Anda di halaman 1dari 23

PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN DAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Dosen Pengampu : Tri Ari Prasetyowati, S.S.T., M.Kes

Oleh :

Riyana Dewi Lestari (201801015)

AKADEMI KEBIDANAN DUTA DHARMA PATI

TAHUN AJARAN 2020/2021


PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
A. Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan
tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau
sumber data.
Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur :
a. Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa informasi yang
ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah dibuat secara sistematis.
Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder, kamera photo, dan material lain
yang dapat membantu kelancaran wawancara.
b. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan secara spesifik, dan
hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali dari responden.
2. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur
sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam
berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan
untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada
responden yang tidak terlalu besar.
Macam-macam observasi :
a. Observasi partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari orang atau
situasi yang diamati sebagai sumber data.
Misalnya seorang guru dapat melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku siswa,
semangat siswa, kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru, dsb.
b. Observasi tak berstruktur
Observasi tak berstruktur merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung
dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati.
Misalnya penelitian tentang pola pembinaan olahraga, seorang peneliti yang menempatkan
dirinya sebagai pengamat dan mencatat berbagai peristiwa yang dianggap perlu sebagai
data penelitian. Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh data
yang mendalam karena hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui
makna yang terkandung di dalam peristiwa. Alat yang digunakan dalam teknik observasi ini
antara lain : lembar cek list, buku catatan, kamera photo, dll.
c. Observasi kelompok
Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti
terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian..
3. Questioner (Kuesioner/Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya
(Sugiyono, 2010: 199).
Kuesioner efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa
yang diharapkan dari responden. Kuesioner cocok digunakan apabila jumlah responden cukup
besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan
tertutup atau terbuka. Kuesioner dapat digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian
kuantitatif, kualitatif, dan pengembangan. Kuesioner lebih sering digunakan dalam penelitian
kuantitatif dan pengembangan. Tetapi ada juga penelitian kualitatif yang menggunakan
bantuan angket sebagai teknik pengumpulan datanya.
Dalam Arikunto (2006: 152) ,
kuesioner dapat dibedakan atas beberapa jenis, tergantung pada sudut pandangan :
a. Dipandang dari cara menjawab
Dibedakan menjadi kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka memberi
kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri. Sedangkan
kuesioner tertutup sudah disediakan jawabannya, sehingga responden tinggal memilih.
b. Dipandang dari jawaban yang diberikan
Ada dua jenis kuesioner, yaitu kuesioner langsung dan kuesioner tidak langsung. Kuesioner
langsung yaitu reponden menjawab tentang dirinya. Sedangkan kuesioner tidak langsung
yiatu jika reponden menjawab tentang orang lain
c. Dipandang dari bentuknya
Menurut bentuknya, kuesioner dibedakan menjadi kuesioner pilihan ganda, kuesioner isian,
check list, dan rating-scale
4. Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen berbentuk tulisan
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen
berbentuk gambar misalnya foto, sketsa, dll. Dokumen berbentuk karya misalnya karya seni,
yang dapat berupa gambar, patung, film, dll. Dalam penelitian kualitatif studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara.
Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan lebih kredibel jika didukung sejarah
pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat dan autobiografi.
Penelitian juga semakin kredibel jika didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik.
Dokumetasi dapat digunakan pada penelitian kuantitatif, kualitatif dan pengembangan.
Dokumentasi sering digunakan pada penelitian kualitatif sebagai pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara. Akan tetapi, dokumentasi juga digunakan dalam penelitian
kuantitatif dan pengembangan, dalam hal mengumpulkan data awal yang dapat menunjang
latar belakang dan pentingnya penelitian
5. Tes
Tes digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan obyek
yang diteliti (Arikunto, 2006: 223).  Sumber yang dikenai tes bukan hanya manusia. Misalnya
binatang, mesin mobil, dll.
Serentetan pertanyaan atau latihan untuk mengukur kemampuan individu mengenai satu
hal. Dalam menggunakan metode tes, penenliti memerlukan instrument berupa tes atau soal-
soal tes. Soal tes terdiri dari banyak butiran tes (item) yang masing-masing mengukur satu
jenis variable. Jenis-jenis tes meliputi :

a. Test bakat
b. Test kepribadian
c. Test sikap
d. Test prestasi
e. Test inteligensi
f. Test minat

