KELOMPOK
SUTIONO NIM : 850346139
ELIS YUNYUN NIM : 835647261
NURLAILI JUMEITY NIM : 835647301
KB 1 PENGERIAN PELAYANAN DAN SEJARAH
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DI
INDONESIA
A. Makna dan jenis pelayanan pada ABK
• Makna pelayanan pendidikan
• Menurut kamus besar bahasa indonesia pelayanan diartikan sebagai :
a. Perihal atau cara melayani
b. Usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan uang
c. Kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli atau jasa
LANJUTAN
• Dari makna pelayanan diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan pendidikan atau
layanan pendidikan mengacu pada penyediaan layanan yang sesuai dengan dengan
kebutuhan yang dilayani, sehingga memungkinkan seseorang mengembangkan
dirinya.
• Makna Pelayanan bagi ABK adalah jasa yang diberikan berkait dengan pemenuhan
kebutuhan para ABK, sehingga ABK dapat mengembangakan dirinya
JENIS PELAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS
• Tersedianya pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan merupakan
faktor kunci. Kebutuhan tersebut terdiri dari ke butuhan fisik dan kesehatan dan
kebutuhan yang terkait dengan emosional sosial.
JENIS-JENIS PENDIDIKAN
• dibedakan menjadi:
1. Layanan pendidikan tyang berkait dengan bidang kesehatan dan fisik seperti kebutuhan
yang terkait dengan koordinasi gerakan anggota tubuh. Dan berbagai jenis gangguan
kesehatan, melibatkan berbagai tenaga profesional, seperti terapai fisik (psycical therapish
occuptional therapist) dan berbagai dokter ahli.
2. Layanan pendidikan yang berkait dengan konsep diri, penyesuaian diri dan lingkungan
masyarakat sekitar, emnghadapi peristiwa penting dalam hidup, dengan kebutuhan
bersosialisasi. Layanan pendidikan ini melibatkan para psikologi dan pekerja sosial.
3. Layanan pendidikan yang berkait langsung dengan kebutuhan pendidikan merupakan
kebutuhan terbesar para penyandang kelainan, melibatkan ahli pendidikan dari berbagai
bidang psikologi. Model pelayanan ini di kembangkan . seperti menurut Mc launghlin dan
Lewis (1985) mencatat 8 model pelayanan pendidikan yang dapat disediakan untuk ABK.
SEJARAH PERKEMBANGAN LAYANAN
PENDIDIKAN KHUSUS
1. Zaman Dahulu ( abad 14-15)
• Keberadaan para penyandang kelaianan dapat ditandai sejak zaman pyrba yang masih
primitif. Dimasa ini selama berabad-abad penyandang kelainan, khusussnya yang
dibawah normal, menerima perlakuan yang buruk dari masyarakat. Kondisi ini
dipengaruhi oleh latar belakang budaya masyarakat tempat para penyandang kelainan
tersebut dilahirkan dan dibesarkan.
2, Perkembangan abad 16
• Pada masa ini Spanyol berhasil mendidik seorang penyandang tunarungngu. Peristiwa ini
merupakan titik asal berdirinya sekolah untuk tunarungngu.
LANJUTAN
3. Perkembangan abad 19
• Di Amerika layanan pendidikan untuk tunawicara dan tunanetra secara formal dimulai pada abad 19. Pada
pertengah abad 19 Edwar Segun yang merupakan prototype dari Itard (pendiri sekolah untuk anak
tunagrahita), yang berimigrasi dari prancis ke Amerika.
• Tahun 1817 Amerika mendirikan American Asylum for the Deaf, yaitu sekolah yang disediakan khiusus
bagi tunarunggu dan tunawicara .
• 1831 didirikan sekolah khusus untuk tunanetra di watertown, sejak itu pelayanan terhadap penyandang
kelainan mendapat kemajuan yang cukup pesat, yang dikukuhkan dalam undang-undang.
