Anda di halaman 1dari 17

JUMLAH BAKTERI ASAM LAKTAT DAN HISTOMORFOMETRI

JEJENUM MENCIT (Mus Musculus) YANG DIBERI


PROBIOTIK DAN DITANTANG Salmonella sp.
Hasna Izzatushsholihah Habiebillah1*, Sruti Listra Adrenalin 2, Indah Amalia Amri3
1,2,3
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya
Puncak Dieng Eksklusif, Kalisongo, Kec. Dau, Kab. Malang 65151
Phone: +62341- 5029152, Fax. +62341- 5029152
Corresponding email: hasna@student.ub.ac.id

ABSTRAK
Salmonellosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Salmonella sp. Salmonella sp.
merupakan bakteri patogen yang menyebabkan berbagai penyakit pada saluran pencernaan. Salah
satu cara untuk menghambat perkembangan dari Salmonella sp. adalah pemberian probiotik.
Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang bermanfaat bagi inang karena dapat
menghambat pertumbuhan bakteri patogen dan mengurangi kerusakan usus dari bakteri patogen
pada saluran pencernaan. Secara umum probiotik berasal dari golongan bakteri asam laktat (BAL)
yang memiliki mekanisme melakukan perlekatan pada mukosa usus kemudian mengeluarkan
antimikroba serta mempertahankan sitokin pro-inflamasi IFN-γ dan TNF-α. Sehingga pemberian
probiotik yang ditantang oleh Salmonella sp. diharapkan mampu dalam mengurangi kerusakan
usus akibat dari Salmonella sp. dan berperan dalam memperbaiki struktur usus karena
kemampuannya dalam menjaga respon imun terhadap bakteri patogen. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh pemberian probiotik yang ditantang oleh Salmonella sp. terhadap jumlah
bakteri asam laktat dan gambaran histomorfometri jejenum mencit. Penelitian ini adalah penelitian
experimental laboratoris dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) menggunakan 20
ekor mencit jantan berumur 4-6 minggu dengan berat 18-30 gram yang dilakukan perlakuan
selama 7 hari. Kelompok perlakuan terdiri dari P1 (probiotik dan Salmonella), P2 (probiotik), P3
(Salmonella), dan K- (kontrol negatif). Variabel yang diamati adalah jumlah BAL dengan
melakukan perhitungan metode Total Plate Count (TPC) dan gambaran histomorfometri jejenum
mencit menggunakan image J. Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif menggunakan
analisis uji One Way Anova dan dilanjutkan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan kelompok
P1 (probiotik dan Salmonella) mampu meningkatkan jumlah bakteri asam laktat jejenum tetapi
tidak secara signifikan (p>0,05). Pada gambaran histomorfometri jejenum kelompok P1 (probiotik
dan Salmonella) meningkatkan lebar vili secara signifikan (p<0,05), akan tetapi tidak
meningkatkan panjang vili dan menurunkan jarak antar vili secara signifikan (p>0,05) bila
dibandingkan kelompok P4 (kontrol).

Kata Kunci : Salmonella sp, probiotik, bakteri asam laktat, total plate count (TPC),
histomorfometri.
ABSTRACT

Salmonellosis is a disease that caused by Salmonella sp. Salmonella sp is a pathogenic


bacteria that causes various digestive tract diseases. One of another way to inhibit the development
of Salmonella sp. is probiotics treatment. Probiotics are living microorganisms which are
beneficial for host due to activity of inhibiting the growth pathogenic bacteria in gastrointestinal
tract and has the ability to repair the structure of the intestine villi because of pathogenic bacteria.
Probiotics are commonly produced by Lactic Acid Bacteria (LAB) which has mechanism of
attachment into intestinal mucosa to secretes antimicrobial and maintains pro-inflammatory
cytokines IFN-γ and TNF-α. Probiotics treatment which challenged by Salmonella sp. expected to
decreased intestinal damage from Salmonella sp. and improving intestinal structure because
probiotics can maintain an immune response to pathogenic bacteria. The objective of this study
was to reveal the effect of probiotic treatment which defied by Salmonella sp. According to the
amount of Lactic Acid Bacteria and jejunum histomorphometry of mice after being treated. This
study was experimental laboratory design based on Completely Randomized Design (CRD) using
20 male mice aged 4-6 weeks with 18-30 gram weight and treated for 7 days. The treated group
consist of P1 (probiotic and Salmonella sp), P2 (probiotic), P3 (Salmonella sp), and K- (negative
control). The observed variables were the number of LAB by calculating the Total Plate Count
(TPC) and the jejunum histomorphometric calculation is using image-J. The data obtained were
analyzed quantitatively using One-Way ANOVA test and continued by the Duncan test. The
results showed P1 group (probiotic and Salmonella sp) was able to increase the number of jejunal
lactic acid bacteria but not significantly (p>0.05). The result of histomorphometry of the jejunal
showed P1 (probiotic and Salmonella sp) that were significantly increase the width of villi
(p<0.05), but not increased the length of villi and descreased the distance between villi
significantly (p>0.05) than P4 (control) group.

Keywords: Salmonella sp, probiotic, lactic acid bacteria, total plate count (TPC),
histomorphometric.

