Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fisiologi merupakan ilmu yang mempelajari fungsi normal tubuh dengan berbagai
gejala yang ada pada sistem hidup, serta pengaturan atas segala fungsi dalam sistem
tersebut. Berbagai peristiwa dan aktivitas yag terjadi pada sistem hidup selanjutnya
disebut fungsi kehidupan atau fungsi hidup. Sehingga fungsi hidup ialah fungsi sistem
yang ada dalam tubuh makhluk hidup (Isnaeni, 2006).
System yang ada pada tubuh suatu organisme diantaranya adalah system sirkulasi.
System sirkulasi merupakan system yang mengatur proses penyaluran zat-zat nutrien,
oksigen serta karbondioksida keseluruh tubuh. Oleh karena itu, sistem sirkulasi dalam
tubuh suatu organisme sangat berperan penting dalam menghubungkan permukaan
pertukaran zat dengan sel-sel diseluruh tubuh. (Campbell, 2008).
Antara organisme satu dengan yang lainnya memiliki sistem sirkulasi yang berbeda.
Pada manusia, sistem sirkulasi yang dimiliki merupakan sistem sirkulasi tertutup dan
peredaran darah ganda. Sedangkan pada hewan, tidak semua mempunyai sistem
sirkulasi khusus. Pada hewan berukuran kecil, berbagai macam zat seperti makanan, gas
respiratory dan sisa metabolism dapat berdifusi melalui ruang antarsel dengan mudah.
Dengan demikian, struktur khusus untuk mentransport zat-zat tersebut tidak diperlukan.
Dengan kata lain, berbagai hewan kecil tidak memerlukan sistem sirkulasi khusus untuk
transport berbagai macam zat. Akan tetapi, proses difusii berlangsung sangat lambat
sehingga cara tersebut tidak mungkin dapat memenuhi semua kebutuhan hewan
berukuran besar atau hewan yang memiliki aktivitas metabolism tinggi. Oleh karena itu,
hewan besar atau hewan yang memiliki metabolism tinggi memerlukan sistem sirkulasi
khusus tersebut untuk menjamin adanya pergerakan cairan (beserta sejumlah besar zat
yang terlarut di dalamnya) keseluruh tubuh secara cepat (Isnaeni, 2006).

1
Melalui makalah ini, penyusun akan membahas fungsi sistem sirkulasi, macam
cairan tubuh, sistem sirkulasi tertutup dan terbuka pada vertebrata dan invertebrata,
serta komposisi darah.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah fungsi sirkulasi pada hewan invertebrata dan vertebrata?
2. Bagaimanakah kerja sistem peredaran darah tertutup dan terbuka pada hewan?
3. Apa saja macam cairan tubuh pada invertebrata dan vertebrata?
4. Apa saja komposisi darah yang ada didalam tubuh invertebrata dan vertebrata?

C. Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui fungsi sirkulasi pada hewan invertebrata dan vertebrata.
2. Mengetahui kerja sistem peredaran darah tertutup dan terbuka pada hewan.
3. Mengetahui macam cairan tubuh pada invertebrata dan vertebrata.
4. Mengetahui komposisi darah yang ada didalam tubuh invertebrata dan vertebrata..

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fungsi Sirkulasi

Pertukaran molekuler yang dilakukan hewan-hewan dengan lingkungannya


memperoleh O2 dan nutrient sambil membuang CO2 dn produk-produk buangan yang lain
dan pada akhirnya harus melibatkan setiap sel di dalam tubuh.

Tidak semua hewan mempunyai sistem sirkulasi terkhusus. Pada hewan berukuran
kecil, berbagai macam zat seperti makanan, gas respiratori, dan sisa metabolisme dapat
berdifusi melalui ruang antarsel dengan mudah. Dengan demikian, struktur khusus untuk
mentrasfort berbagai macam zat, akan tetapi proses difusi sangat lambat sehingga cara
tersebut tidak mungkin dapat memenuhi semua kebutuhan hewan berukuran besar (dengan
ketebalan tubuh lebih dari beberapa millimeter) atau hewan yang memiliki metabolisme
tinggi. Oleh karena itu, hewan besar atau hewan yang memiliki aktivitas metabolisme
tinggi memerlukan sistem sirkulasi khusus. Sistem sirkulasi khusus tersebut diperlukan
untuk menjamin adanya pergerakan cairan (beserta sejumlah besar zat yang terlarut di
dalamnya) ke seluruh tubuh secara cepat.

