khusus bagi peserta didik berkelainan pada jenjang pendidikan menengah adalah
sekolah menengah atas luar biasa SMALB), sekolah menengah kejuruan luar biasa
(SMKLB), atau sebutan lain untuk satuan pendidikan yang sejenis dan sederajat.
Penyelenggaraan satuan pendidikan khusus dapat dilaksanakan secara terintegrasi
antarjenjang pendidikan dan/atau antarjenis kelainan. Pendidikan khusus bagi peserta
didik berkelainan dapat diselenggarakan oleh satuan pendidikan pada jalur pendidikan
nonformal. (Pasal 133 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan).
Pasal 135 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 menjelaskan
bahwa: “Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan
dan/atau bakat istimewa dapat diselenggarakan pada satuan pendidikan formal
TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat.”
Pasal 135 ayat (2) menjelaskan bahwa: “Program pendidikan khusus bagi peserta
didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa dapat berupa:
1. program percepatan, dan/atau
2. b. Program pengayaan.”
Program percepatan adalah program pembelajaran yang dirancang untuk
memberikan kesempatan kepada peserta didik mencapai standar isi dan standar
kompetensi lulusan dalam waktu yang lebih singkat dari waktu belajar yang
ditetapkan. Misalnya, lama belajar 3 (tiga) tahun pada SMA dapat diselesaikan kurang
dari 3 (tiga) tahun. Program pengayaan adalah program pembelajaran yang dirancang
untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik guna mencapai kompetensi lebih
luas dan/atau lebih dalam dari pada standar isi dan standar kompetensi lulusan.
Misalnya, cakupan dan urutan mata pelajaran tertentu diperluas atau diperdalam
dengan menambahkan aspek lain seperti moral, etika, aplikasi, dan saling keterkaitan
dengan materi lain yang memperluas dan/atau memperdalam bidang ilmu yang
menaungi mata pelajaran tersebut.
LEMBARAN KERJA ( B2 )

1. Jelaskan pengertian apa yang dimaksud dengan keragaman peserta didik!


Setiap manusia memiliki potensi yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa.
Setiap manusia memiliki hak yang sama untuk tumbuh dan berkembang sesuai
dengan potensinya. Setiap manusia sesungguhnya memiliki banyak kecerdasan
(multiple intelegnece).
Potensi dasar manusia harus ditumbuhkembangkan secara optimal dan
terintegrasi dalam pelaksanaan pembelajaran, walau dalam perkembangannya tidak
bisa dilepaskan dari faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan. Faktor-faktor
heriditas dan lingkungan tentunya akan memberikan warna tersendiri pada manusia.
Semuanya saling berkaitan dan mempengaruhi antara satu faktor dengan faktor
lainnya.
Manusia adalah inti dari sebuah proses pendidikan. Hal tersebut menunjukkan
bahwa manusia adalah subjek atau pelaku pendidikan. Oleh sebab itu berbicara
masalah pendidikan harus diformulasikan dan dikaitkan dengan konsep hakekat
manusia sebagai pelakunya.
Keragaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat di mana terdapat
perbedaan dalam berbagai bidang terutama suku bangsa, ras, gender, agama, idelogi,
budaya “masyarakat yang majemuk”. Keragaman adalah suatu kondisi dalam
masyarakat yang terdapat perbedaan, contohnya di Indonesia. Indonesia terbagi
menjadi beberapa daerah provinsi. Setiap daerah memiliki pakaian adat yang beragam
atau berbeda-beda. Dalam suatu ikatan yang kokoh Negara Kesatuan Republik
Indonesia, walaupun berbeda-beda namun tetap bersatu. Perbedaan bukanlah hal yang
harus dipermasalahkan atau diperdebatkan. Keragaman merupakan anugerah dari
Tuhan Yang Maha Esa. Akan ditemukan keragaman karakteristik anak-anak atau
individu di lingkungan sekitar. Keragaman yang dijumpai antara lain usia, jenis
kelamin, pekerjaan, agama dan kepercayaan yang dianutnya, dan sebagainya.
Keragaman sebenarnya mengajarkan kita untuk saling menghargai dan
menghormati satu sama lain. Keragaman dapat menumbuhkan rasa toleransi agar
lingkungan di sekitar kita, baik itu lingkungan rumah, lingkungan sekolah, dan
lingkungan pekerjaan tetap aman, nyaman, dan menyenangkan. Dengan memahami
keragaman setiap individu maka sikap tenggang rasa akan lebih baik dalam
menghargai perasaan orang lain. Dengan memahami keragaman maka akan tumbuh
saling menghargai antar sesama, belajar untuk tidak membeda-bedakan, tidak
menganggap diri adalah yang paling baik, dan dapat memperkaya pengetahuan dan
penguatan karakter sehingga membudaya dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta didik pada satuan pendidikan beragam. Kelas merupakan bentuk kecil
dari keragaman yang ada di dalam masyarakat. Masyarakat beragam karena setiap
individu yang ada di dalamnya juga beragam. Pada hakekatnya kita terbiasa dengan
keragaman. Sejak usia dini kita disuguhkan oleh keragaman di sekeliling kita.
Semesta ini diciptakan dengan keragaman. Keragaman adalah sesuatu yang biasa,
sesuatu yang normal adanya.
Begitu pula dengan kemapuan peserta didik. Kemampuan anak beragam
antara lain dalam kemampuan kinestetik, kemampuan naturalis, kemampuan
eksistensial, kemampuan linguistic, kemampuan logic mathematic, kemampuan visual
dan sosial, kemampuan musikal, kemampuan interpersonal, dan kemampuan
intrapersonal.
Peserta didik tumbuh dan berkembang seiring waktu. Pertumbuhan adalah
suatu pertambahan atau perubahan dalam ukuran dari bagian-bagian tubuh atau dari
organisme sebagai suatu kesatuan. Perkembangan adalah proses perubahan yang
berlangsung sepanjang rentang kehidupan, termasuk di dalamnya pola berfikir,
hubungan sosial, dan kemampuan motorik. Fungsi perkembangan dapat memberikan
harapan yang realistis terhadap peserta didik. Memungkinkan orang tua dan guru
memberikan pembelajaran atau pendidikan yang tepat sesuai dengan pola dan tingkat
perkembangan peserta didik. Faktor yang mempengaruhi perkembangan antara lain
genetik (nature), lingkungan (nurture), dan makanan (nutritionis). Menurut Salmana
Billah (Kompasiana, 17 Januari 2015) faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan adalah: “1. Herediitas (bawaan atau keturunan); 2. Kondisi
Lingkungan; 3. Peran Kematangan; 4. Lingkungan Sosial; 5.Status Sosial; 6. Budaya,
Ras, dan Etnis; dan 7. Konteks Sejarah).

2. Jelaskan jenis peserta didik berkebutuhan khusus!


Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
proses diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur dan jenis pendidikan
tertentu (Pasal 1 angka 4 UU No 20 Tahun 2003). Warga negara yang memiliki
kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh
pendidikan khusus. Warga negara yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa
berhak memperoleh pendidikan khusus. (Pasal 5 ayat 2 dan ayat 4 UU No 20 Tahun
2003). Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi,
vokasi, keagamaan, dan khusus (Pasal 15 UU No. 20 Tahun 2003). Pendidikan khusus
merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam
mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial,
dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.(Pasal 32 ayat (1) UU
Nomor 20 Tahun 2003).
Pasal 52 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
menjelaskan bahwa: “Anak yang memiliki keunggulan diberikan kesempatan dan
aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan khusus.” “Pasal 51 UU No 35 Tahun 2014
tentang Perubahan atas UU No 23 Tahun 2002 menjelaskan bahwa: “Anak
Penyandang Disabilitas diberikan kesempatan dan aksesibilitas untuk memperoleh
pendidikan inklusif dan/atau pendidikan khusus.”
Dari pasal-pasal dan ayat dari Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 dan UU
No 23 Tahun 2002 di atas menyatakan bahwa warga negara atau peserta didik yang
berhak memperoleh “pendidikan khusus” yaitu “peserta didik yang memiliki kelainan
(penyandang disabilitas)” dan “peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan
dan/atau bakat istimewa.”
Istilah “peserta didik berkebutuhan khusus” dalam modul ini artinya sama
dengan “peserta didik yang berhak memperoleh pendidikan khusus.” Peserta didik
yang memiliki kelainan atau penyandang disabilitas dapat bersekolah pada satuan
pendidikan khusus atau SLB dan secara inklusif pada satuan pendidikan umum dan
kejuruan.
Anak berkebutuhan khusus yang dapat bersekolah pada satuan pendidikan
khusus adalah peserta didik yang memiliki hambatan: 1) penglihatan atau tunanetra
(disabilitas netra), 2) pendengaran atau tunarungu (disabiltas rungu), 3) intelektual
atau tunagrahita dan down syndrome (disabilitas intelektual), 4 fisik atau tunadaksa
(disabilitas fisik), dan autis (disabilitas mental).

3. Jelaskan ragam peserta didik disabilitas berdasarkan jenisnya!


Istilah penyandang disabilitas semakin sering didengar seiring dengan
terbitnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.
Istilah itu pengganti kata “Cacat.” Atau “Penyandang Cacat” yang sebelumnya diatur
dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1977 tentang Penyandang Cacat. Istilah
“Penyandang
Disabilitas”, sebenarnya sudah lama dikenal di negara kita dan istilah tersebut sudah
digunakan pada Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pada Pasal 1
angka 7 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 menyebutkan bahwa: ”Anak
Penyandang Disabilitas adalah Anak yang memiliki keterbatasan fisik, mental,
intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan
lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan
untuk berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak.” Berikutnya pada
Pasal 51 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 menyebutkan bahwa: ”Anak
Penyandang Disabilitas diberikan kesempatan dan aksesibilitas untuk memperoleh
pendidikan inklusif dan/atau pendidikan khusus.” Istilah yang senada dengan
penyandang disabilitas, di kalangan masyarakat
dikenal juga istilah difabel atau penyandang difabel.
Kita mengetahui bahwa negara kita menjamin kelangsungan hidup setiap
warga negara, termasuk para penyandang disabilitas yang mempunyai kedudukan
hukum dan memiliki hak asasi manusia yang sama sebagai Warga Negara Indonesia
dan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari warga negara dan masyarakat
Indonesia. Namun dalam kenyataannya sebagian besar penyandang disabilitas di
Indonesia hidup dalam kondisi rentan, terbelakang, dan/atau miskin disebabkan masih
adanya pembatasan, hambatan, kesulitan, dan pengurangan atau penghilangan hak
penyandang disabilitas.
Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan
fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam
berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk
berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan
kesamaan hak. (Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Penyandang Disabilitas).

Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang


Penyandang Disabilitas, ragam penyandang disabilitas meliputi:
 Penyandang Disabilitas Fisik;
 Penyandang Disabilitas Intelektual;
 Penyandang Disabilitas Mental; dan
 Penyandang Disabilitas Sensorik.

Ragam disabilitas dapat dialami secara tunggal, ganda, atau multi dalam jangka waktu
lama yang ditetapkan oleh tenaga medis sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Secara lebih rinci mengenai ragam disabilitas diatur pada
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2020 tentang Akomodasi yang Layak untuk
Peserta Didik Penyandang Disabilitas menjadi:

 Penyandang Disabilitas Fisik


 Penyandang Disabilitas Intelektual
 Penyandang Disabilitas Mental
 Penyandang Disabilitas Sensorik (Disabilitas netra, disabilitas rungu, dan/atau
disabilitas wicara).

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan peserta didik yang memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa!
Peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa
adalah peserta didik yang secara significant memiliki potensi di atas rata-rata dalam
bidang kemampuan umum, akademik khusus, kretivitas, kepemimpinan, seni,
dan/atau olahraga. Penggunaan istilah potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa
berkait (berkaitan) erat dengan latar belakang teoritis yang digunakan. Potensi
kecerdasan berhubungan dengan kemampuan intelektual, sedangkan bakat tidak
hanya terbatas pada kemampuan intelektual. Proses mengidentifikasi peserta didik
cerdas istimewa dilakukan dengan menggunakan pendekatan multidimensional.
Artinya kriteria yang digunakan lebih dari satu (bukan sekedar intelegensi). Batasan
yang digunakan adalah peserta didik yang memiliki dimensi kemampuan umum pada
taraf cerdas ditetapkan skor IQ 135 ke atas dengan pengukuran menggunakian skala
Wechsler.
Konsepsi tiga cingcin dari Renzuli banyak digunakan dalam menyusun
pendidikan untuk peserta didik cerdas istimewa dan merupakan teori yang mendasari
pengembangan pendidikan peserta didik cerdas istimewa dan berbakat istimewa
(Gifted and Talented Children). Tiga komponen yang penting yaitu: (1) Kemampuan
umum (kapasitas intelektual) dan atau (dan/atau) kemampuan khusus di atas rata-rata,
(2) kreativitas yang tinggi, dan (3) komitmen terhadap tugas yang tinggi. Peserta didik
yang memiliki bakat istimewa yaitu memiliki bakat yang sangat istimewa misalnya
dalam bidang seni (seni musik, seni suara, dan seni rupa) dan olahraga.
Peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa
memerlukan pendidikan khusus. Perlunya pendidikan khusus secara eksplisit tertulis
pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70
Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Pesetta Didik yang Memiliki Kelainan
dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa.
Menurut de Groot & Pagman dalam Van Tiel & Widyorini, (2014:60-61).
Dikatakan bahwa 2/3 dari anak gifted mempunyai kemampuan Visual Spatial Learner
(VSL). VSL berbeda dengan Visual learner. Perkembangan kecerdasan visual spasial
artinya perkembangan kemampuan pandang ruang yang didukung oleh kemampuan
melihat suatu dimensi atau ruang melalui pencandraan melalui mata kemudian
diintegrasi secara detail dan prespektif di dalam otak dan disimpan dalam memori
jangka panjang.