1. PENDAHULUAN toksin sehingga dapat menimbulkan berbagai


penyakit saluran pencernaan (Ersawati, dkk.,
Sistem pencernaan merupakan saluran
2018). Menurut Joni dan Abrar (2018),
yang berperan dalam proses digesti makanan,
bakteri yang berperan dalam merusak
absorbsi nutrisi, dan eliminasi sisa makanan.
mukosa usus antara lain Salmonella sp.,
Kesehatan saluran pencernaan perlu untuk
Escherichia coli, Staphylococcus aureus,
diperhatikan, karena saluran pencernaan
Shigella sp., Vibrio cholerae dan Vibrio
terutama organ usus berperan penting
parahaemolyticus.
terhadap adanya keberadaan bakteri patogen.
Salmonella sp. merupakan salah satu
Bakteri patogen dalam usus bersifat toksik
mikroba patogen dalam usus inang. Infeksi
karena mampu menyebabkan kerusakan pada
yang disebabkan oleh bakteri ini biasa
mukosa usus dengan cara adhesi, invasi,
disebut dengan salmonellosis. Salmonella sp.
multiplikasi dan kemudian mengeluarkan
pada usus mampu melakukan penempelan
(adhesi), menginvasi ke dalam mukosa dan permeabilitas membran sel dan mengubah
selanjutnya replikasi dengan membentuk sifat membran sel dari Salmonella sp.
koloni pada sel epitel usus. Hal ini Sehingga Salmonella sp. akan dihambat
dipengaruhi oleh faktor virulensi dari dalam bereplikasi (Gupta, et al., 2018).
Salmonella sp. yaitu berhubungan dengan Selain itu, bakteri asam laktat dalam menjaga
kemampuan nya dalam adhesi atau mekanisme perlindungan terhadap
perlekatan pada mukosa usus (Wresdiyati, Salmonella sp. akan mempengaruhi imunitas
dkk., 2013). Menurut Santoso (2002), yaitu dengan meningkatkan fagositosis dan
terdapat dua cara Salmonella sp. dalam memodifikasi produksi sitokin pro-inflamasi
melakukan adhesi yaitu menggunakan IFN-γ dan TNF-α. Sehingga dapat
fimbrae dan afimbrial adhesin atau mengurangi keparahan dari infeksi
permukaan protein (outer membran protein). Salmonella sp. (Castillo, et al., 2011).
Sehingga apabila Salmonella sp. telah Berdasarkan dari latar belakang di atas maka
melakukan perlekatan, Salmonella sp. akan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
menghasilkan toksin cytolethal distending jumlah bakteri asam laktat (BAL) jejenum
toxins (CDT) yang kemudian mempengaruhi mencit dan gambaran histomorfometri
sekresi air, elektrolit dan reaksi inflamasi. jejenum mencit yang dilakukan pemberian
Reaksi inflamasi yang terjadi apabila probiotik dan ditantang dengan Salmonella
berkelanjutan akan menyebabkan sp.
peradangan pada usus (enteritis), ulkus, abses 2. MATERI DAN METODE
dan terjadinya nekrosis atau kematian sel
Alat dan Bahan
pada jaringan usus. Sehingga sangat
Alat untuk pemeliharaan mencit
membahayakan bagi sel inang yang terinfeksi
terdiri atas kandang dengan ukuran 40x30 cm
oleh bakteri ini (Darmawan, 2017).
untuk 4 kelompok perlakuan, tutup kandang
Pemberian probiotik pada beberapa
terdiri dari anyaman kawat, tempat pakan dan
penilitian telah dibuktikan mampu dalam
minum dengan bahan plastik dan sekam. Alat
meningkatan jumlah bakteri asam laktat
pemberian perlakuan pada mencit terdiri atas
(BAL) dan menurunkan jumlah bakteri
tabung reaksi, sonde lambung, spuit 1 ml,
patogen dalam usus. Bakteri asam laktat
timbangan digital, object glass, mikroskop,
(BAL) dalam perannya dalam mukosa usus
ose, masker, glove. Alat untuk nekropsi
mampu untuk mengurangi kerusakan pada
mencit terdiri atas scalpel, blade, gunting,
vili yang diakibatkan oleh bakteri patogen
pinset, pot organ, masker, glove dan papan
seperti Salmonella sp. Hal ini dikarenakan
nekropsi. Alat untuk inokulasi Bakteri Asam
bakteri asam laktat dapat menghambat
Laktat terdiri atas tabung reaksi, rak tabung,
Salmonella sp. dengan cara menempel
cawan petri, bunsen, yellow tip, mikropipet,
(adhesi) pada epitel usus dan membentuk
vortex, inkubator. Alat untuk pembuatan
koloni. Kemudian menghasilkan senyawa
histopatologi terdiri atas pot organ, kaset,
antimikroba yang memiliki interaksi dengan
pisau mikrotom, pinset, inkubator,
membran sel Salmonella sp. dengan cara
waterbath, object glass, cover glass. Alat
mendenaturasi protein membran, disfungsi
untuk pembacaan dan pengarsipan preparat
histopatologi terdiri atas sampel Probiotik EM4™ mengandung bakteri
histopatologi, mikroskop, optik lab, dan Lactobacillus casei dan Rhodopseudomonas
computer. palustris serta ragi Saccharomyces
Bahan penelitian ini untuk perlakuan cerevisiae. Pembuatan suspensi larutan
mencit terdiri atas Mencit jantan (Mus probiotik EM4™ dilakukan dengan
Musculus) umur 4-6 minggu dengan berat mencampurkan EM4™ dan aquades
badan 18-30 gram, biakan bakteri Salmonella menggunakan perbandingan 1 : 1000.
sp, probiotik EM4™, Nutrient Broth, dan Pemberian probiotik dilakukan setelah masa
PBS steril. Bahan yang digunakan untuk aklitimasi mencit selama 7 hari (Wiryawan
nekropsi mencit terdiri atas formalin dan dan Sriasih, 2012).
alkohol. Bahan untuk inokulasi bakteri asam Pembuatan Suspensi Salmonella
laktat terdiri atas media MRS Broth, media Nutrient Broth 3 ml dan
MRSA, PBS steril, CaCO3. Bahan untuk diinkubasikan dengan suhu 37°C selama 24
pembuatan histopatologi terdiri atas Etanol jam. Selanjutnya dilakukan pewarnaan Gram
bertingkat 70%, 80%, 85%, 90%, 95%, untuk mengamati Gram Salmonella sp.
100%, Xylol absolut I, Xylol absolut II, Xylol Apabila didapati Gram dan morfologi
absolut III, Parafin I, Parafin II, Parafin III, merupakan karakteristik dari Salmonella sp.
hematoxylin, alkohol asam, aquades, eosin, dapat dilanjutkan pembuatan suspensi
entellan. Salmonella sp. Suspensi diencerkan dengan
Hewan Coba aquades steril dan dihomogenkan hingga
Hewan coba pada penelitian ini kekeruhan nya sama dengan standart
adalah mencit (Mus Musculus) jantan dengan kekeruhan McFarland 0,5 (1,5 x 108 CFU/ml)
umur 4-6 minggu dan berat badan 18-30 (Aristyawan, dkk., 2018).
gram. Mencit diperoleh dari Fakultas Isolat Salmonella sp. dilakukan
Kedokteran Universitas Muhammadiyah pewarnaan Gram untuk mengetahui Gram
Malang. 20 ekor mencit dibagi dalam 4 dari Salmonella sp. Pewarnaan Gram
perlakuan. Mencit diadaptasikan selama tujuh dilakukan dengan mengambil satu koloni
hari sebelum dilakukan perlakuan. Pemberian bakteri pada media Bismuth Sulfite Agar
pakan sebanyak 10% dari berat badan perhari, (BSA) menggunakan ose pada gelas objek.
sehingga pemberian untuk satu ekor mencit per Kemudian dilakukan fiksasi menggunakan
hari yaitu 3-5 gram (Nugroho, 2018). bunsen. Setelah difiksasi, preparat kemudian
Sedangkan untuk konsumsi minum mencit diwarnai dengan urutan pewarnaan kristal
diberikan secara ad libitum. Kemudian mencit violet selama 2 menit, penetesan lugol selama
dibagi 4 kelompok secara acak dengan setiap 1 menit, penetesan alkohol 95% selama 1
perlakuan terdiri dari 5 ekor mencit. Mencit menit dan pewarnaan safranin selama 2
ditempatkan dalam kandang plastik berukuran menit, dimana masing masing urutan
30x40 cm beralaskan sekam kayu dan ditutup
pewarnaan dibilas dengan aquades. Apabila
menggunakan kawat.
preparat telah kering, dapat diamati
Pembuatan Suspensi Probiotik
menggunakan mikroskop dengan perbesaran
Probiotik yang digunakan dalam