Fungsi sistem sirkulasi menurut Wiwi Istiani,(2006). Secara garis besar, sistem
sirkulasi memiliki tiga fungsi sebagai berikut :

1. Menjamin/memastikan terpenuhinya kebutuhan tubuh akan sari makanan dan


oksigen, serta pembuangan zat sisa metabolisme dari tubuh dengan segera
2. Berperan penting dalam penyebaran panas tubuh
3. Menyebarkan tekanan/kekuatan.

3
Sistem transport ada hewan bervariasi, tergantung pada tingkat perkembangan tubuh
hewan.

Darah, yang merupakan jaringan ikat cair, memiliki tiga fungsi umum ;
1. Transportasi
darah mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel-sel tubuh, dan karbondioksida dari
sel-sel tubuh ke paru-paru untuk pernafasan. Ini membawa nutrisi dari saluran
pencernaan ke sel-sel tubuh dan hormon dari kelenjar endokrin ke sel-sel tubuh
lainnya. Darah juga mengangkut panas dan produk limbah ke berbagai organ untuk
eliminasi dari tubuh.
2. Pengaturan
Sirkulasi darah membantu mempertahankan homeostasis dari semua cairan tubuh.
Darah membantu mengatur pH melalui penggunaan buffer. Ini juga membantu
mengatur suhu tubuh melalui sifat penyerapan panas pendingin air dalam plasma
darah dan laju variabelnya mengalir melalui kulit, dimana kelebihan panas dapat
hilang dari darah ke lingkungan. Selain itu, tekanan osmotic darah mempengaruhi
kadar air sel, terutama melalui interaksi ion terlarut dan protein.
3. Perlindungan darah
Darah dapat mengumpal, yang melindungi kehilangan dari berlebihan sistem
kardiovaskular setelah cedera. Selain itu sel darah putihnya melindungi terhadap
penyakit dengan membawa fagositosis.

B. Sistem Sirkulasi Tertutup Dan Terbuka Pada Hewan


Pertukaran molekuler yang dilakukan hewan-hewan dengan lingkungannya
memperoleh O2 dan nutrient sambil membuang CO2 dn produk-produk buangan yang
lain dan pada akhirnya harus melibatkan setiap sel di dalam tubuh.
Tidak semua hewan mempunyai sistem sirkulasi terkhusus. Pada hewan berukuran
kecil, berbagai macam zat seperti makanan, gas respiratori, dan sisa metabolisme dapat
berdifusi melalui ruang antarsel dengan mudah. Dengan demikian, struktur khusus

4
untuk mentrasfort berbagai macam zat, akan tetapi proses difusi sangat lambat sehingga
cara tersebut tidak mungkin dapat memenuhi semua kebutuhan hewan berukuran besar
(dengan ketebalan tubuh lebih dari beberapa millimeter) atau hewan yang memiliki
metabolisme tinggi. Oleh karena itu, hewan besar atau hewan yang memiliki aktivitas
metabolisme tinggi memerlukan sistem sirkulasi khusus. Sistem sirkulasi khusus
tersebut diperlukan untuk menjamin adanya pergerakan cairan (beserta sejumlah besar
zat yang terlarut di dalamnya) ke seluruh tubuh secara cepat.
Fungsi sistem sirkulasi menurut Wiwi Istiani,(2006). Secara garis besar, sistem
sirkulasi memiliki tiga fungsi sebagai berikut :
1. Menjamin/memastikan terpenuhinya kebutuhan tubuh akan sari makanan dan
oksigen, serta pembuangan zat sisa metabolisme dari tubuh dengan segera
2. Berperan penting dalam penyebaran panas tubuh
3. Menyebarkan tekanan/kekuatan.
Sistem transport ada hewan bervariasi, tergantung pada tingkat perkembangan tubuh
hewan.
Sistem peredaran darah pada hewan secara umum dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Sistem peredaran darah terbuka
Merupakan darah yang diedarkan langsung menuju jaringan tubuh tanpa melalui
pembuluh darah. Alat peredarannya dapat berupa pembuluh jantung. Pada sistem
pembuluh pada sirkulasi terbuka tidak dilengkapai dengan pembuluh darah perifer
(kapiler) , sehingga pada tingkat jaringan , darah akan keluar dari pembuluh,
kemudian akan mengalir bebas diantara sel jaringan, selanjutnya darah/cairan tubuh
tersaring dan secara perlahan-lahan kembali ke jantung melalui ostia. Pada sirkulasi
terbuka bekerja dengan tekanan rendah, sehingga pada setiap kontraksi jantung,
volume darah dapat dikeluarkan dari jantung ke rongga tubuh hanya sedikit pada
peredaran ini juga darah akan mengalir secara lambat karna tekanan dari jantung
yang mendorong darah rendah.
Hal ini juga menyebabkan sari-sari makanan yang dilepaskan juga terbatas
dalam sel tubuh. Dan menyebabkan aktivitas dari metabolisme dalam tubuh pun

5
terbatas. Contohnya dapat ditemukan dalam sistem peredaran darah Moluska dan
Arthopoda.