5. Jelaskan ketentuan /regulasi yang berkaitan dengan PPDB yang


mengakomodasi peserta didik berkebutuhan khusus!
Ketentuan Regulasi yang berkaitan dengan PPDB, setiap warga negara
termasuk peserta didik berkebuhan khusus berhak mendapat pendidikan yang bermutu
dan berkeadilan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Peraturan Perundang-undangan yang Mengatur PPDB Wajib
Mengakomodasi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus, antara lain :
 PP No 17 Tahun 2010, PP No 13 Tahun 2010
 UU No 20 Tahun 2003, UU No 23 Tahun 2002, UU No 8 Tahun 2016
 Permendiknas No 70 Tahun 2009, Permendikbud Nomor 1 Tahun 2021
 Pergub /Perbup/Perwal sesuai masing-masing daerah

Pasal 64 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 menjelaskan:


“Penerimaan peserta didik pada satuan pendidikan anak usia dini dilakukan secara
objektif, transparan, dan akuntabel.” Pasal 64 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor
17 Tahun 2010 menjelaskan: “Penerimaan peserta didik pada satuan pendidikan anak
usia dini dilakukan tanpa diskriminasi kecuali bagi satuan pendidikan yang secara
khusus dirancang untuk melayani peserta didik dari kelompok gender atau agama
tertentu.” Pada Pasal 64 ayat (3) menjelaskan: “Keputusan penerimaan calon peserta
didik menjadi peserta didik dilakukan secara mandiri oleh rapat dewan guru yang
dipimpin oleh kepala satuan pendidikan.”

Pasal 69 ayat (6) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 menjelaskan


bahwa: “SD/MI atau bentuk lain yang sederajat wajib menyediakan akses bagi peserta
didik berkelainan.”

Pasal 71 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 menjelaskan


bahwa: “SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat wajib menyediakan akses bagi
peserta didik berkelainan.”
Pasal 81 ayat (6) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 menjelaskan
bahwa: “SMA, MA, SMK, MAK atau bentuk lain yang sederajat wajib menyediakan
akses bagi peserta didik berkelainan.” Akses yang wajib diberikan antara lain dalam
Penerimaan Peserta Didik Baru.

Kebijakan PPDB bagi peserta didik berkebutuhan khusus khususnya untuk


Peserta Didik Penyandang Disabilitas telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor
13 Tahun 2020 tentang Akomodasi yang Layak untuk Peserta Didik Penyandang
Disabilitas. Pasal 11 (b) berupa pemberian afirmasi seleksi masuk di lembaga
penyelenggara pendidikan. Afirmasi diberikan sesuai dengan kondisi fisik peserta
didik penyandang disabilitas berdasarkan keterangan dokter dan/atau dokter spesialis
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2020: “Bentuk Akomodasi


yang Layak berdasarkan ragam Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (3) huruf b bagi Peserta Didik Penyandang Disabilitas intelektual berupa:
...f. penyesuaian rasio antara jumlah guru/dosen dengan jumlah Peserta Didik
Penyandang Disabilitas intelektual di kelas.”

Pasal 4 Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 menjelaskan: Ayat (1)


Pemerintah kabupaten/kota menunjuk paling sedikit 1 (satu) sekolah asar, dan 1 (satu)
sekolah menengah pertama pada setiap kecamatandan 1 (satu) satuan pendidikan
menengah untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif yang wajib menerima peserta
didik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1). Ayat (2) Satuan pendidikan
selain yang ditunjuk oleh kabupaten/kota dapat menerima peserta didik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).

Pasal 5 Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 menjelaskan: Ayat (1)


Penerimaan peserta didik berkelainan dan/atau peserta didik yang memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa pada satuan pendidikan mempertimbangkan
sumber daya yang dimiliki sekolah.

Pada tahun 2021 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan


Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang
Pemerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Meengah Kejuruan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut menggantikan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 44 Tahun 2019 tentang Penerimaan
Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan yang dianggap
belum mengakomodir perkembangan kebutuhan hukum layanan pendidikan. PPDB
dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel dan dilakukan tanpa
diskriminasi kecuali bagi sekolah yang secara khusus dirancang untuk melayani
peserta didik dari kelompok gender atau agama tertentu.
LEMBARAN KERJA (B3)

1. Identifikasi
a. Jelaskan pengertian, tujuan, serta fungsi Identifikasi.
 Pengertian Identifikasi
Identifikasi adalah proses menemukan dan mengenali peserta didik yang
diindikasikan atau diduga membutuhkan pendidikan khusus sesuai dengan
hambatan atau disabilitasnya.
 Tujuan Identifiksi
Tujuan identifikasi adalah untuk menemukan dan mengenali (menemukenali)
anak yang diindikasikan atau diduga memiliki hambatan fisik, intelektual,
sosial, emosi, dan/atau sensori neurologis. Tujuan berikutnya adalah
mengklasifikasikan atau mengkategorikan hambatan atau disabilitas anak
ditinjau dari keragamannya. Dengan dilakukan identifikasi akan membantu
memecahkan permasalahan yang
dihadapi Anak Berkebutuhan Khusus supaya perkembangan yang dicapai
sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
 Fungsi Identifikasi
Fungsi identifikasi yang dilakukan guru dengan secermat mungkin bermanfaat
untuk penjaringan, klasifikasi, pengalihtanganan, perencanaan pembelajaran,
dan pemantauan kemajuan belajar.
a) Penjaringan
Fungsi identifikasi untuk penjaringan dengan menandai dan
menetapkan anak yang memiliki hambatan fisik, mental, intelektual,
sosial, dan emosi yang ditunjukkan dengan gejala-gejala perilaku yang
berbeda dari perilaku anak pada umumnya. Dengan kegiatan
identifikasi guru akan mengetahui anak yang memiliki hambatan
penglihatan, pendengaran, bicara, sosial, dan sebagainya.
b) Klasifikasi
Dengan kegiatan identifikasi guru akan mengetahui anak yang
tergolong berkebutuhan khusus terkait dengan perbedaan kondisi fisik,
mental, intelektual, social atau emosional, serta gejala-gejala perilaku
yang menyimpang dari perilaku peserta didik pada umumnya. Dengan
mengatahui anak yang tergolong berkebutuhan khusus maka
selanjutnya akan mengetahui anak yang perlu mendapar perhatian dan
penangan khusus.
c) Pengalihtanganan
Kegiatan identifikasi berfungsi sebagai pengalih tanganan kepada
tenaga profesi lainnya yang lebih kompeten di bidangnya. Berdasarkan
hasil identifikasi dapat ditemukan anak yang perlu dialihtanganan
apabila ditemukan gejala-gejala yang memerlukan pengamatan lanjut
secara teliti dan cermat. Dengan referral yang tepat oleh tenaga ahlinya
diharapkan hasilnya dapat digunakan dalam meberi petimbangan
keputusan tindakan berikutnya sesuai dengan kondisi anak.
d) Perencanaan Pembelajaran
Identifikasi untuk kepentingan perencanaan pembelajaran adalah hal
yang utama bagi guru. Identifikasi dilakukan untuk keperluan
penyusunan program pembelajaranindividual yang sesuai dengan
kebutuhan Peserta Didik Berkebutuhan Khusus.
e) Pemantauan Kemajuan Belajar
Identifikasi yang dilakukan oleh guru berfungsi untuk mengetahui
apakah program pembelajaran individual yang diberikan kepada
peserta didik itu sudah berhasil atau tidak dalam meningkatkan
kompetensinya. Jika telah berhasil maka dapat dilanjutkan dan
ditingkatkan, dan jika belum berhasil perlu ditinjau ulang dan
diperbaiki beberapa aspek yang berkaitan dengan tujuan, materi,
model, metode, media, dan penilaian/evaluasinya.

b. Jelaskan Prosedur pelaksanaan Identifikasasi ketika Anda menemukan


peserta didik yang diindikasi memerlukan Pendidikan Khusus.
Prosedur atau langkah-langkah pelaksanaan identifikasi yaitu:
a) Menghimpun data peserta didik
Guru mengumpulkan data mengenai kondisi peserta didik di kelas
berdasarkan gejala yang tampak dengan menggunakan instrumen
identifikasi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus. Instrumen seperti ini
mudah ditemukan karena sudah banyak contoh yang dibuat tinggal
mencari di google atau diperoleh dari wadah/organisasi profesi atau
kelompok kerja pendidikan inklusif.
b) Menganalisis data dan mengklasifikasikan peserta didik
Berdasarkan data yang dihimpun, langkah berikutnya adalah menganalisis
dan mengklasifikasikan peserta didik yang tergolong berkebutuhan khusus
sehingga memerlukan layanan pendidikan khusus dengan membuat daftar
nama peserta didik yang diindikasikan berkebutuhan khusus atau
penyandang disabilitas sesuai dengan ciri-cirinya. Jika ada yang
diindikasikan maka dicatat pada daftar nama-nama peserta didik tersebut.
c) Menginformasikan hasil analisis dan klasifikasi
Hasil analisis dan klasifikasi yang telah dibuat oleh guru dilaporkan
kepada kepala sekolah, orang tua peserta didik, dan komite sekolah untuk
mendapatkan saran penanganan dan tindak lanjutnya. Dalam melaporkan
hasil analisis dan klasifikasi kepada orang tua peserta didik perlu
dilakukan dengan sebaik mungkin supaya orang tua dapat memahami dan
menerima keadaan putra/putrinya dengan hati terbuka.
d) Menyelenggarakan pembahasan kasus
Pembahasan kasus merupakan kegiatan yang bermakna untuk menentukan
langkah-langkah penangan anak yang terbaik. Setelah semua data peserta
didik berkebuthan khusus terkumpul dari semua kelas diadakan
pembahasan kasus dengan dikoordinasikan oleh kepala sekolah. Kepala
sekolah mengundang guru, orang tua peserta didik, tenaga profesional
terkait misalnya psokolog, terapis, dan dokter serta guru pendidikan
khusus atau guru pembimbing khusus dengan agenda membicarakan
temuan dari masing-masing guru mengenai hasil identifikasinya untuk
mendapat tanggapan dan cara-cara menanganinya.
e) Menyusun laporan hasil pembahasan kasus
Guru harus menyusun laporan hasil pembahasan kasus. Untuk itulah maka
pada kegiatan pembahasan kasus, harus dilaksanakan secermat mungkin.
Tanggapan dan saran dari berbagai pihak disusun dengan sebaik-baiknya.
Cara-cara pemecahan masalah dan penanggulangannya dirumuskan dalam
hasil pertemuan pembahasan kasus.
f) Membuat kesimpulan sementara
Berdararkan pengamatan dan hasil wawancara serta pembahasan kasus,
guru membuat dugaan sementara terkait dengan hasil identifikasi anak
tersebut.

c. Susunlah Model Identifikasi yang akan Anda lakukan!

Dalam melaksanakan identifikasi tentunya harus didukung dengan


instrumen yang memadai. Sehingga guru harus memahami dan terampil
menyusun dan menggunakan instrumen identifikasi. Instrumen identifikasi
disusun dan disesuaikan dengan tujuan identifikasi yang akan dilaksanakan.

Guru dapat menyusun instrumen identifikasi yang khas buatannya sendiri


atau dapat menggunakan instrumen yang sudah ada. Pada prinsipnya instrumen
identifikasi berkenaan dengan hambatan/kekhususan atau disabilitas peserta didik.

