Anda di halaman 1dari 12

Apa itu antibiotik?

Antibiotik adalah obat yang dapat melawan infeksi akibat bakteri pada tubuh manusia dan
hewan.
Obat ini bekerja dengan cara membunuh bakteri atau mempersulit bakteri untuk tumbuh dan
berkembang biak di dalam tubuh.
Kata antibiotik sendiri berasal dari bahasa yunani, yakni anti yang berarti melawan dan bios
yang berarti kehidupan atau dalam hal ini adalah bakteri yang hidup.
Obat ini bisa dibilang sebagai salah satu pengobatan paling kuat untuk melawan infeksi
bakteri.
Bukan hanya dalam bentuk pil atau kapsul, antibiotik tersedia dalam bentuk berikut.
 Tablet, kapsul, atau cairan yang dapat Anda minum. Biasanya, obat bentuk ini
digunakan untuk mengobati sebagian besar jenis infeksi ringan hingga sedang.
 Krim, losion, semprotan, dan tetes. Bentuk ini sering digunakan untuk mengobati
infeksi kulit, mata, atau telinga.
 Suntikan. Bentuk ini dapat diberikan langsung ke dalam darah atau otot. Biasanya,
obat dalam bentuk suntikan digunakan untuk mengatasi infeksi yang lebih serius.
Antibiotik sebagai pengobatan
Ketika bakteri berkembang biak dan menghasilkan gejala penyakit, sistem kekebalan tubuh
Anda sebenarnya sudah mulai bekerja.
Antibodi dalam tubuh mulai berusaha menghancurkan dan menghentikan pertumbuhan
bakteri.
Namun, ketika tubuh tidak bisa menangani proses tersebut, bakteri akan terus menekan
sistem kekebalan tubuh dan akhirnya berhasil menginfeksi tubuh.
Saat kondisi inilah Anda dapat mengambil manfaat dari antibiotik.
Situs layanan kesehatan masyarakat Britania Raya, NHS, menyebutkan ada beberapa kondisi
yang membutuhkan pengobatan berupa antibiotik, yaitu.
 Tidak dapat diatasi tanpa obat.
 Penyakit dapat menginfeksi orang lain.
 Membutuhkan banyak waktu untuk pulih tanpa pengobatan.
 Berisiko menyebabkan komplikasi serius.
Meski terbukti ampuh melawan kuman, antibiotik tidak dapat digunakan untuk mengobati
infeksi akibat virus, seperti:
 pilek dan flu,
 berbagai macam jenis batuk, dan
 sakit tenggorokan.
Dikutip dari situs pusat pengendalian dan pencegahan penyakit Amerika Serikat, CDC, obat-
obatan ini juga tidak dibutuhkan untuk mengatasi infeksi bakteri umum, seperti:
 berbagai infeksi sinus.
 beberapa infeksi telinga.
Pastikan Anda tidak minum antibiotik ketika tidak dibutuhkan karena tidak akan membantu
mengatasi kondisi Anda. Selalu lakukan anjuran dokter dalam mengkonsumsi antibiotik.
Penggunaan yang tidak sesuai anjuran dokter dapat menyebabkan resistensi antibiotik yang
justru membahayakan kondisi Anda.
Antibiotik sebagai pencegahan
Tak hanya itu, orang yang memiliki risiko tinggi terkena infeksi juga dapat diberikan obat-
obatan ini sebagai upaya pencegahan. Dalam dunia medis, ini disebut dengan profilaksis.
Situasi ketika antibiotik dibutuhkan sebagai upaya pencegahan adalah sebagai berikut.
Hendak menjalani operasi

Obat ini biasanya direkomendasikan untuk Anda yang akan menjalani operasi dengan risiko
infeksi tinggi, seperti operasi katarak atau implan payudara.
Digigit atau mengalami luka

Obat ini diperlukan untuk mencegah infeksi yang mungkin muncul setelah Anda terluka,
misalnya akibat gigitan hewan atau manusia.
Kondisi kesehatan tertentu

