Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dekubitus di Indonesia mencapai kejadian terbilang tinggi di bandingkan 33,3%,
dimana angka ini terbilang cukup tinggi dibandingkan dengan angka prevalensi ulkus
dekubitus di Asia Tenggara yang hanya berkisar 2,1%-31,3%, maka dari itu dekubitus
harus dilakukan penceghan dini. (Ginsbreng, 2008, hlm.79).
Dekubitus disebabkan oleh tekanan tubuh secara yang terus menerus sehingga
mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat sehingga mengalami kerusakan/
kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit. Pada pasien tirah baring seperti lumpuh,
sedang koma, memiliki keterbatasan pergerakan karena kondisi medis beresiko mengalami
dekubitus, dikarenakan keterbatasan pergerakan akibat kondisi pasien sehingga mengalami
kerusakan/kematian kulit pada daerah yang tertekan.
Koma merupakan keadaan penurunan kesadaran dan respons dalam bentuk yang
berat, kondisi seperti tidur yang dalam dimana pasien tidak mampu bangun dari tidurnya
(Sudoyo, et al. 2010). Umumnya seseorang akan mengalami koma selama beberapa
minggu. Tetapi, ada pula yang mengalami koma hingga waktu berbulan-bulan. Jika hal itu
terjadi, kemungkinan untuk meninggal dunia lebih besar.
Pencegahan yang dilakukan untuk mengurangi resiko dekubitus pada pasien koma
yaitu dengan cara alih baring setiap 2 jam sekali untuk mengubah posisi pasien dengan
mengganti titik tumpu berat badan, yang tujuannya memperbaiki sirkulasi, metabolisme
dan melancarkan peredaran darah terutama pada daerah yang tertekan.
Alih baring adalah tindakan yang dilakukan untuk mengubah posisi pasien yang
mengalami tirah baring total untuk mencegah kejadian luka tekan pada kulit pasien. Tujuan
alih baring adalah untuk mendistribusikan tekanan baik dalam posisi duduk atau berbaring
serta memberikan kenyamanan pada pasien. Pada dasarnya alih baring dilakukan sebagai
bagian dari prosedur baku dalam intervensi keperawatan untuk mengurangi resiko
dekubitus pada pasien dengan imobilisasi (Potter & Perry, 2010, hlm.1275). Alih baring
memiliki manfaat mengganti titik tumpu berat badan yang tertekan pada area tubuh yang
lain, mempertahankan sirkulasi darah pada daerah yang tertekan, dan dapat menurunkan
tekanan pada tonjolan tulang (Kozier, 2011, hlm.325).
Alih baring dapat mencegah dekubitus pada daerah tulang yang menonjol. Hal ini
dikarenakan alih baring mengurangi penekanan akibat tertahannya pasien pada satu posisi
yang diberikan untuk mengurangi tekanan dan gaya gesek kulit. Menjaga bagian kepala
tempat tidur setinggi 30 derajat atau kurang akan menurunkan peluang terjadinya dekubitus
akibat gaya gesek (Potter & Perry, 2010, hlm.1275). Posisi tubuh alih baring 2 jam yang
tepat akan menentukan keberhasilan intervensi keperawatan terhadap pasien, menurut
Perry & Potter (2010, hlm.91) posisi alih baring meliputi
supine/terlentang,lateral/miring,prone/telungkup, dan fowler tinggi.
Dari uraian di atas dianggap perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh alih
baring terhadap tirah baring pada pasien koma di ruang ICU RSUD Dr. Moewardi
Surakarta tahun 2015.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah pengaruh alih baring terhadap tirah baring pasien koma?

1.3 Tujuan Penelitian


Mengetahui pengaruh alih baring terhadap tirah baring pasien koma
DAFTAR PUSTAKA

Ginsbreng, Lionel (2008). Lecture Notes Neurologi. Jakarta: Penerbit Erlangga

Potter, P. A., & Perry, A. G., (2010). Fundamental Keperawatan.Edisi 7. Jakarta:

Salemba Medika

Nizar, Afif Muhamad. 2015.


http://jurnal.poltekkes-solo.ac.id/index.php/JKG/article/download/351/313

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Synder S.J. (2010).
Buku ajar praktik keperawatan klinis. Edisi 5. Jakarta: EGC

Sudoyo, Aru W. et al.2010.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Interna

Publishing

Anda mungkin juga menyukai