Contoh: Jika seekor anjing pelacak akan digunakan sebagai pembantu polisi untuk
mendeteksi narkoba, dia dites dulu apakah kiranya memiliki kecerdasan dan penciuman yang
tajam, sehingga ada kemungkinan untuk dilatih. Selama dan sesudah latihan berlangsung,
anjing tersebut dites lagi berkali-kali untuk diketahui seberapa tinggi peningkatan
kemampuannya. Untuk manusia, instrumen yang berupa tes ini dapat digunakan untuk
mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi. Tes prestasi belajar yang biasa
digunakan di sekolah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tes buatan guru dan tes terstandar.
Tes buatan guru yang disusun oleh guru dengan prosedur tertentu, tetapi belum mengalami uji
coba berkali-kali sehingga tidak diketahui ciri-ciri dan kebaikannya. Tes terstandar biasanya
sudah tersedia di lembaga testing, yang sudah terjamin keampuhannya.
6. Pemeriksaan
Pada penelitian dibidang kesehatan, banyak jenis pemeriksaan dapat dilakukan, seperti
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan kedokteran kusus (EKG, EEG,
EMG, CT Scan, Foto Rontgen, USG, dll). Pemeriksaan ini memegang peranan yang penting
dalam mengumpulkan data. Kelainan klinis dapat di kumpulkan dari hasil pemeriksaan fisik.
Metode yang di gunakana dalam pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi.
7. Diskusi kelompok terpimpin (FGD)
Metode ini mmnya digunakan pada penelitian kualitatif. Disksi di gunakan untuk menggali
informasi secara mendalam mengenai topic tertentu. Pada saat diskusi berlangsng, pimpinan
diskusi meluruskan topic pembicaraan yang melenceng.

B. Penyajian Data
Penyajian data dikelompokkan menjadi 3, antara lain :
1. Penyajian dalam bentuk teks (textular)
Penyajian textular adalah penyajuan data hasil penelitian dalam uraian kalimat. Metode ini
digunakan untuk data yang jumlahnya kecil atau sedikit dan memerlukan suatu kesimpulan
sederhana oleh karena itu kemampuan metode penyajian ini sangat  terbatas.
Penyajian data secara tekstular umunya diperlukan untuk mengawali penulisan hasil. Penyajian
tektular yang baik adalah sebagai berikut:
a. Kata-kata yang digunakan tepat, tidak mempunyai arti ganda
b. Penulisan baku,sesuai kaidah Bahasa Indonesia
c. Uraian harus lengkap mencakup kapan, apa, dimana dan oleh siapa pengumpulan data
yang dilakukan
Contoh :
Penelitian oleh Malapetaka tahun 2020, tentang diare dirumah sakit palang biru, menemukan
bahwa dari 250 penderita diare, terdapat 60% diare yang disebabkan oleh bacterial 30% diare
karena intoleransi dan 10% tidak diketahui penyebabnya.
2. Tabel
Penyajian dalam bentuk tabel adalah suatu penyajian yang sistematik dari pada system
numeric, yang tersusun dalam kolom atau jajaran. Penyajian dengan tabel ini biasanya
dipergunakan untuk kepentingan analisis perbandingan-perbendaingan yang diperlukan dalam
teori penelitian sosial.
Tabel dalam statistic dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Tabel umum adalah suatu tabel yang berisi seluruh data atau variabel hasil penelitian,
pentingnya tabel ini adalah :
1) Menyajikan data aslinya, sehingga dapat dipakai untuk rujukan
2) Menjadi sumber keterangan untuk data asli
3) Sebagai penyusunan tabel khusus.
Contoh :
IBU HAMIL DENGAN ANEMIA
DI PUSKESMAS MARGOREJO TAHUN 2020

Nama Umur JK Pendi Peker Agama Suku Status Rt/


dikan jaan Rw
Ny.L 23 th P SMA IRT Islam Jawa Menikah 5/3
NY.P 27 th P S1 Guru Islam Jawa Menikah 2/2
Ny.A 21 th P SMK IRT Islam Jawa Menikah 3/2
Ny.R 25 th P SMA IRT Islam Jawa Menikah 7/1

b. Tabel khusus adalah table yang digunakan untuk menggambarkan penjabaran atau
distibrusi suatu variable dan juga adanya hubungan atau asosiasi khusus, dan menyajikan
data yang terpilih dalam bentuk sederhana tabel ini bentuknya bermacam-macam, antara
lain :
1) Tabel univariat
Suatu tabel yang mengambarkan penyajian data dalam bentuk distrbusi frekuensi untuk
satu variable saja. Contoh :
DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN KEKERASAN
FISIK SEKSUAL

Kekerasan Seksual Frekuensi Presentase (%)