1000x dengan bantuan minyak emersi (Dewi,
penelitian ini yaitu probiotik EM4™.
2013). Pada pewarnaan Gram Salmonella sp. hari ke-8 sampai hari ke-14. Salmonella sp.
akan didapatkan bakteri berwarna merah dan diberikan dengan dosis 1,5 x 108 CFU/ml
berbentuk basil. Salmonella sp. terwarnai (standard McFarland 0,5) sebanyak 0,5
merah dikarenakan Salmonella sp. tergolong ml/hari. Kemudian mencit dinekropsi pada
ke dalam bakteri Gram negatif sehingga saat hari ke-18 (Mulaw, et al., 2020).
pewarnaan Gram, lipid pada dinding sel akan Perhitungan Jumlah Bakteri Asam Laktat
luruh apabila diteteskan alkohol dan akan Isolasi bakteri asam laktat dilakukan
melepaskan warna kristal violet sehingga dengan teknik pengenceran bertingkat.
bakteri hanya terwarnai oleh warna safranin Sampel jejenum sebanyak 1 gram yang telah
(Murti, 2017). ditimbang kemudian dilarutkan ke dalam
Perlakuan MRS broth. Volume MRS broth sesuai
Perlakuan pemberian probiotik dan dengan banyaknya volume MRS broth yang
Salmonella sp. dilakukan pada kelompok 1. dibutuhkan, pada penelitian ini menggunakan
Probiotik dan Salmonella sp. diberikan MRS broth 3-4 ml. Kemudian media MRS
melalui sonde atau oral gavage yaitu jarum broth yang telah dimasukkan sampel jejenum
dengan ujung tumpul yang digunakan untuk di homogenkan (Pundir, 2013). Setelah
menginduksi bakteri langsung ke dalam sampel telah homogen, dapat dilakukan
lambung. Pemberian probiotik dilakukan pengenceran bertingkat. Teknik pengenceran
setelah aklimatisasi, selama 7 hari pada hari yang digunakan untuk bakteri asam laktat
ke-8 sampai hari ke-14 sebanyak 0,5 ml/hari. yaitu pengenceran bertingkat 101 -108 dengan
Kemudian diberikan Salmonella sp. pada hari sampel pengenceran yang diambil yaitu 105,
ke-15 sampai hari ke-21 selama 7 hari dengan 106, 107, 108. Pengenceran dilakukan dengan
dosis 1,5 x 108 CFU/ml menggunakan menggunakan mikropipet diambil sebanyak 1
standard McFarland 0,5 sebanyak 0,5 ml sampel dalam MRS broth secara aseptis
ml/hari. Mencit kemudian dinekropsi pada dimasukkan ke dalam 9 ml PBS steril (0,1%)
hari ke-25 (Mulaw, et al., 2020). dan dihomogenkan. Selanjutnya diambil 1 ml
Perlakuan pemberian probiotik dari keempat seri pengenceran terakhir dan
dilakukan pada kelompok 2. Cara pemberian dikulturkan pada MRS-Agar tersuplementasi
Probiotik EM4™ melalui peroral CaCO3 1% dengan metode spread plate.
menggunakan sonde lambung. Probiotik Kemudian media diinkubasikan pada suhu
diberikan setelah masa aklitimasi selama 7 37°C selama 48 jam menggunakan anaerobic
hari penuh pada hari ke-8 sampai hari ke-14. jar. Setelah didapati adanya pertumbuhan
Volume untuk pemberian probiotik EM4™ koloni, kemudian dihitung jumlah koloninya
pada mencit yakni 0,5 ml/ekor/ hari diberikan menggunakan metode Total Plate Count
sebelum makan. Kemudian mencit (TPC) (Amaliah, dkk., 2018).
dinekropsi pada hari ke-18 (Kusuma, dkk., Identifikasi Gram dan pengamatan
2012). Perlakuan pemberian Salmonella sp. morfologi secara mikroskopik bakteri asam
dilakukan pada kelompok 3. Salmonella sp. laktat (BAL) dilakukan dengan pewarnaan
diberikan melalui sonde lambung setelah Gram. Perhitungan jumlah bakteri asam
masa aklitimasi selama 7 hari penuh pada
laktat dilakukan menggunakan metode Total HE yaitu deparafinisasi untuk
Plate Count (TPC). menghilangkan parafin, tahap ini dilakukan
Pembuatan Preparat Histopatologi dengan menggunakan xylol sebanyak tiga
Sampel yang telah disimpan dalam kali. Kemudian dilanjutkan dengan rehidrasi
pot organ berisi formalin 10% diambil untuk menggunakan alkohol bertingkat 100%,
diperkecil dengan dipotong kurang lebih 95%, 90%, 80%, 70% masing masing 5
setebal kaset jaringan yaitu 0,5 cm dan menit. Selanjutnya pewarnaan jaringan
dimasukkan ke dalam kaset jaringan. Kaset menggunakan hematoksilin untuk mewarnai
jaringan yang telah berisi sampel organ inti sel selama 5 menit, dilanjutkan alkohol
kemudian dilakukan tahapan pembuatan asam 4 detik, dibilas menggunakan air
preparat histopatologi. Tahapan pertama mengalir, dan pewarnaan menggunakan
yaitu dehidrasi yang bertujuan untuk eosin untuk mewarnai sitoplasma selama 5
mengeluarkan air dari jaringan dilakukan menit. Tahap setelah pewarnaan yaitu
dengan memasukkan kaset jaringan ke dalam dehidrasi menggunakan alkohol bertingkat,
alkohol bertingkat 70%, 80%, 85%, 90%, dilanjutkan clearing menggunakan xylol
95%, 100% masing masing selama 1 jam. dengan tiga kali pengulangan. Tahap terakhir
tahapan kedua yaitu clearing yang bertujuan dari histoteknik diakhiri dengan penutupan
untuk menggantikan air dalam jaringan jaringan (mounting) dilakukan dengan
sehingga nantinya dapat diinfiltrasi oleh meneteskan entellan pada gelas objek
parafin, clearing dilakukan dengan kemudian ditutup menggunakan cover glass
memasukkan kaset jaringan ke dalam xylol (Fitriani, dkk., 2018).
absolut I,II,III masing masing selama kurang Pengukuran Jejunum Mencit
lebih 5-20 menit. Tahapan ketiga yitu Menggunakan Image J
parafinisasi dan blocking yang bertujuan Pengukuran morfometri usus mencit
untuk mengisi jaringan dengan parafin secara mikroskopik dilakukan untuk
sehingga mudah untuk dilakukan menentukan panjang vili, lebar vili dan jarak
pemotongan, parafinisasi dilakukan dengan antar vili. Setelah preparat telah diwarnai
memasukkan kaset jaringan ke dalam parafin menggunakan pewarnaan Hematoksilin-
suhu 58-60°C sebanyak tiga kali masing- Eosin (HE), kemudian dilakukan pengamatan
masing selama 1 jam. Kemudian sampel pada sampel menggunakan mikroskop.
organ ditanam dalam block dan disimpan Pengamatan mikroskop untuk preparat
dalam lemari pendingin. Tahapan keempat histologi dapat dibantu menggunakan
yaitu sectioning dilakukan dengan micrometer eyepiece yang dipasangkan pada
pemotongan menggunakan alat microtome mikroskop cahaya. Perbesaran yang
kurang lebih ketebalan 3-5 mikron dan digunakan untuk pengamatan menggunakan
diletakkan pada gelas objek (Fitriani, dkk., mikroskop yaitu perbesaran lensa objektif
2018). 100 kali. Sampel yang telah diamati dapat
Pewarnaan Hematoksilin-Eosin didokumentasikan dengan mikroskop yang
merupakan tahap selanjutnya setelah telah terhubung dengan komputer. Penentuan
blocking. Tahap pertama dalam pewarnaan panjang vili, lebar vili dan jarak antar vili
jejenum menggunakan software menggunakan pengenceran bertingkat 101-
MacBiophotonics Image J dengan diambil 4 108 dengan empat pengenceran terakhir 105-
lapang pandang jejenum pada sisi yang 108 diinokulasikan pada media MRSA.
berlawanan kemudian di rata-rata sehingga Perhitungan koloni dilakukan menggunakan
didapatkan data ukuran pada setiap kelompok colony counter. Jumlah koloni dari cawan
perlakuan (Apriliyani, dkk., 2018). petri dihitung lalu dikalikan dengan faktor
3. HASIL DAN PEMBAHASAN pengenceran nya. Hasil perhitungan pada
Jumlah Bakteri Asam Laktat Jejunum setiap perlakuan kemudian di rata-rata.
Mencit Metode TPC Grafik hasil rata-rata jumlah bakteri asam
Perhitungan jumlah bakteri asam laktat ditunjukkan Gambar 1.
laktat jejenum mencit dilakukan dengan
metode Total Plate Count (TPC)