 Contoh instrumen identifikasi

No Klasifikasi Gejala/ Karakteristik Ya Tidak


1. Anak yang mengalami 1.1 Penampilan fisik tidak seimbang
ganngguan intelektual sub ( bentuk badan terlalu besar)
normal di bawah rata-rata 1.2 Tidak dapat mengurus diri
normal sendiri sesuai usia
(Tunagrahita)
1.3 Perkembangan bicara/bahasa
terlambat/komunikasi tidak
lancar
1.4 Tidak ada/kurang sekali
perhatian terhadap lingkungan.
1.5 Memiliki hambatan dalam
perilaku
1.6 Koordinasi gerakan kurang
(gerakan sering tidak terkendali)
1.7 Memiliki IQ 30-50
2. Anak yang 2.1 Tingkah laku anak menyimpang
mengalami gangguan dari standar yang diterima
emosi dan perilaku umum
(tunalaras) 2.2 Cenderung
membangkang/melawan
2.3 Mudah terangsang emosinya/
emosional /mudah marah
2.4 Sering melakukan tindakan
agresif, merusak, atau
mengganggu
2.5 Sering bertindak melanggar
norma sosial
2.6 Sering bertindak melanggar
norma susila
2.7 Sering bertindak melanggar
norma
3 Lamban Belajar 3.1 Rata-rata prestasi belajarnya
(Slow Learner) selalu rendah (kurang dari KKM
yang ditentukan)
3.2 Dalam menyelesaikan tugas-
tugas akademik sering terlambat
dibandingkan dengan teman-
teman seusianya
3.3 Daya tangkap terhadap pelajaran
lambat
4. Anak yang Berkesulitan 4.1.1 Perkembangan kemampuan
Belajar Spesifik membaca terlambat
4.1 Anak yang mengalami 4.1.2 Kemampuan memahami isi
kesulitan membaca bacaan rendah
(disleksia)
4.1.3 Kalau membaca sering banyak
kesalahan
4.2 Anak yang mengalami 4.2.1 Kalau menyalin tulisan sering
keslitan menulis terlambat selesai
(disgrafia) 4.2.2 Sering salah menulis huruf atau
angka, misalnya b ditulis p, p
ditulis q, v dengan u, 2 dengan
5, 6 dengan 9 dsb.
4.2.3 Hasil tulisannya jelek dan tidak
terbaca
4.2.4 Tulisannya banyak
salah/terbalik/huruf hilang
4.2.5 Sulit menulis dengan lurus pada
kertas tak bergaris
4.3 Anak yang mengalami 4.3.1 Sulit membedakan tanda-tanda:
Kesulitan berhitung +, -, X, >, <, =
(diskalkulia)
4.3.2 Sulit mengoperasikan
hitungan/bilangan
4.3.3 Sering salah membilang
dengaan urut
4.3.4 Sering salah membedakan angka
9 dan 6, 17 dengan 71, 2 dengan
5, 3 dan 8 dan sebagainya

4.3.5 Sulit membedakan bangun-


bangun geometri
5. Anak yang mengalami 5.1.1 Adanya gangguan suara (voice
gangguan komunikasi disorder)
(tunawicara)
5.1.1.1 Suaranya parau atau kecil atau
5.1. Tunawi-cara (Speech
terdengar aneh
disorder)
5.1.1.2 Organ bicaranya tidak normal
(Misalnya bibirnya sumbing,
lidahnya pendek, adanya celah
pada langit- langit keras atau
pada langit-langit lunak, dan
pita suara) sehingga
mengakibatkan gangguan suara
5.1.2 Adanya gangguan artikulasi
(articulation disorder) (Misalnya
buku diucapkan butu, cokelat
diucapkan colkat, tidak bisa
mengucapkan huruf r)
5.1.3 Adanya gangguan kelancaran
bicara (fluency disorder) (Tidak
lancar dalam berbicara/
mengemukakan ide)
5.2. Gangguan bahasa 5.2.1 Adanya gangguan kemampuan
(language disorder) berfikir dalam berkomunikasi
(sulit menangkap isi
pembicaraan orang lain)
5.2.2 Adanya gangguan bernalar
masalah-masalah sosial-
emosional (psikis) (Kalau
bicara sering gagap atau gugup)

5.2.3 Sering menggunakan isyarat


dalam berkomunikasi
6. Autistik/ Autis 6.1 Adanya gangguan interaksi
sosial
6.1.1 Tidak bisa bermain dengan
teman sebaya
6.1.2 Tidak ada interaksi sosial
6.1.3 Tidak bisa mengendalikan
emosi
6.1.4 Tidak peduli terhadap orang lain
6.2 Adanya gangguan komunikasi
(bicara, bahasa dan komunikasi)
6.2.1 Mengalami keterlambatan bicara
6.2.2 Tidak ada usaha berkomunikasi
dengan orang lain
6.2.3 Sering mengeluarkan kata-kata
yang tidak bermakna
6.2.4 Tidak dapat bermain dalam
kelompok
6.3 Adanya gangguan perilaku
6.3.1 Gerakan motorik yang diulang-
ulang dan stereotip, misalnya
memainkan tangan/jari
6.4 Adanya gangguan sensoris
6.4.1 Sensitif terhadap sentuhan
6.4.2 Sensitif terhadap suara

Ketika peserta didik ditemukan bahwa berindikasi untuk diberikan


pendidikan khusus maka perlu untuk melakukan identifikasi berkaitan dengan
program kebutuhan khususnya atau layanan kompensatoris dengan tujuan untuk
meminimalkan hambatan dan mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik
itu sendiri sehingga mereka dapat berkembang dengan optimal. Identifikasi
Program Kebutuhan Khusus berkaitan dengan proses menemukenali dampak
hambatan peserta didik sesuai dengan jenis hambatannya. Misalnya untuk
tunarungu perlu diidentifkasi bagaimana kemampuan berbahasa dan komunikasi,
persepsi bunyi dan iramanya.

2. Asesmen
a. Jelaskan pengertian, tujuan, serta fungsi Asesmen!
 Pengertian asesmen
Pengertian asesmen dalam layanan pendidikan inklusif untuk peserta
didik berkebutuhan khusus perlu dipahami sehingga mengetahui fokus atau
perbedaan dan kesamaannya dengan asesmen secara umum. Dalam Lampiran
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 719/P/2020 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi
Khusus dijelaskan pengertian asesmen dan asesmen diagnostik. “Asesmen
adalah proses sistematis dalam pengumpulan, pengolahan, dan penggunaan
data aspek kognitif dan non-kognitif untuk meningkatkan kualitas belajar
peserta didik. Asesmen diagnostik adalah asesmen yang dilakukan secara
spesifik untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, kelemahan peserta
didik, sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan
kondisi peserta didik.”
Pengertian asesmen dalam layanan pendidikan inklusif untuk peserta
didik berkebutuhan khusus sebagai berikut: “Asesmen adalah suatu proses
pengumpulan informasi tentang perkembangan peserta didik dengan
mempergunakan alat dan teknik yang sesuai untuk membuat keputusan
pendidikan berkenaan dengan penempatan dan program bagi peserta didik
tersebut. Melalui asesmen dapat diketahui kemampuan apa yang sudah
dimiliki, apa yang belum atau kelemahannya, dan apa yang menjadi kebutuhan
peserta didik sehingga dapat dirancang program pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan peserta didik.”
Asesmen adalah suatu proses yang sistematis dan komprehensif untuk
menggali permasalahan lebih lanjut untuk mengetahui apa yang menjadi
potensi, masalah, dan hambatan. Hasil asesmen digunakan untuk menentukan
kebutuhan individu dan memberikan layanan pendidikan yang sesuai
berdasarkan modalitas (potensi) yang dimiliki individu yang diperlukan dalam
menyusun program pembelajaran (Robert M. Smith, 2002).
 Tujuan Asesmen
Tujuan utama asesmen adalah untuk memperoleh informasi yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan program
pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK). Asesmen
dilakukan untuk lima keperluan, yaitu :
1) penyaringan (screening),
2) pengalihtanganan (referral),
3) klasifikasi (classification),
4) perencanaan pembelajaran (instructional planning),
5) pemantauan kemajuan belajar anak, (monitoring pupil progress).
 Fungsi Asesmen
Asesmen yang dipergunakan dalam konteks pendidikan khusus mempunyai
makna yang khusus. Pada dasarnya asesmen dalam pendidikan khusus
bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki peserta didik,
sebagai baseline sebelum pembelajaran dimulai. Berdasarkan hasil asesmen,
dapat dirancang program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta
didik, yang dituangkan dalam program pembelajaran individual (PPI). Peserta
didik berkebutuhan khusus disertai dengan hambatan akademik dapat
menggunakan kurikulum yang diadaptasi di bawah standar nasional sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hal-hal yang digali dengan
pelaksanaan asemen yaitu informasi yang berkaitan dengan menemukan
kemampuan, hambatan, dan kebutuhannya.
b. Jelaskan jenis Asesmen yang dilakukan dalam perencanaan pembelajaran.
Jenis Asesmen yang dilakukan dalam perencanaan pembelajaran, antara lain :
1) Asesmen perkembangan
Asesmen perkembangan merupakan seperangkat asesmen yang dipakai untuk
mengungkap kondisi perkembangan anak. Proses pengumpulan informasi
tentang aspek-aspek perkembangan anak dianggap penting, karena hasilnya
diduga memiliki pengaruh yang cukup bermakna terhadap prestasi akademik
anak.
2) Asesmen akademik
Asesmen akademik adalah asesmen yang dilakukan untuk mengungkap
kemampuan atau kompetensi peserta didik dalam bidang akademik atau
pembelajaran. Asesmen akademik sangatlah penting karena akan mengungkap
kondisi nyata kemampuan peserta didik, minimal mencapai aspek kemampuan
akademik dasar yaitu asesmen kemampuan membaca, menulis, dan berhitung.
Ketiga kemampuan awal ini sangat fundamental bagi kemajuan belajar peserta
didik. Kemampuan akademik peserta didik yang akan diasesmen sesuai
dengan tingkatan kelas dan satuan pendidikan masing-masing. Selain asesmen
akademik dikenal asesmen nonakademik yaitu seperangkat asesmen yang
digunakan untuk mengungkap aspek-aspek peserta didik diluar kegiatan
akademik. Misalnya mengenai kondisi peserta didik berkebutuhan khusus,
kondisi hambatan/disabilitas, kemampuan yang sudah dikuasai, kesulitan atau
hambatan yang dialami yang akan digunakan dalam memberikan keputusan
tentang kebutuhan yang diperlukan untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki peserta didik dan mengurangi dampak kondisi kekhususannya atau
disabilitasnya.

c. Susunlah Model Asesmen yang akan Anda lakukan untuk menyiapkan


sebuah perencanaan pembelajaran!
Instrumen Asesmen
a) Instrumen Asesmen Perkembangan
Model atau contoh instrumen asesmen perkembangan bagi peserta didik
berkebutuhan khusus sudah banyak disusun oleh para ahli atau praktisi.
Instrumen asesmen perkembangan peserta didik berkebutuhan khusus pada
satuan pendidikan adalah alat yang digunakan untuk memantau, menelaah,
meneliti, dan
melihat tingkat perkembangan peserta didik berkebutuhan khusus yang
meliputi perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan
motorik, perkembangan sosial-emosional, perkembangan karakter dan moral
peserta didik, dan perkembangan seni peserta didik. Dengan alat yang tepat
maka akan diketahui dan diprediksi tentang perkembangan peserta didik
berkebutuhan khusus sesuai dengan jenis hambatannya secara tepat,
berkesinambungan, dan terus menerus sehingga perubahan dan pertumbuhan
sikap dan prilaku peserta didik berkebutuhan khusus dapat dilihat dan dipantau
secara utuh dan terus menerus.

Contoh Instrumen Asesmen Perkembangan Aspek Motorik

No Kompone Sub Indikator Hasil Tidak Skor


n Komponen dapat (1) dapat (0)
1. Jalan a. Jalan Lurus Melakukan jalan lurus
mengikuti garis lurus,
dengan tidak menginjak
garis

b. Jalan Melakukan jalan


Melingkar melingkar, mengikuti
arah garis yang
melingkar, dengan
tidak menginjak garis

c. Jalan Zigzag Melakukan jalan zigzag


mengikuti arah garis
zigzag, dengan tidak
menginjak garis
2. Lari a. Lari Lurus Melakukan lari lurus,
mengikuti garis lurus,
dengan tidak mengijak
garis

b. Lari Melakukan lari


Melingkar melingkar, mengikuti
arah garis yang
melingkar, dengan
tidak menginjak garis

c. Lari Zigzag Melakukan lari zigzag,


dengan mengikuti garis
zigzag , dengan tidak
menginjak garis

3. Loncat a. Loncat di Melakukan loncat di


Tempat tempat, dengan tidak
keluar dari garis
pijakan.
b. Loncat ke Melakukan loncat ke
Depan depan, dengan
pendaratan ke dua kaki
berbarengan.

c. Loncat ke Melakukan loncat ke


Belakang belakang, dengan
pendaratan ke dua kaki
bersamaan.

d. Loncat ke Melukukan loncat


Samping ke samping, dengan
pendaratan ke dua
kaki bersamaan.