Tidak pernah 206 72,2 %
Pernah 54 20,8 %
Jumlah 260 100,0 %
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak pernah
engalami kekerasan seksual, yaitu sebanyak 201 responden (79,2%).
2) Table bivariate
Suatu tabel yang menyampaikan data dari dua variable secara silang. Karena itu tabel
ini sering disebut tabel silang. (cross tabulation). Contoh :
TABULASI FREKUENSI PACARAN DENGAN KEKERASAN
DALAM PACARAN PADA REMAJA

Frekuens Kekerasan dalam pacaran


Rendah Tinggi Jumlah
i
Frek % Frek % F %
pacaran
<4 kali 48 57,8 35 42,2 83 100,0
>4 kali 44 34,1 85 65,9 129 100,0
Hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase remaja yang mengalami
kekerasan dalam pacaran tinggi lebih banyak pada remaja yang memeikili frekuensi
pacaran >4 kali yaitu 85 responden (65,9%).
c. Penyajian dalam bentu grafik
Penyajian data visual dilakukan melalui bentuk grafik, gambar, atau diagram. Modifikasi
bentuk penyajian data dengan grafik ini beranekaragam, antara lain :
1) Grafik atau diagram garis dan kurva
2) Bar diagram atau diagram balok
3) Diagram area atau diagram ranah
4) Piktogram (diagram gambar)
5) Histogram dan frekuensi polygon
Di bawah ini adalah contoh-contohgrafik atau diagramnya yang dimaksud :
1) Pie diagram

Pola Pecarian Pengobatan Masyarakat Wilayah

Kerja Puskesmas Bolu

20
30 %
% Dokter
Praktek
Mantri
Dukun
28
15 % Diobati
% Sendiri

17 Puskesmas
%

2) Grafik atau diagram garis

Jumlah kunjungan puskesmas Legok Tahun 2007

3) Bar diagram
C. Pengolahan Data
Setelah teknik pengumpulan data dilakukan, selanjutnya adalah melakukan pengolahan
data ,pentingnya pengolahan data adalah :
1. Data yang sudah terkumpul perlu diolah dahulu
2. Tujuannya menyederhanakan seluruh data yang terkumpul
3. Menyajikan dalam susunan yang baikdan rapi kemudian dianalisis.
Dalam tahap pengolahan data ini, ada tiga kegiatan yang dilakukan, yaitu:
1. Penyuntingan (editing)
Kegiatan yang dilakukan adalah memeriksa seluruh daftar pertanyaan yang dikembalikan
responden. Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Kesesuaian jawaban responden dengan pertanyaan yang diajukan
b. Kelengkapan pengisian daftar pertanyaan
c. Keajegan (consistency) jawaban responden
Dalam menyunting, penyunting harus diberitahu agar tidak mengganti atau menafsirkan
jawaban responden. Jadi kebenaran jawaban dapat terjaga
2. Pengkodean (coding)
a. Pengkodean dapat dilakukan dengan memberi tanda (simbol) yang berupa angka pada
jawaban responden yang diterima.
b. Tujuan pengkodean adalah untuk penyederhanaan jawaban responden
c. Harus diperhatikan pemberian pada jenis pertanyaan yang diajukan (pertanyaan terbuka
atau pertanyaan tetutup)
d. Untuk pertanyaan tetutup, kode ditentukan dengan mudah, misalnya: 1 untuk jawaban
ya/setuju dan kode 0 untuk tidak/tidak setuju; atau ditambah kode 99 untuk jawaban yang
kosong (responden tidak meberi jawaban)
e. Untuk pertanyaan terbuka dilakukan dengan tahapan tertentu
1) Jawaban responden diperiksa untuk dibuat kategori jawaban tertentu.
2) Apabila ternyata jawaban perlu dikategorikan, dibuat kategori yang sesuai.
3) Setelah itu tiap kategori diberi kode
Seluruh kode yang ditentukan untuk tiap jawaban, disusun dalam buku kode. Buku kode
ini selain diperlukan dalam pengkodean juga digunakan sebagai pedoman untuk analisis
data dan penulisan laporan
3. Tabulasi (tabulating)
Kegiatan yang dilakukan dalam tabulasi adalah menyusun dan menghitung data hasil
pengkodean, untuk kemudian disajikan dalam bentuk tabel. Tabel dapat berupa tabel frekuensi,
tabel korelasi, atau tabel silang.
Pada dasarnya ada 2 cara pelaksanaan tabulasi, yaitu :
a. Tabulasi manual
Semua kegiatan dari perhitungan sampai penyajian tabel dilakukan dengan tangan.
b. Tabulasi mekanis
Pelaksanaan dengan cara ini dibantu dengan peralatan tertentu, yaitu: komputer. Semua
kegiatan dilakukan dengan bantuan alat yang telah dipilih.