Gambar 1. Grafik Rata-Rata Jumlah Bakteri Asam Laktat

Berdasarkan dari rata-rata pada setiap Hasil perhitungan jumlah bakteri


perlakuan didapatkan jumlah bakteri asam asam laktat pada setiap pengenceran
laktat pada pengenceran 105 tertinggi pada dianalisis kuantitatif menggunakan SPSS
kelompok P1 (Probiotik + Salmonella) dan 25.0 for windows untuk dilakukan uji
terendah pada kelompok P3 (Salmonella). normalitas dan homogenitas. Didapatkan
Hasil pengenceran 106 tertinggi pada data terdistribusi normal dan homogen
kelompok P1 (Probiotik + Salmonella) dan (p>0,05), kemudian dilanjutkan uji analisis
terendah pada kelompok P3 (Salmonella). ANOVA. Hasil uji ANOVA menunjukkan
Hasil pengenceran 107 tertinggi pada nilai p>0,05 sehingga membuktikan bahwa
kelompok P1 (Probiotik+Salmonella) dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
terendah pada kelompok P3 (Salmonella). antar perlakuan P1, P2, P3 dan P4 terhadap
Hasil pengenceran 108 tertinggi pada jumlah bakteri asam laktat jejenum mencit.
kelompok P1 (Probiotik + Salmonella) dan Perbandingan jumlah bakteri asam laktat
terendah pada kelompok P3 (Salmonella). pada setiap kelompok perlakuan disajikan
pada Tabel 1.
Prinsip dilakukannya pengenceran pengenceran 107. Menurut Joni (2018),
adalah untuk mengurangi kuantitas dari adanya pertumbuhan koloni yang tidak sesuai
bakteri asam laktat, sehingga akan pada pengenceran dapat diakibatkan
didapatkan jumlah koloni bakteri asam laktat kesalahan saat melakukan proses
5
tertinggi pada pengenceran 10 dan semakin pengenceran seperti saat pengambilan
tinggi pengenceran jumlah koloni akan suspensi yang terlalu banyak atau sedikit dari
semakin berkurang. Berdasarkan dari Tabel pengenceran sebelumnya. Bisa juga
1 didapati pada kelompok P1 diakibatkan dari larutan suspensi yang
6
(probiotik+Salmonella) pengenceran 10 kurang homogeny sehingga tidak mewakili
jumlah koloni lebih rendah bila dibandingkan populalsi bakteri yang ada pada pengenceran.
Tabel 1. Perbandingan Jumlah Bakteri Asam Laktat Jejunum Mencit

Rata-rata (CFU/ml) ± SD
Kelompok
105 106 107 108
P1 (Probiotik+Salmonella) 219,5 ± 3,94 203,5 ± 6,45 208,5 ± 5,82 173 ± 4,77
P2 (Probiotik) 176,5 ± 3,56 154,25 ± 7,23 107 ± 6,83 84,25 ± 5,36
P3 (Salmonella) 171,75 ± 5,23 139,75 ± 3,78 50,25 ± 1,62 43,75 ± 0,95
P4 (Kontrol) 204,75 ± 6,67 198,25 ± 4,13 116,25 ± 5,4 50,25 ± 2,32
Keterangan : cfu/ml = colony forming unit/ ml

