Anda di halaman 1dari 14

BAB II

LAYANAN PENGASUHAN DI SATUAN PAUD

4
A. Pengasuhan dan Peran Orang Tua Dalam Pengasuhan

Pengasuhan adalah proses membesarkan anak,


mendampingi mereka untuk tumbuh dan berkembang,
memberi perlindungan, perawatan dan pendidikan,
memastikan anak-anak sehat jasmani dan rohani.
Pengasuhan dilakukan sejak anak dalam kandungan, usia
dini, remaja, hingga dewasa. Orang tua memiliki
tanggung jawab penuh untuk membimbing, mengawasi,
dan melindungi anaknya untuk tumbuh dan berkembang
optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Keluarga adalah pihak pertama yang memberikan pengasuhan kepada anak, selanjutnya
seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, mereka kemudian mendapat
pengasuhan di satuan PAUD dan selanjutnya anak bergaul dalam lingkungan masyarakat.
Kualitas pengasuhan dalam keluarga memiliki dampak bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak, serta kualitas mereka di masa depan. Perkembangan anak yang optimal akan terwujud
apabila dilakukan pengasuhan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak serta
mengedepankan prinsip pengasuhan positif. Hal tersebut dapat diwujudkan jika dalam
mengasuh anak, orang tua dapat menjalankan perannya, yaitu:
• Memenuhi kebutuhan akan makanan yang bergizi dan sehat.
• Menanamkan nilai-nilai agama dan moral dalam kehidupan.
• Membangun kelekatan emosional dengan memberikan kasih sayang, perhatian,
penghargaan dan rasa aman.
• Membantu anak dalam mengekspresikan pikiran serta perasaannya melalui perilaku
dan perkataan yang sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh keluarga.
• Menumbuhkembangkan perilaku saling menghargai, menyayangi, toleransi, cinta
kasih, kerja sama, tanggung jawab, dan kesederhanaan.
• Memastikan anak berada di lingkungan yang aman, nyaman, dan ramah bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak.
• Mengajarkan cara-cara menyelesaikan masalah dan konflik yang dihadapi serta
belajar mengambil keputusan.

5
Dengan demikian, dalam memberikan layanan pengasuhan, sebaiknya kepala sekolah,
guru dan orang tua menguasai pengetahuan dan keterampilan dasar, terkait:
• Pertumbuhan dan perkembangan anak.
• Stimulasi yang sesuai dengan usia dan kebutuhan anak (termasuk anak berkebutuhan
khusus).
• Pengasuhan positif, mencakup peran ayah.
• Komunikasi efektif.
• Sumber dukungan yang mudah di akses untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan pengasuhan.

B. Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh atau gaya pengasuhan adalah cara pengasuh melakukan interaksi dan
komunikasi terhadap anak. Gaya pengasuhan ini berpengaruh terhadap perkembangan anak
secara fisik, kemampuan pengendalian emosi, keterampilan sosial, kemampuan menghadapi
masalah, serta kemampuan intelektual dan finansial. Pengaruh pola asuh sejak bayi dapat
berdampak panjang hingga dewasa.
Keragaman latar belakang dan situasi kondisi keluarga menimbulkan keragaman pola asuh
terhadap anak. Hal ini turut membentuk kualitas, kepribadian, dan performa anak yang
berbeda pula. Secara garis besar, ada 4 (empat) pola asuh, yaitu: 1) otoriter, 2) permisif, 3)
lalai atau acuh, dan 4) authoritatif.
Pendidik perlu memahami pola asuh masing-masing anak dalam keluarganya, agar dapat
memberikan layanan pengasuhan yang sesuai di satuan PAUD dan melakukan komunikasi dan

6
mengedukasi kepada orang tua anak didik agar mereka mendapatkan pengasuhan yang lebih
baik dalam keluarga. Berikut adalah penjelasan tentang 4 (empat) pola asuh dalam keluarga.
1) Otoriter

Di antara orang tua anak didik, ada yang menerapkan gaya pengasuhan
otoriter. Hal ini terlihat dari disiplin yang ketat, sedikit memberikan tawaran atau
pilihan kepada anak. Hukuman adalah hal yang biasa pada pola asuh otoriter.
Komunikasi lebih banyak bersifat satu arah. Aturan disampaikan tanpa memberikan
banyak penjelasan, tuntutan kepada anak tinggi dengan fleksibilitas yang terbatas.
Dampaknya anak sering kali tidak memiliki kemampuan inisiatif atau kreativitas yang
tinggi karena terbiasa bergantung pada aturan dan perintah keluarga.
Pendidik perlu memberikan pengalaman pola komunikasi yang hangat, tidak
menuntut hasil dan memberikan apresiasi atas usaha anak sekecil apapun usahanya.
Selain itu pendidik dapat melakukan upaya pendekatan dengan orang tua, untuk
memberikan pemahaman terkait pengasuhan positif bagi anak.
2) Permisif (serba boleh)