Perhitungan dalam pengolahan data menggunakan perhitungan statistik sederhana


1. Rate
Perbandingan antar jumlah suatu kejadian atau event terhadap jumlah penduduk yang
mempunyai resiko terhadap kejadian tersebut yang menyangkut interval waktu.
Kegunaan : untuk menyatakan dinamika / kecepatan kejadian tertentu dalam suatu
masyarakat tertentu pula .
Rumus : (x/y) k
Keterangan : X : Angka kejadian
Y : populasi berisiko
K: Konstanta
2. Ratio
Ratio adalah perbandingan dua bilangan yang tidak saling tergantung,Ratio digunakan
untuk menyatakan besarnya kejadian.
Rumus: Ratio: (x/y) k
3. Porposi
Proporsi adalah perbandingan yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut,
Proporsi digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel dalam populasi.
Rumus: Proporsi : x / (x+y) x k

D. Penentuan Masalah
Menurut James H. MacMillan dan Schumacher (Hadjar, 1996: 40-42), masalah dapat
bersumber dari observasi, dedukasi dari teori, ulasan kepustakaan, masalah sosial yang sedang
terjadi, situasi praktis dan pengalaman pribadi. Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi merupakan sumber yang kaya masalah penelitian. Kebanyakan Teori
merupakan konsep-konsep yang masih berupa prinsir-prinsip umum yang penerapannya belum
dapat diketahui selama belum diuji secara empiris. Penyelidikan terhadap masalah yang
diangkap dari teori berguna untuk mendapatkan penjelasan empiris praktik tentang teori.
2. Kepustakaan
Hasil penelitian mungkin memberikan rekomendasi perlunya dilakukan penelitian ulang
(replikasi) baik dengan ataukeputusan praktis didasarkan atas praduga tanpa didukung oleh
data empiris. Masalah penelitian dapat diangkat dari hasil observasi terhadap hubungan
tertentu yang belum mempunyai dasar penjelasan yang memadai dan cara-cara rutin yang
dalam melakukan suatu tindakan didasarkan atas otiritas atau tradisi. Penyelidikan mungkin
menghasilkan teori baru, rekomendasi pemecahan masalah praktis dan mengidentifikasi
variabel yang belum ada dalam bahasan litelatur.
3. Dedukasi dari teori tanpa variasi
Replikasi dapat meningkatkan validitas hasil penelitian dan kemampuan untuk
digeneralisasikan lebih luas. Laporan penelitian sering juga menyampaikan rekomendasi
kepada peneliti lain tentang apa yang perlu diteliti lebih lanjut. Hal ini juga menjadi sumber
untuk menentukan masalah yang menentukan masalah yang perlu diangkat untuk diteliti.
4. Masalah social
Masalah sosial dapat pula menjadi sumber masalah penelitian. Misalnya: seringnya
menjadi perkelahian siswa antar sekolah dapat memunculkan pertanyaan tentang efektivitas
pelaksanaan pendidikan moral dan agama serta pembinaan sikap disiplin. Banyaknya
pengangguran lulusan perguruan tinggi menimbulkan pertanyaan tentang kesesuaian
kurikulum dengan kebutuhan masyarakat.
5. Situasi praktis 
Dalam pembuatan keputusan tertentu, sering mendesak untuk dilakukan penelitian
evaluatif. Hasil sangat diperlukan untuk dijadikan dasar pembuatan keputusan lebih lanjut.
6. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat memunculkan masalah yang memerlukan jawaban empiris
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam.(Purwanto, M.pd:109-111)

Contoh masalah :
Target cakupan diare : 80 %
Cakupan diare : 60 %
Kesenjangan 80% - 60% = 20%
Selanjutnya untuk mengetahui rumusan masalahnya diperlukan konfirmasi dengan menjawab
[ertanyaan 4W+1H
1. Apa masalahnya (What) : cakupan diare
2. Siapa yang bermasalah : keluarga
3. Dimana terjadinya : didesa grogolan
4. Kapan terjadinya : oktober 2019
5. Berapa besar masalahnya : 20%

