Anda di halaman 1dari 4

1.

Penyakit asma
Obat- obat yang berhubungan yaitu:

2. Ada beberapa pilihan obat yang bisa dikonsumsi oleh pengidap PPOK, yaitu:

 Bronkodilator. Obat ini bermanfaat dalam membantu membuka saluran bronkus,


biasanya menggunakan nebulizer atau inhaler.
 Kortikosteroid. Bertujuan untuk membantu mengurangi peradangan pada paru-paru
yang terjadi karena infeksi.
 Vaksin dan antibiotik. Keduanya bermanfaat dalam mencegah terjadinya infeksi pada
pengidap PPOK. Sementara vaksinasi akan dokter lakukan untuk mencegah PPOK yang
terjadi karena virus.
 Penggunaan alternatif pengganti rokok. Bertujuan untuk membantu perokok berhenti
merokok, misalnya inhaler atau permen karet.
 Obat anti kecemasan atau anxiolitik. Bertujuan untuk membantu mengurangi
gangguan kecemasan yang rentan terjadi pada pengidap PPOK.

Pengobatan Rhinitis oleh Dokter

Jika rhinitis sudah sampai mengganggu aktivitas sehari-hari penderitanya, dokter dapat
meresepkan obat yang dapat membantu mengatasi gejala rhinitis tersebut. Obat-obatan yang
umum diberikan adalah:

 Antihistamin
Antihistamin berfungsi untuk meredakan peradangan di hidung akibat pelepasan senyawa
histamin saat terjadi reaksi alergi. Contoh obat antihistamin adalah loratadine, cetirizine,
chlorpheniramine, fexofenadine, atau mebhydrolin.
 Dekongestan
Dekongestan dapat digunakan untuk meredakan hidung tersumbat. Obat ini tidak boleh
digunakan secara berlebihan atau dalam jangka panjang, justru dapat memperburuk gejala.
Contoh obat dekongestan adalah phenylephrine, pseudoephedrine, xylometazoline, atau
oxymetazoline.
 Kortikosteroid
Obat semprot hidung kortikosteroid digunakan untuk mengurangi peradangan pada hidung.
Sama seperti dekongestan, kortikosteroid juga hanya boleh digunakan dalam jangka pendek.
Contoh obat semprot hidung kortikosteroid yang digunakan adalah mometasone, budesonide,
atau fluticasone.
 Penghambat leukotrien
Leukotrien adalah senyawa kimia yang dilepaskan oleh tubuh sebagai bentuk respons terhadap
alergen. Senyawa ini dapat menyebabkan pembengkakan pada saluran pernapasan. Obat
penghambat leukotrien bekerja dengan menghambat efek leukotriene tersebut.

 Berikut adalah penjelasan mengenai masing-masing obat tersebut.

 1. Isoniazid (INH)
 Isoniazid merupakan jenis antituberkulosis yang paling ampuh untuk membunuh bakteri
penyebab tuberkulosis. Obat ini bisa membunuh 90% kuman TB dalam beberapa hari
pada tahap pengobatan intensif.
 Isoniazid lebih efektif membunuh bakteri yang sedang aktif berkembang. Obat ini bekerja
dengan cara mengganggu pembuatan mycolic acid, yaitu senyawa yang berperan dalam
membangun dinding bakteri.
 Apabila Anda menderita penyakit hati kronis, masalah fungsi ginjal, atau riwayat kejang,
informasikan kepada dokter.
 Selain itu, peminum alkohol, penderita berusia di atas 35 tahun, serta wanita hamil harus
mendapat pengawasan khusus.

 2. Rifampicin

 Rifampicin dapat membunuh bakteri bersifat setengah aktif yang biasanya tidak bereaksi
terhadap isoniazid. Obat ini bekerja dengan cara mengganggu kerja enzim bakteri.
 Rifampicin dapat menimbulkan sejumlah efek samping, tetapi Anda tidak perlu khawatir
karena efek samping ini bersifat sementara.
 Kendati umumnya aman dikonsumsi, rifampicin berisiko bagi ibu hamil karena
meningkatkan peluang kelahiran dengan masalah tulang belakang (spina bifida).

 3. Pyrazinamide

 yrazinamide mampu membunuh bakteri yang bertahan setelah dilawan oleh makrofag
(bagian dari sel darah putih yang pertama kali melawan infeksi bakteri di dalam tubuh).
 Obat ini juga bisa bekerja membunuh bakteri-bakteri yang berada dalam sel dengan pH
asam.
 Efek samping yang khas dalam penggunaan obat TBC ini adalah peningkatan asam urat
dalam darah (hiperurisemia).
 Itu sebabnya pengidap TB paru yang diresepkan obat ini harus juga rutin mengontrol
kadar asam uratnya.
 Selain itu, kemungkinan efek samping lainnya adalah penderita juga akan mengalami
anoreksia, hepatotoksisitas, mual, dan muntah.

