Ndamanggilik (PO530320119119)
• Frimaruly H. Djaranyoera (PO530320119120)
• Gracia G. Bani (PO530320119121)
• Harnop Darkay (PO530320119122)
KMB 1 • Ingrit S. Ito (PO530320119123)
• Ivoni M. Bere Laka (PO530320119124)
• Kismi A. Napa (PO530320119125)
• Margaretha T. Naisaban (PO530320119126)
KELOMPOK
3
Gangguan Kebutuhan Nutrisi Akibat Patologis
System Pencernaan
Anamnesa Gangguan
Sistem Pencernaan
Anamnesi dimulai dengan keluhan
utama, yakni keluhan yang diderita
seseorang, membawa dia untuk
meminta pertolongan/ pengobatan
kepada dokter.
Anamnesis untuk kelainan sistem
pencernaan secara garis besar dapat
dibagi atas 2 bagian:
a. Gangguan Asupan (Intake)
b. Gangguan Penyerapan (Absorpsi)
Patofisiologi Gangguan Sistem
Pencernaan
• Patofisiologi ulkus peptikum
Ulkus peptikum(UP) adalah kerusakan pada jaringan mukosa, submukosa sampai lapisan otot
pada segmen saluran cerna yang berkaitan langsung dengan cairan lambung.
Patogenesis terjadinya usus peptikum belum seluruhnya diketahui dengan pasti.
Terdapat tiga faktor utama yang berperan yaitu:
• Faktor asam dan pepsin,bila produksi HCL berlebihan
• Faktor ketahanan mukosa→teori gangguan keseimbangan faktor agresif (merusak), faktor defensif.
• Faktor infeksi dengan helicobacter pylori
Perjalanan penyakit dimulai dengan sekresi HCL normal atau sedikit menurun. Bila terjadi klorhidria, kemungkinan
ada keganasan. Tak ada faktor intrinsik, vitamin b12 tidak diabsorbsi, anemia pernisiosa. Kelenjar lambung
mengalami atrofi. Bila ulkus mengenai pembuluh darah akan terjadi perdarahan (hematemesis) dan dapat menjadi
ganas. Diagnosis ditegakkan dengan melakukan barium inloop dan endoskopi lambung.
ETIOLOGI
Saat ini salah satu penyebab utama
sekitar 60% dari ulkus gaster dan
90% dari ulkus duodenum ialah
adanya reaksi inflamasi kronik
akibat invasi dari helicobacter
pylori yang mana paling banyak
membentuk koloni disekitar antrum
pylori.
Faktor psikologis juga dapat menyebabkan diare.
• Patofisiologi Gastroenteritis Faktor psikologis (stress, marah, takut) dapat
merangsang kelenjar adrenalan dibawah
Gastroenteritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya
pengendalian sistem pernafasan simpatis untuk
muntah dan diare yang diakibatkan oleh infeksi, alergi, tidak toleran
merangsang pengeluaran hormon yang kerjanya
terhadap makanan tertentu atau mencerna toksin, (Tucker, 1998).
mengatur metabolisme tubuh. Sehingga bila
terjadi stress maka metabolisme akan terjadi
Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi peningkatan, dalam bentuk peningkatan
(bakteri, virus, parasit), faktor malabsorbsi, faktor makanan dan mortalitas usus.
faktor fisiologis.
Pathway
Thypus abdominalis
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut
usus halus yang disebabkan oleh kuman
Salmonella Typhi, typus abdominalis adalah
penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih
dari 7 hari, gangguan kesadaran dan saluran
pencernaan (Mansjoer,2003).
Etiologi typus abdominalis adalah salmonella typhi,
salmonella paratyphiA, salmonella paratyphi B,
salmonella paratyphi C (Arif Mansjoer, 2003), sedangkan
menurut Rampengan (2007) menyatakan bahwa penyakit
ini disebabkan oleh infeksi kuman salmonella
typhosa/Eberthella typosa yang merupakan kuman gram
negatif, tidak berkapsul, mempunyai flagella, dan tidak
membentuk spora.