4. Berguling a. Berguling ke Melakukan berguling


Kanan ke arah kanan, dengan
posisi tangan dan kaki
rapat dibadan, dengan
tidak keluar jalur.
b. Berguling ke Melakukan berguling
Kiri ke-arah kiri, dengan
posisi
tangan dan kaki rapat
dibadan, dengan tidak
keluar jalur.
5. Mengejar a. Mengejar Melakukan mengejar
Bola bola bola bergerak, dengan
Bergerak bergerak bola besar.
bola besar

b. Mengejar Melakukan mengejar


bola bola bergerak, dengan
bergerak bola kecil
bola kecil

3. Intervensi
a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan intervensi dalam pembelajaran.
Menurut Endang Rochyadi: “Intervensi secara harfiah diartikan sebagai “ikut
campur atau keterlibatan”. Jadi Intervensi dapat dipandang sebagai keterlibatan
seseorang (someone's involvement) di dalam memberikan bantuan. Stimulasi
diartikan sebagai “rangsangan”. yaitu keterlibatan seseorang di dalam
memberikan rangsangan-rangsangan.”

b. Berikan contoh Intervensi sesuai dengan hasil model asesmen yang


dikembangkan.

Tabel. 1. Format Instrumen Asesmen Akademik

No Kompetensi Indikator Pertanyaan/ Hasil asesmen Ket


Dasar/ Pernyataan
Mampu Mampu dengan Tidak
Capaian
bimbingan mampu
Pembelajaran

1.
2.
3.
4.

Tabel. 2. Kesimpulan Hasil Asesmen Perkembangan

No Aspek Perkembangan Deskripsi Catatan/Keterangan


1.
2.
3.
4.

Tabel. 3. Kesimpulan Hasil Asesmen Akademik ( Mata Pelajaran )

No Mata Pelajaran, KI-KD, dan Deskripsi Catatan/Keterangan


Indikator/Capaian Pembelajaran
1.
2.
3.
4.

Tabel. 4. Format Pemetaan Hambatan dan Potensi Aspek Perkembangan


No Aspek*) Yang Telah Yang Bekum Di kuasai Yang Di butuhkan
Dikuasi

LEMBAR KERJA PESERTA (B4)


MODUL AJAR : AKOMODASI KURIKULUM, PEMBELAJARAN DAN
PENILAIAN ( B4 )

NAMA : KELOMPOK V

1. SISILIA SARUNING, S.Pd


2. MARGARETHA M. SADIMIN, S.Pd
3. ASNI BANDEWA, S.Pd
4. YUNITA MOLLY, S.Pd
5. NOVENDRA V. B. LAALE, S.Pd
6. PRISCILYA LOPIES, S.Pd
KABUPATEN/KOTA : AMBON

PROVINSI : MALUKU

INDIKATOR ESENSIAL TUJUAN PEMBELAJARAN


1.1 MENJELASKAN ALUR PELAKSANAAN MELALUI DALOG INTERAKTIF DAN
AKOMODASI DISKUSI, DIHARAPKAN PESERTA DAPAT
1.2 MENJELASKAN ASPEK AKOMODASI MEMAHAMI PENGERTIAN, TUJUAN DAN
KURIKULUM, PEMBELAJARAN DAN RUANG LINGKUP AKOMODASI
PENILAIAN KURIKULUM, PEMBELAJARAN DAN
PENILAIAN DALAM PENGEMBANGAN
PEMBELAJARAN YANG
MENGAKOMODASI SELURUH PESERTA
DIDIK.
2.1 MENENTUKAN CONTOH 1. MELALUI DISKUSI DAN
PENYESUAIAN DALAM AKOMODASI PENUGASAN, DIHARAPKAN
KURIKULUM, PEMBELAJARAN DAN PESERTA DAPAT MENENTUKAN
PENILAIAN CONTOH AKOMODASI
2.2 MENYUSUN RPP YANG KURIKULUM, PEMBELAJARAN,
MENGAKOMODASI KEBUTUHAN PENILAIAN.
BELAJAR PESERTA DIDIK. 2. DENGAN MELALUI PENUGASAN,
DIHARAPKAN PESERTA DAPAT
MENYUSUN RPP YANG
MENGAKOMODASI KEBUTUHAN
BELAJAR PESERTA DIDIK.

A. LANGKAH KEGIATAN

1. PELAJARILAH MODUL DENGAN BAIK TENTANG IDENTIFIKASI, ASESMEN DAN


INTERVENSI SEBAGAI ALUR PERENCANAAN PEMBELAJARAN.

2. JAWABLAH PERTANYAAN SESUAI DENGAN KOLOM YANG SUDAH DISEDIAKAN!

3. KERJAKAN TUGAS SESUAI DENGAN PERINTAH DI BAWAH INI!

4. APABILA SUDAH SELESAI, SAMPAIKAN HASILNYA KE WHATSAP GROUP


FASILITATOR MASING-MASING.
B. LEMBAR KERJA

PERHATIKAN ALUR KEGIATAN DI BAWAH INI!

ASESMEN AKOMODASI RPP

a. JELASKAN ALUR DI ATAS DAN BAGAIMANA KETERKAITAN ANTAR KOMPONEN


TERSEBUT!
1. GURU MELAKUKAN IDENTIFIKASI UNTUK MENEMUKENALI KONDISI
PESERTA DIDIK
DAN DITINDAKLANJUTI DENGAN ASESMEN AGAR GURU MENGETAHUI APA
YANG BELUM DAN SUDAH DIKUASAI SERTA APA YANG DIBUTUHKAN OLEH
PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN. PERENCANAAN AKOMODASI BAIK
KURIKULUM, PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN HARUS DISUSUN
BERDASARKAN HASIL ASESMEN YANG MELIPUTI ASESMEN
PERKEMBANGAN, ASESMEN AKADEMIK, DAN ASESMEN BAKAT MINAT.
HASIL ASESMEN PERKEMBANGAN DAN ASESMEN AKADEMIK MENJADI
ACUAN GURU DALAM PERENCANAAN, PROSES PEMBELAJARAN PENILAIAN
BERKAITAN DENGAN MATA PELAJARAN. SEDANGKAN HASIL ASESMEN
BAKAT MINAT DAPAT DIKEMBANGKAN DALAM PROGRAM EKSTRA
KURIKULER DAN HASIL ASSESMEN PROGRAM KEBUTUHAN
KHUSUS/KOMPENSATORIS MENJADI ACUAN UNTUK MATA PELAJARAN
PROGRAM KEBUTUHAN KHUSUS.
2. AKOMODASI DAPAT DILAKUKAN DENGAN DUA CARA YAITU MODIFIKASI
DAN ADAPTASI. MODIFIKASI YAITU DENGAN MELAKUKAN
PERUBAHAN/PENYESUAIAN PADA SATU KOMPONEN,
MISALNYAPENYESUAIAN METODE, MEDIA, STRATEGI, DAN SEBAGAINYA
SESUAI DENGAN KEBUTUHAN PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS
DALAM BELAJAR DAN TIDAK SAMPAI MENGUBAH KD / CP. SEDANGKAN
ADAPTASI KURIKULUM DILAKUKAN DENGAN MELAKUKAN PENYESUAIAN
PADA SALAH SATU ATAU BEBERAPA KOMPONEN KURIKULUM DAN
MEMUNGKINKAN MELAKUKAN PENYESUAIAN (MENAIKKAN,
MENYEDERHANAKAN, MENURUNKAN ATAU MENGHILANGKAN) KD ATAU
CAPAIAN PEMBELAJARAN. ADAPTASI KURIKULUM MELIPUTI ADAPTASI
TUJUAN, ISI/MATERI, PROSES, DAN/ATAU PENILAIAN SESUAI DENGAN
KETENTUAN YANG BERLAKU OLEH PEMERINTAH. ADAPTASI KURIKULUM
DILAKUKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN DENGAN MENGACU KEPADA
KEBUTUHAN PESERTA DIDIK YANG DIPEROLEH DARI HASIL ASESMEN
DIAGNOSTIK.

ACUAN YANG DIGUNAKAN DALAM AKOMODASI KURIKULUM ADALAH


KURIKULUM UMUM YANG DIKEMBANGKAN DI SEKOLAH, NAMUN DALAM
OPERASIONALNYA DILAKUKAN PENYESUAIAN TERHADAP SATU ATAU
BEBERAPA KOMPONEN KURIKULUM SESUAI DENGAN KEBUTUHAN PESERTA
DIDIK DALAM PEMBELAJARAN. AKOMODASI KURIKULUM PADA SATUAN
PENDIDIKAN YAITU SEPERANGKAT RENCANA DAN PENGATURAN
MENGENAI TUJUAN, MATERI/ISI, PROSES ATAU CARA DAN
PENILAIAN/EVALUSI YANG DIGUNAKAN SEBAGAI PEDOMAN
PENYELENGGARAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN UNTUK AKOMODASI
KURIKULUM AKOMODASI TUJUAN AKOMODASI MATERI AKOMODASI
PROSES AKOMODASI PENILAIAN AKOMODASI RPP/MODUL AJAR, DAN
PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL (PPI) MENCAPAI TUJUAN
PENDIDIKAN TERTENTU YANG BERSIFAT INKLUSIF DENGAN
MEMPERHATIKAN KERAGAMAN PESERTA DIDIK AGAR PEMBELAJARANNYA
RELEVAN DENGAN KEMAMPUAN DAN KEBUTUHANNYA.
1) AKOMODASI KURIKULUM PADA KOMPONEN TUJUAN TUJUAN HARUS
MENGACU PADA KEMAMPUAN ATAU KOMPETENSI (SIKAP,
PENGETAHUAN, DAN KETERAMPILAN) YANG HARUS DIKUASI PESERTA
DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS SETELAH MENGIKUTI PROSES
PEMBELAJARAN. BERDASARKAN HASIL ASESMEN DIAGNOSTIK, GURU
DAPAT MENGETAHUI PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS MANA
YANG PERLU MENDAPAT MODIFIKASI DAN ADAPTASI DALAM TUJUAN
TERKAIT DENGAN KEADAAN YANG INGIN DICAPAI SETELAH
MENJALANI PROSES PEMBELAJARAN, BERUPA KOMPETENSI PADA
DIMENSI SIKAP, PENGETAHUAN, DAN KETERAMPILAN ATAU CAPAIAN
PEMBELAJARAN YANG DITETAPKAN OLEH PEMERINTAH SELANJUTNYA
DAPAT DIMODIFIKASI/DITURUNKAN OLEH GURU BAIK DALAM CAPAIAN
PEMBELAJARAN PERTAHUN MAUPUN DALAM ALUR TUJUAN
PEMBELAJARAN (ATP), PROSES MODIFIKASI DAN ADAPTASI DAPAT
PULA DILAKSANAKAN PADA DUA HAL TERSEBUT.
2) AKOMODASI KURIKULUM PADA KOMPONEN ISI (MATERI) MATERI
BERUPA FAKTA, KONSEP, PROSEDUR, DAN META KOGNISI MERUPAKAN
HAL YANG HARUS DIPELAJARI OLEH PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN
KHUSUS SUPAYA DAPAT MENGUASAI KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN.
GURU HARUS TERAMPIL MEMODIFIKASI ATAU MENGADAPTASI MATERI.
MODIFIKASI/ADAPTASI MATERI BERARTI MENGUBAH ATAU
MENGADAPTASI MATERI SESUAI DENGAN KEMAMPUAN DAN
KEBUTUHAN PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS DENGAN
MEMPERHATIKAN HAMBATAN ATAU KEKHUSUSANNYA SEHINGGA
PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS MEMPEROLEH MATERI YANG
SESUAI DENGAN KEBUTUHAN DAN KEMAMPUANNYA.
MODIFIKASI/ADAPTASI MATERI BISA BERKAITAN DENGAN KELUASAN,
KEDALAMAN, DAN ATAU TINGKAT KESULITAN. DENGAN
DILAKSANAKANNYA MODIFIKASI/ADAPTASI, ARTINYA PESERTA DIDIK
BERKEBUTUHAN KHUSUS MENDAPATKAN MATERI YANG TINGKAT
KEDALAMAN, KELUASAN DAN KESULITANNYA BERBEDA DENGAN
PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS LAINNYA SECARA UMUM
KARENA SUDAH DIMODIFIKASI ATAU DISESUAIKAN (ADAPTASI).
3) AKOMODASI KURIKULUM PADA KOMPONEN PROSES ATAU CARA.
PROSES MENGACU PADA KEGIATAN YANG HARUS DILAKSANAKAN
OLEH PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS, GURU, DAN KOMPONEN
LAINNYA, SUPAYA DAPAT MENGUASAI KOMPETENSI PROSES
PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN. PROSES PEMBELAJARAN
BERKAITAN DENGAN WAKTU, CARA (BENTUK KEGIATAN),
TEMPAT/LINGKUNGAN, SUMBER, DAN MEDIA/ALAT). PROSES ATAU
CARA PEMBELAJARAN BAGI PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS
DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KEKHUSUSANNYA, HAL INI
MEMUNGKINKAN ADANYA BEBERAPA PENYESUAIAN DALAM PROSES
ATAU CARA BELAJARNYA YANG BERKAITAN DENGAN PENDEKATAN,
STRATEGI, TEKNIK, TAKTIK, MODEL, DAN METODE PEMBELAJARAN
YANG DIGUNAKANNYA. DALAM AKOMODASI PROSES PERLU JUGA
MENJADI BAHAN PERTIMBANGAN BERKAITAN DENGAN PENYESUAIAN
TEKNIK BERKOMUNIKASI, MENATA TEMPAT DUDUL/SETTING KELAS,
MEMBANGUN HUBUNGAN DAN KEPERCAYAAN, INTERAKSI,
MENGELOLA KELAS, DSB YANG BERKAITAN DENGAN KETERAMPILAN
GURU DALAM MENGAJAR. GURU HARUS MELAKUKAN PENYESUAIAN
SESUAI DENGAN KEBUTUHAN PESERTA DIDIK.
3. BERDASARKAN HASIL ASESMEN DIAGNOSTIK RPP DIMODIFIKASI SESUAI
KEBUTUHAN PESERTA DIDIK. MODIFIKASI DAPAT DILAKUKAN PADA SALAH
SATU ATAU BEBERAPA DARI KOMPONEN RPP YAITU DAPAT PADA TUJUAN,
INDIKATOR, MATERI, PROSES, DAN PENILAIAN. CARA MELAKUKAN
MODIFIKASI DAPAT DENGAN MEMBERI CATATAN/PENANDAAN PADA
KOMPONEN RPP YANG DISESUAIKAN UNTUK PESERTA DIDIK
BERKEBUTUHAN KHUSUS TERTENTU. MODIFIKASI RPP, MISALNYA: •
CATATAN UNTUK PESERTA DIDIK TUNANETRA KARENA PESERTA DIDIK
TUNANETRA TIDAK DAPAT MELIHAT, MAKA DALAM PENYAMPAIAN
MATERI HARUS DIPERJELAS DENGAN BANTUAN ALAT PERAGA KHUSUS
ATAU TANDA-TANDA KHUSUS DALAM MENDESKRIPSIKAN JARAK ANTAR
TITIK. • CATATAN UNTUK PESERTA DIDIK TUNARUNGU KETIKA
MENDESKRIPSIKAN JARAK ANTAR TITIK, GURU PERLU MELAKUKAN
KETERARAWWAJAHAN DENGAN PESERTA DIDIK TUNARUNGU DAN
MENJELASKAN BISA DIBANTU DENGAN ISYARAT SEHINGGA PENJELASAN
DAPAT DIMENGERTI OLEH PESERTA DIDIK TUNARUNGU. PENYUSUNAN PPI
PADA DASARNYA MELAKUKAN ADAPTASI KURIKULUM BAGI PESERTA
DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS YANG MEMILIKI HAMBATAN
AKADEMIK/INTELEKTUAL, MISALNYA TUNAGRAHITA ATAU PESERTA DIDIK
BERKEBUTUHAN KHUSUS LAINNYA YANG SECARA SIGNIFIKAN MEMILIKI
KOMPETENSI JAUH DI BAWAH PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS
LAINNYA. GURU MENYUSUN PROGRAM TAHUNAN, PROGRAM SEMESTER,
DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP). RPP YANG DISUSUN
UNTUK SEMUA PESERTA DIDIK. PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL
(PPI) PADA DASARNYA SAMA SAJA DENGAN RPP, NAMUN RPP TERSEBUT
DIADAPTASI SEHINGGA SESUAI KEBUTUHAN INDIVIDU PESERTA DIDIK
YANG MEMILIKI HAMBATAN AKADEMIK INTELEKTUAL. ADAPTASI RPP
BERDASARKAN ASESMEN DIAGNOSTIK DAN HASIL ANÁLISIS KURIKULUM.

