Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kelinci adalah hewan mamalia dari famili Leporidae, yang dapat ditemukan di banyak
bagian bumi. Dulunya, hewan ini adalah hewan liar yang hidup di Afrika hingga ke daratan
Eropa. Pada perkembangannya, tahun 1912, kelinci diklasifikasikan dalam ordo Lagomorpha.
Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis pika yang pandai bersiul) dan
Leporidae (termasuk di dalamnya jenis kelinci dan terwelu). Asal kata kelinci berasal dari bahasa
Belanda, yaitu konijntje yang berarti anak kelinci. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat
Nusantara mula mengenali kelinci saat masa kolonial, padahal di Pulau Sumatera ada satu
spesies asli kelinci sumatera (Nesolagus netscheri) yang baru ditemukan pada tahun 1972.
Faktor lingkungan yang berpengaruh langsung pada kehidupan ternak adalah iklim. Iklim
merupakan faktor yang menentukan ciri khas dari seekor ternak. Ternak yang hidup di daerah
yang beriklim tropis berbeda dengan ternak yang hidup di daerah subtropis. Namun hal tersebut
dapat diatasi misalnya di beberapa negara tropis, Air Condition (AC) digunakan dalam beternak
untuk mengendalikan atau menyesuaikan temperatur di lingkungan sekitar ternak yang berasal
dari daerah subtropis, sehingga ternak tersebut dapat berproduksi dengan normal.

Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk membahas lebih lanjut tentang iklim yang
merupakan hal terpenting dalam penentuan kerja status fisiologi dari ternak terutama pada
produktivitasnya. Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah pembaca dapat memahami
pengaruh iklim dan unsur-unsur lain seperti temperatur dan kelembaban yang dapat
mempengaruhi fisiologis ternak.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana pengaruh temperatur dan kelembaban terhadap produktivitas kelinci?
2. Apa pengaruh ketinggian tempat terhadap budidaya kelinci?
3. Bagaimana pengaruh cahaya terhadap produktivitas kelinci?
4. Mengapa curah hujan mempengaruhi produktivitas kelinci?
5. Bagaimana kecepatan angin yang baik untuk budidaya kelinci?
6. Mengapa kebisingan mempengaruhi produktivitas kelinci?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh temperatur dan kelembaban terhadap produktivitas kelinci
2. Untuk mengetahui pengaruh ketinggian tempat terhadap budidaya kelinci
3. Untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap produktivitas kelinci
4. Untuk mengetahui pengaruh curah hujan terhadap produktivitas kelinci
5. Untuk mengetahui kecepatan angin yang baik untuk budidaya kelinci
6. Untuk mengetahui tingkat kebisingan terhadap produktivitas kelinci

1.4 Manfaat
Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kelinci, seperti
temperature, kelembaban, ketinggian lokasi, cahaya, curah hujan, kecepatan angin dan
kebisingan. Sehingga dapat meminimalisir kerugian yang didapatkan dari beternak kelinci.

BAB II
A. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 .a Pengaruh temperatur dan kelembaban terhadap produktivitas kelinci


Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas kelinci adalah temperatur dan
kelembaban. Kelinci sangat rentan terhadap perubahan temperatur. Temperature atau
temperatur udara sangat mempengaruhi proses metabolisme tubuh kelinci. Konsumsi kelinci
sangat dipengaruhi oleh temperatur lingkungan. Ketika temperatur lingkungan melebihi
zona tubuh comfort (zona nyaman), maka kelinci cenderung akan mengurangi konsumsi dan
memperbanyak minum. Ketika temperatur lingkungan berada di bawah zona nyaman bagi
kelinci,

maka

kelinci

cenderung

memperbanyak

konsumsi

pakan

untuk

dapat

mempertahankan temperatur tubuhnya. Sutriyono (2009)