E. Penentuan Prioritas Masalah


1. Metode Delphi
Metode Delphi adalah metode sistematis dalam mengumpulkan pendapat dari
sekelompok pakar melalui serangkaian kuesioner, di mana ada mekanisme feedbackmelalui
‘putaran’/round pertanyaan yang diadakansambil menjaga anonimitas tanggapan responden
(para ahli). (Foley, 1972)Langkah- Langkah Metode Delphi menurut mansoer (1989 : 72),
antara lain :
a. Masalah diidentifikasikan dan melalui seperangkat pertanyaan yang disusun cermat
anggota kelompok diminta menyampaikan kesimpulan-kesimpulannya yang potensial.
b. Kuesioner pertama diisi oleh anggota secara terpisah dan bebas tanpa mencantumkan
nama.
c. Hasil kuesioner pertama dihimpun, dicatat dan diperbanyak dipusat (sekretariat kelompok).
d. Setiap anggota dikirimi tembusan hasil rekaman.
e. Setelah meninjau hasil, para anggota ditanyai lagi tentang kesimpulan-kesimpulan mereka.
Hasil yang baru biasanya menggugah para anggota untuk memberi kesimpulan baru, malah
ada kalanya mereka mengubah sama sekali kesimpulan pertama mereka.
2. Metode Delbeg
Metode Delbeg dengan pembobotan :
a. Menentukan kriteria untuk menentukan tinggi/ rendahnya nilai masalah, misalnya besarnya
masalah, kegawatan masalah, kecenderungan meningkat, akibat masalah terhadap
produktivitas kerja, dan luasnya masalah.
b. Mengkaji apakah kriteria dapat dipakai untuk menilai permasalahan
c. Menentukan bobot dari masing-masing kriteria.

Misalnya :
Kegawatan masalah (A) bobot 6
Kecendurungan meningkat (B) bobot 7
Akibat masalah terhadap produktivitas kerja (C) bobot 8
Luasnya masalah (D) bobot 9
d. Menentukan skala nilai untuk kriteria tersebut ( mis.,1-10)
e. Menetapkan prioritas
Kriteria Masalah A (6) B (7) C (8) D (9) Jumlah Uruta
n
Masalah gizi balita 4x6 5x7 5X8 4X9 135 II
Masalahpertolonga 5x6 9x7 7x8 5x9 194 I
n
Masalah KB 3x6 5x7 5x8 4x9 129 III

3. Metode Hanlon Kuantitatif


Tujuan metode ini adalah :
a. Mengidentifikasi factor-faktor yang dapat di ikut sertakan dalam proses penentuan masalah
b. Mengelompokkan factor-faktor yang ada dan memberikan bobot kepada kelompok factor
tersebut
c. Memungkinkan anggota untuk mengubah factor dan nilai sesuai dengan kebutuhan

Metode ini menggunakan 4 kelompok kriteria :


a. Kelompok kriteria A (besarnya masalah)
Kriteria A diukur dari besarnya penduduk yang terkena efek langsung insiden/prevalansi)

Masalah Besarnya masalah per 10.000 penduduk Nilai


kesehatan >500 499-100 93-50 49-10 9-5
(10) (8) (6) (10) (2)
X X 4
Y X 6
Z X 4

b. Kelompok kriteria B (kegawatan masalah)


Kriteria B ditetapkan dengan skor 1-5

Masalah Keganasan Tingkat urgensi Biaya yang Nilai


kesehatan dikelarkan
X 3 2 3 10
Y 2 2 3 7
Z 3 4 3 8

c. Kelompok kriteria C (kemudahan dalam penanggulangan)


Untuk menilai kriteria C (kemudahan dalam penanggulagan masalah), pertanyaan yang
harus dijawab adalah apakah sumber dan teknologi yang tersedia mampu meyelesaikan
masalah. Semakin sulit pennaggulagan masalah, semakin kecil skor yang diberikan.
1 2 3 4 5
Sangat sulit sangat mudah

Contoh :
Hasil konsesus yang dicapai pada langkah ini memberi nilai rata-rata sebagai berikut
(kelompok terdiri dari 7 orang):

Masalah X = 3+4+3+2+4+3+2 = 21 = 3

7 7

Masalah Y = 4+4+3+4+3+4+3 = 20 = 3,6

7 7

Masalah Z = 2+3+3+2+3+4+3 = 20 = 2,8

7 7

d. Kelompok kriteria D (PEARL factor)


Kelompok kriteria D terdiri dari beberapa factor yang saling menentukan dapat atau tidaknya
suatu program dilaksanakan.
Factor-faktor tersebut :
1) Property (kesesuaian)
2) Ecpnomic (biaya murah)
3) Acceptability (dapat diterima)
4) Resources availability (tersedia sumber)
5) Legality (legalitas terjamin)