Jika Anda memiliki kondisi kesehatan yang membuat risiko infeksi lebih tinggi, seperti
pernah melalui prosedur pengangkatan limpa atau menjalani perawatan kemoterapi.
Cara kerja antibiotik

Secara umum, antibiotik memang memiliki fungsi untuk menekan pertumbuhan bakteri yang
menginfeksi tubuh.
Akan tetapi, antibiotik sebenarnya dibagi menjadi dua kategori jika dilihat dari mekanisme
kerja yang dilakukan, yaitu.
Membunuh bakteri (bactericidal)
Obat jenis ini biasanya merusak satu per satu bakteri yang menginfeksi dengan cara
menghancurkan dinding sel bakteri sehingga bakteri tersebut mati.
Menghentikan perkembangan bakteri (bacteriostatic)
Ketika obat antibiotik berhasil menekan perkembangan serta pertumbuhan bakteri, bakteri
hanya akan berjumlah sama dan tidak bertambah.
Dengan begitu, sistem kekebalan tubuh kita dapat mengatasinya langsung tanpa khawatir
akan ‘kalah’.
Klasifikasi obat-obatan ini juga bisa dilakukan dengan mengelompokkannya berdasarkan
kemampuannya melawan jenis-jenis bakteri, yaitu.
 Antibiotik berspektrum luas, yaitu obat yang dapat menghancurkan hampir segala
jenis bakteri.
 Antibiotik berspektrum sempit, yaitu obat yang hanya dapat melawan beberapa
jenis bakteri saja.
Golongan antibiotik

Obat-obatan ini terdiri dari banyak jenis, tetapi penggolongan antibiotik bisa dibedakan
menjadi enam kelompok.
1. Penicillin
Penicillin dapat membunuh bakteri dengan mencegah pembentukan dinding sel. Antibiotik
yang termasuk dalam kelompok ini banyak digunakan untuk mengobati berbagai macam
infeksi, termasuk:
 infeksi kulit,
 infeksi paru-paru, dan
 infeksi saluran kemih.
Obat-obatan yang termasuk dalam kelompok ini, di antaranya:
 penicillin,
 amoxicillin.
Anda tidak disarankan minum salah satu obat yang masuk dalam golongan ini jika pernah
mengalami alergi akibat mengonsumsinya.
Orang yang alergi terhadap satu jenis penicillin akan alergi terhadap jenis-jenis yang lain.
2. Makrolida

Makrolida bekerja dengan cara mencegah bakteri berkembang biak dengan menghalangi
bakteri membuat protein.
Antibiotik yang termasuk dalam kelompok ini dapat sangat berguna untuk mengobat berbagai
penyakit, seperti infeksi paru-paru.
Makrolida juga dapat berguna sebagai alternatif orang yang alergi dengan obat antibiotik
penisilin. Selain itu, makrolida dapat menangani bakteri yang kebal dengan penisilin.
Obat-obatan yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
 azithromycin,
 erythromycin.
Jangan mengonsumsi makrolida juga Anda mengidap porfiria, sebuah kelainan darah langka
turunan.
Jika Anda hamil atau menyusui, satu-satunya jenis makrolida yang dapat dikonsumsi adalah
erythromycin.
3. Cephalosporin

Sama seperti penisilin, cephalosporin membunuh bakteri dengan cara mencegahnya


membentuk dinding sel. Obat dalam kelompok ini digunakan untuk mengatasi berbagai
macam infeksi.
Namun, beberapa jenisnya efektif untuk mengobati infeksi serius, seperti:
 septikemia,
 meningitis.
Obat-obatan yang termasuk dalam cephalosporin, yaitu:
 cephalexin,
 levofloxacin.
Jika Anda sebelumnya mengalami reaksi alergi karena mengonsumsi penisilin, kemungkinan
Anda juga akan alergi dengan cephalosporin.
Obat-obatan ini juga mungkin tidak cocok dikonsumsi untuk penderita gagal ginjal.
4. Fluoroquinolones