b. JELASKAN ASPEK APA SAJA YANG DIKEMBANGKAN DALAM MELAKUKAN


AKOMODASI KURIKULUM, AKOMODASI PEMBELAJARAN DAN AKOMODASI
PENILAIAN.

JENIS AKOMODASI ASPEK YANG DIKEMBANGKAN


AKOMODASI KURIKULUM 1) AKOMODASI KURIKULUM PADA
KOMPONEN TUJUAN TUJUAN HARUS
MENGACU PADA KEMAMPUAN ATAU
KOMPETENSI (SIKAP, PENGETAHUAN,
DAN KETERAMPILAN) YANG HARUS
DIKUASI PESERTA DIDIK
BERKEBUTUHAN KHUSUS SETELAH
MENGIKUTI PROSES PEMBELAJARAN.
2) AKOMODASI KURIKULUM PADA
KOMPONEN ISI (MATERI) MATERI
BERUPA FAKTA, KONSEP, PROSEDUR,
DAN META KOGNISI MERUPAKAN HAL
YANG HARUS DIPELAJARI OLEH
PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN
KHUSUS SUPAYA DAPAT MENGUASAI
KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN.
3) AKOMODASI KURIKULUM PADA
KOMPONEN PROSES ATAU CARA.
PROSES MENGACU PADA KEGIATAN
YANG HARUS DILAKSANAKAN OLEH
PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN
KHUSUS, GURU, DAN KOMPONEN
LAINNYA, SUPAYA DAPAT MENGUASAI
KOMPETENSI PROSES PEMBELAJARAN
YANG DIHARAPKAN. PROSES
PEMBELAJARAN BERKAITAN DENGAN
WAKTU, CARA (BENTUK KEGIATAN),
TEMPAT/LINGKUNGAN, SUMBER, DAN
MEDIA/ALAT).
AKOMODASI PEMBELAJARAN 1) PERENCANAAN PEMBELAJARAN
PADA DASARNYA TIDAK ADA
PERANGKAT AJAR YANG PAS
UNTUK SEMUA PESERTA DIDIK,
KARENA PROFILNYA BEGITU
BERAGAM. OLEH KARENA ITU
GURU HARUS MEMILIKI
KEMAMPUAN YANG LUAS
DALAM MERENCANAKAN
PEMBELAJARAN UNTUK
MERUMUSKAN CAPAIAN
PEMBELAJARAN YANG
MENJADI TUJUAN BELAJAR
BAGI SEMUA PESERTA DIDIK.
CAPAIAN PEMBELAJARAN
UNTUK PENDIDIKAN KHUSUS
BERSIFAT FLEKSIBEL.
2) PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PASAL 12 AYAT (1) DAN AYAT
(2) PP NOMOR 57 TAHUN 2021
MENJELASKAN BAHWA:
“PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
DISELENGGARAKAN DALAM
SUASANA BELAJAR YANG
INTERAKTIF, INSPIRATIF,
MENYENANGKAN,
MENANTANG, MEMOTIVASI
PESERTA DIDIK UNTUK
BERPARTISIPASI AKTIF, DAN
MEMBERIKAN RUANG YANG
CUKUP BAGI PRAKARSA,
KREATIVITAS, KEMANDIRIAN
SESUAI DENGAN BAKAT,
MINAT, DAN PERKEMBANGAN
FISIK, SERTA PSIKOLOGIS
PESERTA DIDIK.”
3) PENILAIAN PROSES
PEMBELAJARAN. PENILAIAN
PROSES PEMBELAJARAN
MERUPAKAN ASESMEN
DIAGNOSTIK TERHADAP
PERENCANAAN DAN
PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN. PENILAIAN
PROSES PEMBELAJARAN
DILAKUKAN OLEH PENDIDIK
YANG BERSANGKUTA ASESMEN
ATAU PENILAIAN MERUPAKAN
PROSES PENGUMPULAN DAN
PENGOLAHAN INFORMASI
UNTUK MENGUKUR
PENCAPAIAN HASIL BELAJAR
AKOMODASI PENILAIAN PERANCANGAN STRATEGI PENILAIAN
OLEH PENDIDIK DILAKUKAN PADA
SAAT PENYUSUNAN RPP (MODIFIKASI
DAN ADAPTASI UNTUK PENILAIAN
PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN
KHUSUS DILAKUKAN). PENILAIAN
ASPEK SIKAP DILAKUKAN MELALUI
OBSERVASI/PENGAMATAN DAN TEKNIK
PENILAIAN LAIN YANG RELEVAN
(ADAPTASI CARA DAPAT DILAKUKAN).
PENILAIAN ASPEK PENGETAHUAN
DILAKUKAN MELALUI TES TERTULIS,
TES LISAN, DAN PENUGASAN SESUAI
DENGAN KOMPETENSI YANG DINILAI
(MODIFIKASI DAN ADAPTASI UNTUK
PENILAIAN PESERTA DIDIK
BERKEBUTUHAN KHUSUS DILAKUKAN).
PENILAIAN KETERAMPILAN
DILAKUKAN MELALUI PRAKTIK,
PRODUK, PROYEK, PORTOFOLIO,
DAN/ATAU TEKNIK LAIN SESUAI
DENGAN KOMPETENSI YANG DINILAI;
(DILAKUKAN MODIFIKASI DAN
ADAPTASI UNTUK PENILAIAN PESERTA
DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS).

c. AMBILLAH CONTOH SALAH SATU KOMPETENSI DASAR ( KD ) KEMUDIAN


LAKUKAN AKOMODASI PADA SETIAP KOMPONEN PEMBELAJARAN!

KD : 3.3 MENJELASKAN DAN MELAKUKAN OPERASI HITUNG CAMPURAN YANG


MELIBATKAN BILANGAN CACAH, PECAHAN DAN / ATAU DESIMAL DALAM
BERBAGAI BENTUK SESUAI URURTAN OPERASI.
LAKUKAN PENYESUAIAN DALAM PENGEMBANGAN KD TERSEBUT BAGI PESERTA
DIDIK DENGAN HAMBATAN INTELEKTUAL PADA FORMAT DI BAWAH INI!

NO KOMPONEN PESERTA DIDIK AKOMODASI UNTUK PESERTA


. PADA UMUMNYA DIDIK YANG MEMILKI
HAMBATAN INTELEKTUAL
1 TUJUAN SETELAH SETELAH MENGAMATI
MENGAMATI CONTOH DARI GURU, SERDIK
CONTOH DARI DAPAT MELAKUKAN OPERASI
GURU, SERDIK PENJUMLAHAN DAN
DAPAT PENGURANGAN DENGAN
MELAKUKAN TEPAT
OPERASI HITUNG
CAMPURAN
BILANGAN
CACAH DENGAN
TEPAT.
2 ISI/MATERI OPERASI HITUNG OPERASI HITUNG
CAMPURAN PENJUMLAHAN DAN
BILANGAN PENGURANGAN BILANGAN
CACAH CACAH
3 INDIKATOR MELAKUKAN MELAKUKAN OPERASI HITUNG
OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN DAN
CAMPURAN PENGURANGAN BILANGAN
BILANGAN CACAH
CACAH
4 PROSES
 STRATEGI/MODEL/  DRILL  DRILL DAN TUTOR
PENDEKATAN SEBAYA
/METODE
 MEDIA/ALAT  TERTULIS,
BANTU VIDEO  VIDEO PEMBELAJARAN
PEMBELAJ TENTANG
ARAN PENJUMLAHAN,PENGUR
ANGAN BIL. CACAH DAN
ALAT BANTU HITUNG
( LIDI, KELERENG,
BUAH, DSBNYA )

 LINGKUNGAN
FISIK/  RUANG  RUANG KELAS YANG
NON FISIK KELAS NYAMAN
YANG
NYAMAN
5 PENLAIAN / EVALUASI
 MATERI  OPERASI  OPRASI HITUNG
HITUNG PENJUMLAHAN DAN
CAMPURA PENGURANGAN
N BILANGAN CACAH
BILANGAN
 CARA CACAH  TERTULIS
 WAKTU  15 MENIT
 TERTULIS
 15 MENIT

d. SUSUNLAH RPP YANG MENGAKOMODASI KEBUTUHAN BELAJAR PESERTA


DIDIK DENGAN CARA MEMBUBUHKAN HASIL AKOMODASI YANG SUDAH
BAPAK/IBU LAKUKAN PADA SETIAP KOMPONEN RPP YANG SUDAH DIBUAT
UNTUK UMUM.