7
Selain gaya pengasuhan otoriter, di antara keluarga ada yang menerapkan
gaya pengasuhan permisif. Yaitu memberikan kelonggaran atau pembiaran kepada
anak untuk melakukan apa saja yang dia inginkan. Arahan kepada anak-anak sangat
terbatas. Pengasuh membiarkan anak memecahkan masalahnya sendiri. Komunikasi
bersifat terbuka, tetapi tidak memberi banyak arahan. Hampir tidak ada tuntutan yang
ditetapkan kepada anak. Hal ini dapat berdampak pada perilaku anak yang tidak
memahami tanggung jawab dan Batasan sehingga berlaku sesuai dengan
keinginannya tanpa menghiraukan orang lain.
Terhadap anak didik dengan latar belakang pengasuhan keluarga yang
permisif, pendidik perlu memberikan pengalaman terkait aturan main, memberikan
pemahaman tentang tata krama, dan menerapkan aturan di satuan PAUD secara
konsisten. Dan hal penting lainnya adalah melakukan pendekatan kepada keluarga
agar memahami pengasuhan positif untuk menanamkan karakter budi pekerti luhur
sejak dalam lingkungan keluarga.
3) Lalai/ acuh

Selain gaya pengasuhan otoriter dan permisif, ada juga keluarga yang
menerapkan gaya pengasuhan lalai atau acuh. Gaya pengasuhan lalai ini tidak
menunjukkan gaya disiplin tertentu. Pengasuh tidak terlibat dan membiarkan anak
melakukan apa yang dia inginkan. Komunikasi sangat terbatas dan pengasuhan sangat
sedikit. Tidak ada harapan atau tuntutan kepada anak.
Dampak dari gaya pengasuhan yang acuh ini, tentu memberikan pengalaman
kepada anak untuk melakukan apapun yang diinginkannya dan anak tidak memiliki

8
pengalaman yang kaya dalam berkomunikasi atau berinteraksi. Hal ini dapat
menghambat kemampuan berkomunikasi dan pergaulan sosial.
Apabila teridentifikasi keluarga yang menerapkan pola asuh lalai, pendidik
memberikan pengalaman komunikasi yang hangat dan bersifat dua arah kepada anak,
memberi pemahaman tentang aturan main dan pergaulan sosial yang baik, serta
melakukan pendekatan kepada keluarga melalui program parenting edukasi agar
keluarga dapat memahami dan memberikan pengasuhan yang lebih baik.
4) Authoritatif

Gaya pengasuhan yang keempat adalah authoritatif. Gaya pengasuhan


authoritatif dapat dikatakan sebagai gaya pengasuhan yang paling aman bagi anak.
Hal ini memungkinkan karena keluarga memberikan arahan dan aturan disiplin yang
jelas kepada anak. Komunikasi dilakukan sesuai kemampuan berpikir anak untuk
aturan yang diberikan. Memberi konsekuensi atas perilaku anak yang melanggar
aturan. Tuntutan atau harapan kepada anak tinggi tetapi disampaikan secara jelas,
dan anak mendapatkan arahan untuk mencapai tujuan.
Apabila teridentifikasi keluarga dengan gaya pengasuhan authoritatif, pendidik
dapat mengundang keluarga tersebut sebagai narasumber pada kegiatan parenting,
menyampaikan pengalaman kepada keluarga lainnya tentang pengasuhan anak dalam
keluarga. Anak yang berada dalam pengasuhan authoritatif lebih mudah dalam
mengembangkan perilaku positif, dan dapat bergaul dalam kehidupan sosial dengan
baik. Oleh karenanya, pendidik dapat memberi pengalaman belajar yang kaya dan
eksploratif guna mengembangkan potensi kecerdasan anak secara optimal.