Fluoroquinolones adalah obat spektrum luas yang membunuh bakteri dengan mencegahnya
menciptakan DNA. Kelompok obat-obatan ini digunakan untuk mengobati berbagai macam
infeksi, termasuk:
 infeksi saluran pernapasan,
 infeksi saluran kemih.
Obat-obatan yang termasuk dalam kelompok itu, yaitu:
 ciprofloxacin,
 levofloxacin.
Jenis obat ini sudah tidak disarankan untuk dikonsumsi secara rutin karena efek sampingnya
yang cukup serius.
5. Tetracycline

Tetracycline bekerja dengan mencegah bakteri berkembang baik, yaitu menghalanginya


membuat protein.
Antibiotik golongan ini digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi, termasuk
kondisi seperti:
 jerawat,
 rosacea yakni penyakit kulit kronis yang menyebabkan kemerahan dan bintil-bintil
pada wajah.
Obat-obatan yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
 tetracycline,
 doxycycline.
Obat-obatan ini biasanya tidak direkomendasikan untuk orang-orang dengan kondisi, seperti:
 gagal ginjal,
 penyakit liver,
 penyakit autoimun lupus,
 anak-anak di bawah usia 12 tahun, dan
 wanita hamil atau menyusui.
6. Aminoglycosides

Aminoglycosides dapat mencegah bakteri berkembang biak dengan menghalanginya


membuat protein.
Obat-obatan ini cenderung hanya digunakan di rumah sakit untuk mengobati penyakit yang
sangat serius seperti septikemia. Obat yang termasuk dalam kelompok ini, yaitu:
 gentamicin,
 tobramycin.
Cara minum antibiotik dengan tepat
Penting untuk memahami bahwa meskipun antibiotik adalah obat yang sangat berguna, obat
ini tidak boleh dikonsumsi secara sembarangan.
Oleh karena itu, Anda harus mematuhi cara penggunaan antibiotik yang direkomendasikan
dokter. Perlu diingat bahwa antibiotik tidak selalu menjadi obat atau solusi penyakit Anda.
Hal-hal yang perlu Anda lakukan untuk mencegah efek samping antibiotik adalah.
 Berbicara dengan dokter mengenai resistensi antibiotik.
 Bertanya apakah antibiotik bermanfaat untuk penyakit Anda.
 Bertanya apa saja yang bisa Anda lakukan untuk menyembuhkan penyakit lebih
cepat.
 Tidak menggunakan obat ini untuk penyakit akibat infeksi virus, seperti pilek atau flu.
 Jangan menyisakan beberapa antibiotik yang diresepkan untuk penyakit yang akan
datang berikutnya.
 Mengonsumsi obat persis seperti saran dokter.
 Tidak melewatkan dosis, bahkan ketika kondisi sudah membaik. Pasalnya, jika
dihentikan, beberapa bakteri dapat bertahan hidup dan kembali menginfeksi.
 Jangan minum obat yang diresepkan untuk orang lain, karena mungkin tidak cocok
untuk kondisi Anda. Mengonsumsi obat yang salah dapat memberikan kesempatan
bakteri berkembang biak.
Pastikan berkonsultasi dengan dokter dalam mengatasi masalah kesehatan dan menentukan
pengobatan yang terbaik untuk Anda.
Jika mengalami gejala yang membuat cemas, jangan tunda kunjungan Anda ke klinik atau
rumah sakit.
Daftar Obat Antibiotik yang Tidak Boleh Diminum Saat Hamil

Antibiotik termasuk salah satu obat yang sering diresepkan selama kehamilan. Beberapa
antibiotik aman diminum saat masa kehamilan, namun ada juga yang tidak boleh digunakan
karena berbahaya bagi janin, terutama pada trimester pertama. Keamanan antibiotik saat
hamil tergantung pada berbagai faktor. Misalnya jenis antibiotik yang digunakan, saat
trimester berapa obat digunakan, berapa banyak dan berapa lama antibiotik digunakan.
Penelitian baru menemukan hubungan antara antibiotik tertentu selama kehamilan yang
diterbitkan di Jurnal Canadian Medical Association Journal dan British Journal of Clinical
Pharmacology tahun 2017. Efek samping yang mungkin muncul adalah bayi lahir cacat dan
risiko keguguran. Penelitian tersebut mencakup analisis informasi mengenai 139.938
kelahiran hidup di Quebec, Kanada, antara tahun 1998 dan 2008.