Patofisiologi
Masuknya kuman salmonella
Sebagian kuman di
typhi (s.Typhi) dan salmonella
musnakan dalam lambung,
paratyphi ( s.Paratyphi )
sebagian lolos masuk ke
kedalam tubuh manusia terjadi
dalam usus dan selanjutnya
melalui makanan yang
berkembang biak
terkontaminasi kuman
Kolitis adalah ra
dang pada kolo
disebabkan ak n. Radang ini
umulasi cytok
mengganggu ik ine yang Penderita sering mengalami kram
atan antar sel
sehingga men epitel perut yang berat, kejang pada rektum
stimulasi sekr
stimulasi sel g esi kolon,
oblet untuk m Suatu serangan bisa mendadak dan yang terasa nyeri, disertai keinginan
m ucu s da n m e ensekresi
n gg a n g g u m o
tilitas kolon. berat, menyebabkan diare hebat, untuk buang air besar yang sangat.
demam tinggi, sakit perut dan Penderita bisa demam, nafsu
peritonitis (radang selaput perut). makannya menurun dan berat
Selama serangan, penderita tampak badannya berkurang
sangat sakit. Serangannya dimulai
bertahap, dimana penderita
memiliki keinginan untuk buang
air besar yang sangat, kram
ringan pada perut bawah dan
tinja yang berdarah dan
berlendir.
C
Etiologi E
K
Penyebab dari kolitis ada beberapa macam antara lain C
E
Infeksi Intususepsi ileokolon
K
Faktor familial/genetic Inflamasi
Trauma Neoplasia
Polyps rektokolon
PATHWAY COLITIS
ASKEP ULKUS PEPTIKUM
• PENGKAJIAN
Identitas klien :
1.Nama : Tn.M
2.Usia : 40 tahun
3.Jenis kelamin : laki-laki
4.Jenis pekerjaan : karyawan
5.Alamat :Jl.kedondong BTN
6.Suku/bangsa: rote
7.Agama : kristen protestan
8.Tingkat pendidikan :SMA
Riwayat kesehatan:
9. Riwayat kesehatan dahulu : klien mengatakan pernah mengonsumsi rokok,kopi dan alcohol dan klien juga merupakan
seseorang yang emosial
10. Riwayat kesehatan sekarang: klien mengatakan nyeri ulu hati,seperti tertusuk nyeri biasanya hilang dengan makan,pasien
mengalami sensasi luka bakar pada esopagus dan lambung.yang naik ke mulut kadang-kadang disertai sendawa umum
terjadi bila lambung pasien kosong.Mual dan muntah,konstipasi,perdarahan pada buang air besar,mengatakan badan
terasa lemah dan letih,klien juga mengatakan berat badan turun(20% lebih dibawah BB ideal )
11. Riwayat kesehatan keluarga: pasien mengatakan bahwa ada keluarganya yang pernah mengalami sakit yang sama yang
dialami olehnya
• PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : lemah, pucat
2.Tanda vital : tacikardi, pernafasan cepat
3.Wajah : klien tampak meringgis, konjungtiva anemis
4.Mulut : mukosa bibir kring, klien hanya menghabiskan 1/3 porsi yang disediakan, otot menelan lemah
Dada:
1. Inspeksi : bentuk dada simetris kiri dan kanan,pernafasan cepat
2. Palpasi :nyeri tekan
3. Perkusi : bunyi ketok sonor
4. Auskultasi : tidak ada suara nafas tambahan
Abdomen :
5. Inspeksi : simetris kiri dan kanan,klien memegang perut saat nyeri
6. Palpasi : nyeri tekan abdomen
7. Perkusi : bunyi ketok timpani
8. Auskultasi : bising usus ++
9. Integumen : warna kulit pucat,turgor kulit jelek
Ekstremitas : takikardi,otot lemah,klien dibantu keluarga dalam beraktivitas
PEMERIKSAAN PENUNJANG /DIAGNOSTIK
Pemeriksaan dengan barium terhadap saluran GI atas dapat menunjukkan adanya ulkus
Endoskopi GI mengidentifikasi perubahan inflamasi,ulkus,dan lesi
Feces dapat diambil positif terhadap darah samar
Adanya H.Pylory dapat ditentukan dengan biopsy dan histology melalui kultur.