9
Apabila digambarkan, keempat gaya pengasuhan tersebut dapat dicermati
pada ilustrasi berikut:

Hal yang penting diperhatikan bahwa anak didik di satuan PAUD berasal dari
keluarga dengan gaya pengasuhan yang beragam. Latar belakang pendidikan dan
pengalaman hidup keluarga, status sosial, tekanan ekonomi, serta faktor lainnya,
menyebabkan gaya pengasuhan yang berbeda-beda. Peran pendidik di satuan PAUD
adalah memberikan pengasuhan positif dan mengedukasi keluarga agar dapat
memberikan pengasuhan positif di keluarga guna mendukung perkembangan anak
secara optimal.

C. Pengasuhan Positif

Pengasuhan positif adalah cara atau sikap pengasuhan yang mengedepankan prinsip
terbaik bagi anak. Melalui pengasuhan positif, anak akan tumbuh dan berkembang secara
optimal karena pengasuhan dilakukan sesuai dengan tahap perkembangan anak, pengasuh
melakukan komunikasi efektif serta menerapkan disiplin positif. Pengasuhan positif penting
dilakukan untuk mendukung anak berkembang secara fisik, mental, emosional, dan sosial.
Berikut beberapa alasan pentingnya pengasuhan positif:
1. Anak penting mendapatkan kebutuhan fisik berupa perawatan, asupan gizi dan nutrisi
yang berimbang. Namun demikian hal itu tidak akan berdampak maksimal terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak tanpa pengasuhan positif, karena gizi dan
perawatan yang baik tidak akan bermakna tanpa kasih sayang dan interaksi positif.

10
2. Penanaman nilai-nilai agama, dan moral dalam kehidupan serta dasar keterampilan
sosial, hanya dapat tertanam dengan baik melalui pengasuhan positif. Anak-anak
mendapatkan teladan perilaku yang baik, mendapatkan pengalaman berinteraksi
secara positif dari pengasuh melalui pengasuhan positif.
3. Secara fitrah anak-anak membutuhkan kasih sayang, perhatian dan rasa aman. Semua
itu dapat diperoleh melalui pengasuhan positif.
4. Pengasuhan positif menghendaki interaksi dengan anak tanpa kekerasan baik verbal,
fisik, maupun psikologis. Melalui pengasuhan positif anak-anak mendapat
pengalaman untuk melakukan hal yang sama kepada orang lain dalam pergaulan
sosial. Pengasuhan positif menumbuhkan perilaku saling menghargai, saling
menyayangi, toleransi, kerja sama, saling menolong, dan tanggung jawab.
5. Pengasuhan positif memberikan pengalaman bagi anak bagaimana menyelesaikan
masalah dengan baik.
Pengasuhan positif dapat dilihat dari pola interaksi yang mendahulukan dorongan atau
motivasi dibanding pujian, mengedepankan konsekuensi daripada hukuman, serta
membangun kerjasama dibanding kepatuhan. Adapun tujuan dari pengasuhan positif adalah
sebagai berikut:
1) Meningkatkan kualitas interaksi positif dengan anak
Pengasuhan positif bertujuan meningkatkan
kualitas interaksi pengasuhan. Pengasuh
(pendidik dan keluarga) berupaya
menciptakan suasana aman dan nyaman bagi
anak untuk berinteraksi, berkomunikasi dan
beraktivitas. Pengasuh memperlakukan anak
dengan hormat dan penuh kasih sayang.
Komunikasi yang dilakukan mengandung
dukungan, memuji anak tidak berlebihan,
dengan kalimat yang menenangkan, memotivasi, dan memahami anak tanpa
syarat. Meningkatnya kualitas interaksi positif, sekaligus merupakan pengalaman
bagi anak untuk memiliki keterampilan pengendalian diri dan kemampuan
mengelola emosi.

11
2) Lebih dini mengidentifikasi hambatan tumbuh kembang anak
Pengasuhan positif menghendaki pendidik
untuk mengenal anak didik lebih dekat, dan
mengetahui pola asuh dalam kehidupan
keluarganya, sehingga pada akhirnya dapat
mendeteksi potensi maupun masalah
gangguan tumbuh kembang anak lebih dini,
dapat melakukan intervensi dini, serta
memilihkan permainan yang tepat saat
mendampingi anak saat bermain. Dengan mengetahui dan mengidentifikasi
tumbuh kembang anak secara dini, diharapkan anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal.

3) Membantu anak dari perilaku menyimpang


Pengasuhan positif dapat membantu anak
untuk mendisiplinkan diri melalui disiplin
positif, memberi mereka arahan agar tahu
aturan main, mematuhinya dengan alasan
yang dipahami serta memahami
konsekuensinya. Melalui komunikasi efektif
dan disiplin positif sebagai ciri pengasuhan
positif, anak-anak dibantu dalam hal
keterampilan sosial untuk menghindari perilaku menyimpang dalam kehidupan
masyarakat kelak.