Jenis antibiotik apa saja yang dipelajari dan harus dihindari selama kehamilan? Berikut
informasi lengkapnya.

Antibiotik saat hamil yang perlu dihindari

1. Golongan tetrasiklin

Antibiotik yang termasuk dalam golongan tetrasiklin yaitu tetrasiklin, doksisiklin, minosiklin.
Tetrasiklin jika digunakan selama kehamilan akan menghambat produksi jenis protein
tertentu dan menggangu produksi enzim yang penting dalam penataan ulang jaringan dan
perubahan bentuk endometrium (otot bagian dalam rahim).
Obat antibiotik ini biasanya digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri, termasuk jerawat.
Karena itu, beri tahu dokter Anda kalau Anda sedang hamil sebelum minum obat resep ini.
2. Golongan kuinolon

Ada banyak anggota antibiotik dalam golongan kuinolon, contohnya adalah ciprofloxacin,
norfloxacin, dan moxifloxacin. Antibiotik golongan kuinolon bisa menghambat proses
pertumbuhan dan pembelahan sel dan ini bisa berpengaruh pada risiko keguguran. Pada
penelitian ini juga ditemukan paparan moxifloxacin dikaitkan dengan peningkatan kecacatan
sistem pernapasan pada janin.

Daftar
Antibiotik golongan kuinolon paling sering diresepkan untuk mengobati penyakit infeksi
saluran kencing (ISK).

3. Golongan makrolida

Antibiotik yang diteliti dan termasuk dalam golongan makrolida yaitu azithromycin,
clarithromycin, dan eritromisin. Pada penelitian di atas, ketika peneliti membatasi analisis
terhadap kehamilan dengan infeksi saluran pernapasan, mereka menemukan bahwa
penggunaan makrolida (kecuali eritromisin) meningkatkan terjadinya keguguran jika
dibandingkan dengan obat antibiotik penisilin.
4. Golongan sulfonamida

Antibiotik golongan sulfonamida memiliki jenis-jenis obat yang cukup terkenal, yaitu
trimetoprim atau sulfametoksazol. Pada kehamilan, obat ini digunakan untuk mengatasi
infeksi saluran kemih. Namun, obat ini juga kerap digunakan untuk membasmi jerawat.
Untungnya, ada antibiotik lain yang bisa digunakan sebagai alternatif untuk tujuan di atas dan
tidak menyebabkan risiko keguguran, yaitu nitrofurantoin.
5. Metronidazol

Metronidazol tidak boleh diberikan pada kehamilan trimester pertama. Obat ini bisa
digunakan untuk mengatasi berbagai jenis penyakit, di antaranya adalah trikomoniasis,
infeksi bakteri vagina, hingga pneumonia.
6. Klindamisin

Klindamisin adalah anggota dari antibiotik golongan linkosamid atau linkomisin. Paparan
klindamisin dan juga ofloxacin (golongan kuinolon) dikaitkan dengan peningkatan kejadian
bayi lahir cacat.
7. Fenoksimetilpenisilin (penisilin V)

Paparan penisilin V tidak berkaitan dengan peningkatan risiko bayi lahir cacat dan penyakit
jantung bawaan, namun paparan penisilin V melalui uterus (rahim) dikaitkan dengan risiko
peningkatan cacat sistem saraf pada janin.

Karena itu, perhatikan baik-baik bila Anda mengalami infeksi bakteri dan diresepkan
antibiotik saat hamil. Selalu beri tahu dokter Anda kalau Anda sedang mengandung dan
jangan ragu bertanya langsung pada dokter soal efek samping pengobatan yang diberikan
terhadap kesehatan bayi dan kandungan.

Anda mungkin juga menyukai