• Undang- undang Amerika yang terkenal untuk pelayanan pendidikan bagi penyandang kelainan adalah
Public Low 94-124 yang diundangkan pada tahun 1975 dan disosialisaikan 1978. Undang- undang inilah
yang menjadi tonggak sejarah dan perkembangan layanan pendidikan bagi penyandang kelainan dan
disebut sebagai “ The Education of All Handiccaped Children Act “
Model ini dikatakan sebagai integrasi penuh yang merupakan model yang diingini oleh para penganut inklusi (inclusion),
yang menghendaki agar ABK secara penuh dilayani di sekolah biasa yang terdekat dengan tempat tinggalnya.
a. Kekuatan dari model ini bagi ABK adalah :
• Mereka mendapat kesempatan luas untuk berinteraksi dengan anak normal
• Tidak digunakan lagi label kelainan
• Mereka tidak perlu mengadakan perjalanan terlampau jauh untuk pergi ke sekolah
b. Kelemahan model ini adalah :
• Pembelajaran di kelas biasa mungkin menimbulkan kesulitan belajar
• Jumlah siswa yang banyak di satu kelas membuat perhatian guru untuk ABK terbatas
• Kegiatan kelompok kecil dan kegiatan individual sering tidak tersedia di sekolah biasa
• Guru tidak mendapat pelatihan khusus untuk menangani ABK
2. SEKOLAH BIASA DENGAN GURU
KONSULTAN
ABK yang sekolah di sekolah biasa dibantu oleh guru Pendidikan Khusus sebagai konsultan bagi para guru,
kepala sekolah, dan orang tua ABK yang ada di sekolah tersebut.
a. Kekuatan :
• Konsultan dapat membantu para guru sehingga memungkinkan tersedianya metode pembelajaran,
program dan materi yang khas untuk ABK
b. Kelemahan :
• Guru pendidikan khusus yang bertindak sebagai konsultan mungkin dianggap sebagai orang luar
• Pengetahuan konsultan tentang ABK yang didapat dari pengalaman mengajar langsung mungkin sangat
kurang
3. SEKOLAH BIASA DENGAN GURU
KUNJUNG
• ABK bersekolah di sekolah biasa, dengan para guru yang mengajar di sekolah tersebut, dibantu oleh guru kunjung. Guru
kunjung ini adalah guru Pendidikan Khusus yang bertugas di lebih dari satu sekolah.
a. Kekuatan :
• Guru kunjung dapat membantu mengidentifikasi dan melakukan diagnosis terhadap ABK yang ada di
sekolah biasa
• Dapat memberi konsultasi pada guru sekolah biasa
• Layanan yang diberikan bersifat paruh waktu
• Dapat mengakomodasi kebutuhan beberapa sekolah
• Merupakan cara yang ekonomis untuk melayani ABK ringan
b. Kelemahan :
• Bantuan untuk ABK tidak dapat diberikan secara konsisten karena kedatangan yang mungkin jarang
• Guru kunjung mungkin akrab dengan staf sekolah lainnya
• Masalah transportasi yang sering sulit
• Kesinambungan program kurang terpelihara
• Tindak lanjut yang teratur juga kurang
4. MODEL RUANG SUMBER
• Dalm model ini, ABK belajar di kelas/sekolah biasa yang dilengkapi dengan ruang khusus
yang disebut ruang sumber (resource room) atau dapat pula disebut sebagai ruang bimbngan
khusus.
a. Kekuatan :
• Model ini menekankan pada pengajaran remedial
• GPK dapat berperan sebagai konsultan bagi guru-guru lain
• Bimbingan khusus merupakan suplemen dari pelajaran di kelas biasa
• GPK dapat menyediakan pelajaran individual bagi ABK, terutama dalam bidang yang
bermasalah bagi ABK
• Mengurangi trauma
b. Kelemahan :
• Pengaturan jadwal mungkin menimbulkan masalah
• Tidak sesuai untuk melayani ABK yang mengalami kesulitan belajar yang parah
• Peran guru dan GPK yang mungkin menimbulkan konflik
5. MODEL KELAS KHUSUS
• Dalam model ini, layanan untuk ABK diberikan di kelas-kelas khusus, terpisah dari anak
normal.
