Dekubitus di Indonesia mencapai kejadian terbilang tinggi di bandingkan 33,3%, dimana angka ini terbilang cukup tinggi dibandingkan dengan angka prevalensi ulkus dekubitus di Asia Tenggara yang hanya berkisar 2,1%-31,3%, maka dari itu dekubitus harus dilakukan penceghan dini. (Ginsbreng, 2008, hlm.79). Dekubitus disebabkan oleh tekanan tubuh secara yang terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat sehingga mengalami kerusakan/ kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit. Pada pasien tirah baring seperti lumpuh, sedang koma, memiliki keterbatasan pergerakan karena kondisi medis beresiko mengalami dekubitus, dikarenakan keterbatasan pergerakan akibat kondisi pasien sehingga mengalami kerusakan/kematian kulit pada daerah yang tertekan. Koma merupakan keadaan penurunan kesadaran dan respons dalam bentuk yang berat, kondisi seperti tidur yang dalam dimana pasien tidak mampu bangun dari tidurnya (Sudoyo, et al. 2010). Umumnya seseorang akan mengalami koma selama beberapa minggu. Tetapi, ada pula yang mengalami koma hingga waktu berbulan-bulan. Jika hal itu terjadi, kemungkinan untuk meninggal dunia lebih besar. Pencegahan yang dilakukan untuk mengurangi resiko dekubitus pada pasien koma yaitu dengan cara alih baring setiap 2 jam sekali untuk mengubah posisi pasien dengan mengganti titik tumpu berat badan, yang tujuannya memperbaiki sirkulasi, metabolisme dan melancarkan peredaran darah terutama pada daerah yang tertekan. Alih baring adalah tindakan yang dilakukan untuk mengubah posisi pasien yang mengalami tirah baring total untuk mencegah kejadian luka tekan pada kulit pasien. Tujuan alih baring adalah untuk mendistribusikan tekanan baik dalam posisi duduk atau berbaring serta memberikan kenyamanan pada pasien. Pada dasarnya alih baring dilakukan sebagai bagian dari prosedur baku dalam intervensi keperawatan untuk mengurangi resiko dekubitus pada pasien dengan imobilisasi (Potter & Perry, 2010, hlm.1275). Alih baring memiliki manfaat mengganti titik tumpu berat badan yang tertekan pada area tubuh yang lain, mempertahankan sirkulasi darah pada daerah yang tertekan, dan dapat menurunkan tekanan pada tonjolan tulang (Kozier, 2011, hlm.325). Alih baring dapat mencegah dekubitus pada daerah tulang yang menonjol. Hal ini dikarenakan alih baring mengurangi penekanan akibat tertahannya pasien pada satu posisi yang diberikan untuk mengurangi tekanan dan gaya gesek kulit. Menjaga bagian kepala tempat tidur setinggi 30 derajat atau kurang akan menurunkan peluang terjadinya dekubitus akibat gaya gesek (Potter & Perry, 2010, hlm.1275). Posisi tubuh alih baring 2 jam yang tepat akan menentukan keberhasilan intervensi keperawatan terhadap pasien, menurut Perry & Potter (2010, hlm.91) posisi alih baring meliputi supine/terlentang,lateral/miring,prone/telungkup, dan fowler tinggi. Dari uraian di atas dianggap perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh alih baring terhadap tirah baring pada pasien koma di ruang ICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2015.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah pengaruh alih baring terhadap tirah baring pasien koma?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh alih baring terhadap tirah baring pasien koma DAFTAR PUSTAKA