Anda di halaman 1dari 8

Health Today

Hati-hati Memakai Antibiotik untuk TBC

Penyakit tuberculosis atau TBC merupakan salah satu penyakit yang paling banyak
menyebabkan kematian di Negara miskin dan berkembang. Penyakit ini sangat dipengaruhi
oleh tingkat social ekonomi masyarakat. Karena keadaan gizi dan lingkungan seseorang
sangat berpengaruh pada tingkat kekebalan tubuh untuk melawan penyakit ini dan tingkat
penyebarannya.

Pengobatan TBC pada saat ini sudah cukup maju, dengan lama pengobatan berkisar antara 6
bulan sampai 1 tahun menggunakan antibiotic kombinasi secara teratur dan displin dengan
dosis yang tepat, penyakit TBC bisa ditangani dengan angka keberhasilan yang cukup
memuaskan. Sayangnya kombinasi antibiotic yang terdiri dari rimfapisin, isoniazide,
etambutol, pirazinamide dan ditambah streptomycin untuk kasus resisten banyak
mengakibatkan efek samping bagi penderita TBC itu sendiri, berikut beberapa efek samping
dari masing-masing obat tersebut:

1. Rimfapicin

Rimfapicin merupakan obat-obatan yang sangat toxic terhadap hati. Mengkonsumsi obat ini
dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan gangguan hati, oleh karena itu sebelum
memberikan obat ini seharusnya pasien di cek fungsi hatinya dan dimonitor terus selama
masa penggunaan. Selain itu penggunaan obat ini menyebabkan urine menjaddi berwarna
merah gelap seperi darah.

1. Isoniazide

Gangguan pada sendi adalah efek samping yang disebabkan oleh isoniazide, keadaan ini
diperparah apabila pasien sudah mempunyai penyakit gout arthritis atau osteoarthritis
sebelumnya.
1. Etambutol

Obat ini merupakan obat-obatan ophtalmotoxic atau memberikan efek buruk pada. Akibat
dari penggunaan obat ini dalam jangka waktu yang panjang bisa menyebabkan ketajaman
pengelihatan dan buta warna karena rusaknya sel-sel konus di retina.

1. Pirazinamide

Pirazinamidde mempunyai efek samping yang mirip dengan rimfapicin dan issoniazide yaitu
gangguan pada hati dan sendi.

1. Streptomycin

Antibiotic golongan aminoglikosida ini merupakan antibiotic ototoxic atau memberikan efek
samping pada pendengaran berupa penurunan ketajaman pendengaran
 Men Health

Health Today
Cermat Dalam Penggunaan Antibiotik

Antibiotik merupakan salah satu obat dewa dalam pengobatan pasien, karena dapat
membunuh bakteri-bakteri penyebab timbulnya penyakit. Namun demikian, dewasa ini
penggunaan antibiotik yang kurang cermat dalam masyarakat menyebabkan berbagai dampak
negatif. Kerugian yang ditimbulkan oleh penggunaan antibiotik secara kurang tepat oleh
masyarakat atau bahkan oleh petugas kesehatan mungkin saja belum dirasakan secara
langsung saat ini, namun dampak ke masa yg akan datang sangat besar.

Sebut saja amoxicillin, salah satu antibiotik berspektrum luas yang sangat sering dibeli bebas
oleh masyarakat untuk mengobati sakit flu atau diare. Kebanyakan masyarakat mungkin
belum mengetahui kalau penyakit flu dan diare, sebagian besar disebabkan oleh infeksi virus.
Infeksi virus tidak dapat diobati dengan minum antibiotik, sebab antibiotik hanya dapat
membunuh bakteri. Minum antibiotik untuk penyakit yang disebabkan oleh virus bukannya
dapat mempercepat penyembuhan, melainkan dapat membunuh flora normal  dalam tubuh
dan menyebabkan imunitas menurun.

Sebagai contoh, diisaat kita minum antibiotik untuk diare yang kebanyakan disebabkan oleh
virus, antibiotik justru akan membunuh flora normal usus yang umumnya menguntungkan
karena dapat membantu proses pencernaan serta pembentukan vitamin B dan K. Anak yang
kelebihan antibiotik dapat mengalami kekurangan vitamin K yang bermanfaat untuk
mencegah perdarahan. Selanjutnya, karena flora normal usus telah mati, tempatnya akan
digantikan oleh bakteri “jahat” sehingga menyebabkan pencernaan semakin terganggu dan
diare semakin parah.