a. Kekuatan :
• Setiap anak mempunyai program pendidikan individual
• Merupakan lingkungan belajar yang kondusif bagi penyandang kesulitan belajar yang
parah
• Menyediakan perhatian penuh dari seorang guru terhadap AK
• Menyediakan kondisi belajar khas secara penuh waktu
b. Kelemahan :
• Kontak atau interaksi dengan anak normal sangat terbatas
• Harapan guru terhadap kemampuan siswa cenderung rendah
• Memodelkan perilaku yang tidak diharapkan kepada mereka berkumpul dengan sesama
ABK
• Kurang sesuai untuk ABK ringan dan sedang
6. MODEL SEKOLAH KHUSUS SIANG HARI
• Model ini menyediakan layanan bagi ABK dalam satu sekolah khusus pada siang hari (hari sekolah),
sedangkan pada waktu-waktu di luar hari/jam sekolah, para ABK berada di rumah bersama keluarga dan
di lingkungan masyarakat sekitarnya.
a. Kekuatan :
• Para personel dan fasilitas yang ada dapat difungsikan secara penuh untuk melayani ABK
• Dapat melayani ABK dalam jumlah banyak
• Dapat merupakan pusat pelayanan untuk diagnosis, konseling, dan mengajar
• Dapat merupakan tempat untuk mengembangkan model pembelajaran.
• Menyediakan kurikulum dan lingkungan belajar secara khusus
• ABK masih dapat tetap berada dengan keluarganya di luar jam sekolah
b. Kelemahan :
• Selama waktu sekolah, ABK tidak mempunyai kesempatan untuk berinteraksi dengan anak normal
• Biaya dapat sangat tinggi
• Bukan merupakan lingkungan yang paling tak terbatas bagi ABK
• Mengurangi tekanan untuk pengembangan layanan lokal sehingga layanan lokal tidak berkembang
karena sudah ada layanan di sekolah khusus ini.
7. MODEL SEKOLAH DALAM PANTI ASUHAN
ATAU RUMAH SAKIT.
• Dalam model ini, layanan pendidikan bagi ABK diberikan di panti-panti asuhan atau rumah
sakit tempat ABK dirawat.
a. Kekuatan :
• Menyediakan latihan motorik secara teratur
• Memberikan perhatian khusus pada gizi dan perawatan kesehatan
• Menyediakan kesempatan untuk menghayati kehidupan sekolah yang sejalan dengan
program pendidikan di sekolah
• Dapat menunjukkan prosedur diagnosis dan mengajar yang tepat
b. Kelemahan :
• Terpisah dari kehidupan masyarakat biasa
• Memerlukan biaya yang cukup tinggi
• Sering kekurangan staf yang melayani
• Kualitas pelayanan sukar dikendalikan
PENDEKATAN KOLABORATIF DALAM
PELAYANAN PENDIDIKAN ABK
• Pelayanan pendidikan ABK merupakan satu kegiatan atau proses yang
sangat kompleks yang memerlukan kerja sama dari berbagai
pakar/personel yang terkait dengan ABK. Pelayanan pendidikan ABK
tidak dapat dilakukan seorang diri. Terutama untuk ABK tingkat parah.
Sebagai seorang guru kita memerlukan bantuan professional dari
berbagai bidang yang terkait dengan ABK yang kita layani, dengan
perkataan lain jika kita mengharapkan hasil optimal, kita tidak
mungkin melayani kebutuhan pendidikan ABK seorang diri.
Dokter dari berbagai
Guru sekolah biasa keahlian (dokter
spesialis)
Guru Pendidikan
Khusus Perawat sekolah
pakar/personel berikut
Anggota tim menckup
Pengawas Sekolah Guru pendidikan jasmani yang
sudah mendapat pelatihan
khusus untuk menangani ABK