2.2 .a pengaruh ketinggian tempat terhadap budidaya kelinci
Lokasi yang cocok untuk budidaya kelinci yaitu daerah yang memiliki ketinggian 1102
meter di atas permukaan laut, dengan suhu berkisar 19,8o C sampai 27,8o C, kelembaban udara
70% sampai 90%, dan curah hujan 2119 milimeter pertahun dengan rata-rata 15,1 milimeter
perbulan. Sutriyono (2009)
2.3 .a Pengaruh Cahaya Terhadap Produktivitas Kelinci
Cahaya berdasarkan warnanya memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda
sehingga cahaya yang berbeda akan membuat respon kelinci berbeda pula. Cahaya akan direspon
oleh mata kemudian rangsangan tersebut diteruskan ke hipotalamus kemudian hipotalamus
memerintahkan hipofisa pituitari untuk mengeluarkan hormon TSH (Thyroid stimulating
Hormone) dan somatotropin yang berfungsi untuk meningkatkan konsumsi pakan pada kelinci.
(Novianti et al., 2013).
2.4 .a Pengaruh Curah Hujan Terhadap Budidaya Kelinci
mengemukakan bahwa jika ketinggian tempat 1102 meter di atas permukaan laut, suhu
udara berkisar antara 19,8oC sampai dengan 27,8oC; kelembaban udara 70 % sampai 90 %,
dan curah hujan 15,1 milimeter per bulan dan rata-rata per tahun 2119 milimeter. Curah
hujan yang baik untuk peternakan kelinci jika per tahun rata-rata berkisar 2000 mm. Jika
3

curah hujan dibawah 2000 mm per tahun, maka produktivitas kelinci akan menurun,
Sutriyono(2009).
2.5.a Pengaruh Kecepatan Angin Terhadap Produktivitas Kelinci
Kecepatan angin dapat menyebabkan temperatur kandang menjadi rendah atau tinggi
sehingga dapat menyebabkan kelinci mudah terserang penyakit karena jika kecepatan angin
tinggi dapat membawa bakteri dan virus yang dapat menyerang kelinci contoh penyakit yang
biasa menyerang kelinci yang disebabkan oleh virus yaitu influenza atau flu sedangakn jika
kecepatan angin terlalu rendah dapat menyebabkan kelinci strees karena suhu kandang yang
tinggi atau terlalu panas,Balai pengkajian teknologi pertanian yogyakarta(2007).
2.6 .a Pengaruh Kebisingan Terhadap Produktivitas Kelinci
Lokasi kandang sebaiknya pada tembpat yang sesuai dengan kebutuhan kelinci supaya
dapat selalu sehat dan tidak mudah terserang penyakit untuk itu sebaiknya kandang diletakkan
dilingkunga yang tenang dan tidak bising, Balai pengkajian teknologi pertanian yogyakarta
(2007).

B. PEMBAHASAN

2.1.b Pengaruh Temperatur dan Kelembaban Terhadap Produktivitas Kelinci


Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas kelinci adalah temperatur dan
kelembaban. Kelinci sangat rentan terhadap perubahan temperatur. Temperature atau temperatur
udara sangat mempengaruhi proses metabolisme tubuh kelinci. Konsumsi kelinci sangat
dipengaruhi oleh temperatur lingkungan. Ketika temperatur lingkungan melebihi zona tubuh
comfort (zona nyaman), maka kelinci cenderung akan mengurangi konsumsi dan memperbanyak
minum. Ketika temperatur lingkungan berada di bawah zona nyaman bagi kelinci, maka kelinci
cenderung memperbanyak konsumsi pakan untuk dapat mempertahankan temperatur tubuhnya.
Sutriyono (2009) mengemukakan bahwa ternak kelinci cocok dipelihara pada temperatur
udara 15oC sampai dengan 20oC, dengan kelembaban udara 60 % sampai 90 %. Jika suhu
melebihi 20oC kelinci tidak mentolerir panas yang berlebihan. Setiap kelinci memiliki ketahanan
tertentu terhadap cuaca dan suhu lingkungan, karena pada dasarnya kelinci merupakan hewan
yang menyukai tempat yang memiliki suhu rata-rata rendah. Efek dari cuaca panas tersebut,
dapat memberi efek dari ringan sampai berat seperti kematian.
Pengaruh suhu panas terhadap kelinci

Kelinci yang berbulu panjang akan merontokkan bulunya ketika cuaca atau iklim ruangan
meningkat, hal ini terjadi karena proses natural dimana setiap hewan akan mempercepat
penguapan didalam tubuhnya ketika panas dan mempertahankan suhu yang ada didalam
tubuhnya dengan cara merontokan bulu untuk mengurangi panas yang terperangkap

Dehidrasi dapat mengakibatkan gangguan fatal bagi kelinci. Dehidrasi tinggi dapat
menyebabkan pengaruh pada sistem sekresi, dan gangguan ginjal kelinci.