12
D. Prinsip-Prinsip Pengasuhan Positif

Pengasuhan positif dapat dilakukan melalui 5 (lima) prinsip, yaitu: 1) kelekatan


(attachment), 2) respek (memperlakukan anak dengan hormat), 3) pengasuhan proaktif, 4)
komunikasi efektif, dan 5) disiplin positif. Sebagai suatu prinsip, kelimanya dilakukan dalam
pengasuhan positif, menjadi indikator yang saling berkaitan satu sama lain, sebagaima na
dapat dicermati pada ilustrasi berikut:

1) Kelekatan
Kelekatan (attachment) adalah situasi yang
dibuat oleh pengasuh agar anak merasa aman,
merasa dihargai dan disayangi. Kelekatan
menghendaki pengasuh hadir untuk mereka.
Kelekatan dapat dibangun melalui berbagai
cara, diantaranya melalui sentuhan fisik,
pelukan, ciuman, dan belaian. Dapat juga
berupa pujian atau hadiah kecil atas
keberhasilan termasuk keberhasilan kecil,
seperti berhasil bersabar menunggu giliran,
berhasil tidak rewel saat menginginkan sesuatu tetapi keinginan itu belum dapat
dipenuhi, dan lain-lain.

13
2) Penghormatan atau Respek
Penghormatan atau respek (memperlakukan
anak dengan hormat) sebagai individu yang perlu
dihargai, memberikan pengalaman kepada
mereka sebagai peniru untuk juga dapat
menghormati orang lain dalam pergaulan sosial.
Menghormati anak, artinya tidak menghukum
yang membuat mereka malu, tidak memberi
hukuman fisik, serta memberi ruang untuk
berekspresi sesuai dengan kemampuannya, dan menerima mereka apa adanya
dengan segala kekurangan dan kelebihannya sebagai cinta tanpa syarat.

3) Pengasuhan Proaktif
Pengasuhan proaktif menghendaki pengasuh
mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi
pada anak, dan mengajarkan mereka
menyelesaikan masalah dengan baik sebelum hal
itu terjadi. Sebagai contoh, pengasuh
menjelaskan kepada anak bahwa marah itu
sebagai suatu ekspresi yang wajar, jika kamu
merasa marah, lakukanlah bernafas seperti
dinosaurus, tarik napas panjang, kemudian
keluarkan! (hal ini sebagai antisipasi, sebelum terjadi anak memukul orang lain karena
marah). Pengasuhan proaktif mengedepankan responsif dibandingkan reaktif,
memberi pengalaman kepada anak bagaimana mengendalikan emosi, melalui
keteladanan saat pengasuh menanggapi dengan bijak ketika masalah muncul, baik
masalah terkait dengan anak maupun masalah yang tidak terkait dengan anak.

14
4) Disiplin Positif
Disiplin positif dilakukan dengan membimbing
anak agar mengetahui perilaku mana yang
diterima di lingkungan sosial dan mana yang tidak,
secara tegas dan baik. Hal itu dimaksudkan agar
anak memiliki keterampilan sosial, melalui
pemahaman terhadap aturan dan
konsekuensinya. Hukuman yang diberikan adalah
metode kontrol terhadap perilaku, agar anak
terbiasa menaati aturan bukan sebagai suatu kepatuhan semata, melainkan ada
alasan yang dipahami yang mendasari ditegakkannya suatu aturan. Disiplin positif
sangat bermanfaat bagi anak agar menjauhi hal-hal yang berbahaya bagi dirinya,
melatih pengendalian diri, membiasakan perilaku yang tepat, dan diterima
masyarakat.

5) Komunikasi Efektif
Komunikasi akan efektif apabila penyampaian pesan
dapat dipahami oleh penerima pesan dengan
nyaman. Komunikasi efektif sebagai prinsip
pengasuhan positif, menghendaki pengasuh
menjalin komunikasi yang membuat anak merasa
dipahami, pengasuh ada di pihak mereka, ada untuk
mereka saat mereka dalam keadaan berhasil
ataupun saat mereka menghadapi masalah.
Komunikasi efektif mengajarkan anak tentang perilaku sosial yang optimis dan
menumbuhkan rasa percaya diri. Beberapa penghalang komunikasi efektif antara lain
orang tua berbicara tergesa-gesa, menganggap semua anak sama, tidak membaca
Bahasa tubuh anak, tidak berempati terhadap perasaan anak, dan gaya komunikasi
yang negatif seperti memerintah, meremehkan, membandingkan, melabel atau
mencap anak secara negatif, mengancam, menyindir, menyalahkan, membohongi,
menggurui, mengkritik, dan sebagainya.