Berdasarkan hasil rata-rata jumlah untuk melawan patogen Salmonella


bakteri asam laktat kelompok P1 pemberian (Higgins, et al., 2009). Bakteri asam laktat
probiotik ditantang Salmonella menghasilkan memiliki mekanisme dalam melawan
jumlah bakteri asam laktat yang tinggi pada Salmonella dengan menghasilkan asam laktat
pengenceran 105-108 dibandingkan dan asam asetat untuk menurunkan pH
kelompok P4 (Kontrol) dan kelompok P3 sehingga Salmonella terhambat untuk
hanya diberikan Salmonella. Menurut tumbuh, persaingan situs reseptor, stimulasi
penelitian Abdel-daim (2013), pemberian sistem kekebalan dan produksi antimikroba
probiotik yang ditantang dengan Salmonella aktif seperti bakteriosin (Adetoye, et al.,
lebih dari 24 jam mampu untuk 2018).
meningkatkan jumlah bakteri asam laktat Penelitian ini menunjukkan kelompok
usus dan mengurangi kolonisasi dari P1 (Probiotik + Salmonella) menghasilkan
Salmonella dengan mekanisme kompetisi jumlah bakteri asam laktat pada pengenceran
sehingga menghambat Salmonella invasi 105-108 yang lebih tinggi bila dibandingkan
masuk ke dalam mukosa usus serta kelompok P2 hanya diberikan probiotik. Hal
memodulasi peningkatan respon imun. Pada ini dikarenakan kemungkinan adanya
kelompok P1 (Probiotik + Salmonella) stimulasi bakteri asam laktat yang lebih
adanya peningkatan bakteri asam laktat banyak pada pemberian probiotik yang
didukung oleh aktivitas probiotik dalam ditantang Salmonella sebagai bentuk
meningkatkan jumlah bakteri asam laktat mekanisme pertahanan dan mekanisme
kompetisi terhadap keberadaan patogen Pengaruh lainnya yaitu pada pemberian
Salmonella (Higgins, et al., 2009). Kelompok perlakuan melalui oral yang dapat
P3 pemberian hanya Salmonella meningkatkan stress pada mencit sehingga
menunjukkan adanya penurunan jumlah mampu menurunkan nafsu makan. Menurut
bakteri asam laktat pada pengenceran 105-108 (Widodo, dkk., 2015), bakteri asam laktat
bila dibandingkan kelompok P4 (Kontrol) dalam usus membutuhkan keberadaan nutrisi
dan kelompok P2 dengan pemberian untuk tumbuh. Jumlah bakteri asam laktat
probiotik. Hal ini dikarenakan pertumbuhan akan meningkat apabila dalam usus mencit
bakteri asam laktat berbanding terbalik mengandung nutrisi dengan jumlah yang
dengan keberadaan bakteri patogen cukup. Bakteri asam laktat membutuhkan
Salmonella. Terdapat kompetisi antara nutrisi berupa karbohidrat yang mudah larut
bakteri asam laktat (BAL) yang secara sebagai sumber energi dan membentuk asam
normal berada di usus dengan Salmonella laktat. Bakteri asam laktat juga memerlukan
dalam melakukan perlekatan pada mukosa protein sebagai sumber nitrogen untuk
usus dan mendapatkan nutrisi. Sehingga membentuk biomassa sel. Sehingga faktor
perlakuan dengan Salmonella tanpa probiotik keberadaan nutrisi yang cukup dalam usus
akan menurunkan jumlah bakteri asam laktat mampu meningkatkan jumlah koloni bakteri
(BAL) di usus (Salehizadeh, et al., 2020). asam laktat.
Hasil dari penelitian ini, didapati Pengaruh Pemberian Probiotik Ditantang
kelompok P2 (Probiotik) pada pengenceran Salmonella sp. Terhadap Histomorfometri
105-107 jumlah bakteri asam laktat lebih Jejunum Mencit
rendah dibandingkan kelompok P4 (kontrol) Histomorfometri jejenum mencit diukur
dan pada pengenceran 108 didapati lebih menggunakan image-J dengan kalibrasi 400×
tinggi dibandingkan kelompok P4 (kontrol) dan perbesaran mikroskop 400×. Pengukuran
akan tetapi tidak mengalami perbedaan yang histomorfometri jejenum dilakukan dengan
jauh secara signifikan. Hasil ini tidak sesuai empat lapang pandang yang berbeda pada
dengan penelitian yang telah dilakukan setiap kelompok perlakuan. Parameter yang
(Wijayanti dan Ardyati, 2007), yang diamati meliputi panjang vili, lebar vili dan
menyebutkan pemberian probiotik mampu jarak antar vili. Menurut Wang and Peng
dalam meningkatkan jumlah bakteri asam (2008), panjang vili diukur dari apex vili
laktat pada usus mencit. Hal ini dapat hingga ke persimpangan kripta vili (crypt
diakibatkan dari kesalahan saat proses villus junction). Lebar vili diukur dari tepi
pengenceran yaitu suspensi yang kurang epitel vili hingga ke tepi epitel vili yang
homogen sehingga tidak mewakili dari berlawanan melewati titik tengah dari vili dan
populasi bakteri yang ada. Sehingga diukur pada bagian terlebar dari vili. Jarak
didapatkan hasil pada pengenceran 105-107 antar vili diukur dengan menghitung jarak
kelompok P2 (Probiotik) lebih rendah akan atau celah antar satu vili dengan vili yang lain
tetapi pada pengenceran 108 bakteri asam (Nawi et al., 2013).
laktat yang didapatkan jauh meningkat Pengukuran histomorfometri jejenum
dibandingkan kelompok P4 (Kontrol). mencit pada setiap perlakuan di rata-rata.
Hasil rata-rata histomorfometri jejenum Jarak antar vili tertinggi pada kelompok P3
didapatkan panjang vili tertinggi pada (Salmonella) dan terendah peda kelompok P2
kelompok P2 (probiotik) dan terendah pada (probiotik). Hasil grafik rata-rata
kelompok P3 (Salmonella). Lebar vili histomorfometri ditunjukkan pada Gambar
tertinggi pada kelompok P2 (probiotik) dan 2.
terendah pada kelompok P3 (Salmonella).

Histomorfometri Jejenum Mencit


250 225,53

200 175,44
146,69 154,99
150

79,81 85,13
100 67,2
58,46
50 17,25 32,59 18,9
12,4
0
P1 (Probiotik + P2 (Probiotik) P3 (Salmonella) P4 (Kontrol Negatif)
Salmonella)