Akibat lain dari penggunaan antibiotik yang kurang cermat adalah resistensi kuman. Penyakit
flu misalnya, yang sering disebut common cold, 80-90% dari penyakit ini disebabkan oleh
virus. Minum antibiotik yang terlalu sering dapat menyebabkan kuman-kuman di dalam
tubuh bermutasi dan menjadi resisten terhadap antibiotik serupa. Selanjutnya jika sakit lagi,
seseorang akan memerlukan antibiotik dari golongan yang lebih kuat dengan harga yang
lebih mahal. Yang paling ditakutkan adalah jika terlalu sering minum antibiotik, suatu saat
tidak ada lagi antibiotik yang mempan terhadap orang tersebut. Semakin sering seseorang
minum antibiotik, semakin resisten bakteri-bakteri dalam tubuh orang tersebut. Lebih
disayangkan lagi, bibit penyakit yang resisten itu, dapat ditularkan ke masyarakat dan dapat
menyebabkan lingkungan tersebut potensial terinfeksi kuman yang sudah resisten antibiotik.
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat durasi dan dosis juga akan memprmudah terjadinya
resistensi antibiotik.

Mengingat banyaknya efek samping dari penggunaan antibiotik yang kurang cermat,
masyarakan hendaknya tidak membeli antibiotik secara sembarangan. Jika sakit, berobatlah
ke dokter dan dokter akan mempertimbangkan apakah antibiotik akan diperlukan untuk
mengobati penyakit anda
8 Jenis Antibiotik Beserta Manfaat & Efek
Sampingnya
admin | 0 Komentar

Antibiotik berasal dari dua kata Yunani, yaitu ‘anti’ yang berarti
‘melawan’ dan ‘bios’ yang berarti ‘hidup’.

Antibiotik adalah obat yang dipergunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri penyebab
infeksi.

Obat ini telah digunakan untuk melawan infeksi berbagai bakteri pada tumbuhan, hewan, dan
manusia sejak tahun 1930-an.

Antibiotik hanya melawan infeksi bakteri dan tidak bekerja melawan infeksi virus, seperti flu,
pilek, sakit tenggorokan, gondok, bronkhitis, dll.

Antibiotik yang dipergunakan untuk mengobati infeksi virus malah bisa membahayakan
tubuh.

Hal ini karena setiap kali dosis antibiotik diambil virus tidak terpengaruh, malah sebaliknya,
terjadi peningkatan kekebalan bakteri terhadap antibiotik.

Bakteri yang kebal dengan antibiotik tidak dapat dibunuh dengan obat tersebut pada dosis
yang sama.

Inilah sebabnya mengapa setiap orang harus mengikuti petunjuk yang diberikan oleh dokter
sebelum mengambil antibiotik.

Penisilin, sebagai antibiotik pertama, ditemukan secara tidak sengaja oleh Alexander Fleming
dari kultur jamur.

Saat ini terdapat lebih dari 100 jenis antibiotik yang digunakan dokter untuk menyembuhkan
infeksi ringan sampai parah.

Berbagai Jenis Antibiotik

Dari 100 zat antibiotik yang diproduksi secara alami dan sintetis, sangat sedikit yang telah
terbukti aman dan efektif.
Ada berbagai cara untuk mengklasifikasikan antibiotik. Salah satunya adalah dengan
mengklasifikasikan antibiotik berdasarkan efek pada bakteri.

Namun, dalam artikel ini kita akan melihat klasifikasi antibiotik berdasarkan pada struktur
kimianya.

Jenis ntibiotik yang dikategorikan berdasarkan struktur kimia adalah sebagai berikut:

 Penisilin (Penicillins)
 Sefalosporin (Cephalosporins)
 Aminoglikosida (Aminoglycosides)
 Makrolid (Macrolides)
 Sulfonamida (Sulfonamides)
 Fluoroquinolones
 Tetrasiklin (Tetracyclines)
 Polipeptida (Polypeptides)

1. Penisilin (Penicillins)

Penisilin atau antibiotik beta-laktam adalah kelas antibiotik yang merusak dinding sel bakteri
saat bakteri sedang dalam proses reproduksi.