Masalah P E A R L Hasil
Perkalian
X 1 1 1 1 1 1
Y 1 1 1 1 1 1
Z 1 1 1 0 1 0

Penetapan nilai
Setelah nilai kriteria A,B,C, dan D di dapatkan, kemudian nilai tersebut dimasukkan kedalam
formula berikut :
Nilai prioritas dasar (NPD) = (A+B) C
Nilai prioritas total = (A+B) C x D
Masalah X = NPD =(4 + 8) x 3 = 36
Masalah Y = NPD = (6 + 7) x 3,6 = 46,8
Masalah Z = NPD = (4 + 10) x 2,8 = 39,2
Dengan mengalikan NPD dengan komponen kriteria D dari masing-masing masalah akan
didapat angka NPS berikut :
Masalah NPD Nilai PEARL NPT Urutan prioritas
X 36 1 36 Ll
Y 46,8 1 46.8 L
Z 39,2 0 0 Lll

4. Metode Hanlon Kualitatif


Hanlon kualitatif membandingkan masalah satu dengan yang lainnya dengan kriteria
USG.
a. Urgency (U) atau mendesak, yaitu apabila masalah tersebut mendesak dalam aspek waktu
dan perlu segera ditangani sehingga masalah tersebut merupakan masalah prioritas.

Masalah A B C Horizontal
A + - 1
B -
C
Total vertikal 0 2
Total 1 0 0
horizontal

b. Seriousness (S) atau kegawatan, yaitu apabila masalah tersebut gawat dapat
menyebabkan kematian fatalitas.

Masalah A B C Horizonta
l
A + - 1
B - 0
C 0
Total vertikal 0 0 2
Total 1 0 0
horizontal
Total 1 0 2

c. Growth (G) atau perkembangan , dilihat dari prevalensi dan insidens semakin besar
masalahnya semakin diprioritaskan.
Masalah A B C Horizonta
l
A + + 2
B - 0
C 0
Total vertikal 0 0 1
Total 2 0 0
horizontal
Total 2 0 1

d. Rekapitulasi hasil prioritas masalah (USG)

Masalah U S G TTL/prioritas
A 1 1 2 4 ll
B 0 0 0 0 lll
C 2 2 1 5l

Langkah-langkah penetapan :
a. Buat matriks (contoh : tiga masalah, ISPA (A), gondok (B), diare (C)
b. Tulis semua masalah pada sumbu vertikal dan horizontal
c. Bandingkan (match) masalah yang ada dan lakukan penelian dengan ketentuan sebagai
berikut :
1) Bila masalah pada kolom kiri lebih penting dari atasnya nyeri tanda (+) pada kotaknya
dan apabila kalah penting berikan tanda (-) pada kotaknya
2) Kerjakan hanya bagian yang sebelah kanan dari garis horizontal
3) Jumlah tanda (+) secara horizontal dan masukan pada kotak total (+) horizontal
4) Jumlahnya tanda (-) secara vertikal dan masukan ke dalam kotak tanda (-) vertical
5) Pindahkan hasil penjumlahan pada kotak total (+) horizontal dibawah kotak (-) vertikal.
Jumlahkan hasil vertikal dan horizontal dan masukan pada kotak total
6) Nilai total tidak boleh sama
7) Hasil hasil penjumlahan pada kotak total pindahkan pada hasil rekapitulasi dengan tiga
kriteria (USG) mempunyai nilai tertinggi adalah urutan prioritas masalah

F. Analisa Faktor Penyebab Masalah


Analisa faktor penyebab masalah dilakukan dengan diskusi untuk menganalisis penyebab
masalah masing-masing kelompok antara 3-7 orang. Analisis penyebab mancakup proses
manajemen (p1, p2, p3), sumber daya dan lingkungan.
Masalah (out put) Penyebab Masalah
Proses Sumber daya Lingkungan
Stratafikasi
Cakupan imunisasi Tidak ada POA Tenaga kurang Adanya
kepercayaan yang
keliru terhadap
imunisasi

Kegiatan yang dilakukan untuk pemecahan masalah adalah penetapan tujuan dan sasaran,
serta mencari alternatif pemecahan masalah. Misalnya dari factor tersebut yang akan diperbaiki
adalah :
1. Sasaran terhadap faktor menejemen (proses) menyusun POA
2. Sasaran terhadap faktor sumber daya dengan mengusahakan tenaga
3. Sasaran terhadap faktor lingkungan dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
imunisasi

G. Pemecahan Masalah
1. Penetapan tujuan
Penetapan tujuan pada dasarnya adalah membuat ketetapan-ketetapan tertentu yang
ingin dicapai oleh perencanaan tersebut. Semakin jelas rumusan masalah kesehatan
makaakan semakin mudah menentukan tujuan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penetapan tujuan :
a. Tujuan adalah hasil akhir dari sebuah kegiatan
b. Tujuan harus sesuai dengan masalah dan dapat diukur
c. Tujuan operasional biasanya ditetapkan dengan batasan waktu dan hasil akhir yang ingin
dicapai pada akhir kegiatan program
d. Berbagai macam kegiatan alternatif dipilih untuk mencapai tujuan
e. Masalah, factor, penyebab masalah dan dampak masalah yang telah dan akan mungkin
terjadi dimasadepan sebaiknya dikaji terlebih dahulu.