Panjang Vili Lebar Vili Jarak antar vili

Gambar 2. Grafik Rata-Rata Histomorfometri Jejenum pada Setiap Kelompok


Perlakuan

Hasil pengukuran histomorfometri pada panjang vili terdapat perbedaan yang


jejenum kemudian dianalisis menggunakan signifikan antara kelompok P2 (Probiotik)
SPSS 25.0 for windows untuk dilakukan uji dengan kelompok P1
homogenitas dan normalitas (p>0,05) sebagai (Probiotik+Salmonella), P3 (Salmonella) dan
salah satu syarat dalam dilakukannya uji P4 (Kontrol). Sedangkan panjang vili tidak
oneway ANOVA. Hasil uji ANOVA berbeda nyata antara kelompok P1
menunjukkan nilai p<0,05 yang (Probiotik+Salmonella), P3 (Salmonella) dan
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan P4 (Kontrol). Menurut penelitian Hussein
yang nyata antara perlakuan (P1,P2,P3,P4) (2020), pemberian probiotik secara efektif
terhadap histomorfometri jejenum mencit mampu dalam meningkatkan panjang vili
(Lampiran 5). Sehingga dilanjutkan uji usus secara signifikan untuk memperluas
analisis setelah ANOVA (post hoc) yaitu uji area absorpsi, peningkatan sekresi enzim dan
Duncan untuk mengetahui perbedaan dari peningkatan sistem transportasi nutrisi.
setiap kelompok perlakuan. Hasil pengujian Perbedaan yang tidak nyata antara kelompok
statistik dapat diamati pada Tabel 2. P1 (Probiotik+Salmonella), P3 (Salmonella)
Berdasarkan dari pengamatan analisis dan P4 (Kontrol) dapat dipengaruhi oleh
histomorfometri pada Tabel 2., dapat diamati faktor virulensi dari Salmonella. Hal ini
membuktikan bahwa pemberian Salmonella mukosa usus antara lain fimbrae yaitu protein
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap polimer yang berfungsi sebagai mediator
panjang vili. Hal ini berkaitan dengan faktor Salmonella dalam menempel pada mukosa
virulensi Salmonella yang berhubungan usus (Gut, et al., 2018).
dengan kemampuan nya dalam melakukan
replikasi dan melakukan kolonisasi pada

Tabel 2. Hasil perbandingan histomorfometri jejenum mencit pada setiap kelompok perlakuan
Rata-rata (µm) ± SD
Kelompok
Panjang Vili Lebar Vili Jarak antar vili
P1 (Probiotik+Salmonella) 175.44 ± 1.77a 79.81 ± 0.72b 17.25 ± 0.67ab
P2 (Probiotik) 225.53 ± 1.83b 85.13 ± 0.59b 12.40 ± 0.50a
P3 (Salmonella) 146.69 ± 1.49a 58.46 ± 0.88a 32.59 ± 1.83c
P4 (Kontrol) 154.99 ± 2.93a 67.20 ± 1.18a 18.90 ± 0.74b

Hasil lebar vili jejenum tidak menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan (Wresdiyati,
perbedaan yang signifikan pada kelompok P1 dkk., 2013).
(Probiotik+Salmonella) dan P2 (Probiotik). Hasil jarak antar vili jejenum
Hal ini menunjukkan pemberian probiotik menunjukkan tidak adanya perbedaan yang
berpengaruh nyata terhadap lebar vili. signifikan antara kelompok P1
Sehingga pemberian probiotik yang ditantang (Probiotik+Salmonella) dengan kelompok P2
Salmonella mampu meningkatkan lebar vili (Probiotik). Hal ini menunjukkan pemberian
secara signifikan. Lebar vili pada kelompok probiotik tanpa Salmonella ataupun dengan
P3 (Salmonella) menunjukkan hasil yang Salmonella tidak menunjukkan perubahan
tidak signifikan dengan kelompok P4 yang nyata pada jarak antar vili jejenum.
(Kontrol). Hal ini berhubungan dengan Pada kelompok P1 (Probiotik+Salmonella)
kemampuan Salmonella dalam adhesi atau dengan kelompok P4 (Kontrol) tidak
melakukan perlekatan pada mukosa. menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal
Sehingga apabila Salmonella telah ini menunjukkan pemberian probiotik dengan
melakukan perlekatan dengan baik, Salmonella tidak menghasilkan perubahan
Salmonella akan menghasilkan cytolethal yang nyata pada jarak antar vili jejenum.
distending toxins yang kemudian Jarak antar vili pada kelompok P3
mempengaruhi morfologi dari vili usus. Pada (Salmonella) menunjukkan adanya
penelitian ini didapati pada penambahan perbedaan yang signifikan dengan kelompok
Salmonella tidak berbeda nyata dengan P1 (Probiotik+Salmonella), kelompok P2
kelompok kontrol yang dapat diakibatkan (Probiotik), dan kelompok P4 (Kontrol). Hal
kurangnya kemampuan Salmonella dalam ini dipengaruhi oleh kemampuan Salmonella
melekat di usus sehingga menghasilkan dalam mendenaturasi protein pada membran
sel sehingga mengakibatkan deskuamasi sel
epitel usus dan meningkatkan jarak antar vili jarak antar vili dapat diamati pada Gambar
secara signifikan (Handoko, dkk., 2015). 3.
Hasil pengukuran histomorfometri
jejenum meliputi panjang vili, lebar vili dan

Gambar 3. Pengukuran Panjang, Lebar dan Jarak Antar Vili Jejenum (Perbesaran 400x).
Keterangan: (A) Kelompok P1 (Probiotik + Salmonella), (B) Kelompok P2 (Probiotik), (C)
Kelompok P3 (Salmonella), (D) Kelompok P4 (Kontrol).