Penisilin adalah kelompok agen bakterisida yang terdiri dari penisilin G, penisilin V,
ampisilin, tikarsilin, kloksasilin, oksasilin, amoksisilin, dan nafsilin.

Antibiotik ini digunakan untuk mengobati infeksi yang berkaitan dengan kulit, gigi, mata,
telinga, saluran pernapasan, dll.

Sebagian orang mungkin mengalami alergi terhadap penisilin dengan keluhan ruam atau
demam karena hipersensitivitas terhadap antibiotik.

Seringkali penisilin diberikan dalam kombinasi dengan berbagai jenis antibiotik lainnya.

2. Sefalosporin (Cephalosporins)

Sefalosporin, seperti penisilin, bekerja dengan mengganggu pembentukan dinding sel bakteri
selama reproduksi.

Namun, antibiotik ini mampu mengobati berbagai infeksi bakteri yang tidak dapat diobati
dengan penisilin, seperti meningitis, gonorrhea, dll.

Dalam kasus dimana orang sensitif terhadap penisilin, maka sefalosporin bisa diberikan
sebagai alternatif.

Namun, dalam banyak kasus, ketika seseorang alergi terhadap penisilin, maka kemungkinan
besar dia akan alergi terhadap sefalosporin juga.

Ruam, diare, kejang perut, dan demam adalah efek samping dari antibiotik ini.

3. Aminoglikosida (Aminoglycosides)
Jenis antibiotik ini menghambat pembentukan protein bakteri.

Karena efektif dalam menghambat produksi protein bakteri, aminoglikosida diberikan antara
lain untuk mengobati tifus dan pneumonia.

Meskipun efektif dalam mengobati bakteri penyebab infeksi, terdapat risiko bakteri semakin
tahan terhadap antibiotik ini.

Aminoglikosida juga diberikan dalam kombinasi dengan penisilin atau sefalosporin.

Aminoglikosida efektif mengendalikan dan mengobati infeksi bakteri, namun berpotensi


melemahkan ginjal dan fungsi hati.

4. Makrolida (Macrolides)

Sama seperti sebelumnya, antibiotik ini mengganggu pembentukan protein bakteri.

Makrolida mencegah biosintesis protein bakteri dan biasanya diberikan untuk mengobati
pasien yang sangat sensitif terhadap penisilin.

Makrolida memiliki spektrum lebih luas dibandingkan dengan penisilin dan digunakan untuk
mengobati infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran lambung, dll.

Ketidaknyamanan pencernaan, mual, dan diare adalah beberapa efek samping dari makrolida.

Selain itu, wanita hamil dan menyusui tidak boleh mengonsumsi makrolida.

5. Sulfonamida (Sulfonamides)

Obat ini efektif mengobati infeksi ginjal, namun sayangnya memiliki efek berbahaya pada
ginjal.

Untuk mencegah pembentukan kristal obat, pasien harus minum sejumlah besar air. Salah
satu obat sulfa yang paling sering digunakan adalah gantrisin.

6. Fluoroquinolones

Fluoroquinolones adalah satu-satunya kelas antibiotik yang secara langsung menghentikan


sintesis DNA bakteri.

Karena dapat diserap dengan sangat baik oleh tubuh, fluoroquinolones dapat diberikan secara
oral.

Antibiotik ini dianggap relatif aman dan banyak digunakan untuk mengobati infeksi saluran
kemih dan saluran pernapasan.

Namun, fluoroquinolones diduga mempengaruhi pertumbuhan tulang. Itu sebab, obat ini
tidak direkomendasikan untuk wanita hamil atau anak-anak.

Efek samping yang sering timbul meliputi mual, muntah, diare, dll
7. Tetrasiklin (tetracyclines) dan polipeptida (polypeptides)

Tetrasiklin adalah antibiotik spektrum luas yang digunakan untuk mengobati berbagai infeksi
seperti infeksi telinga tengah, saluran pernafasan, saluran kemih, dll.

Pasien dengan masalah hati harus hati-hati saat mengambil tetrasiklin karena dapat
memperburuk masalah.

Polipeptida dianggap cukup beracun sehingga terutama digunakan pada permukaan kulit saja.

Ketika disuntikkan ke dalam kulit, polipeptida bisa menyebabkan efek samping seperti
kerusakan ginjal dan saraf

Anda mungkin juga menyukai