IDENTITAS

SATUAN PENDIDIKAN : SD
KELAS / SEMESTER : VI / 1
MATA PELAJARAN : MATEMATIKA
MATERI : OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN, PENGURANGAN
DAN CAMPURAN BILANGAN CACAH
PERETEMUAN KE : KE-2
ALOKASI WAKTU : 2 JP ( 2 x 35 MENIT)

TUJUAN : 1. SETELAH MENGAMATI VIDIEO TENTANG OPERASI HITUNG


CAMPURAN BILANGAN CACAH, SISWA MAMPU
MEMAHAMI OPERASI NHITUNG CAMPURAN BILANGAN
CACAH DENGAN BAIK.
2. SETELAH MENGAMATI CONTOH DARI GURU DAN
MENGERJAKAN LATIHAN SOAL, PESERTA DIDIK DAPAT
MELAKUKAN OPRASI HITUNG PENJUMLAHAN,
PENGURANGAN DAN CAMPURAN BILANGAN CACAH
DENGAN TEPAT.

KEGIATAN PEMBELAJARAN
PENDAHULUAN: 10 MENIT
 GURU MEMBERIKAN SALAM DAN MENGAJAK SEMUA SISWA BERDOA
( RELIGIUS )
 SALAH SATU MURID MEMIMPIN MEMBACA BUTIR-BUTIR PANCASILA
( NASIONALIS)
 GURU MENGECEK KEHADIRAN, KERAPIHAN, POSISI DAN TEMPAT DUDUK
SISWA SESUAI DENGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN.
 PEMBIASAAN MEMBACA 5 MENIT. MURID MEMBACA TEKS YANG SUDAH
DISEDIAKAN OLEH GURU ( LITERASI )
 GURU MEMBERIKAN PERTANYAAN TENTANG KEGIATAN SEHARI-HARI
YANG BERKAITAN DENGAN PENJUMLAHAN, PENGURANGAN,
PERKALIAN DAN PEMBAGIAN, SISWA MENJAWAB.
 GURU MENGINFORMASIKAN KD, TUJUAN, DAN MATERI PEMBELAJARAN
TENTANG OPERASI HITUNG CAMPURAN BILANGAN BULAT. ( INTEGRITAS
)
 GURU MENYAMPAIKAN TAHAPAN KEGIATAN PEMBELAJARAN YANG
MELIPUTI : MENONTON VIDEO, MENGAMATI CONTOH, MENYELESAIKAN
OPRASI HITUNG PENJUMLAHAN, PENGURANGAN,PERKALIAN,
PEMBAGIAN, DAN OPERASI HITUNG CAMPURAN BILANGAN CACAH
SESUAI ATURAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU.
( KOMUNIKASI )
INTI : 35 MENIT
 GURU MEMUTAR VIDEO PEMBELAJARAN TENTANG OPERASI HITUNG
CAMPURAN BILANGAN CACAH.
 GURU MEMBAHAS ULANG TENTANG ATURAN OPERASI HITUNG
CAMPURAN SERTA MEMBERIKAN BEBERAPA CONTOH OPERASI HITUNG
PENJUMLAHAN, PENGURANGAN, PERKALIAN, PEMBAGIAN DAN OPRASI
HITUNG CAMPURAN BILANGAN CACAH DENGAN MENGGUNAKAN ALAT
BANTU.
 GURU MEMBAGIKAN SERDIK DALAM KELOMPOK KECIL ( 2 ORANG )
 GURU MEMBERIKAN LK UNTUK SERDIK KERJAKAN. ( LK KHUSUS
PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN KEPADA SERDIK HAMBATAN
INTELEKTUAL)
 SERDIK MENGUMPULKAN HASILNYA KEPADA GURU.
 GURU MEMINTA BEBERAPA KELOMPOK MENGERJAKAN HASILNYA DI
PAPAN TULIS TERMASUK SERDIK HAMBATAN INTELEKTUAL.
 GURU MEMBERIKAN PENGUATAN.
PENUTUP : 25 MENIT
 GURU SERTA SERDIK MEMBUAT KESIMPULAN.
 GURU MELAKUKAN PENILAIAN AKHIR SECARA TERTULIS DENGAN
MEMBERIKAN SOAL BERBEDA KEPADA SERDIK UMUM DAN SERDIK
HAMBATAN INTELEKTUAL. ( 15 MENIT)
 GURU MEMINTA SERDIK MENGUMPULKAN HASIL KERJA MEREKA.
 GURU MEMBERIKAN TUGAS RUMAH.
 GURU DAN SISWA MELAKUKAN REFLEKSI.
 GURU MENGINFORMASIKAN MATERI PADA PERTEMUAN BERIKUT.
 GURU MENUTUP PEMBELAJARAN ( BERDOA )

PENILAIAN

 PENILAIAN TERHADAP PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN


DILAKUKAN OLEH GURU UNTUK MENGUKUR TINGKAT PENCAPAIAN
KOMPETENSI SERDIK. HASIL PENILAIAN DIGUNAKAN UNTUK
SEBAGAI BAHAN PENYUSUSNAN LAPORAN KEMAJUAN HASIL
BELAJAR DAN MEMPERBAIKI PROSES PEMBELAJARAN. PENILAIAN
DAPAT DILAKUKAN SESUAI KEBUTUHAN GURU YAITU DARI
PENGAMATAN, SIKAP, TES PENGETAHUAN DAN PRAKTEK/UNJUK
KERJA SESUAI DENGAN RUBRIK PENILAIAN BERIKUT INI:
 UNTUK SERDIK ABK
- PENILAIAN PROSES ( LATIHAN )
1. 108 + 132 =….
2. 100.500 + 82.125 =…
3. 1.020 – 346 = ….
4. 10.400 – 5.500 =…

- PENILAIAN AKHIR
1. 20.500 + 900 =….
2. 14.000 – 4.500 = …
3. 18.000 + 12.000 = …
4. 81.010 – 80.119 = …
5. 110.500 + 2.500 =…

 UNTUK SERDIK UMUM


- PENILAIAN PROSES
1. (240 x 5 + 1.500) : 300 – 4 = …
2. 5.000 : 25 x 40 =….
3. 40.500 x 3 - 2.000 : 100 + 750 =…
4. DST…

- PENILAIAN AKHIR
BENTUK SAMA

LEMBARAN KERJA (B5)


1. Jelaskan pengertian, tujuan fungsi Program Pembelajaran Individual (PPI)
 Pengertian
Menurut Sundari (2010:7) Pembelajaran Individual (Individualized
instruction) adalah suatu proses pembelajaran yang mengembangkan dan
memelihara individualitas siswa seperti sifat-sifat khusus individu. Program
pembelajaran yang diindividualisasikan artinya pembelajaran yang diberikan
kepada satu kelompok, peserta didik (individual, klasikal, kelompok kecil)
dalam
pembelajaran yang sama tetapi kedalaman dan keluasannya berbeda. Setting
kelas
tetap klasikal hanya untuk kegiatan tertentu dilakukan secara individual. Pada
satuan pendidikan khusus (TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB) agak
berbeda
dengan di SPPPI. Pada SPPPI, penempatan PDBK dalam kelas bersama
dengan
peserta didik lainnya dilibatkan dalam berbagai aktivitas sosial, dan mungkin
sebagian besar dari waktu belajar berada di kelas reguler, dan kadang-kadang
di ruang sumber secara individual, oleh karena itu tentunya perlu pengelolaan
yang
direncanakan dengan baik. Hal ini yang harus diketahui oleh guru-guru di SLB
ketika bertugas sebagai guru pembimbing khusus di SPPPI. PPI tidak hanya
menyangkut akademik saja namun termasuk program intervensi lainnya
misalnya medis dan atu sosial jika memang diperlukan. Contoh selain
memerlukan intervensi pembelajaran, tapi memerlukan juga fisiotherapy,
speech therapy, dokter, psikolog, keluarga, dsb. Program tersebut juga
hendakanya menjadi sasaran dalam peyusunan PPI.

 Tujuan

PPI disusun dengan tujuan untuk mengakomodasi kebutuhan layanan


pendidikan bagi peserta didik berkebutuhan khusus yang memiliki hambatan
akademik. PPI merupakan salah satu bentuk layanan pendidikan bagi peserta
didik berkebutuhan khusus. Bentuk pembelajaran ini merupakan satu
rancangan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus agar mereka
mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhannya dengan lebih memfokuskan
pada kemampuan dan kelemahan kompetensi peserta didik. PPI diterapkan
dalam kurun waktu tertentu baik singkatmaupun lama. Program ini disusun
dengan mempertimbangkan kemampuan dan kebutuhan peserta didik sehingga
memungkinkan mereka dapat belajar dengan optimal dan menguasai tingkat
materi tertentu yang telah ditetapkan. PPI disusun berdasarkan hasil
identifikasi dan asesmen dengan melibatkan multidisipliner dan termasuk
orangtua, dengan demikian PPI merupakan kontrak program pembelajaran
dengan peserta didik dan orangtua, yang akan dilaksanakan untuk kurun waktu
tertentu.Penyusunan PPI dilakukan sebelum peserta didik mendapatkan
pelayanan khusus pada seting pendidikan tertentu.

 Fungsi
Fungsi Program Pembelajaran Individual (PPI) adalah sebagai berikut.
a) Memberi arah pengajaran dengan mengetahui kekuatan, kelemahan, dan
minat peserta didik.
b) Menjamin setiap peserta didik berkebutuhan khusus memiliki program
yang disesuaikan degan kebutuhannya untuk mempertemukan karakteristik
kebutuhan khusus mereka dan mengkomunikasikan program tersebut
kepada pihak yang berkepentingan.
c) Meningkatkan keterampilan guru yang melakukan asesmen tentang
karakteristik kebutuhan belajar tiap peserta didik secara spesifik dan
melakukan usaha mempertemukan antara kebutuhan-kebutuhan belajar
spesifik peserta didik masingmasing dengan tujuan pembelajaran.
d) Meningkatkan komunikasi antar anggota tim untuk keberhasilan peserta
didik berkebutuhan khusus dalam pendidikan.
e) Menjadi sarana bagi peningkatan usaha untuk memberikan pelayanan
pendidikan yang lebih efektif. Perbedaan antara peserta didik
berkebutuhan khusus sangat beragam sehingga layanan pendidikannya
bersifat individual.

2. Jelaskan Prosedur Pelaksanaan Program Pembelajaran Individual!


Banyak ahli yang menjelaskan langkah penyusunan PPI. Smith dan Luckasson (1995)
membuat perencaaan PPI dalam tujuh langkah, yaitu: (1) referral; (2) assesmen; (3)
identifikasi; (4) analysis of services; (5) placement; (6) instructional decision making;
dan (7) evaluasi program.
1. Langkah pertama, referral atau pengalihtanganan dalam PPI merupakan upaya
untuk mengarahkan peserta didik ke dalam layanan khusus. Proses pengarahan
dimulai dengan meminta informasi/data yang berkaitan dengan kondisi anak,
kemampuan dan keterbatasannya, di sekolah. Dengan demikian, guru dapat
memutuskan apakah anak tersebut memerlukan layanan khusus atau tidak.
Referral bisa diperoleh dari berbagai sumber, seperti orang tua, psikolog, atau
dokter yang memberikan rujukan bahwa anak tersebut membutuhkan layanan
khusus.
2. Langkah kedua, assessment adalah penilaian atau diagnosis untuk menentukan
apakah peserta didik tersebut mengalami hambatan atau ketunaan tertentu, urgensi
pendidikan khusus, dan jenis layanan yang dibutuhkan. Informasi yang
dikumpulkan menjadi acuan dalam mengembangkan kurikulum dan bahan ajar
serta penyelenggaraan proses pembelajaran.
3. Langkah ketiga adalah identification, yang merupakan proses untuk
mengidentifikasi ketunaan peserta didik, ketidakmampuan belajar, perilaku
menyimpang, cacat penglihatan, cacat pendengaran, kelemahan berbicara atau
berbahasa, dan lain sebagainya).
4. Langkah keempat adalah analysis of service. Analysis of service menunjukkan
kebutuhan peserta didik dalam menerima layanan pendidikan dan layanan yang
terkait dengan pendidikan tersebut.
5. Langkah kelima adalah placement. Placement adalah penempatan yang sesuai
dengan hasil analisis terhadap kondisi peserta didik. Penempatan mencakup dua
konsep utama yaitu; pertama, penempatan di lingkungan yang lebih luas yaitu
bahwa peserta didik harus digabungkan dengan peserta didik reguler sebanyak
mungkin dan dilibatkan dalam berbagai aktivitas kemasyarakatan Kedua,
penempatan di sekolah yang sesuai dalam arti bahwa sekolah yang terpisah juga
tetap diperlukan.
6. Langkah keenam, instructional decision making, adalah tahap pengambilan
keputusan mengenai instruksi khusus sesuai rancangan PPI yang sudah dibuat.
Sasaran dan tujuan dinyatakan dalam hal yang lebih spesifik. Tujuan berfokus
pada apa yang diharapkan dari ABK setelah melengkapi program instruksional.
Sasaran dan tujuan ditulis dengan jelas dan terperinci.
7. Langkah ketujuh adalah evaluasi program. Pada langkah ini, dilakukan evaluasi
pencapaian tujuan dalam rancangan PPI. Peserta didik yang menerima PPI dapat
dievaluasi sepanjang masa pembelajaran di sekolah atau setiap tahunnya. Sejalan
dengan tumbuh dan belajarnya peserta didik, rancangan PPI yang dibuat untuk
satu tahun bisa jadi tidak berlaku lagi untuk tahun ajaran berikutnya.