DATA FOKUS
Data subjektif :
1. Klien mengatakan nyeri biasanya hilang dengan makan
2. Klien mengatakan nyeri ulu hati,pasien menglamai sensasi luka bakar pada esopagus dan lambung yang naik ke mulut
3. Klien mengatakan sendawa umum terjadi bila lambung kosong
4. Klien mengatakan mual dan muntah
5. Klien mengatakan konstipasi
6. Klien mengatakan perdarahan saat buang air besar
7. Klien mengatakan badan terasa lemah dan letih
Data objektif :
8. Klien tampak lemah
9. Klien tampak meringgis
10. Wajah klien pucat
11. Klien mengatakan menghabiskan 1/3 porsi yang disediakan
12. Bising usus ++
13. Turgor kulit jelek
14. Kekuatan otot lemah
15. Kongjungtiva anemis
16. Takikardi
17. Klien dibantu keluarga dalam beraktivitas
18. Nyeri tekan pada thorax
19. Pernafasan cepat
20. Nyeri tekan abdomen
21. Mukosa bibir kering
No Data-data Etiologi Masalah
Pernafasan cepat
Nyeri tekan abdomen
Klien memegang perut saat nyeri
2 DS:
Intake yang tidak adekuat Ketidakseimbangan nutrisi
- Klien mengatakan badan lemah dan letih
- -klien mengatakan berat badan turun(20% lebih dibawah BB ideal) kurang dari kebutuhan tubuh
DO:
-klien hanya menghabiskan 1/3 porsi yang disediakan
-Bising usus ++
-turgor kulit jelek
- mukosa bibir kering
-otot menelan lemah
3 DS: Kelemahan otot Intoleransi aktivitas
-klien mengatakan badan terasa lemah
dan letih
-klien mengatakan mengeluh nyeri
tumpul,seperti tertusuk atau sensai
terbakar di epigastrium tengah atau
dipunggung
DO:
-kekuatan otot lemah
-klien dibantu keluarga dalam
beraktivitas
-konjungtiva anemis
Wajah klien pucat
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Nyeri berhubungan dengan trauma
jaringan dan refleks spasme otot
sekunder terhadap gangguan visceral
usus
• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat
• Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan otot
NO DIAGNOSA NOC NIC AKTIFITAS
1 Nyeri berhubungan dengan trauma Kriteria hasil : 1. pain management -lakuakan pengkajian nyeri secara kompherensif termasuk
jaringan dan refleks spasme otot - Mengenali faktor penyebab lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi dan faktor presipitasi
sekunder terhadap gangguan visceral - Menggunakan metode non -observasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan
usus. analgetik untuk mengurangi -gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
INTERVENSI KEPERAWATAN
Tanggal Pengkajian: 21 Menurut keterangan klien, sekitar 6 bulan yang lalu anaknya yang kedua mengalami penyakit yang
Pemeriksaan Fisik
BB: 68 kg
TB: 178 cm
TD: 120/80 mmHg
RR: 28 x/menit
N: 90 x/menit
S: 38℃
Bising usus: 14 x/ menit
No Data Etiologi Masalah
S: 38 ℃
2 DS: Kerusakan integritas kulit pada daerah anus Gangguan rasa nyaman: nyeri
Klien mengeluh perutnya mules. Mules terasa saat ingin BAB dan hilang sekitar 5 menit setelah buang air besar,
anus juga sering terasa perih, setelah BAB
DO:
- Klien terlihat meringis dan memeganggi perutnya saat terasa mules
- Wajah terlihat pucat
3. DS: Pengeluaran feses encer sering dan intake Resiko kekurangan volume cairan dan
Klien mengatakan buang air besar cair sudah lebih dari 10 kali per hari di lakukan pengkajian disertai mual dan cairan kurang elektrolit
muntah
DO:
- Klien terlihat lemah
- Klien terlihat sering ke kamar mandi untuk BAB
- Turgor kulit menurun
- Mukosa bibir kering
- Mata cekung
- Konjungtiva anemis
- Berat badan sebelum sakit 72 kg, setelah sakit 68 kg
- Minum 2-3 gelas per hari
- Hasil laboratorium peneriksaan feses: warna: cokelat, lendir negatif , konsistensi encer
Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh b.d dehidrasi
2. Gangguan rasa nyaman( nyeri) b.d kerusakan integritass pada daerah anus.
3. Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d pengeluaran feses yang sering dan
intake cairan yang kurang
Intervensi keperawatan
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan
1 Peningkatan suhu tubuh b.d dehidrasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan: Monitor suhu tubuh klien
Suhu tubuh klien normal. 36,5- 37,2℃ Berikan kompres air hangat
Membran mukosa lembab Kolaborasikan dengan dokter pemberian obat anti piretik
Turgor kulit baik atau normal Anjurkan klien minum yang banyak
2 Gangguan rasa nyaman(nyeri) b.d kerusakan integritas kulit pada daerah Setelah dilakukan tindakan keperawatan di harapkan: Kaji skala nyeri pasien
anus Klien melaporkan nyeri dan mules bekurang atau hilang Posisikan klien pada posisi yang nyaman
Klien tampak rilex dan dapat istirahat Informasikan kepada klien pentingnya masukan nutrisi dan cairan yang adekuat
Klien tidak geliisah ataupun meringis, menahan sakit Kolaborasikan dengan dokter pemberian anti nyeri
Observasi TTV
3 Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d pengeluaran feses Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien menunjukkan tanda-tanda Kaji adanya dehidrasi
yang sering dan intake cairan yang kurang pemenuhan cairan dan elektrolit yang adekuat. Ditandai dengan Catat intake dan output cairan
Mukosa bibir lembab Ukur berat badan setiap hari
Turgor kulit normal Kolaborasikan dengan dokter pemberian cairan parental
Mata tidak cekung Anjurkan klien banyak minum dan mengkomsumsi buah-buahan
Konjungtiva tidak anemis Observasi TTV
BAB tidak lebih dari 1 kali dalam 1 hari
TTV normal
•Implementasi keperawatan
NO Tanggal No Dx Keperawatan Implementasi Nama dan paraf
1 22 September 2020 Dx. 1 Jam 11:30 WIB, memonitori suhu tubuh klien. HASIL: 39, 2 ℃
Jam 11:35 WIB, memberikan kompres air hangat
Jam 13:00 WIB, mengkolaborasikan dengan dokter pemberian obat antipiretik, antrain 3x1 ampul
Jam 13:00 WIB, mengajurkan klien minum yang banyak
2 22 September 2020 Dx. 2 Jam 08:00 WIB, mengkaji skala nyeri klien( skala nyeri 5 yaitu, nyeri sedang)
Jam 08:15 WIB, memposisikan klien pada posisi yang nyaman
Jam 08:20 WIB, menginformasikan pentingnya masukkan nutrisi dan cairan yang adekuat
Jam 10:00 WIB mengkolaborasikan dengan dokter pemberian obat anti nyeri( vemizol 1x1 ampul, vomceran 3x1
ampul, vladeks 3x 500 mg, lodia 2x1 tablet
Jam 11:30 WIB, mengobservasi TTV (TD:110/80 mmHg, N: 98 x/menit, RR: 26 x/menit,S: 39,2 ℃
3 22 September 2020 Dx. 3 Jam 10:00 WIB mengkolaborasikan dengan dokter pemberian cairan parenteral(infus: Futrolit 20 TPM)
Jam 11:30 WIB,mengobservasi TTV( TD: 110/80 mmHg, N: 98 x/menit, R: 26 x/ menit, S: 39,2 ℃
Jam 13:00 WIB, menganjurkan klien banyak minum dan mengkomsumsi buah-buahan
Jam 13:10 WIB, mengkaji adanya dehidrasi. Klien kehilangan 5% berat badannya(dehidrasi ringan). Menurut
keterangan klien, sekitar 1 minggu sebelum sakit klien menimbanga berat badannya. Hasilnnya adalah 72 kg, dan
berat badannya sekarang adalah 69 kg.
Jam 13:30 WIB, cata intake dan output cairan. Intake( minum: 3 gelas, makan: habis ¼ porsi dari ½ . output( BAB:
8x, BAK: 2x
Jam 13:35 WIB mengukur berat badan setiap hari. Hasil penguluran: 68 KG
Evaluasi Keperawatan
NO Tanggal/Waktu Evaluasi(SOAP)
Dx 2 22 September 2020 S : Klien mengatakan nyaman dengan posisi setengah telungkup (Sim), mules dan nyeri masih sering terasa.
Jam 14:00 WIB O : Klien terlihat nyaman dengan posisi Sim, klien terlihat meringis dan memegangi perut saat mules terasa.
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan:
Kaji skala nyeri klien.
Posisikan klien pada posisi yang nyaman.
Informasikan kepada klien pentinganya masukan nutrisi dan cairan yang adekuat.
Kolaborasikan dengan dokter pemberian obat anti nyeri.
Observasi TTV
Dx 3 22 September 2020 S : Klien mengatakan BAB sudah sedikit bekurang, hari ini klien BAB 6x terhitung sejak pagi sampai jam 14.30, tidak muntah, dan minum hanya 3 gelas.