Keterangan :
: Panjang vili :Jarak antar vili
: Lebar vili
diberikan Salmonella. Hal ini membuktikan
Kelompok P1 dengan pemberian berkurangnya kerusakan yang diakibatkan
probiotik dan ditantang Salmonella oleh Salmonella. Perlakuan pemberian
menunjukkan histomorfometri lebih baik bila probiotik mampu dalam mengurangi
dibandingkan dengan kelompok P3 hanya kerusakan yang diakibatkan Salmonella
dengan menstimulasi imunitas humoral dan
seluler. Stimulasi imunitas melalui semakin banyak asam lemak rantai pendek
peningkatkan populasi dan proliferasi yang dihasilkan akan menstimulasi
limfosit, mempertahankan sitokin pro- perbanyakan sel epitel usus (Izzuddiyn, dkk.,
inflamasi IFN-γ, TNF-α, dan peningkatan IL- 2018). Adanya peningkatan panjang dan
12, IL-10, Imunoglobulin IgA, IgE IgG, IgM. lebar vili akan memperluas daerah absorbsi
Bakteri asam laktat yang dihasilkan oleh makanan dan nutrisi, sehingga akan
probiotik melakukan perlekatan pada epitel meningkatkan kinerja usus dalam mencerna
usus untuk menstimulasi aktivitas makrofag, makanan (Matur and Eraslan, 2012). Jarak
aktivasi fagositosis, dan kolonisasi dari antar vili pada pemberian probiotik menurun
Salmonella sp. Sehingga mampu hal ini dipengaruhi oleh pertambahan jumlah
mempertahankan mekanisme perlindungan vili sehingga densitasnya menjadi lebih
vili terhadap Salmonella sp. dengan menjaga padat. Menurut Hartono (2016), probiotik
respon imun (Gupta, et al., 2018; Astawan, memiliki kemampuan dalam peningkatan
dkk., 2011). Probiotik di usus memiliki jumlah vili dengan menstimulasi
kemampuan dalam mengurangi perkembang- perbanyakan epitel usus untuk memperbaiki
biakan Salmonella sp. dengan melakukan performa dalam penyerapan nutrisi.
adhesi pada sel epitel untuk berkompetisi Kelompok P3 dengan pemberian
dengan Salmonella sp. dan menghasilkan hanya Salmonella menunjukkan adanya
senyawa antimikroba bakteriosin yang penurunan panjang vili dan lebar vili
memiliki interaksi terhadap membran sel dibanding kelompok P4 (Kontrol). Menurut
Salmonella sp. sehingga mampu Na Dong (2019), infeksi yang diakibatkan
mendenaturasi protein pada membran sel. oleh Salmonella sp. akan mengakibatkan
Probiotik menghasilkan produk asam laktat panjang vili dan lebar vili lebih pendek secara
untuk menurunkan pH sehingga signifikan dibanding kelompok tanpa infeksi
pertumbuhan Salmonella sp. terganggu Salmonella dikarenakan Salmonella akan
(Castillo, et al., 2011; Adetoye, et al., 2018). memicu terjadinya inflamasi sehingga terjadi
Berdasarkan dari hasil analisis degenerasi epitel dan kerusakan epitel vili
histomorfometri jejenum yang ditunjukkan yang mengakibatkan penurunan panjang dan
pada Tabel 2. kelompok P2 pemberian lebar vili. Penurunan tinggi vili dan lebar vili
probiotik menunjukkan hasil yang lebih baik akan mempengaruhi kemampuan usus dalam
bila dibandingkan dengan kelompok P4 mencerna dan menyerap makanan.
(kontrol). Panjang vili dan lebar vili Peningkatan jarak antar vili pada kelompok
pada kelompok P2 (Probiotik) mengalami P3 dipengaruhi oleh deskuamasi sel epitel
peningkatan. Hal ini dipengaruhi oleh yang mengakibatkan pelepasan epitel yang
peningkatan asam lemak rantai pendek. menempel pada membrana basalis sehingga
Bakteri probiotik memiliki kemampuan jarak antar vili terlihat lebar. Gambaran
dalam menghasilkan asam lemak rantai inflamasi yang diakibatkan oleh Salmonella
pendek dari proses fermentasi. Asam lemak akan menunjukkan ruang antar vili dan jarak
rantai pendek merupakan komponen antar vili menjadi lebih lebar karena adanya
penyusun dari sel epitel usus sehingga
kerusakan pada lapisan mukosa (Handoko, DAFTAR PUSTAKA
dkk., 2015).
Abdel-Daim, A., Hassouna, N., Hafez, M.,
Berdasarkan dari pemaparan diatas
Ashor, M.S.A, and Aboulwafa, M.M.
dapat disimpulkan, kelompok P2 (Probiotik)
2013. Antagonistic Activity of
menunjukkan hasil histomorfometri yang
Lactobacillus Isolates against
lebih baik yaitu adanya peningkatan panjang
Salmonella typhi In Vitro.
vili, lebar vili dan penurunan jarak antar vili
http://dx.doi.org/10.1155/2013/6806
dibandingkan perlakuan tanpa pemberian
05. [13 August 2013].
probiotik P4 (Kontrol). Sehingga pemberian
Adetoye, A., E. Pinloche., B. A. Adeniyi, and
probiotik dinilai efektif dalam meningkatkan
F. A. Ayeni. 2018. Characterization
performa penyerapan nutrisi dengan
and Anti-Salmonella Activities of
memperbaiki struktur vili usus. Pada
Lactic Acid Bacteria Isolated From
kelompok P3 (Salmonella) menunjukkan
Cattle Faeces.
hasil histomorfometri dengan penurunan
https://bmcmicrobiol.biomedcentral.c
panjang vili, lebar vili dan peningkatan jarak
om/articles/10.1186/s12866-018-
antar vili. Hal ini menunjukkan adanya
1248-y. [30 August 2018].
kerusakan dan penurunan kemampuan vili
Amaliah, Z. Z. N., S. Bahri, dan P. Amelia.
dalam menyerap nutrisi. Sehingga pada
2018. Isolasi dan Karakterisasi
kelompok P1 (Probiotik + Salmonella) selain
Bakteri Asam Laktat dari Limbah
menghasilkan histomorfometri yang jauh
Cair Rendaman Kacang Kedelai.
lebih baik dibuktikan mampu dalam
Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 5 (1) :
mengurangi kerusakan vili akibat dari
253–257.
patogen Salmonella.
Apriliyani, N. I., M. A. Djaelani, dan S. Tana.
4. KESIMPULAN 2018. Profil Histologi Duodenum
Berbagai Itik Lokal di Kabupaten
Berdasarkan dari hasil dan analisis Semarang. Jurnal Bioma : Berkala
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Ilmiah Biologi, 18 (2) : 144-150.
pemberian probiotik dan ditantang Aristyawan, A. D., N. E. Sugijanto, dan
Salmonella dapat meningkatkan jumlah Suciati, S. 2018. Potensi Antibakteri
bakteri asam laktat jejenum mencit tetapi dari Ekstrak Etanol Spons Agelas
tidak secara signifikan (p>0,05) bila Cavernosa. Jurnal Farmasi dan Ilmu
dibandingkan kelompok kontrol. Kemudian, Kefarmasian Indonesia, 4 (1) : 39-44.