 4. Etambutol

 Etambutol adalah antituberkulosis yang bisa menghambat kemampuan bakteri


menginfeksi, tapi tidak dapat membunuh bakteri secara langsung.
 Cara kerja etambutol bersifat bakteriostatik, artinya menghambat pertumbuhan bakteri M.
tuberculosis yang kebal terhadap obat isoniazid dan streptomisin.
 Obat TBC ini juga menghalangi pembentukan dinding sel oleh mycolic acid, sama seperti
isoniazid.
 Penggunaan etambutol tidak direkomendasikan untuk TBC pada anak di bawah 8 tahun
karena dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan efek sampingnya sangat sulit
dikendalikan.

 5. Streptomisin
 Streptomisin adalah antibiotik pertama yang dibuat khusus untuk melawan bakteri
penyebab tuberkulosis.
 Cara kerja obat TBC ini adalah dengan membunuh bakteri yang sedang membelah diri,
yaitu dengan menghambat proses pembuatan protein bakteri.
 Biasanya, obat TBC yang disuntikkan ke jaringan otot ini dipilih jika Anda sudah
mengalami penyakit TB untuk kedua kali atau penggunaan obat minum streptomisin
tidak efektif lagi.

Obat – obatan TB Paru (pilihan pertama ), yaitu : Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z)
dan Etambutol (E). Obat-Obat TB Paru (Pilihan Kedua) : Sikloserin, Amikasin / Kanamisin,
Ethionamide, Asam p-aminosalisilat (PAS) dan Levofloxacin.

Cara minum obat anti tuberkulosis ( OAT ) adalah sebagai berikut : 1). Rifampisin ? Diminum
pada saat perut kosong (1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan) . 2). Pirazinamid ?
Diminum pada saat perut isi (setelah makan) . 3). Isoniazid ? Diminum pada saat perut kosong
( 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan ). 4). Etambutol ? Diminum pada saat perut isi
(setelah makan) .

Jika pasien lupa minum obat ? minum segera obat ketika ingat dan konsultasi ke dokter, Jangan
minum 2 dosis sekaligus.

Efek samping OAT ( obat anti tuberkulosis ) yang umum terjadi :

1. Pirazinamid, Rifampisin, Isoniazid ? Efek sampingnya : Anoreksia, mual, nyeri perut,


mengantuk. Cara penanganannya : Diminum dengan bantuan sedikit makanan atau
diminum sebelum tidur, dan sarankan untuk menelan obat secara lambat dengan sedikit
air.
2. Isoniazid ? Efek sampingnya : Nyeri Sendi. Cara penanganannya : Memberikan obat
NSID seperti aspirin dan parasetamol
3. Rifampisin ? Efek sampingnya : Air kemih, keringat, air mata, berwarna kemerahan. Cara
penanganannya : Memberi edukasi kepada pasien bahwa hal tersebut adalah normal.
4. Isoniazid ? Efek sampingnya : Rasa terbakar, kebas atau kesemutan di tangan dan kaki.
Cara penanganannya : Pemberian Piridoksin (Vitamin B6) 50-75 mg/ hari .
5. Etambutol ? Efek sampingnya : Gangguan penglihatan (penglihatan kabur hingga buta
warna). Cara penanganannya : Hentikan ethambutol, konsultasi ke dokter.
6. Streptomisin ? Efek sampingnya : Gangguan pendengaran, pusing vertigo, nystagmus.
Cara penanganannya : Hentikan streptomisin, konsultasi ke dokter.

Adanya pilihan obat anti tuberkulosis (OAT) pertama dan kedua karena :

1). Pilihan pertama, diberikan pada pasien yang baru pertama kali terinfeksi TB.

2). Pilihan kedua, diberikan pada Pasien TB yang kebal terhadap obat pilihan pertama .

Resistensi (kebal)
Kondisi ketika kuman terkait sudah tidak dapat lagi dibunuh dengan Obat. Bagaimana caranya
supaya tidak terjadi resistensi :

1). Patuhi minum obat. Pasien TB wajib patuh minum obat sesuai dengan anjuran dokter.

2). Minum antibiotik secara baik. Jangan minum antibiotik tanpa resep dokter.

Referensi :
Kemenkes RI. 2019. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Tuberkulosis.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Lexicompt. 2023. Etambutol. USA: Wolters Kluwer.

Lexicompt. 2023. Isoniazid. USA: Wolters Kluwer.

Lexicompt. 2023. Pirazinamid. USA: Wolters Kluwer.

Lexicompt. 2023. Rifampicin. USA: Wolters Kluwer.

Yayasan KNCV Indonesia, Laporan Kasus Tuberkulosis (TBC) Global Dan Indonesia 2022,
diakses pada tanggal 19 Agustus 2023, https://yki4tbc.org/laporan-kasus-tbc-global-dan-
indonesia-2022/

Anda mungkin juga menyukai