15
E. Komunikasi Efektif

Pada masa usia dini, fokus orang tua adalah membentuk rasa percaya pada anak. Orang
tua perlu memastikan bahwa anak merasa bahwa ia anak secara teratur dan konsisten, serta
memberikan kebutuhan kasih sayang pada anak merupakan bentuk pengasuhan positif pada
usia ini.
Pada usia ini, sebaiknya orang tua mulai memberikan
kesempatan kepada anak untuk melakukan kegiatan secara
mandiri, namun tetap disesuaikan dengan perkembangan
kemampuan anak. Orang tua juga dapat membuat kesepakatan
sederhana dengan anak. Selain itu, yang terpenting adalah orang
tua memberikan contoh kepada anak karena pada usia ini anak
sangat senang meniru.
Dalam mengasuh anak balita, orang tua mulai dapat
memberikan tanggung jawab kepada anak sesuai dengan
kemampuannya. Orang tua juga perlu memberi
kesempatan kepada anak untuk memberi pendapat dan
membuat keputusan sederhana. Selain itu, orang tua
perlu mendukung anak dalam memunculkan ide-idenya
serta bekerja sama dalam menyelesaikan masalah
sederhana. Dalam pengembangan disiplin, orang tua
dapat mengajarkan anak mematuhi aturan sederhana
misalnya dalam bermain.
Anak mempelajari perilaku positif dan nilai-nilai melalui komunikasi dengan orang dewasa
di sekitarnya, khususnya orang tua. Komunikasi akan menjadi efektif apabila penyampaian
pesan dapat dipahami oleh penerima pesan. Jika anak tidak merespons apa yang dikatakan
oleh orang tua, bisa jadi penyebabnya karena pesan atau kata-kata yang disampaikan tidak
dimengerti oleh anak. Dengan demikian, orang tua dapat mencari cara agar komunikasi dua
arah dengan anak dapat berjalan dengan baik dan hangat, misalnya dengan:
• Mengamati pertumbuhan dan perkembangan anak dalam kehidupan sehari-hari
• Mendengar aktif dan memahami bagaimana anak bereaksi dan mengekpresikan
keinginannya, misalnya saat lapar, ingin bermain Bersama

16
• Menyediakan waktu yang berkualitas untuk melakukan kegiatan bersama anak secara
rutin dan konsisten
• Menunjukkan kasih sayang dengan memberikan penghargaan, menerima anak apa
adanya, menggunakan kata-kata atau istilah yang positif, memberikan belaian dan
pelukan yang hangat bahkan di saat anak sedang memiliki masalah atau melakukan
suatu kesalahan
• Memiliki pandangan positif terhadap anak selama berinteraksi dengan anak
Apabila komunikasi efektif dapat terjalin antar orang tua dan anak maka manfaat yang
dirasakan adalah:
a) Anak merasa diterima dan dipercaya orang tua sehingga anak akan membicarakan
semua persoalan dengan orang tua.
b) Orang tua lebih mudah menyampaikan harapan terhadap anak dan dapat
mengembangkan perilaku positif anak.
c) Orang tua yang mendengarkan suara anak menunjukkan sikap respek. Anak merasa
didengar dan dimengerti dan pada gilirannya akan meningkatkan rasa percaya diri
sehingga anak juga akan terlatih menjadi pendengar yang baik.
d) Anak akan terlatih mengendalikan diri karena dalam komunikasi yang efektif anak dan
orang tua akan terlatih untuk menyimak ketika orang lain berbicara.
e) Anak akan menyampaikan pendapat, pemikiran; dan perasaannya dengan baik dan
terkendali.
Komunikasi tidak akan berjalan dengan baik jika ada penghalang, seperti ketika bercakap-
cakap sering kali menyalah-nyalahkan anak, melabel anak secara negatif (nakal, pemalas dll),
meremehkan atau mengejek, orang tua selalu merasa benar, sering ceramah berkepanjangan
kepada anak, menyindir-nyindir anak, membanding-bandingkan dengan kakak/adik/anak
lain, dan mengeluhkan prilaku anak kepada orang lain di depan anak (sepengetahuan anak).

17

Anda mungkin juga menyukai