Tujuan : meningkatkan presenta sejumlah ibu yang memeberi ASI Eksklusif dari 60% menjadi
90% dalam waktu 1 tahun
2. Penetapan sasaran
a. Sasaran terdapat faktor manajemen (proses)
Menyusunan POA
b. Sasaran terhadap factor sumberdaya
Mengusahakan tenaga
c. Sasaran terhadap factor lingkungan
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang ASI Eksklusif
3. Pengembangan alternative cara/langkah untuk mengatasi sasaran
a. Penyusunan POA ASI Eksklusif
1) Konsultasi dengan dinas kesehatan tingkat II
2) Mempelajari cara menyusun POA
3) Menyusun POA
b. Mengusahakan tenaga
1) Mengusulkan tenaga kedinas kesehatan tingkat II
2) Mengangkat tenaga honorer
3) Efisiensi tenaga yang ada
c. Peningkatan pengetahuan
1) Kerjasama dengan tokoh masyarakat
2) Kerjasama dengan lintas sektoral
3) Meningkatkan penyuluhan terhadap masyarakat

H. Pengambilan Keputusan
1. Penyaringan kegiatan dengan kriteria mutlak
Masukkan kegiatan ke dalam kolom kegiatan kemudian disaring dengan kriteria mutlak berkan
nilai 1 apabila dapat dilaksanakan dan nilai 0 apabila tidak dapat dilaksaakan. Penyaringan
kegiatan yang akann dilaksanakan dalam rangka peningkatan cakupan asi ekslusif.

Kriteria
Alternatif Hasil dpt di Biaya dpt Teknologi Hasil
No. Kegiatan dalam wkt ditanggungi yg dikuasai
4 bln Pusk

1. Konsultasi 1 1 1 1
penyusunan
POA dengan
Dinkes TK II

2. Penyusunan 1 1 1 1
POA
Bersama

3. Usulan 1 1 1 1
tenaga ke Tk
II
4. Mengangkat `1 0 1 1
Tenaga
Honor

5. Efisiensi 1 1 1 1
tenaga yang
ada

6. Kerjasama 1 1 1 1
dengan tokoh
masyrakat

7 Kerja sama 1 0 1 1
dengan Lintas
Sektoral

8. Meningkatkan 1 1 1 1
Penyuluhan di
Masyarakat

Kegiatan yang memenuhi kriteria mutlak dari hasil penyaringan kegiatan pada Langkah
pertama adalah
a. Konsultasi penyusunan POA dengan Dinkes II
b. Penyusunan POA Bersama di Puskesmas
c. Mengusulkan tenaga jurim tambahan ke tingkat II
d. Efisensi tenaga yang ada
e. Kerjasama dengan tokoh masyarakat
f. Meningkatkan penyuluhan dimasyarakat

Selain kriteria mutlak output atau hasi (dan input atau sumber daya) ada kriteria keinginan
yang digunakan untuk memilih keputusan yang paling tepat. Contoh :
a. biaya murah
b. Mudah dilaksnakan oleh staf puskesmas
c. bersifat mendidik
2. Memberikan bobot pada kriteria keinginan
a. Biaya murah bobot 10
b. Mudah dilaksnakan oleh staf puskesmas bobot 8
c. Bersifat mendidik bobot 0
3. Penilaian kegiatan dengan menggunakan kriteria keinginan

Kriteria kegiatan
Alternatif Biaya Mudah Besifat Jumlah
Kegiatan murah dilaksanakan mendidik (6)
Konsultasi 5x10 6x8 7x6 140
POA
Penyusunan 7x10 5x8 6x6 146
POA
Mengusulka 7x10 6x8 6x8 136
n tenaga
Efisiensi 6x10 4x8 5x6 122
kerja
Kerjasama 5x10 5x8 6x6 126
dengan toma
Kerjasama 5x10 6x8 6x6 134
dengan LS