2. Sistem peredaran darah tertutup


Merupakan sistem peredaran darah yang memiliki tekanan darah yang kuat yang
berasal dari dari hasil kerja jantung. Dimana jantung bergerak dengan memompa
darah terus menerus sehingga tekanan darah dalam pembuluh dapat dipertahankan
tetap tinggi. Sehingga darah yang keluar dari pembuluh langsung kesetiap sel tubuh.
Hal ini menjamin adanya pasokan sari makanan dan oksigen dalam jumlah
memadai ke tiap sel agar proses agar proses metabolisme tetap telaksana dengan
baik. Jika proses aktivitas metabolisme meningkat maka pada vertebrata akan
meningkatkan jumlah pasokan darah ke organ yang aktif (misalnya otot) dan
mengurangi penyebaran darah ke daerahn yang kurang/tidak aktif (misal organ
gastrointestinal).

a. Sistem Sirkulasi Pada Invertebrata


1) Protozoa
Hewan bersel satu (protozoa) tidak memiliki system peredaran darah. Gas yang
dibutuhkan dan zat makanan yang akan diserap dilakukan dengan cara berdifusi,
karna tubuh protozoa hanya terdiri atas satu sel singga seluruh aktivitas
metabolismenya dilakukan oleh selnya itu sendiri.
Banyak hewan jenis ini yang menggunkan organel selnya untuk metabolism.
Seperti paramecium menggunakan vakuola kontraktril untuk mengedarkan zat
makanan cair, dan menggunakan vakuola makanan untuk mengedarkan zat
makanan padat.
2) Porifera (phorus = pori-pori, ferre = pembawa)
Hewan ini belum memiliki system sirkulasi khusus, tubuhnya masih terdiri atas
2 lapisan sel, lapisan dalam terdiri dari sel-sel yang disebut koanosit. Koanosit

6
ini berfungsi sebagai menangkap makanan yang selanjutnya akan disebar oleh
amoebosit secara
3) Coelenterate (coilos = rongga, enteron = usus)
Pada invertebrate yang belum memiliki system peredaran khusus, misalnya
Hydra, transportasinya dilakukan oleh system gastrovaskuler, yakni saluran
pencernan pada Hydra bercabang-cabang lagi kebagian tubuh.
Percabangan ini menyebabkan pemukaan dalam saluran pencermaran semakin
luas, sehinnga saluran ini akan lebih efesien dalam melakukan penyerapan zat
sekaligus mengantarkan zat yang diserap keseluruh jaringan tubuh. Dengan
demikian, walaupun pada hewan ini tidak terdapat system peredaran darah
khusus, zat yang diserap oleh saluran pencernaan akan dapat mencapai seluruh
jaringan tubuh.
4) Plathyhelmintes
Hewan platyhelmintes seperti planaria system peredaran darahnya dilakukan
dengan cara osmosis keseluruh permukaan tubuh. Sel mesenkin berfungsi
membantu distribusi makanan yang telah dicernakan. Makanan yang tidak
dicerna dikeluarkan melalui mulut, misalnya pada planaria.
5) Anenelida
Cacing iniu menggunakan permukaannya tubuhnya untuk bernafas. Hewan ini
memanfaatkan kulitnya untuk bernafas. Oleh karena itu, kulit cacing tanah
selalu lembab atau basah, karena agar memudahkan terjadinya pertukaran udara.
Dibawah permukaan kulitnya yang basah tersebut, ternyata terdapat kapiler-
kapiler darah. Melalui kapiler-kapiler darah ini, oksigen akan berdifusi masuk
kedalam kulit, lalu ditangkap dan diedarkan oleh system peredaran darah.
Sebaliknya, karbondioksida yang terkandung dalam darah dilepaskan dan akan
berdifusi keluar tubuh.