3. Susunlah contoh Program PPI bagi peserta didik denga hambatan intelektual !

No Tujuan Strategi Waktu dan Petugas Evaluasi


tempat
LEMBARAN KERJA GURU PEMBIMBING KHUSUS DAN PELAKSANAAN
TUGASNYA DI SPPPI (B10)

1. Jelaskan pengertian Guru Pendidikan Khusus dan Guru Pembimbing Khusus


Guru Pendidikan Khusus
Guru Pendidikan Khusus adalah tenaga pendidik yang memenuhi kualifikasi
akademik, kompetensi, dan sertifikasi pendidik bagi peserta didik yang
memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial dan/atau potensi
kecerdasan dan bakat istimewa pada satuan pendidikan khusus, satuan
pendidikan umum, dan/atau satuan pendidikan kejuruan (Permendiknas
Nomor 32 Tahun 2008)

Guru Pembimbing Khusus


Guru Pembimbing Khusus adalah Guru Pendidikan Khusus atau Guru Kelas,
Guru Mata Pelajaran, Guru Bimbingan dan Konseling, dan Guru Teknologi
Informasi dan Komunikasi yang telah mendapat pelatihan tentang pendidikan
khusus/pendidikan inklusif dari lembaga yang berwenang dan mendapat tugas
tambahan sebagai pembimbing khusus pada satuan pendidikan
umum/kejuruan (Satuan Pendidikan Penyelenggara Pendidikan Inklusif).
Menurut Pasal 171 huruf j Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Guru
Pembimbing Khusus adalah sebagai pendidik profesional membimbing,
mengajar, menilai, dan mengevaluasi peserta didik berkelainan pada satuan
pendidikan umum, satuan pendidikan kejuruan, dan/atau satuan pendidikan
keagamaan.

2. Jelaskan tugas Guru Pembimbing Khusus


Tugas Guru Pembimbing Khusus adalah:
1) Melaksanakan pendampingan kepada guru kelas, guru mata pelajaran, guru
bimbingan konseling, dan guru teknologi informasi dan komunikasi dalam
merencanakan, melaksanakan, menilai, membimbing dan melatih sesuai dengan
ragam disabilitas peserta didik; dan
2) Merencanakan, melaksanakan, menilai, membimbing dan melatih peserta didik
secara bersama dalam kelas maupun secara individu dalam program kebutuhan
khusus.
3. Buatlah rancangan program pendampingan/pembimbingan yang harus
dilakukan Guru Pembimbingan Khusus di SPPPI

RENCANA PELAKSANAAN PENDAMPINGAN/PEMBIMBINGAN

Nama GPK :
Nama SLB : A B C D Leleani Ambon
Nama Sekolah : SD Negeri 2 Passo
Tahun Pelajaran : 2022/2023
Aspek/Masalah : Mengalami keterlambatan belajar
Tujuan : Menemukan cara belajar yang sesuai dan disukai
Indikator : Memahami bacaan dengan baik dan benar
Waktu : 2 jam pelajaran
Metode : Mendengarkan bacaan

A. Skenario Kegiatan
1. Pendahuluan :
- Guru memberi salam hangat,menciptakan suasana hati peserta didik
agar siap belajar
- Guru memberi motivasi
2. Pelaksanaan :
- Guru membacakan sebuah teks bacaan
- Siswa diarahkan untuk mendengar dengan cermat
- Guru membacakan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan
bacaan,dan memandu siswa untuk dapat menjawab pertanyaan dengan
benar
3. Penutup :
- Jika siswa dapat menjawab pertanyaan dengan tepat,maka guru dapat
melanjutkan cara belajar memahami bacaan sengan baik dan benar
dengan cara MENDENGARKAN

B. Sumber Daya :
C. Penilaian dan Instrumen :
D. Rencana Tindak Lanjut :
Memberi tugas mendengarkan beberapa cerita melalui sarana audio yang Disiapkan
oleh guru
Ambon,5 Juni 2022

Kepala Sekolah Guru Pembimbing Khusus

Nn.H.Wattimena,S.Pd Ny.Yona Yunita Molly,S.Pd


NIP.19630321 198403 2 014 NIP.19820612 200801 2 026
4. Buatlah model evaluasi program pendampingan/pembimbingan

FORMAT EVALUASI PELAKSANAAN PENDAMPINGAN

No Aspek/ Kegiatan Sasaran Target Metode Hambatan Ketercapaian Kesenjangan Tindak


Materi lanjut
LEMBARAN KERJA KURIKULUM MERDEKA (B11)

1. Jelaskan Kebijakan terkait Kurikulum Merdeka


Sebagai bagian dari upaya pemulihan pembelajaran, Kurikulum Merdeka (yang
sebelumnya disebut sebagai kurikulum prototipe) dikembangkan sebagai kerangka
kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi esensial dan
pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik. Karakteristik utama dari
kurikulum ini yang mendukung pemulihan pembelajaran adalah :
 Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter
sesuai profil pelajar Pancasila
 Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran
yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
 Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi
sesuai dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan
konteks dan muatan lokal.

2. Buatlah peta pikiran keterkaitan asesmen, capaian pembelajaran, TP dan ATP


serta Modul Ajar.

3. Jelaskan secara singkat kerangka dasar, Profil Pelajar Pancasila, Capaian


Pembelajaran dan struktur Kurikulum.
a) Kerangka kurikulum : merupakan rancangan landasan utama dalam
pengembangan struktur kurikulum. Kerangka kurikulum yang ditetapkan oleh
Pemerintah pun diupayakan minimal dan lebih bersifat memandu daripada
mengatur secara ketat (OECD, 2020a). Atas dasar hal tsb, struktur kurikulum dan
prinsip pembelajaran yang ditetapkan Pemerintah diatur dengan sangat umum dan
abstrak sehingga satuan pendidikan memiliki banyak keleluasaan untuk
mengembangkannya sesuai dengan konteks dan kebutuhan belajar peserta didik.
Pemerintah Pusat menetapkan: (1) profil pelajar Pancasila, (2) Capaian
Pembelajaran, (3) struktur kurikulum, dan (4) prinsip pembelajaran dan asesmen
sebagai kurikulum yang diharapkan untuk diimplementasikan di satuan
pendidikan dan di kelas.
b) Profil pelajar Pancasila : merupakan bentuk penerjemahan tujuan pendidikan
nasional. Profil pelajar Pancasila berperan sebagai referensi utama yang
mengarahkan kebijakan-kebijakan pendidikan termasuk menjadi acuan untuk para
pendidik dalam membangun karakter serta kompetensi peserta didik. Profil pelajar
Pancasila harus dapat dipahami oleh seluruh pemangku kepentingan karena
perannya yang penting. Profil ini perlu sederhana dan mudah diingat dan
dijalankan baik oleh pendidik maupun oleh pelajar agar dapat dihidupkan dalam
kegiatan sehari-hari. Berdasarkan pertimbangan tersebut, profil pelajar Pancasila
terdiri dari enam dimensi, yaitu: 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, dan berakhlak mulia, 2) mandiri, 3) bergotong-royong, 4) berkebinekaan
global, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif.
c) Capaian Pembelajaran (CP) : merupakan kompetensi pembelajaran yang harus
dicapai peserta didik pada setiap fase, dimulai dari Fase Fondasi pada PAUD.
Untuk Pendidikan dasar dan menengah, CP disusun untuk setiap mata pelajaran.
Bagi peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual dapat
menggunakan CP pendidikan khusus. Peserta didik berkebutuhan khusus tanpa
hambatan intelektual menggunakan CP reguler dengan menerapkan prinsip
modifikasi kurikulum. CP untuk PAUD, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA,
SMK/MAK, SDLB, SMPLB, SMALB, Paket A, Paket B, dan Paket C ditetapkan
oleh pemerintah.
d) Struktur Kurikulum : Struktur Kurikulum pada pendidikan dasar dan
pendidikan menengah di Satuan Pendidikan Penyelenggara Pendidikan Inklusif
(SPPPI) sesuai dengan pendidikan umum mengacu Kepmendikbudristek Nomor
56/M/2022 Tentang Pedoman Penerapan Kurikulum Dalam Rangka Pemulihan
Pembelajaran. Struktur kurikulum pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah di SLB dibagi menjadi 2 (dua) kegiatan utama, yaitu: 1) pembelajaran
intrakurikuler; dan 2) projek penguatan profil pelajar Pancasila. Kegiatan
pembelajaran intrakurikuler untuk setiap mata pelajaran mengacu pada capaian
pembelajaran. Kegiatan projek penguatan profil pelajar Pancasila ditujukan untuk
memperkuat upaya pencapaian profil pelajar Pancasila yang mengacu pada
Standar Kompetensi Lulusan. Struktur kurikulum SLB mengacu kepada struktur
kurikulum SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA yang disesuaikan untuk peserta
didik berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual. Untuk peserta didik yang
tidak mengalami hambatan intelektual dapat menggunakan kurikulum pendidikan
reguler yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Penyesuaian struktur
kurikulum dimaksud dilakukan terhadap keterampilan fungsional dan mata
pelajaran yang menunjang kebutuhan tersebut.

4. Jelaskan prinsip pembelajaran dan asesmen.


Prinsip Pembelajaran dan Asesmen :
a) Prinsip Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Prinsip pembelajaran sebagai
berikut:
 Pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan
dan tingkat pencapaian peserta didik saat ini, sesuai dengan kebutuhan
belajar, serta mencerminkan karakteristik dan perkembangan peserta didik
yang beragam sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan
menyenangkan;
 Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk membangun kapasitas
untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat
 Proses pembelajaran mendukung perkembangan kompetensi dan karakter
peserta didik secara holistik;
 Pembelajaran yang relevan, yaitu pembelajaran yang dirancang sesuai
konteks, lingkungan, dan budaya peserta didik, serta melibatkan orang tua
dan komunitas sebagai mitra; dan
 Pembelajaran berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan.
b) Prinsip Asesmen
Asesmen atau penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Prinsip asesmen
sebagai berikut:
 Asesmen merupakan bagian terpadu dari proses pembelajaran, fasilitasi
pembelajaran, dan penyediaan informasi yang holistik, sebagai umpan
balik untuk pendidik, peserta didik, dan orang tua/wali agar dapat
memandu mereka dalam menentukan strategi pembelajaran selanjutnya;
 Asesmen dirancang dan dilakukan sesuai dengan fungsi asesmen tersebut,
dengan keleluasaan untuk menentukan teknik dan waktu pelaksanaan
asesmen agar efektif mencapai tujuan pembelajaran;
 Asesmen dirancang secara adil, proporsional, valid, dan dapat dipercaya
(reliable) untuk menjelaskan kemajuan belajar, menentukan keputusan
tentang langkah dan sebagai dasar untuk menyusun program pembelajaran
yang sesuai selanjutnya;
 Laporan kemajuan belajar dan pencapaian peserta didik bersifat sederhana
dan informatif, memberikan informasi yang bermanfaat tentang karakter
dan kompetensi yang dicapai, serta strategi tindak lanjut; dan
 Hasil asesmen digunakan oleh peserta didik, pendidik, tenaga
kependidikan, dan orang tua/wali sebagai bahan refleksi untuk
meningkatkan mutu pembelajaran

5. Jelaskan Program Pembelajaran Individu.


Program Pembelajaran Individu (PPI) adalah rancangan pembelajaran bagi anak
berkebutuhan khusus agar mereka mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhannya
dengan lebih memfokuskan pada kemampuan dan kelemahan kompetensi peserta
didik.
a) Prinsip PPI, antara lain :
 PPI bertujuan menyelaraskan antara kebutuhan peserta didik, tugas, dan
perkembangan belajar peserta didik dalam upaya mengembangkan potensi
mereka secara optimal.
 PPI berpusat pada peserta didik. Setiap komponen PPI difokuskan pada
kemajuan
dan kebutuhan siswa (kurikulum digunakan sebagai rambu-rambu).
 PPI tidak hanya terbatas pada tujuan pembelajaran, dalam hal ini kurikulum
pendidikan. Tujuan PPI juga dapat pula didasarkan pada penanganan dari hasil
asesmen, misalnya, terkait keterampilan hidup sehari-hari atau perilaku adaptif
(Activity Daily Living / ADL).
 PPI tidak menentukan peserta didik, sebaliknya, peserta didik adalah subjek
yang menentukan dasar pembuatan PPI. Oleh karena itu, kebutuhan,
perkembangan, dan minat peserta didik menjadi orientasi dalam
mempertimbangkan penyusunan PPI.
 PPI harus bersifat dinamis, atau fleksibel terhadap berbagai perubahan dan
kemajuan peserta didik, untuk diarahkan pada hasil akhir yaitu kemandirian
yang sangat berguna bagi kehidupannya, mampu berperilaku sesuai dengan
lingkungannya atu berperilaku adaptif.