Dari hasil diatas maka keputusan yang diambil untuk kegiatan meningkatkan cakupan
imunisasi adalah :
a. Penyusunan POA dipuskesmas
b. Konsultasi penyusunan POA ditingkat II
c. Mengusulkan tenaga
d. Kerjasama dengan linyas sectoral
e. Kerjasama dengan tokoh masyarakat
f. Efisiensi tenaga

I. Pengambilan Keputusan (Penyusunan POA)


Perencanaan adalah suatu pola pikir yang sistematis untuk mewujudkan suatu tujuan dengan
mengorganisasikan dan mendayagunakan sumber yang tersedia. Bentuk perencanaan meliputi ;
1. Berdasarkan kurun waktu pelaksanaan
2. Berdasar wilayah
3. Berdasar progam

Proses penyusunan rencana dengan :


1. Menentukan tujuan
2. Menentukan strategi
3. Menentukan kegiatan
4. Menentukan sumber dana
5. Pelaksanaan
6. Evaluasi

Pelaksanaan rencana dilakukan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan disamping


melaksanakan program dalam pelaksanaan dapat dilakukan pengawasan, pengendalian ,
supervisi, bimbingan. Evaluasi mencakup tujuan evaluasi, kriteria keberhasilan dan alat
pelaksanaan Penilaian

Kotak isi indikator standar pengukuran Data Hasil

Kebidanan komunitas bekerja sesuai dengan pedoman yang ditetapkan departemen


kesehatan. Kebijaksanaan nasional dijabarkan ditingkat provinsi dan kabupaten. Pelimpahan
wewenang diatur dalam peraturan pemerintah. Unit pelaksana pelayanan kebidanan komunitas
meliputi puskesmas, puskesmas pembantu, polindes dan posyandu. Bidan tidak selalu dapat
bekerja sendiri, tim kesehatan adalah kelompok tenaga yang bekerja sama melakukan kegiatan
sesuai fungsinya memberi pelayanan individu, keluarga, dan masyarakat untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Ciri tim kesehatan :
1. Terdiri lebih dari 1 orang anggota
2. Ada kerja sama
3. Adanya pembagian tugas
4. Kesamaan tujuan
5. Adanya pemimpin tim
6. Adanya kegiatan progam
7. Tim berhasil bila bergerak dinamis dan terjadi interaksi antar-anggota dan lingkungan

Pencatatan dan pelaporan dilakukan setiap kegiatan dan evaluasi dicatat sesuai dengan apa
yang dilakukan, dilihat, dan didengar. Apa yang ditulis dibaca kembali dan setiap ada koreksi diberi
tanda tangan/ paraf

Matrik rencana operasional :

Kegiatan Tujuan Sasaran Biaya/ Waktu Penangg Renc.


sumber ung
penilai
dana
jawab an
Penyuluhan, 1. Agar ibu dan Masyara Pemerin 1 Bidan Kualita
tah tif
melakukan masyarakat tahu kat atau tahun Kader/T
posyandu dan mengerti ibu yang oma
dengan mengeai memiliki
memberikan pemberian bayi dan
PMT dan makanan pada balita
Vitamin, bayi dan balita
Melakukan 2. Meningkatkan gizi
Penimbangan bayi dan balita
dan 3. Mengetahui status
pengukuran gizi bayi dan balita
secara rutin, (monitoring)
keluarga 4. Untuk
binaan memperbaiki
keadaan gizi

J. Penilaian
Matrik penilaian

Kriteria Indicator Standar Pengukuran Data Hasil


Output Jumlah bayi Jumlah bayi Jumlah bayi 75
cakupan dan balita dan balita dan balita X 100 50 %
posyandu yang yang 150
mengikuti mengikuti
posyandu posyandu
dibanding
bayi dan
balita yang
ada
Input Dana yang Dana yang (jumlah dana 20.000
transpormas ada tahun ini tersedia yang dibagi
i input – Rp. 20.000,- tahun lalu jumlahbayi 75
output dana Output = Rp. 15000,- balita yang X 100 88,9%
yang jumlah bayi Output = ikut 15.000
tersedia di dan balita jumlah bayi posyandu
banding yang ikut balita yang tahun ini) : 50
balita yang posyandu ikut (jumlah dana
mengikuti tahun ini posyandu yang dibagi
posyandu yaitu 75 tahun lalu jumlah bayi
yaitu 50 balita yang
ikut tahun
lalu)
DAFTAR PUSTAKA

Rujati. 2010. Buku Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta :buku kedokteran EGC

Notoatmodjo, soekidjo. 2010. Buku Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT

RINEKA CIPTA

Saryono. 2008. Buku Metodologi Penenlitian Kesehatan. Jogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai