Anda di halaman 1dari 35

• Fransiska R.

Ndamanggilik (PO530320119119)
• Frimaruly H. Djaranyoera (PO530320119120)
• Gracia G. Bani (PO530320119121)
• Harnop Darkay (PO530320119122)
KMB 1 • Ingrit S. Ito (PO530320119123)
• Ivoni M. Bere Laka (PO530320119124)
• Kismi A. Napa (PO530320119125)
• Margaretha T. Naisaban (PO530320119126)

KELOMPOK

3
Gangguan Kebutuhan Nutrisi Akibat Patologis
System Pencernaan
Anamnesa Gangguan
Sistem Pencernaan
Anamnesi dimulai dengan keluhan
utama, yakni keluhan yang diderita
seseorang, membawa dia untuk
meminta pertolongan/ pengobatan
kepada dokter.
Anamnesis untuk kelainan sistem
pencernaan secara garis besar dapat
dibagi atas 2 bagian:
a. Gangguan Asupan (Intake)
b. Gangguan Penyerapan (Absorpsi)
Patofisiologi Gangguan Sistem
Pencernaan
• Patofisiologi ulkus peptikum
Ulkus peptikum(UP) adalah kerusakan pada jaringan mukosa, submukosa sampai lapisan otot
pada segmen saluran cerna yang berkaitan langsung dengan cairan lambung.
Patogenesis terjadinya usus peptikum belum seluruhnya diketahui dengan pasti.
Terdapat tiga faktor utama yang berperan yaitu:
• Faktor asam dan pepsin,bila produksi HCL berlebihan
• Faktor ketahanan mukosa→teori gangguan keseimbangan faktor agresif (merusak), faktor defensif.
• Faktor infeksi dengan helicobacter pylori
Perjalanan penyakit dimulai dengan sekresi HCL normal atau sedikit menurun. Bila terjadi klorhidria, kemungkinan
ada keganasan. Tak ada faktor intrinsik, vitamin b12 tidak diabsorbsi, anemia pernisiosa. Kelenjar lambung
mengalami atrofi. Bila ulkus mengenai pembuluh darah akan terjadi perdarahan (hematemesis) dan dapat menjadi
ganas. Diagnosis ditegakkan dengan melakukan barium inloop dan endoskopi lambung.
ETIOLOGI
Saat ini salah satu penyebab utama
sekitar 60% dari ulkus gaster dan
90% dari ulkus duodenum ialah
adanya reaksi inflamasi kronik
akibat invasi dari helicobacter
pylori yang mana paling banyak
membentuk koloni disekitar antrum
pylori.
Faktor psikologis juga dapat menyebabkan diare.
• Patofisiologi Gastroenteritis Faktor psikologis (stress, marah, takut) dapat
merangsang kelenjar adrenalan dibawah
Gastroenteritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya
pengendalian sistem pernafasan simpatis untuk
muntah dan diare yang diakibatkan oleh infeksi, alergi, tidak toleran
merangsang pengeluaran hormon yang kerjanya
terhadap makanan tertentu atau mencerna toksin, (Tucker, 1998).
mengatur metabolisme tubuh. Sehingga bila
terjadi stress maka metabolisme akan terjadi
Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi peningkatan, dalam bentuk peningkatan
(bakteri, virus, parasit), faktor malabsorbsi, faktor makanan dan mortalitas usus.
faktor fisiologis.

Diare yang disebabkan karena


malabsorbsi makanan akan Tertelannya makanan yang
menyebabkan makanan atau zat yang beracun juga dapat
tidak dapat diserap akan menyebabkan menyebabkan diare karena
tekanan osmotic dalam rongga usus
akan mengganggu motilitas
meninggi sehingga terjadi pergeseran
air dan elektrolit keadaan rongga usus. usus.
Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkan
sehingga timbul diare.
ETIOLOGI (Faktor Penyebab Gastroenteritis)
• Faktor infeksi • Faktor makanan
1. Infeksi bakteri 1. Makanan basi
2. Infeksi virus 2. Makanan beracun
3. Infeksi parasite • Faktor psikologis
4. Infeksi parental 1. Rasa takut
• Faktor mal absorbsi 2. Cemas
1. Malabsorbsi karbohidrat 3. Stress
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein

Pathway
Thypus abdominalis
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut
usus halus yang disebabkan oleh kuman
Salmonella Typhi, typus abdominalis adalah
penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih
dari 7 hari, gangguan kesadaran dan saluran
pencernaan (Mansjoer,2003).
Etiologi typus abdominalis adalah salmonella typhi,
salmonella paratyphiA, salmonella paratyphi B,
salmonella paratyphi C (Arif Mansjoer, 2003), sedangkan
menurut Rampengan (2007) menyatakan bahwa penyakit
ini disebabkan oleh infeksi kuman salmonella
typhosa/Eberthella typosa yang merupakan kuman gram
negatif, tidak berkapsul, mempunyai flagella, dan tidak
membentuk spora.
Patofisiologi
Masuknya kuman salmonella
Sebagian kuman di
typhi (s.Typhi) dan salmonella
musnakan dalam lambung,
paratyphi ( s.Paratyphi )
sebagian lolos masuk ke
kedalam tubuh manusia terjadi
dalam usus dan selanjutnya
melalui makanan yang
berkembang biak
terkontaminasi kuman

Di lamina propia kuman berkembang Bila Respon imunitas humoral


biak, selanjutnya di bawa ke plagus mukosa (IgA) Ususu kurang
Di organ-organ ini kuman
peyeri ileum distal dan kemudia ke baik maka kuman aka
meninggalkan sel-sel atau ruang
kelenjar getah bening mesenterika. menembus sel-sel epitel
sinusoll dan selanjutnya masuk
kedalam sirkulasi darah lagi dan menyebar keseluruh organ ( terutama sel M ) dan
megakibatkan bacteremia yang retikuloendotetial tubuh terutama hati
dan limpa.
selanjutnya ke lamina propia
kedua kalinya dengan di sertai
tanda-tanda dan gejala infeksi
sistemik.
PATHWAY PATHWAY
Patofisiologis colitis

Kolitis adalah ra
dang pada kolo
disebabkan ak n. Radang ini
umulasi cytok
mengganggu ik ine yang Penderita sering mengalami kram
atan antar sel
sehingga men epitel perut yang berat, kejang pada rektum
stimulasi sekr
stimulasi sel g esi kolon,
oblet untuk m Suatu serangan bisa mendadak dan yang terasa nyeri, disertai keinginan
m ucu s da n m e ensekresi
n gg a n g g u m o
tilitas kolon. berat, menyebabkan diare hebat, untuk buang air besar yang sangat.
demam tinggi, sakit perut dan Penderita bisa demam, nafsu
peritonitis (radang selaput perut). makannya menurun dan berat
Selama serangan, penderita tampak badannya berkurang
sangat sakit. Serangannya dimulai
bertahap, dimana penderita
memiliki keinginan untuk buang
air besar yang sangat, kram
ringan pada perut bawah dan
tinja yang berdarah dan
berlendir.
C
Etiologi E
K
Penyebab dari kolitis ada beberapa macam antara lain C

E
 Infeksi Intususepsi ileokolon
K
 Faktor familial/genetic  Inflamasi

 Trauma  Neoplasia

 Alergi  Sindrom iritasi usus besar

 Polyps rektokolon

PATHWAY COLITIS
ASKEP ULKUS PEPTIKUM

• PENGKAJIAN
Identitas klien :
1.Nama : Tn.M
2.Usia : 40 tahun
3.Jenis kelamin : laki-laki
4.Jenis pekerjaan : karyawan
5.Alamat :Jl.kedondong BTN
6.Suku/bangsa: rote
7.Agama : kristen protestan
8.Tingkat pendidikan :SMA
Riwayat kesehatan:
9. Riwayat kesehatan dahulu : klien mengatakan pernah mengonsumsi rokok,kopi dan alcohol dan klien juga merupakan
seseorang yang emosial
10. Riwayat kesehatan sekarang: klien mengatakan nyeri ulu hati,seperti tertusuk nyeri biasanya hilang dengan makan,pasien
mengalami sensasi luka bakar pada esopagus dan lambung.yang naik ke mulut kadang-kadang disertai sendawa umum
terjadi bila lambung pasien kosong.Mual dan muntah,konstipasi,perdarahan pada buang air besar,mengatakan badan
terasa lemah dan letih,klien juga mengatakan berat badan turun(20% lebih dibawah BB ideal )
11. Riwayat kesehatan keluarga: pasien mengatakan bahwa ada keluarganya yang pernah mengalami sakit yang sama yang
dialami olehnya
• PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : lemah, pucat
2.Tanda vital : tacikardi, pernafasan cepat
3.Wajah : klien tampak meringgis, konjungtiva anemis
4.Mulut : mukosa bibir kring, klien hanya menghabiskan 1/3 porsi yang disediakan, otot menelan lemah

Dada:
1. Inspeksi : bentuk dada simetris kiri dan kanan,pernafasan cepat
2. Palpasi :nyeri tekan
3. Perkusi : bunyi ketok sonor
4. Auskultasi : tidak ada suara nafas tambahan

Abdomen :
5. Inspeksi : simetris kiri dan kanan,klien memegang perut saat nyeri
6. Palpasi : nyeri tekan abdomen
7. Perkusi : bunyi ketok timpani
8. Auskultasi : bising usus ++
9. Integumen : warna kulit pucat,turgor kulit jelek
Ekstremitas : takikardi,otot lemah,klien dibantu keluarga dalam beraktivitas
PEMERIKSAAN PENUNJANG /DIAGNOSTIK
Pemeriksaan dengan barium terhadap saluran GI atas dapat menunjukkan adanya ulkus
Endoskopi GI mengidentifikasi perubahan inflamasi,ulkus,dan lesi
Feces dapat diambil positif terhadap darah samar
Adanya H.Pylory dapat ditentukan dengan biopsy dan histology melalui kultur.
DATA FOKUS
Data subjektif :
1. Klien mengatakan nyeri biasanya hilang dengan makan
2. Klien mengatakan nyeri ulu hati,pasien menglamai sensasi luka bakar pada esopagus dan lambung yang naik ke mulut
3. Klien mengatakan sendawa umum terjadi bila lambung kosong
4. Klien mengatakan mual dan muntah
5. Klien mengatakan konstipasi
6. Klien mengatakan perdarahan saat buang air besar
7. Klien mengatakan badan terasa lemah dan letih
Data objektif :
8. Klien tampak lemah
9. Klien tampak meringgis
10. Wajah klien pucat
11. Klien mengatakan menghabiskan 1/3 porsi yang disediakan
12. Bising usus ++
13. Turgor kulit jelek
14. Kekuatan otot lemah
15. Kongjungtiva anemis
16. Takikardi
17. Klien dibantu keluarga dalam beraktivitas
18. Nyeri tekan pada thorax
19. Pernafasan cepat
20. Nyeri tekan abdomen
21. Mukosa bibir kering
No Data-data Etiologi Masalah

1 DS: Trauma jaringan dan refleks Nyeri


-klien mengatakan nyeri biasanya hilang dengan makan
-klien mengatakan nyeri uluhati,pasien mengalami sensasi luka bakar pada
spasme otot sekunder terhadap
esopagus,lambung yang naik ke mulut, gangguan visceral usus
DO:
-klien tampak meringgis
-wajah klien pucat
Nyeri tekan pada thorak
ANALISA DATA

Pernafasan cepat
Nyeri tekan abdomen
Klien memegang perut saat nyeri

2 DS:
Intake yang tidak adekuat Ketidakseimbangan nutrisi
- Klien mengatakan badan lemah dan letih
- -klien mengatakan berat badan turun(20% lebih dibawah BB ideal) kurang dari kebutuhan tubuh
DO:
-klien hanya menghabiskan 1/3 porsi yang disediakan
-Bising usus ++
-turgor kulit jelek
- mukosa bibir kering
-otot menelan lemah
3 DS: Kelemahan otot Intoleransi aktivitas
-klien mengatakan badan terasa lemah
dan letih
-klien mengatakan mengeluh nyeri
tumpul,seperti tertusuk atau sensai
terbakar di epigastrium tengah atau
dipunggung
DO:
-kekuatan otot lemah
-klien dibantu keluarga dalam
beraktivitas
-konjungtiva anemis
Wajah klien pucat

DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Nyeri berhubungan dengan trauma
jaringan dan refleks spasme otot
sekunder terhadap gangguan visceral
usus
• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat
• Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan otot
NO DIAGNOSA NOC NIC AKTIFITAS

1 Nyeri berhubungan dengan trauma Kriteria hasil : 1. pain management -lakuakan pengkajian nyeri secara kompherensif termasuk
jaringan dan refleks spasme otot - Mengenali faktor penyebab   lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi dan faktor presipitasi
sekunder terhadap gangguan visceral - Menggunakan metode non   -observasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan
usus. analgetik untuk mengurangi   -gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
INTERVENSI KEPERAWATAN

Defenisi : sensori yang tidak nyeri   pengalaman nyeri pasien


menyenangkan dan pengalaman - Mengenali gejala-gejala nyeri   -kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
emosional yang muncul seacara actual - Melaporkan nyeri yang sudah   suhu ruangan,pencahayaan dan kebisingan
atau potensial kerusakan jaringan atau terkontrol.   -ajarkan tentang teknik non farmakologi
menggambarakan adanya kerusakan ke   -tingkatkan istirahat
serangan mendadak atau pelan   -berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
intensitasnya dari ringan sampai berat Kriteria penilaian NOC    
yang dapat diantisipasi denagn akhir 1.tidak dilakukan sama sekali   -cek riwayat alergi
yang dapat diprediksi dan dengan 2.jarang dilakukan   -cek instruksi dokter tentang jenis obat,dosis,frekuensi
durasi kurang dari 6 bulan 3.kadang dilakukan 1. analgesic -pilih analgesic yang diperlukan atau kombinasi dan analgesic
Batasan karakteristik: 4.sering dilakukan administration ketika pemberian lebih dari satu,tentukan pilihan analgesic
- Dilaporkan secara verbal atau 5.selalu dilakukan tergantung tipe dan beratnya nyeri
non verbal -pilih rute IV,IM untuk pengobatan nyeri
- Fakta dan observasi -berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri hebat.
- Tingkah laku berhati-hati
2 Ketidakseimbangan nutrisi -nutritional status food and 1.nutrition - kaji adanya alergi makanan
kurang dari kebutuhan tubuh fluid intake managemnet - kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi
berhubungan dengan intake yang Kriteria hasil :   yang dibutuhkan
tidak adekuat - adanya prningkatan berat   - yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
Defenisi: intake, nutrisi tidak badan sesuai dengan tujuan   serat
cukup untuk keperluan - mampu mengidentifikasikan   - monitor jumlah nutrisi dan kebutuhan nutrisi
metabolisme tubuh kebutuhan nutrisi   - berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Batasan karakteristik : - adanya keinginan untuk   Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukkan
- Dilaporkan adanya intake makan   jumlah kalori dan nutrsi yangn dibutuhkan pasien
makanan yang kurang - tidak adanya nyeri abdominal.    
- Mudah merasa kenyang Kriteria penilaian NOC:   - BB pasien dalam batas normal
sesaat setelah mengunyah 1. tidak dilakukan sama sekali   - monitor adanya penurunan berat badan
makanan 2. jarang dilakukan   - monitor lingkungan selama makan
- Keenggangan untuk makan 3. kadang dilakukan  1.Nutrition - monitor mual dan muntah
- Nyeri abdominal dengan 4. sering dilakuakan monitoring - monitor kalori dan intake nutrisi
atau tanpa patologi 5. serius dilakuakan
3 Intoleransi aktifitas berhubungan -energy conservation 1.Energy management -obsevasi adanya pembatasan klien
dengan kelemahan otot -self care:ADL   dalam beraktifitas
Defenisi :ketidakcukupan energ secara Kriteria hasil:   -kaji adanya factor yang menyebabkan
fisiologis maupun psikologis untuk -berpartisipasi dalam aktifitas fisik tanpa disertai peningkatan   kelelahan
meneruskan atau menyelesaikan tekanan darah,nadidan pernafasan   -monitor nutrisi dan sumber energy
aktifitas diminta atau aktifitas sehari- -mampu melakukan aktifitas sehari-hari   yang adekuat
hari Kriteria penilaian NOC:   -monitor akan adanya kelelahan fisik
Batasan karakteristik: 1.tidak dilakukan smaa sekali   dan emosi secara berelbihan
- Melaporkan secara verbal adanya 2.jarang dilakukan    
kelelahan atau kelemahan 3.kadang dilakukan  
- Respon abnormal atau tekanan 4.sering dilakukan 1.Activity therapy -bantu klien mengidentifikasi aktifitas
darah atau nadi terhadap aktifitas 5.selalu dilakukan. yang mampu dilakukan
  -bantu untuk memilih aktifitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik dan psikologis
-bantu untuk mendapatkan alat bantu
aktifitas seperti kursi roda
-kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi
medic dalam merencanakan program
terapi tepat.
Asuhan Keperawatan gastroenteritis
1. Pengkajian • Riwayat Kesehatan sekarang:
• Identitas Klien Klien datang ke RS pada tanggal 21 September 2020 dengan keluhan nyeri pada perut dan anus akibat
 Nama: Tn. D Diare. Nyeri di rasakan seperti diperas pada daerah perut dan anus terasa perih dan panas terutama setelah buang
 Umur: 48 tahun air besar(BAB). Klien mengatakan BAB sudah lebih dari 10 kali per hari dengan konsistensi cair dan bau khas
 Jenis Kelamin: Laki-laki yang tajam, klien juga mengeluh demam disertai mual dan muntah dengan skala nyeri 6 yaitu, nyeri sedang.
 Agama: Katolik • Riwayat Kesehatan dahulu
 Pendidikan: S1 Klien mengatakan pernah mengalami penyakit yang sama, tetapi tidak sampai di rawat di rumah sakit,
 Pekerjaan: Karyawan klien hanya mengkonsumsi obat-obat warung dan sembuh beberapa jam setelah minum obat.

 Tanggal masuk: 21 September 2020 • Keadaan Kesehatan Keluarga

 Tanggal Pengkajian: 21 Menurut keterangan klien, sekitar 6 bulan yang lalu anaknya yang kedua mengalami penyakit yang

 Diagnosa Medis: Gastroenteritis sama .

 Alamat: Jln, Fetor Funay, Kolhua

Pemeriksaan Fisik
 BB: 68 kg
 TB: 178 cm
 TD: 120/80 mmHg
 RR: 28 x/menit
 N: 90 x/menit
 S: 38℃
 Bising usus: 14 x/ menit
No Data Etiologi Masalah

1  DS: Dehidrasi Peningkatan suhu tubuh


Klien mengeluh badannya panas. Saat kening diraba panasnya sangat terasa
 DO:
- Badan terasa panas saat di palpasi,
- bibir klien kering dan pecah-pecah
- TTV:
TD: 120/80 mmHg
N: 90 x/menit
RR: 20 x/menit
Analisa Data

S: 38 ℃

2  DS: Kerusakan integritas kulit pada daerah anus Gangguan rasa nyaman: nyeri
Klien mengeluh perutnya mules. Mules terasa saat ingin BAB dan hilang sekitar 5 menit setelah buang air besar,
anus juga sering terasa perih, setelah BAB
 DO:
- Klien terlihat meringis dan memeganggi perutnya saat terasa mules
- Wajah terlihat pucat

3.  DS: Pengeluaran feses encer sering dan intake Resiko kekurangan volume cairan dan
Klien mengatakan buang air besar cair sudah lebih dari 10 kali per hari di lakukan pengkajian disertai mual dan cairan kurang elektrolit
muntah
 DO:
- Klien terlihat lemah
- Klien terlihat sering ke kamar mandi untuk BAB
- Turgor kulit menurun
- Mukosa bibir kering
- Mata cekung
- Konjungtiva anemis
- Berat badan sebelum sakit 72 kg, setelah sakit 68 kg
- Minum 2-3 gelas per hari
- Hasil laboratorium peneriksaan feses: warna: cokelat, lendir negatif , konsistensi encer
Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh b.d dehidrasi
2. Gangguan rasa nyaman( nyeri) b.d kerusakan integritass pada daerah anus.
3. Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d pengeluaran feses yang sering dan
intake cairan yang kurang
Intervensi keperawatan
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan

1 Peningkatan suhu tubuh b.d dehidrasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan:  Monitor suhu tubuh klien
Suhu tubuh klien normal. 36,5- 37,2℃  Berikan kompres air hangat
Membran mukosa lembab  Kolaborasikan dengan dokter pemberian obat anti piretik
Turgor kulit baik atau normal  Anjurkan klien minum yang banyak

2 Gangguan rasa nyaman(nyeri) b.d kerusakan integritas kulit pada daerah Setelah dilakukan tindakan keperawatan di harapkan:  Kaji skala nyeri pasien
anus Klien melaporkan nyeri dan mules bekurang atau hilang  Posisikan klien pada posisi yang nyaman
Klien tampak rilex dan dapat istirahat  Informasikan kepada klien pentingnya masukan nutrisi dan cairan yang adekuat
Klien tidak geliisah ataupun meringis, menahan sakit  Kolaborasikan dengan dokter pemberian anti nyeri
 Observasi TTV

3 Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d pengeluaran feses Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien menunjukkan tanda-tanda  Kaji adanya dehidrasi
yang sering dan intake cairan yang kurang pemenuhan cairan dan elektrolit yang adekuat. Ditandai dengan  Catat intake dan output cairan
Mukosa bibir lembab  Ukur berat badan setiap hari
Turgor kulit normal  Kolaborasikan dengan dokter pemberian cairan parental
Mata tidak cekung  Anjurkan klien banyak minum dan mengkomsumsi buah-buahan
Konjungtiva tidak anemis  Observasi TTV
BAB tidak lebih dari 1 kali dalam 1 hari
TTV normal
•Implementasi keperawatan
NO Tanggal No Dx Keperawatan Implementasi Nama dan paraf

1 22 September 2020 Dx. 1  Jam 11:30 WIB, memonitori suhu tubuh klien. HASIL: 39, 2 ℃  
 Jam 11:35 WIB, memberikan kompres air hangat
 Jam 13:00 WIB, mengkolaborasikan dengan dokter pemberian obat antipiretik, antrain 3x1 ampul
 Jam 13:00 WIB, mengajurkan klien minum yang banyak

2 22 September 2020 Dx. 2  Jam 08:00 WIB, mengkaji skala nyeri klien( skala nyeri 5 yaitu, nyeri sedang)  
 Jam 08:15 WIB, memposisikan klien pada posisi yang nyaman
 Jam 08:20 WIB, menginformasikan pentingnya masukkan nutrisi dan cairan yang adekuat
 Jam 10:00 WIB mengkolaborasikan dengan dokter pemberian obat anti nyeri( vemizol 1x1 ampul, vomceran 3x1
ampul, vladeks 3x 500 mg, lodia 2x1 tablet
 Jam 11:30 WIB, mengobservasi TTV (TD:110/80 mmHg, N: 98 x/menit, RR: 26 x/menit,S: 39,2 ℃

3 22 September 2020 Dx. 3  Jam 10:00 WIB mengkolaborasikan dengan dokter pemberian cairan parenteral(infus: Futrolit 20 TPM)  
 Jam 11:30 WIB,mengobservasi TTV( TD: 110/80 mmHg, N: 98 x/menit, R: 26 x/ menit, S: 39,2 ℃
 Jam 13:00 WIB, menganjurkan klien banyak minum dan mengkomsumsi buah-buahan
 Jam 13:10 WIB, mengkaji adanya dehidrasi. Klien kehilangan 5% berat badannya(dehidrasi ringan). Menurut
keterangan klien, sekitar 1 minggu sebelum sakit klien menimbanga berat badannya. Hasilnnya adalah 72 kg, dan
berat badannya sekarang adalah 69 kg.
 Jam 13:30 WIB, cata intake dan output cairan. Intake( minum: 3 gelas, makan: habis ¼ porsi dari ½ . output( BAB:
8x, BAK: 2x
 Jam 13:35 WIB mengukur berat badan setiap hari. Hasil penguluran: 68 KG
Evaluasi Keperawatan
NO Tanggal/Waktu Evaluasi(SOAP)

Dx 1 22 September 2020 S  :  Klien mengeluh badanya panas.


Jam 14:00 WIB O  :  Badan klien terasa panas saat di palpasi, bibir klien kering dan pecah- pecah, suhu tubuh 39,2 0C
A  :  Masalah belum teratasi
P   :  Intervensi dilanjutkan:
MMonitori suhu tubuh klien.
 Berikan kompres air hangat.
Kolaborasikan dengan dokter pemberian obat anti piretik.
Anjurkan klien minum yang banyak.
 

Dx 2 22 September 2020 S  :  Klien mengatakan nyaman dengan posisi setengah telungkup (Sim), mules dan nyeri masih sering terasa.
Jam 14:00 WIB O  :  Klien terlihat nyaman dengan posisi Sim, klien terlihat meringis dan memegangi perut saat mules terasa.
A  :  Masalah belum teratasi
P   :  Intervensi dilanjutkan:
 Kaji skala nyeri klien.
 Posisikan klien pada posisi yang nyaman.
 Informasikan kepada klien pentinganya masukan nutrisi dan cairan yang adekuat.
 Kolaborasikan dengan dokter pemberian obat anti nyeri.
 Observasi TTV

Dx 3 22 September 2020 S  :  Klien mengatakan BAB sudah sedikit bekurang, hari ini klien BAB 6x terhitung sejak pagi sampai jam 14.30, tidak muntah, dan minum hanya 3 gelas.
Jam 14:00 WIB O  :  Klien terlihat lemah, mukosa bibir kering, mata cekung, berat badan 68 Kg, turgor kulit menurun, TTV:
TD : 110/ 80 mmHg     R : 26x/ menit
N : 98x/ menit             S : 39,2o C
A  :  Masalah belum teratasi
P   :  Intervensi dilanjutkan:
 Kaji adanya dehidrasi.
 Catat intake dan output cairan.
 Ukur berat badan setiap hari.
 Kolaborasikan dengan dokter pemberian cairan parenteral.
 Anjurkan klien banyak minum dan mengkonsumsi buah- buahan.
 Observasi TTV
Asuhan Keperawatan thypus abdomalis
Data Fokus
Analisa Data Etiologi Masalah Keperawatan Diagnosa Keperawatan
PENGKAJIAN DS : 1. Kuman salmonella typhi masuk 1. Kekurangan volume cairan 1. Resiko deficit volume
Pasien mengatakan mual, ke saluran cerna 2. Kekurangan nutrisi dalam cairan
Nama : TN B muntah , nyeri dibagian perut, 2. Resiko ketidakseimbangan tubuh 2. Perubahan nutrisi
dan sering BAB. nutrisi kurang dari kebutuhan 3. Diare kurang dari kebutuhan

Umur : 36 Tahun DO : tubuh berhubungan dengan 4. Demam 3. Gangguan eliminasi


1. Dehidrasi menurun intake kurang BAB
2. Berat badan menurun 3. Diare berhubungan dengan 4. Peningkatan suhu tubuh
Jenis Kelamin : Laki-laki 3. Suhu : 38 C peradangan pada dinidng usus berhubungan dengan
4. N : 90 x / mnt halus proses peradangan pada

Agama : Khatolik 5. RR : 23 x / mnt 4. Dem,am adanya respon akut usus halus


terhadap rangsangan infeksi

Suku/Bangsa : Timor /Indonesia

Status Perkawinan : Kawin

Pendidikan : Dlll

Pekerjaan : Guru

Alamat : Liliba Gang Damai 10


Intervensi
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

Resiko deficit volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam kebutuhan cairan 1. Kji tanda-tanda vital 1. Hipotensi, demam dapat menunjukan respon pada efek
terpenuhi 2. Pertahankan pembatasan per oral, tirah baring, hidari kerja atau kehilangan cairan
Kriteria hasil : batasi aktifitas 2. Kolo diistirahatkan untuk penyebaran dan untuk menurunkan
1. Suhu normal yaitu 30 C 3. Kolaborasi pemberian cairan parental sesuai indikasi cairan usus
2. Nadi : 80 x / menit 3. Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan pengganti
3. Mempertahankan volume cairan cairan untuk memperbaiki
4. Kehilangan atau anemia
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan Setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien 1. Anjurkan klien istirahayt sebelum makan 1. Menenagkan peristaltic dan meningkatkan energy untuk
Hasil : 2. Sediakan makanan dalam keadaan hangat, lingkungan menyenagkan makan
BB stabil atau peningkatan BB dan kondisi tidak terburu-buru 2. Lingkungan yang menyenagkan dapat menurunkan steress
Tidak ada malnutrizi, nafsu makan meningkat, pasien menghabiskan 3. Timbang berat badan setiap hari dan lebih kondusif untuk makan
porsi makan yang sudah disediakanrumah sakit. 3. Memberikan informasi tentang kebutuhan diet atau
keefektifan terapi

Gangguan Eliminasi Setelah dilakukan tindakan keperawatn 3 x 24 jam klien tidak mengalami 1. Kaji frekuensi,bau, warna feces Untuk mengetahui adakah pendarahan
diare, BAB normal 2. Observasi atau monitor intake output cairan Untuk mengetahui balance cairan
Kriteria Hasil : BAB normal 1-2 x hari / dan 3. Anjurkan klien untuk banyak minum Untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang melalui diare
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti-diare dan Untuk mengurangi reaksi peradangan pada usus halus
mikroba

Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses Setelah dilakukan tindakan kperawatan suhu tubuh normal 1. Kaji peningkatan suhu 1. Suhu 38 C menentukan proses penyakit infeksi akut
peradangan pada usus halus Kriteria hasil : 2. Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambah linen tempat tidur 2. Suhu lingkungan atau jumlah selimut harus sibatasi untuk
1. Suhu tubuh normal 30 C sesuai indikasi mempertahankan suhu mendekati normal
2. Pasien tampak releks 3. Berikan kompres air hangat, hindari penggunaan air es 3. Membantu mengurangi demam ( penggunaan air es
3. Tidak terjadi resiko kekurangan volume cairan 4. Kolaborasi pemberian Antipiretik menyebabkan peningkatan suhu secara actual
4. Digunakan untuk mengurangi demam
Implementasi Catatan perkembangan / Evaluasi
Hari/tgl/jam Tindakan yang dilakukan Hasil Hari/tanggal/jam No DX Perkembangan Tanda Tangan

  1. Mengkaji tanda adanya dehidrasi Kebutuhan cairan pada pasiesn normal


    Subjektif :  
2. Mempertahankan posisi tirah baring dan  Tn B mengetakan sudah
nyaman tidak merasa lemas lagi
3. Mengatur pemberian cairan infus sesuai  Tn Mengatakan sudah
order tidak mual lagi
 Tn B mengatakan sudah
tidak ada lagi nyeri di
bagian bawah perut
Objektif :
  1. Berikan pasien makan hangat sesuai Pasien nafsu makan sehingga berat badan  Tn B sudah tidak
porsi dengan keadaan lingkungan yang pasien stabil maslah kebutuhan nutrisi mengalami dihidrasi
nyaman teratasi  Tn B sudah tidak
2. Kaji berat badan pasian mengalami diare
 Berat badan Tn B sudah
bertambah
 Tn B sudah tidak terlihat
lemas, mobilisasi
  1. Mengukur cairan output diare Pasien tidak lagi kekurangan cairan, diare
membaik
2. Memberikan minum peroral sesuai berhenti
Analisa :
toleransi
3. Memberikan obat diare  Masalah teratasi
Planning :
 Rencana tindakan
diberhentikan

  1. Berikan selimut ekstra pada pasien Suhu tubuh pasien kembali normal
2. Kompres air hangat pada pasien
3. Memberikan obat antipiretik
Asuhan Keperawatan colitis
PENGKAJIAN/PENGUMPULAN DATA

Data Biografi:
a. Nama : Tn. Alan
b. Umur : 46 Tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Agama : Kristen Protestan
e. Suku/ bangsa : Alor/ Indonesia
f. Pendidikan : S1 Ekonomi
g. Pekerjaan : Akuntan
h. Alamat : Jl.soeprapto no.4 kelurahan Bumi sucipto
i. Di tanggung oleh : Istri

Data Dasar Pengkajian Klien

Aktivitas/istirahat
Gejala:
 Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat Lelah
 Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare
 Merasa gelisah dan ansietas
 Pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek proses penyakit
Sirkulasi
Tanda:
 Takikardia Crospons terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi, dan nyeri.
 Kemerahan area akimonsis (kekurangan vitamin K)
 TD: hipotensi, termasuk postural
 Kulit/membran mukosa, turgor buruk, kering, lidah pecah (dehidrasi/malnutrisi)
Integritas ego
Gejala:
 Ansietas, ketakutan, emosi, kesal, misalnya perasaan tak berdaya/tak ada harapan
 Faktor stress akut/kronis, misalnya hubungan dengan keluarga/pekerjaan,,pengobatan yang mahal

 Faktor budaya peningkatan prevalensi dari populasi Yahudi

Tanda:
 Menolak, perhatian menyempit, depresi.