Jam 14:00 WIB O : Klien terlihat lemah, mukosa bibir kering, mata cekung, berat badan 68 Kg, turgor kulit menurun, TTV:
TD : 110/ 80 mmHg R : 26x/ menit
N : 98x/ menit S : 39,2o C
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan:
Kaji adanya dehidrasi.
Catat intake dan output cairan.
Ukur berat badan setiap hari.
Kolaborasikan dengan dokter pemberian cairan parenteral.
Anjurkan klien banyak minum dan mengkonsumsi buah- buahan.
Observasi TTV
Asuhan Keperawatan thypus abdomalis
Data Fokus
Analisa Data Etiologi Masalah Keperawatan Diagnosa Keperawatan
PENGKAJIAN DS : 1. Kuman salmonella typhi masuk 1. Kekurangan volume cairan 1. Resiko deficit volume
Pasien mengatakan mual, ke saluran cerna 2. Kekurangan nutrisi dalam cairan
Nama : TN B muntah , nyeri dibagian perut, 2. Resiko ketidakseimbangan tubuh 2. Perubahan nutrisi
dan sering BAB. nutrisi kurang dari kebutuhan 3. Diare kurang dari kebutuhan
Pendidikan : Dlll
Pekerjaan : Guru
Resiko deficit volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam kebutuhan cairan 1. Kji tanda-tanda vital 1. Hipotensi, demam dapat menunjukan respon pada efek
terpenuhi 2. Pertahankan pembatasan per oral, tirah baring, hidari kerja atau kehilangan cairan
Kriteria hasil : batasi aktifitas 2. Kolo diistirahatkan untuk penyebaran dan untuk menurunkan
1. Suhu normal yaitu 30 C 3. Kolaborasi pemberian cairan parental sesuai indikasi cairan usus
2. Nadi : 80 x / menit 3. Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan pengganti
3. Mempertahankan volume cairan cairan untuk memperbaiki
4. Kehilangan atau anemia
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan Setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien 1. Anjurkan klien istirahayt sebelum makan 1. Menenagkan peristaltic dan meningkatkan energy untuk
Hasil : 2. Sediakan makanan dalam keadaan hangat, lingkungan menyenagkan makan
BB stabil atau peningkatan BB dan kondisi tidak terburu-buru 2. Lingkungan yang menyenagkan dapat menurunkan steress
Tidak ada malnutrizi, nafsu makan meningkat, pasien menghabiskan 3. Timbang berat badan setiap hari dan lebih kondusif untuk makan
porsi makan yang sudah disediakanrumah sakit. 3. Memberikan informasi tentang kebutuhan diet atau
keefektifan terapi
Gangguan Eliminasi Setelah dilakukan tindakan keperawatn 3 x 24 jam klien tidak mengalami 1. Kaji frekuensi,bau, warna feces Untuk mengetahui adakah pendarahan
diare, BAB normal 2. Observasi atau monitor intake output cairan Untuk mengetahui balance cairan
Kriteria Hasil : BAB normal 1-2 x hari / dan 3. Anjurkan klien untuk banyak minum Untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang melalui diare
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti-diare dan Untuk mengurangi reaksi peradangan pada usus halus
mikroba
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses Setelah dilakukan tindakan kperawatan suhu tubuh normal 1. Kaji peningkatan suhu 1. Suhu 38 C menentukan proses penyakit infeksi akut
peradangan pada usus halus Kriteria hasil : 2. Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambah linen tempat tidur 2. Suhu lingkungan atau jumlah selimut harus sibatasi untuk
1. Suhu tubuh normal 30 C sesuai indikasi mempertahankan suhu mendekati normal
2. Pasien tampak releks 3. Berikan kompres air hangat, hindari penggunaan air es 3. Membantu mengurangi demam ( penggunaan air es
3. Tidak terjadi resiko kekurangan volume cairan 4. Kolaborasi pemberian Antipiretik menyebabkan peningkatan suhu secara actual
4. Digunakan untuk mengurangi demam
Implementasi Catatan perkembangan / Evaluasi
Hari/tgl/jam Tindakan yang dilakukan Hasil Hari/tanggal/jam No DX Perkembangan Tanda Tangan
1. Berikan selimut ekstra pada pasien Suhu tubuh pasien kembali normal
2. Kompres air hangat pada pasien
3. Memberikan obat antipiretik
Asuhan Keperawatan colitis
PENGKAJIAN/PENGUMPULAN DATA
Data Biografi:
a. Nama : Tn. Alan
b. Umur : 46 Tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Agama : Kristen Protestan
e. Suku/ bangsa : Alor/ Indonesia
f. Pendidikan : S1 Ekonomi
g. Pekerjaan : Akuntan
h. Alamat : Jl.soeprapto no.4 kelurahan Bumi sucipto
i. Di tanggung oleh : Istri
Aktivitas/istirahat
Gejala:
Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat Lelah
Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare
Merasa gelisah dan ansietas
Pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek proses penyakit
Sirkulasi
Tanda:
Takikardia Crospons terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi, dan nyeri.