Stroke. Stroke dapat menyebabkan kematian bagi kelinci, hal ini terjadi ketika kelinci
tidak bisa mentolerir suhu udara yang sangat panas.. apabila anda melihat kelinci anda
mengalami gejala kejang dikarenakan suhu tinggi, segeralah di bawa ke dokter. Karena
salah perlakuan maka akan fatal akibatnya

Iritasi Kulit
5

Cara penanggulangan
1. Pastikan kandang kelinci anda berada di tempat yang teduh dan tidak langsung terkena
sinar matahari di musim panas
2. Jangan mengeluarkan kelinci ketika udara sedang panas, kelinci memang membutuhkan
olahraga atau sekedar bermain, namun lebih bijak bagi kita untuk mengajaknya bermain
ketika pagi hari atau sore hari
3. Beri persediaan air yang berlimpah pada kelinci anda. Jangan sampai anda melihat
tempat air minum kelinci anda kosong
4. Berikan sayuran segar yang sedikit mengandung air misalnya Wortel. Tidak terlalu
disarankan menggunakan kangkung karena kadar oksalat kangkung yang tinggi justru
dapat menyebabkan gangguan pencernaan, dan kelinci menjadi berbau kurang sedap.
5. Jika perlu anda bisa menyemprot kandang kelinci anda dengan sedikit air agar suhu
kandang kelinci tetap bertahan pada kondisi normal. Aturlah semprotan air pada
pengaturan yang paling kecil sehingga menjadi titik air (Embun)
Kelembaban yang ideal untuk kelinci berkisar 60 persen sampai 90 persen yang
dikemukakan oleh Yani (2006). Kondisi kelembaban yang lebih tinggi dari 90 persen
menyebabkan penguapan menjadi tertahan dan akan meningkatkan suhu tubuh kelinci itu sendiri
yang akhirnya berpengaruh pada kecepatan pertumbuhan ternak karena dapat mengurangi dan
menurunkan jumlah panas yang hilang melalui penguapan lewat kulit sedangkan penguapan
merupakan salah satu cara untuk mengurangi panas tubuh sehingga menjadi optimal untuk
proses biologis dalam tubuh ternak. Kelinci lebih sensitif pada kelembaban udara yang rendah
sekitar kurang dari 55 persen tetapi tidak sensitif pada kelembaban udara yang tinggi,
kelembaban udara yang optimal untuk ternak kelinci berkisar 60 persen sampai dengan 65
persen.

2.2.b Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Budidaya Kelinci


Menurut Sutriyono (2009) yang mengemukakan bahwa jika ketinggian tempat 1102
meter di atas permukaan laut, suhu udara berkisar antara 19,8oC sampai dengan 27,8oC;
6

kelembaban udara 70 % sampai 90 %, dan curah hujan 15,1 milimeter per bulan dan rata-rata per
tahun 2119 milimeter. Ketinggian tempat/lokasi akan mempengaruhi suhu dan kelembaban
lingkungan peternakan kelinci. Jika peternakan berada di daerah pantai, maka suhu
lingkungannya tinggi sehingga produktivitas kelinci akan menurun. Sebaliknya, jika peternakan
berada di daerah pegunungan dengan ketinggian 1000 m diatas permukaan laut dengan suhu
diatas 15oC maka produktivitas kelinci akan baik.

2.3.b Pengaruh Cahaya Terhadap Produktivitas Kelinci


Cahaya berdasarkan warnanya memiliki panjang gelombang yang berbeda. Hal ini
menyebabkan respon yang berbeda dari ternak kelinci. Cahaya akan direspon oleh indera
penglihatan berupa mata. Melalui mata, cahaya dapat merangsang hipotalamus untuk
memerintahkan hipofisa pituitari untuk mengeluarkan hormon TSH (Thyroid Stimulating
Hormone) dan hormon Somatotropin. Kedua hormon tersebut merupakan hormon yang berperan
dalam pertumbuhan yang dapat meningkatkan konsumsi pakan (Novianti et al., 2013).
Peningkatan konsumsi pakan akan mempengaruhi pula pada konversi pakan dan pertumbuhan
(pertambahan berat badan). Oleh karana itu, adanya pengaruh warna cahaya tersebut diharapkan
dapat meningkatkan pertumbuhan kelinci.

2.4.b Pengaruh Curah Hujan Terhadap Budidaya Kelinci


Sutriyono (2009) mengemukakan bahwa jika ketinggian tempat 1102 meter di atas
permukaan laut, suhu udara berkisar antara 19,8oC sampai dengan 27,8oC; kelembaban udara 70
% sampai 90 %, dan curah hujan 15,1 milimeter per bulan dan rata-rata per tahun 2119
milimeter. Curah hujan yang baik untuk peternakan kelinci jika per tahun rata-rata berkisar 2000
mm. Jika curah hujan dibawah 2000 mm per tahun, maka produktivitas kelinci akan menurun.
Begitu juga jika curah hujan terlalu tinggi maka akan mempengaruhi suhu dan kelembaban di
lingkungan peternakan, sehingga akan mempengaruhi kelembaban dari bulu kelinci yang
menyebabkan kelinci mudah terserang penyakit.
2.5.b Pengaruh Kecepatan Angin Terhadap Produktivitas Kelinci
Angin diturunkan oleh pola tekanan yang luas dalam atmosfir yang berhubungan dengan
sumber panas atau daerah panas dan dingin pada atmosfir. Kecepatan angin selalu diukur pada
7

ketinggian tempat ternak berada. Hal ini penting karena transfer panas melalui konveksi dan
evaporasi di antara ternak dan lingkungannya dipengaruhi oleh kecepatan angin.
Kecepatan angin dapat menyebabkan temperatur kandang menjadi rendah atau tinggi sehingga
dapat menyebabkan kelinci mudah terserang penyakit karena jika kecepatan angin tinggi dapat
membawa bakteri dan virus yang dapat menyerang kelinci contoh penyakit yang biasa
menyerang kelinci yang disebabkan oleh virus yaitu influenza atau flu sedangakn jika kecepatan
angin terlalu rendah dapat menyebabkan kelinci strees karena suhu kandang yang tinggi atau
terlalu panas. Balai pengkajian teknologi pertanian yogyakarta (2007).

2.6.b Pengaruh Kebisingan Terhadap Produktivitas Kelinci


Pemilihan lokasi perkandangan untuk kelinci sebaiknya diperhatikan dan lokasi kandang
sebaiknya jauh dari sumber kebisingan agar tidak menggagu produktivitas kelinci

Balai

pengkajian teknologi pertanian yogyakarta (2007). Menyatakan Kebisingan sangat berpengaruh


terhadap produktivitas kelinci karena kelinci merupakan ternak yang sangat sensitif dan mudah
stress sehingga jika kandang kelinci ditempatkan pada tempat yang dekat dengan sumber
kibisingan maka nafsu makan kelinci akan menurun dan dapat menyebabkan produktivitas
kelinci menurun maka dari itu lokasi kandang yang baik untuk kelinci yaitu ditempat yang
tenang dan jauh dari kebisingan.

KESIMPULAN

1. Kelinci merupakan salah satu ternak yang sangat sensitif sehingga diperlukan manajemen
pemeliharaan

yang

baik

salah

satunya

yaitu

dengan

memperhatikan

curah

hujan,temperatur dan kelembaban, ketinggian lokasi, kecepatan angin, cahaya atau sinar
matahari dan lokasi kandang yang jauh dari kebisingan.
2. Temperatur udara yang cocok untuk memelihara kelinci yaitu berkisar 15oC sampai
dengan 20oC, dengan kelembaban udara 60 % sampai 90 %, dan ketinggian tempat yaitu
1102 m dpl, dengan curah hujan 2119 mm/tahun.

SARAN
1. Disarankan untuk peternak jika ingin beternak kelinci harus memperhatikan terlebih
dahulu faktor-faktor lingkungan apa saja yang berpengaruh terhadap produktivitas
kelinci sehingga dengan mengetahui faktor-faktornya peternak dapat melalkukan
manajemen pemeliharaan yang baik dan diharapkan produktivitas dari kelinci yang
dipelihara juga tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Balai pengkajian teknologi pertanian yogyakarta, 2007, Budidaya Ternak Kelinci Diperkotaan,
Sleman, yogyakarta, prima tani kota yogyakarta.
Brahmantiyo.B, hartojo.H, S.S.Mansjoer, dan Y.C. Raharjo, 2006, Pendugaan Jarak Genetik
Kelinci Melalui Analisis Morfometrik, JITV, 11(3): 206-214.
Sutriyono, 2009, Dinamika dan Model Pengolahan Populasi Tenak Kelinci di Desa Karang Jaya
Kabupaten Rejang Lebong, jurnal sains peternakan indonesia, 4(1): 57-66.
Yani ahmad, 2006, Penggunaan EM4 (EFFECTIVE MICROORGANISME) untuk
Meningkatkan performans ternak kelinci, jurnal protein, 13(1):35-43.

10

Anda mungkin juga menyukai