pemberian probiotik dan ditantang Astawan, M., T. Wresdiyati., I. I. Arief, dan
Salmonella pada gambaran histomorfometri D. Febiyanti. 2011. Potensi Bakteri
mampu meningkatkan lebar vili secara Asam Laktat Probiotik Indigenus
signifikan (p<0,05). Akan tetapi tidak Sebagai Antidiare dan
meningkatkan panjang vili dan menurunkan Imunomodulator. Jurnal Teknologi
jarak antar vili secara signifikan (p>0,05) bila dan Industri Pangan, 22 (1) : 11-16.
dibandingkan kelompok kontrol.
Bacha, W. J. 2012. Color Atlas of Colonization. Journal PLOS ONE, 6
Veterinary Histology. Wiley- (5) : 1-11.
Blackwell. Inggris. 164-167. Fitriani, F., H. Husmimi, dan M. Akmal.
Castillo, N.A., G. Perdigón and A. M. de 2018. Aplikasi Metode Emersi
LeBlanc. 2011. Oral administration Fiksatif Berbeda Terhadap Morfologi
of a probiotic Lactobacillus Histologi Testis dan Epididimis
modulates cytokine production and Kambing Lokal (Capra Sp.). Jurnal
TLR expression improving the Agripet, 18 (1) : 24–29.
immune response against Salmonella Gupta, R., K. Jeevaratnam., and A. Fatima.
enterica serovar Typhimurium 2018. Lactic Acid Bacteria: Probiotic
infection in mice. Characteristic, Selection Criteria,
http://www.biomedcentral.com/1471 And Its Role In Human Health.
-2180/11/177. [3 August 2011]. Journal of Emerging Tecnologies and
Darmawan, Alfian. 2017. Indentifikasi Innovatife Research, 5 (10) : 411-424.
Salmonella sp pada Daging Ayam Gut, A. M., T. Vasiljevic., T. Yeager, and O.
Broiler di Pasar Tradisional Kota N. Donkor. 2018. Salmonella
Makassar [Skripsi]. Fakultas infection – Prevention And Treatment
Kedokteran Hewan. Universitas by Antibiotics and Probiotic Yeasts:
Hasanuddin. A Review. Microbiology Society, 164
Dewi, A. K. 2013. Isolasi, Identifikasi dan : 1327–1344.
Uji Sensitivitas Staphylococcus Handoko, T., Aulanni'am., D. A. Oktavianie.
Aureus Terhadap Amoxicillin dari 2015. Pengaruh Terapi Ekstrak
Sampel Susu Kambing Peranakan Etanol Akar Seledri (Apium
Ettawa (Pe) Penderita Mastitis Di groveolens) terhadap Aktifitas
Wilayah Girimulyo, Kulonprogo. Protease dan Gambaran
Jurnal Sains Veteriner, 31 (2) : 138- Histopatologi Jejunum Tikus (Rattus
150. norvegicus) Model IBD
Ersawati, N., N. N. W. Susari, dan N. L. E. (Inflammatory Bowel Disease) Hasil
Setiasih. 2018. Berat Organ Usus Induksi Indometasin [Tesis]. Fakultas
Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Peternakan. Universitas Brawijaya.
Pasca Penambahan Tepung Daun Hartono, E. F., N. Iriyanti, dan S.
Kelor (Moringa Oleifera) pada Suhermiyati. 2016. Efek Penggunaan
Pakan. Indonesia Medicus Veterinus, Sinbiotik Terhadap Kondisi
7 (3) : 278-284. Miklofora dan Histologi Usus Ayam
Ferreira, R. B. R., N. Gill., B. P. Willing., L. Sentul Jantan. Jurnal Agripet, 16 (2) :
C. M. Antunes., S. L. Russell., M. A. 97-105.
Croxen, and B. B. Finlay. 2011. The Higgins, J. P., A. D. Wolfenden., S. N.
Intestinal Microbiota Plays A Role In Henderson., A. T. Rodriguez., J. L.
Salmonella-Induced Colitis Vicente., B. M. Hargis, and G. Tellez.
Independent of Pathogen 2010. Effect of Lactic Acid Bacteria
Probiotic Culture Treatment Timing Sp. Pada Cilok Di Sekolah Dasar Di
on Salmonella Enteritidis in Neonatal Denpasar. E-Jurnal Medika, 6 (5) :
Broilers. Poultry Science Association, 36-41.
89 : 243–247. Nugroho, R. A. 2018. Mengenal Mencit
Hussein, E. O. S., S. H. Ahmed., A. M. Sebagai Hewan Laboratorium.
Abudabos., M. R. Aljumaah., M. M. Mulawarman University Press.
Alkhlulaifi., M. A. Nassan., G. M. Samarinda. 43-47.
Suliman., M. A. E. Naiel and A. A. Warna Silikon RTV Sebagai Bahan
Swelum. 2020. Effect of Antibiotic, Protesa Maksilofasial Ekstraoral.
Phytobiotic and Probiotic Jurnal Kedokteran Gigi, 4 (2) : 163-
Supplementation on Growth, Blood 168.
Indices and Intestine Health in Pundir, R. K. 2013. Probiotic Potential Of
Broiler Chicks Challenged with Lactic Acid Bacteria Isolated From
Clostridium perfringens. Food Samples: An In Vitro Study.
doi:10.3390/ani10030507. [18 March Journal Of Applied Pharmaceutical
2020]. Science, 3 (3) : 85-93.
Joni, L. S., dan M. Abrar. 2018. Sambar Salehizadeh, M., M. H. Modarressi., S. N.
(Cervus Unicolor) di Taman Rusa Mousavi, and Maryam T. E. 2020.
Aceh Besar. Jurnal JIMVET, 2 (1) : Evaluation of lactic acid bacteria
77-85. isolated from poultry feces as
Kusuma, I. G. E., A. A. G. Arjana, dan I. K. potential probiotic and its in vitro
Berata. 2012. Pemberian Efektif competitive activity against
Microorganism (Em4®) Terhadap Salmonella typhimurium. Veterinary
Gambaran Histopatologi Hati Tikus Research Forum, 11 (1) 67 – 75.
Putih (Rattus Norvegicus) Betina. Widodo, T. S., B. Sulistiyanto, dan C.
Indonesia Medicus Veterinus, 1 (5) : S.Utama. 2015. Jumlah Bakteri Asam
582-595. Laktat (BAL) dalam Digesta Usus
Matur, E. and E. Eraslan. 2012. The Impact Halus dan Sekum Ayam Broiler yang
of Probiotics on the Gastrointestinal Diberi Pakan Ceceran Pabrik Pakan
Physiology. doi: 10.5772/34067. [12 yang Difermentasi. Jurnal Agripet, 15
April 2012]. (2) : 98-103.
Mulaw, G., D. Muleta., A. Tesfaye, and T. Wijayanti, E. D. dan T. Ardyati. 2012. Uji
Sisay. 2020. Protective Effect Of Potensi Perlekatan Bakteri Asam
Potential Probiotic Strains From Laktat Isolat TLA-15 dan TLA-20
Fermented Ethiopian Food Against pada Sel Epitel Usus Tikus (Rattus
Salmonella Typhimurium Dt104 In Norvegicus). Jurnal Farmasi dan
Micehttps://doi.org/10.1155/2020/75 Ilmu Kesehatan, 1 (2) : 1-6.
23629. [14 April 2020]. Wiryawan, K. G. dan M. Sriasih. 2012.
Murti, N. I. K. 2017. Prevalensi Salmonella Penampilan Ayam Pedaging yang
Diberi Probiotik (Em-4) Sebagai
Pengganti Antibiotik. Majalah Ilmiah
Peternakan, 8 (2) : 1-10.
Wresdiyati, T., S. R. Laila., Y. Setiorini., I. I.
Arief, dan M. Astawan. 2013.
Probiotik Indigenus Meningkatkan
Profil Kesehatan Usus Halus. Jurnal
MKB, 45 (2) : 78-85.

Anda mungkin juga menyukai