Kemerahan area akimonsis (kekurangan vitamin K)
TD: hipotensi, termasuk postural
Kulit/membran mukosa, turgor buruk, kering, lidah pecah (dehidrasi/malnutrisi)
Integritas ego
Gejala:
Ansietas, ketakutan, emosi, kesal, misalnya perasaan tak berdaya/tak ada harapan
Faktor stress akut/kronis, misalnya hubungan dengan keluarga/pekerjaan,,pengobatan yang mahal
Tanda:
Menolak, perhatian menyempit, depresi.
Eliminasi
Gejala:
Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai batu atau berair
Episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hingga timbul, sering tak dapat dikontrol (sebanyak 20 – 30 kali defekasi/hari)
Perasaan dorongan/kram (temosmus), defekasi berdarah/pus/ mukosa dengan atau tanpa keluar feses.
Perdarahan per rectal
Riwayat batu ginjal (dehidrasi) Tanda:
Menurunnya bising usus, tak ada peristoltik atau adanya peristoltik yang dapat dilihat.
Hemosoid, fisura anal (25 %), fisura perianal
Oliguria
Makanan/ cairan
Gejala:
Anoreksia, mual/muntah
Penurunan berat badan
Tidak toleran terhadap diet/sensitif misalnya buah segar/sayur
Produk susu makanan berlemak.
Tanda:
Penurunan lemak subkutan/massa otot
Kelemahan tonus otot dan turgor kulit buruk
Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut
Higiene
Tanda:
Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri
Stomatitis menunjukkan kekurangan vitamin
Nyeri/kenyamanan
Gejala:
Nyeri/nyeri tekan pada kwadran kiri bawah (mungkin hilang dengan defekasi)
Titik nyeri berpindah, nyeri tekan (arthritis)
Nyeri mata, fotofobia (iritis) Tanda:
Nyeri tekan abdomen/distensi
Keamanan
Gejala:
Riwayat lupus eritoma tous, anemia hemolitik, vaskulitis,.
Arthritis (memperburuk gejala dengan eksoserbasi penyakit usus)
Peningkatan suhu 39,6 – 40 ºC (eksoserbasi akut)
Penglihatan kabur
Alergi terhadap makanan/produk susu (mengeluarkan histamine ke dalam usus dan mempunyai efek inflamasi)
Tanda:
Lesi kulit mungkin ada misalnya: eritoma nodusum (meningkat), nyeri, kemerahan dan membengkak pada tangan, muka, plodeima gangrionosa (lesi tekan purulen/lepuh dengan batas
keunguan)
Ankilosa spondylitis
Uveitis, kongjutivitis/iritis.
Seksualitas
Gejala:
frekuensi menurun/menghindari aktivitas seksual
Interaksi social
Gejala:
Masalah hubungan/peran sehubungan dengan kondisi
Ketidakmampuan aktif dalam social
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Intervensi Rasional
1. Kaji dan berikan nutrisi sesuai Pemberian nutrisi pada pasien dengan 4. Fasilitasi pasien memperoleh Sup lemen serat d ikatakan bermanfaat
tingkat toleransi individu. enteritis regional bervariasi sesuai dengan diet dengan kandungan serat bagi pasien d engan penyakit ko lon
kondisi klinik dan tingkat toleransi individu. tinggi. karena fakta bahwa serat diubah menjad i rantai pendek asam lemak,
yang menyediakan bahan b akar untuk penyembuhan mukosa kolon.
2. Sajikan makanan dengan cara yang Membantu merangsang nafsu makan.
menarik. Hal ini dapat diberikan bila toleransi oral
tidak menjadi masalah pada pasien. 5. Fasilitasi pasien memperoleh diet rendah Diet rendah serat biasanya diindikasikan untuk pasien dengan gejala
serat pada gejala obstruksi. obstruksi.