7
6) Mollusca
Memiliki system peredaran darah tertutup. Jantung pada hewan ini sudah
terdapat antrium (serambi) dan ventrikel (bilik) serta terdapat pembuluh darah
vena serta ateri. Misalnya pada keong (pila globosa)
7) Arthropoda
Pada arhropoda system peredaran darahnya terbuka. Jantung yang biasa disebut
jantung pembuluh. Darah dan cairan tubuh serangga disebut hemolimfa.
Arah alirah darah :
Bila jantung pembuluh darah bernyedut maka hemolimfa mengalir melalui
anteri kerongga tubuh.
Jaringan tubuh tanpa melalui kapiler darah-jantung pembuluh melalui ostium.
Fungsinya hemolimfa adalah mengedarkan zat makanan kesel-sel. Hemolimfe
tidak mengandung haemoglobin sehingga tidak mengikat oksigen dan darah
tidak berwarna merah. O2 dan co2 diedarkan melalui system trakea.

b. Sistem Sirkulsi Pada Vertebrata


1) Pisces

a) Kelas Agnatha
Sitem sirkulasi : jantaug terletak dalam ember brankial, dan terbungkus oleh
kantong prikadial yanag berhubungan dengan slmon ada sebuah aurikel dan
dan sebuah ventrikel .derah darai jantung di pompa ke aurota ventral, lalau

8
didistribusi ke 8 pasanag cabang afren yang menuju insang .darah dari
insang dikumpulkan dalam aurota dorsal, lalu dialiar kan kedalam bagian
anterior dan posterior tubuh sistem vena mengembaliakn darah melelui hatai
ke jantauang .tidak ada sistem vena mengembalikan darah melalui hati ke
jantung. Tidak ada sistem porta renal. Ada pembuluh-pembuluh limfa.
b) kelas chondrichthyes
Sistem sirkulasi : Jantung hanya mempunyai satu atrium dorsal (aurikel)
yang menerima darah dari sinus venosus, dan satu ventrikel vetral yang
mempompa darah ke konus arteriosus. Dari konus itu darah selanjutnya
menuju aorta vetral yang lalu bercabang-cabang menjadi lima buah arteri
brankial afren , terus masuk ke dalam ingsang . dalam ingsang terdapat
kapiler-kapiler . Darah dalam kapiler-kapiler lalu bersatu membentuk aorta
dorsalis, dan dari sini darah masuk ke dalam seluruh tubuh. Darah vena lalu
kembali melalui 2 buah saluran cuvier ( yaitu vena cardinal umum) dan
masuk ke dalam sinus venosus. Saluran cuvier itu bermuara dalam sinus
venosus melalui vena cardinal anterior dan vena posterior.
Darah dari dinding saluran pncernaan masuk ke dalam hati melalui vena
porta hepatis lalu ke sinus-sinus hati. Vena porta hepatis lalu kesinus
venosus melalui sinus-sinus hati. Vena porta renalis membawa darah dari
ujung posterior ke kapiler-kapiler mesonefros , dan dari ginjal ini darah
masuk ke vena cardinal-kardinal.
c) kelas Osteichthyes
Sistem sirkulasi : Jantung berkamar dua buah , dibawah faring , dalam
ruangan pericardial. Darah venos masuk kedalam sinus venosus, terus ke
aurikel yang berdinding tipis , terus ke aurikel yang berdinding tebal,
semuanya dipisahkan oleh kutup-kutup untuk mencegah aliran
balik.ventrikel berdenyut ritmis dan mendesak dan mendesak darah masuk
kedalam konus anterior terus ke aurota ventral,terus ke cabanag-cabang
aterif efren, terus ke kapiler-kapiler dalam filamen-filamen insanag dan

9
mendapat oksigen.darah lalau darah terkumpul dengan cabang-cabang arteri
efren ,terus ke aurota dorsal dan tersebar ke kepalah tubuh .vena vena utama
adalah sepasnag vena cardinal anterior dan dan sepasnag vena vena utama
adalah sepasnag vena cardinal enterior dan sepasnag vena cardinal
posterior, kemudian berstau menjadi vena porta hepatis yanag melewati
hatai.
Darah ikan berwarna pucat mengandung eritrosit yanag berinti dan leokosit
limpammerupakan bagian dri sistem sirkulsi dan berwarna merah.ikan juga
berwarna limpa.
2) Amphibi