Eliminasi
Gejala:
 Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai batu atau berair
 Episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hingga timbul, sering tak dapat dikontrol (sebanyak 20 – 30 kali defekasi/hari)
 Perasaan dorongan/kram (temosmus), defekasi berdarah/pus/ mukosa dengan atau tanpa keluar feses.
 Perdarahan per rectal
 Riwayat batu ginjal (dehidrasi) Tanda:
 Menurunnya bising usus, tak ada peristoltik atau adanya peristoltik yang dapat dilihat.
 Hemosoid, fisura anal (25 %), fisura perianal
 Oliguria
Makanan/ cairan
Gejala:
 Anoreksia, mual/muntah
 Penurunan berat badan
 Tidak toleran terhadap diet/sensitif misalnya buah segar/sayur
 Produk susu makanan berlemak.
Tanda:
 Penurunan lemak subkutan/massa otot
 Kelemahan tonus otot dan turgor kulit buruk
 Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut
Higiene
Tanda:
 Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri
 Stomatitis menunjukkan kekurangan vitamin
Nyeri/kenyamanan
Gejala:
 Nyeri/nyeri tekan pada kwadran kiri bawah (mungkin hilang dengan defekasi)
 Titik nyeri berpindah, nyeri tekan (arthritis)
 Nyeri mata, fotofobia (iritis) Tanda:
 Nyeri tekan abdomen/distensi
Keamanan
Gejala:
 Riwayat lupus eritoma tous, anemia hemolitik, vaskulitis,.
 Arthritis (memperburuk gejala dengan eksoserbasi penyakit usus)
 Peningkatan suhu 39,6 – 40 ºC (eksoserbasi akut)
 Penglihatan kabur
 Alergi terhadap makanan/produk susu (mengeluarkan histamine ke dalam usus dan mempunyai efek inflamasi)
Tanda:
 Lesi kulit mungkin ada misalnya: eritoma nodusum (meningkat), nyeri, kemerahan dan membengkak pada tangan, muka, plodeima gangrionosa (lesi tekan purulen/lepuh dengan batas
keunguan)
 Ankilosa spondylitis
 Uveitis, kongjutivitis/iritis.
Seksualitas
Gejala:
 frekuensi menurun/menghindari aktivitas seksual
Interaksi social
Gejala:
 Masalah hubungan/peran sehubungan dengan kondisi
 Ketidakmampuan aktif dalam social
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Nyeri b.d. iritasi intestinal, diare, kram abdomen, respons pembedahan


2) Risiko ketidakseimbangan cairan tubuh b.d. keluar cairan tubuh dari muntah.
3) Aktual/risiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
intake makanan yang kurang adekuat

INTERVENSI DAN PERENCANAAN KEPERAWATAN


•Nyeri berhubungan dengan iritasi intestinal, diare, kram abdomen,
sembelit, respons pembedahan
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam pascabedah, nyeri berkurang atau
teradaptasi. Kriteria evaluasi :
- Secara subjektif pernyataan nyeri berkurang atau teradaptasi
- Skala nyeri 0-1 (0-4).
- TTV dalam batas normal, wajah pasien rileks
Intervensi Rasional
Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasif. Pendekatan dengan menggunakan
  relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.
Lakukan manajemen nyeri keperawatan , meliputi: Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST Pendekatan PQRS T dapat secara komprehensif menggali kondisi nyeri pasien.
  P: Penyebab nyeri dapat diakibatkan oleh respons diare, kram abdomen, dan sembelit atau kerusakan
jaringan pascabedah.
Q: kualitas nyeri seperti tumpul,
kram, dan mules.
Beri oksigen nasal apabila skala nyeri ≥3 (0-4). R: Area nyeri pada abdomen bawah kiri.
  S: pasien mengalami skala nyeri 3 (0-4).
Istirahatkan pasien pada saat nyeri muncul. Biasakan pasien untuk BAB di tempat tidur. T: Nyeri bertambah bila tidak bisa melakukan BAB.
  Pemberian oksigen dilakukan untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada saat pasien mengalami nyeri
 Atur posisi fisiologis. pascabedah yang dapat mengganggu kondisi hemodinamik.
  Istirahat diperlukan untuk menurunkan peristaltik usus. Istirahat secara fisiologis dan melakukan BAB di
Beri kompres hangat pada abdomen. tempat tidur akan menurunkan kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
  basal pada aktivitas dan menurunkan keletihan pascanyeri.
Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam pada saat nyeri muncul. Pengaturan posisi semifowler dapat membantu merelaksasi otot-otot abdomen pascabedah sehingga dapat
  menurunkan stimulus nyeri dari luka pascabedah.
Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri. Memberikan respons vasodilatasi. Kompres ini hanya dilakukan pada pasien tanpa pembedahan.
  Meningkatkan intake oksigen sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari iskemia spina
Lakukan manajemen sentuhan. Distraksi (pengalihan perhatian)dapat menurunkan stimulus internal.
  Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan dukungan psikologis dapat membantu menurunkan
Tingkatkan pengetahuan tentang: sebab-sebab nyeri dan menghubungkan berapa lama nyeri akan nyeri.
berlangsung. Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya dan dapat membantu
mengembangkan kepatuhan pasien terhadap rencana terapeutik.
Kolaborasi dengan tim medi suntuk pemberian: Analgetik diberikan untuk membantu menghambat stimulus nyeri ke pusat persepsi nyeri di korteks
Analgetik via intravena. selebri sehingga nyeri dapat berkurang.
  Penurunan respons diare dapat menurunkan stimulus nyeri
Antidiare.
• Risiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang adekuat.
Tujuan: setelah 3x24 jam pada pasien nonbedah dan setelah 7x24 jam pascabedah intake nutrisi dapat optimal dilaksanakan.
Kriteria hasil:
- Pasien dapat menunjukkan metode menelan makanan yang tepat.
- Keluhan mual dan muntah berkurang.
- Secara subjektif melaporkan peningkatan nafsu makan.
- Berat badan pada hari ke-7 pascabedah meningkat 0,5 kg.

No Intervensi Rasional
1. Kaji dan berikan nutrisi sesuai Pemberian nutrisi pada pasien dengan 4. Fasilitasi pasien memperoleh Sup lemen serat d ikatakan bermanfaat
tingkat toleransi individu. enteritis regional bervariasi sesuai dengan diet dengan kandungan serat bagi pasien d engan penyakit ko lon
kondisi klinik dan tingkat toleransi individu. tinggi. karena fakta bahwa serat diubah menjad i rantai pendek asam lemak,
yang menyediakan bahan b akar untuk penyembuhan mukosa kolon.
 
2. Sajikan makanan dengan cara yang Membantu merangsang nafsu makan.
menarik. Hal ini dapat diberikan bila toleransi oral
tidak menjadi masalah pada pasien. 5. Fasilitasi pasien memperoleh diet rendah Diet rendah serat biasanya diindikasikan untuk pasien dengan gejala
serat pada gejala obstruksi. obstruksi.
3. Fasilitasi pasien memperoleh diet Diet diberikan pada pasien dengan gejala
rendah lemak malabsorpsi akibat hilangnya fungsi 6. Fasilitasi untuk pemberian nutrisi Nutrisi parenteral to tal (TPN) digunakan b ila gejala penyak it usus
penyerapan permukaan mukosa, khususnya parenteral total. inflamasi bertamb ah berat. Dengan TPN, perawat dapat
mempertahankan catatan ak urat tentang intake dan output cairan,
penyerapan lemak. Keterlibatan ileum terminal serta berat badan p asien setiap hari.
dapat mengakibatkan steatorrhea (buang air
besar dengan feses bercampur lemak). 7. Pantau intake dan output, anjurkan untuk timbang Berguna dalam menguk ur keefektifa n nutrisi dan dukungan cairan.
berat badan secara period ik (sekali seminggu).

8. Lakukan perawatan mulut. Intervensi ini untuk menurunkan risiko infeksi oral.

9. Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai Ahli gizi harus terlibat dalam penentuan ko mposisi dan jenis
jenis nutrisi yang akan digunakan pasien. makanan yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan individu.
No Intervensi Rasional
1. Kaji terhadap adanya tanda kekurangan Sebagai parameter dasar untuk pemberian intervensi terapi cairan atau pemenuhan hidrasi.
volume cairan: kulit dan membran mukosa kering, penurunan turgor kulit, oliguria, kelelahan,
penurunan suhu, peningkatan hematokrit, peningkatan berat jenis urine, dan hipotensi.

2. Intervensi pemenuhan cairan: Parameter dalam menentukan intervensi kedaruratan. Adanya riwayat keracunan dan usia anak atau
1. Identifikasi faktor penyebab, awitan (onset), spesifikasi usia dan adanya riwayat penyakit lanjut usia memberikan tingkat keparahan dari kondisi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
lain.  
 Lakukan pemasangan IVFD. Apabila kondisi diare dan muntah berlanjut, maka lakukan pemasangan IVFD. Pemberian
dokumentasi dengan akurat tentang asupan dan haluaran cairan. cairan intravena disesuaikan dengan derajat dehidrasi. Pemberian 1-2 L cairan Ringer Laktat dengan
Bantu pasien apabila muntah. tetesan cepat sebagai kompensasi awal hidrasi cairan diberikan untuk mencegah
syok hipovolemik
 
Sebagai evaluasi penting dari intervensi hidrasi dan mencegah terjadinya over hidrasi.
 
Aspirasi muntah dapat terjadi terutama pada usia lanjut dengan perubahan kesadaran. Perawat
mendekatkan tempat muntah dan memberikan masase ringan pada pundak untuk membantu
menurunkan respons nyeri dari muntah.

3. Intervensi pada penurunan kadar Untuk mendeteksi adanya kondisi hiponatremi dan hipokalemi sekunder dari hilangnya elektrolit
elektrolit: dari plasma.
1. Evaluasi kadar elektrolit serum.  
 2. dokumentasi perubahan klinik dan laporkan dengan tim medis Perubahan klinik seperti penurunan urine output secara akut perlu diberitahu kepada tim medis
 \3. Monitor khusus ketidakseimbangan elektrolit pada lansia. untuk mendapatkan intervensi selanjutnya dan menurunkan risiko terjadinya asidosis metabolik.
 
Ind ividu lansia dapat dengan cepat mengalami dehidrasi dan menderita kadar kalium rendah
(hipokalemia) sebagai akibat diare. Individu lansia yang menggunakan digitalis harus waspada
terhadap cepatnya dehidrasi dan hipokalemia pada diare. Individu ini juga diintruksikan untuk
mengenali tanda-tanda hipokalemia karena kadar kalium rendah dapat memperberat kerja digitalis,
yang dapat menimbulkan toksisitas digitalis.

4. Kolaborasi dengan tim medis terapi Antimikroba diberikan sesuai dengan pemeriksaan feses agar pemberian antimkroba dapat rasional
farmakologis. diberikan dan mencegah terjadinya resistensi obat.
1. Antimikroba.  
 2. Antidiare/antimotilitas. Agen ini digunakan untuk menurunkan frekuensi diare. Salah satu obat yang lazim diberikan
adalah Loperamide (Imodium).

Anda mungkin juga menyukai