3. Fasilitasi pasien memperoleh diet Diet diberikan pada pasien dengan gejala
rendah lemak malabsorpsi akibat hilangnya fungsi 6. Fasilitasi untuk pemberian nutrisi Nutrisi parenteral to tal (TPN) digunakan b ila gejala penyak it usus
penyerapan permukaan mukosa, khususnya parenteral total. inflamasi bertamb ah berat. Dengan TPN, perawat dapat
mempertahankan catatan ak urat tentang intake dan output cairan,
penyerapan lemak. Keterlibatan ileum terminal serta berat badan p asien setiap hari.
dapat mengakibatkan steatorrhea (buang air
besar dengan feses bercampur lemak). 7. Pantau intake dan output, anjurkan untuk timbang Berguna dalam menguk ur keefektifa n nutrisi dan dukungan cairan.
berat badan secara period ik (sekali seminggu).
8. Lakukan perawatan mulut. Intervensi ini untuk menurunkan risiko infeksi oral.
9. Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai Ahli gizi harus terlibat dalam penentuan ko mposisi dan jenis
jenis nutrisi yang akan digunakan pasien. makanan yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan individu.
No Intervensi Rasional
1. Kaji terhadap adanya tanda kekurangan Sebagai parameter dasar untuk pemberian intervensi terapi cairan atau pemenuhan hidrasi.
volume cairan: kulit dan membran mukosa kering, penurunan turgor kulit, oliguria, kelelahan,
penurunan suhu, peningkatan hematokrit, peningkatan berat jenis urine, dan hipotensi.
2. Intervensi pemenuhan cairan: Parameter dalam menentukan intervensi kedaruratan. Adanya riwayat keracunan dan usia anak atau
1. Identifikasi faktor penyebab, awitan (onset), spesifikasi usia dan adanya riwayat penyakit lanjut usia memberikan tingkat keparahan dari kondisi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
lain.
Lakukan pemasangan IVFD. Apabila kondisi diare dan muntah berlanjut, maka lakukan pemasangan IVFD. Pemberian
dokumentasi dengan akurat tentang asupan dan haluaran cairan. cairan intravena disesuaikan dengan derajat dehidrasi. Pemberian 1-2 L cairan Ringer Laktat dengan
Bantu pasien apabila muntah. tetesan cepat sebagai kompensasi awal hidrasi cairan diberikan untuk mencegah
syok hipovolemik
Sebagai evaluasi penting dari intervensi hidrasi dan mencegah terjadinya over hidrasi.
Aspirasi muntah dapat terjadi terutama pada usia lanjut dengan perubahan kesadaran. Perawat
mendekatkan tempat muntah dan memberikan masase ringan pada pundak untuk membantu
menurunkan respons nyeri dari muntah.
3. Intervensi pada penurunan kadar Untuk mendeteksi adanya kondisi hiponatremi dan hipokalemi sekunder dari hilangnya elektrolit
elektrolit: dari plasma.
1. Evaluasi kadar elektrolit serum.
2. dokumentasi perubahan klinik dan laporkan dengan tim medis Perubahan klinik seperti penurunan urine output secara akut perlu diberitahu kepada tim medis
\3. Monitor khusus ketidakseimbangan elektrolit pada lansia. untuk mendapatkan intervensi selanjutnya dan menurunkan risiko terjadinya asidosis metabolik.
Ind ividu lansia dapat dengan cepat mengalami dehidrasi dan menderita kadar kalium rendah
(hipokalemia) sebagai akibat diare. Individu lansia yang menggunakan digitalis harus waspada
terhadap cepatnya dehidrasi dan hipokalemia pada diare. Individu ini juga diintruksikan untuk
mengenali tanda-tanda hipokalemia karena kadar kalium rendah dapat memperberat kerja digitalis,
yang dapat menimbulkan toksisitas digitalis.
4. Kolaborasi dengan tim medis terapi Antimikroba diberikan sesuai dengan pemeriksaan feses agar pemberian antimkroba dapat rasional
farmakologis. diberikan dan mencegah terjadinya resistensi obat.
1. Antimikroba.
2. Antidiare/antimotilitas. Agen ini digunakan untuk menurunkan frekuensi diare. Salah satu obat yang lazim diberikan
adalah Loperamide (Imodium).