b) Fungsi PPI
 Memberi arah pengajaran dengan mengetahui kekuatan, kelemahan, dan minat
peserta didik.
 Menjamin setiap peserta didik berkebutuhan khusus memiliki program yang
disesuaikan degan kebutuhannya untuk mempertemukan karakteristik
kebutuhan khusus mereka dan mengkomunikasikan program tersebut kepada
pihak yang berkepentingan.
 Meningkatkan keterampilan guru yang melakukan asesmen tentang
karakteristik
kebutuhan belajar tiap peserta didik secara spesifik dan melakukan usaha
mempertemukan antara kebutuhan-kebutuhan belajar spesifik peserta didik
masing-masing dengan tujuan pembelajaran.
 Meningkatkan komunikasi antar anggota tim untuk keberhasilan peserta didik
berkebutuhan khusus dalam pendidikan.
 Menjadi sarana bagi peningkatan usaha untuk memberikan pelayanan
pendidikan yang lebih efektif. Perbedaan antara peserta didik berkebutuhan
khusus sangat beragam sehingga layanan pendidikannya bersifat individual.

c) Komponen PPI
 Karakteristik Peserta Didik
 Tujuan (Jangka Panjang dan jangka pendek)
 Diskripsi Pelayanan
 Waktu dan lamanya Pelayanan
 Evaluasi

6. Jelaskan proses pengembangan ATP dan Modul Ajar


 Alur Tujuan Pembelajaran (ATP)
Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) adalah rangkaian tujuan pembelajaran yang
tersusun secara sistematis dan logis di dalam fase secara utuh dan menurut
urutan pembelajaran sejak awal hingga akhir suatu fase. Alur ini disusun
secara linear sebagaimana urutan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dari
hari ke hari untuk mengukur Capaian Pembelajaran. Alur tujuan pembelajaran
(ATP) yang memiliki fungsi yang sama dengan silabus, yaitu sebagai acuan
perencanaan pembelajaran. Selain itu, ATP sebagai panduan guru dan siswa
untuk mencapai Capaian Pembelajaran di akhir fase tersebut.
 Fungsi ATP :
Alur Tujuan Pembelajaran dan Modul Ajar Sebagai Dokumen Rencana
Pembelajaran ditetapkan atau dibuat oleh Satuan Pendidikan dalam
mengembangkan kurikulum operasional sekolah. Pada bagan berikut,
capaian pembelajaran sudah ditetapkan oleh pemerintah pusat untuk
dikembangkan menjadi alur tujuan pembelajaran dan modul ajar.
Capaian Pembelajaran Ditetapkan oleh pemerintah, merupakan
kompetensi pembelajaran yang harus dicapai peserta didik pada setiap
tahap perkembangan untuk setiap mata pelajaran pada satuan
pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
 Kriteria ATP :
1. Menggambarkan urutan pengembangan kompetensi yang harus
dikuasai peserta didik
2. Alur tujuan pembelajaran dalam satu fase menggambarkan
cakupan dan tahapan pembelajaran yang linear dari awal hingga
akhir fase.
3. Alur tujuan pembelajaran pada keseluruhan fase menggambarkan
cakupan dan tahapan pembelajaran yang menggambarkan tahapan
perkembangan kompetensi antarfase dan jenjang.
 Komponen ATP :
1. Kompetensi adalah kemampuan yang dapat didemonstrasikan oleh
siswa atau diaktualisasikan dalam bentuk produk atau kinerja
(abstrak dan konkret) yang menunjukkan siswa telah berhasil
mencapai tujuan pembelajaran.  Gunakan Kata Kerja Operasional
dapat diamati, mengacu pada Taksonomi Bloom yang direvisi.
Contoh: Peserta didik dapat menyajikan solusi utk menangani
perubahan kondisi alam dipermukaan bumi akibat factor manusia.
2. Konten yaitu ilmu pengetahuan inti atau konsep utama yang
diperoleh siswa melalui pemahaman selama proses pembelajaran di
akhir satu unit pembelajaran. Apa ilmu pengetahuan inti atau
konsep utama yang perlu dipahami di akhir satu unit pembelajaran?
Pertanyaan apa yang perlu dapat dijawab siswa setelah
mempelajari unit tersebut? Contoh: perubahan kondisi alam di
permukaan bumi akibat faktor manusia.
3. Variasi adalah sebuah keterampilan berpikir apa saja yang perlu
dikuasai siswa untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Penggunaan keterampilan berpikir kreatif, kritis, dan tingkat tinggi,
seperti mengevaluasi, menganalisis, memprediksi, menciptakan,
dan lain sebagainya. Keterampilan berpikir apa saja yg perlu
dikuasai siswa untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran?
Gunakan keterampilan berpikir yang bervariasi terutama HOTS.
Contoh: Menganalisa hubungan antara kegiatan manusia dengan
perubahan alam dipermukaan bumi dan menarik kesimpulan
penyebab-penyebab utamanya. –> Dimana untuk bisa menganalisa
hubungan dan menarik kesimpulan, peserta perlu mengetahui,
memahami, mengaplikasi materi tersebut.

 Modul Ajar
Modul ajar merupakan dokumen yang berisi tujuan, langkah, dan media
pembelajaran, serta asesmen yang dibutuhkan dalam satu unit/topik
berdasarkan alur tujuan pembelajaran. Pendidik memiliki keleluasaan untuk
membuat sendiri, memilih, dan memodifikasi modul ajar yang tersedia sesuai
dengan konteks, karakteristik, serta kebutuhan peserta didik.
a) Kriteria yang harus dimiliki oleh modul ajar adalah:
1. Esensial : Pemahaman konsep dari setiap mata pelajaran melalui
pengalaman belajar dan lintas disiplin.
2. Menarik, bermakna, dan menantang : Menumbuhkan minat untuk
belajar dan melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses
belajar. Berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang
dimiliki sebelumnya, sehingga tidak terlalu kompleks, namun juga
tidak terlalu mudah untuk tahap usianya.
3. Relevan dan kontekstual : Berhubungan dengan pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki sebelumnya, dan sesuai dengan konteks
di waktu dan tempat peserta didik berada.
4. Berkesinambungan : Keterkaitan alur kegiatan pembelajaran sesuai
dengan fase belajar peserta didik.
b) Komponen modul ajar memiliki dua kategori yaitu ideal dan
sederhana. Komponen ideal terdiri dari :
1. Informasi Umum :
 Identitas penulis modul
 Kompetensi awal
 Profil Pelajar Pancasila
 Sarana dan prasarana
 Target peserta didik
 Modelpembelajaran yang digunakan
2. Komponen Inti
 Tujuan pembelajaran
 Pemahaman bermakna
 Pertanyaan pemantik
 Asesmen
 Kegiatan pembelajaran
 Pengayaan dan remedial
 Refleksi peserta didik dan pendidik
3. Lampiran
 Lembar kerja peserta didik
 Bahan bacaan pendidik dan peserta didik
 Glosarium
 Daftar pustaka

Komponen sederhana modul ajar terdiri dari


 Tujuan pembelajaran
 Langkah Pembelajaran
 Asesmen

7. Jelaskan komponen KOS


Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU
Sisdiknas/2003). Pemerintah pusat menetapkan kerangka dasar dan struktur
kurikulum yang menjadi acuan untuk pengembangan kurikulum operasional satuan
pendidikan.
Komponen dalam kurikulum operasional ini disusun untuk membantu proses
berpikir dan mengembangkan satuan pendidikan. Dalam pengembangannya, dokumen
ini juga merupakan hasil refleksi semua unsur pendidik di satuan pendidikan yang
kemudian ditinjau secara berkala guna disesuaikan dengan dinamika perubahan dan
kebutuhan peserta didik.
Kurikulum operasional di satuan pendidikan memuat seluruh rencana proses
belajar yang diselenggarakan di satuan pendidikan, sebagai pedoman seluruh
penyelenggaraan pembelajaran. Untuk menjadikannya bermakna, kurikulum
operasional satuan pendidikan dikembangkan sesuai dengan konteks dan kebutuhan
peserta didik dan satuan pendidikan.
1. Jelaskan secara singkat tentang Program Kebutuhan Khusus!
Program Kebutuhan Khusus merupakan suatu layanan intervensi dan/atau
pengembangan yang dilakukan sebagai bentuk kompensasi atau penguatan akibat
kekhususan yang dialami peserta didik berkebutuhan khusus dengan tujuan
meminimalkan hambatan dan meningkatan akses dalam mengikuti pendidikan dan
pembelajaran yang lebih optimal.
Program Kebutuhan Khusus disebut sebagai bentuk kompensasi atau
penguatan, karena memfasilitasi peserta didik berkebutuhan khusus yang mengalami
hambatan pada salah satu atau beberapa aspek tertentu, dialihkan dan/atau digantikan
kepada fungsi lain yang memungkinkan dapat menggantikan fungsi yang hilang atau
yang lemah. Secara umum, layanan Program Kebutuhan Khusus ini membimbing
peserta didik berkebutuhan khusus untuk mengembangkan keterampilan hidupnya
sehingga mereka dapat beradaptasi dan menunjukkan perilaku positif dalam
menghadapi tuntutan dan tantangan kehidupan sehari-hari dengan efektif.

2. Buatlah model instrumen asesmen kebutuhan khusus!

MODEL INSTRUMEN ASESMEN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

IDENTITAS ANAK
1. Nama Anak :
2. Jenis Kelamin :
3. Tempat/Tanggal Lahir :
4. Pendidikan :
5. Alamat :
6. Status : anak ke dari bersaudara
7. Kondisi Umum Anak :
8. Catatan :

IDENTITAS ORANG TUA

Identitas Ayah Ibu


Nama
Tempat/Tanggal Lahir
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
Alamat
Catatan
3. Buatlah model perencanaan dan Pelaksanaan Program Kebutuhan Khusus!
Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karateristik khusus yang
berbeda dengan anak pada umumnya, tanpa selalu menunjukkan pada
ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik. Klarifikasi anak berkebutuhan khusus
diantaranya tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, anak
berbakat, anak yang memiliki gangguan belajar pra akademik dan anak yang memiliki
gangguan belajar akademik. Selain memerlukan pelayanan pendidikan yang khusus
juga memerlukan sebuah strategi atau metode tersendiri sesuai dengan kebutuhan
dalam kegiatan pembelajarannya.
Metode pengajaran yang umum digunakan dalam pengajaran anak
berkebutuhan khusus yaitu komunikasi , analisis tugas, instruksi langsung, prom pts,
dan pembelajaran kooperatif. Dalam kegiatan belajar tidak akan lepas dari
komunikasi, apabila tercipta komuniksi yang baikantara siswa dengan guru maka
akan tercipta suasana belajar yang baik. Karena metode pengajaran yang utama untuk
anak berkebutuhan khusus adalah komunikasi.
Kedua adalah analisis tugas , analisis tugas dimaksudkan untuk
mendeskripsikan tugas – tugas yang harus dilakukan ke dalam indikator – indikator
kompetensi. Tujuan dari analisis tugas ini adalah untuk mengetahui apakah anak
tersebut sudah melakukan tugasnya sesuai dengan kompetensi yang di tuntut
kepadanya. Ketiga dalah intruksi langsung, metode ini memberikan pengalaman
belajar yang positif dengan itu dapat meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi
untuk berprestasi, karena pada metode ini menggunakan pendekatan selangkah –
selangkah yang terstruktur dengan cermat dalam intruksi atau perintah. Keempat
prompts, prompts merupakan bantuan yang diberikan pada anak untuk menghasilkan
respon yang benar. Prompts memberikan anak informasi tambahan atau bantuan
untuk menjalankan intruksi.
Terakhir adalah pembelajaran kooperatif, merupakan salah satu cara yang
efektif dan menyenangkan untuk mengarahkan beberapa siswa dengan berbagai
kemampuan untuk menyelesaikan salah satu tugas. Untuk penerapan metode-metode
seorang guru harus mampu melihat kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh anak,
dengan itu seorang guru dapat menentukan metode apa yang akan ia gunakan dalam
kegiatan pembelajaran untuk mencapai kegiatan belajar yang efektif.

Anda mungkin juga menyukai