Sistem sirkulasi jantung mempunyai 2 aurikel dan satu ventrikel.darah dari


sinus venosus masuk ke dalam aurikel kanan. Darah meninggalkan ventrikel
melalui trunkus arteriosus yang bercanbang dua disebelah anterior jantung, lalu
terbagi pada tiap sisi tubuh menjadi 3 pokok, yaitu arteri karotis, arteri
sistematik,dan arteri pulmo-kutaneus ( berurutan dari anterior keposterior). Tiap
arteri karotis terbagii menjadi karotis interna dan karotis eksterna yang menuju
ke dalam kepala. Arteri pulmo kutaneus membuat cabang-cabang ke paru-paru
dan kulit. Arteri sistematik (2 buah)bersatu menjadi aorta dorsal. Aorta dorsal
itu bercabang-cabang menjadi seliako-mesenterik ( lambung, hati, intestinum),

10
segmental ( otot-otot ), renal (mesonefros), genital ( gonad), dan iliakal ( kaki-
kaki).
Darah dari paru-paru kembali ke aurikel kiri melalui vena pulmonary.
Semua darah memasuki aurikel kanan, terus melalui sinus venusus ( berupa
kantonh besar disebelah sisi dorsal ). Sinus venosus menerima 2 vena cava
anterior yang membawa darah dari bagian anterior tubuh, dan satu vena cava
posterior yang akan membawa darah dari mestonefros dan mengalirkannya
langsung kehati ( tidak dalam kapiler-kapiler) dan terus kejantung. Darah masuk
ke dalam jaringan hati baik dari arteri hepatic ( cabang seliako_-mesenterik )
ataupun dari vena porta hepatic yang membawa darah dari lambung dan usus
sisitem porta renal ada juga. Sistem itu menghubungkan porta hati melalui jalan
vena pelvik dan vena abdominal ventral.
3) Reptil

a) Penyu ( Chelonia mydas)


Sistem sirkulasi secara fundamental, sisitem peredaran darah penyu tidak
banyak berbeda dengan sisitem peredaran darah katak,, kecuali arteri

11
pulmonar dan pokok aorta terpisah sejak keluar dari ventrikel ( bilik)
pencernaan mendapat darah dari cabang-lengkung aorta kiri tetapi kurang
mendapat darah dari aorta dorsal seperti pada karak. Sisitem peredaran darah
renal sangat tereduksi. Porta renal dihubungkan dengan sistem porta hepatic
oleh sepasang vena abdominal ventral.
b) Kadal (Lacerta sp.)
Jantung terdiiri dari sinus venosus, 2 aurikel, dan 2 ventrikel, yang terbagi
sempurna. Darah dari sinus venosus ke aurikel kanan, ventrikel kanan, arteri
pulmonary( bercabang dua), vena paru-paru, aurikel kiri, kemudian
keventrikel kiri. Dari vetrikel kiri keluar lengkung aorta dorsal, arteri karotis
ke kepala dan kaki depan. Yang kebelakang memberi darah untuk ruang
tubuh, kaki belakang dan ekor.
Darah vena berkumpul dalam vena cava nterior ( di kedua belah sisi kapala
dan leher), vena cava posterior , vena porta hepatis, yang kemudian menjadi
vena hepatis, dan dalam vena epigstrikum yang semuanya dialirkan kembali
ke sinus venosus tersebut.
c) Buaya Crocodylus sp
Sisitem sirkulasi : Jantung terdiri dari sinus venosus, 2 serambi dan 2 bilik.
Bilik terpisah secara sempurna menjadi 2 bagian. Darah dari sinus venosus
ke serambi kanan, bil;ik kanan, arteri paru-paru (2) vena paru-paru (2) terus
ke serambi kiri, dan bilik kiri. Dari bilik kiri keluar sepasang lengkung aorta
satu ke dorsal kemudian menjadi arteri karotis dan memberi darah ke kepala,
leher,dan kaki depan. Yang lainnya terus keaorta dorsal dan memberi darah
untuk rongga tubuh dan kaki belakang serta ekor.darah vena dari kepala
,leher, dan kaki depan terkumpul dalam vena cava anterior. Darah dari ginjal
dan alat reproduksi terkumpul dalam vena cava posterior. Darah dari saluran
pencernaan terkumpul dalam vena hepatis terus ke hati. Vena epigastrica
menerima darah vena kaki belakang , ekor dan rongga tubuh. Semua darah
vena terkum,pul dalam sinus venosus.

12
4) Aves

Sisitem sirkulasi : Sistem peredaran darah tipikal pada burung, yaitu seperti
pada mamalia,bedannya hanya lengkunganarteri tunggal yang terletak pada
sebelah kanan, sedangkan pada mamalia terletak sebelah kiri..

5) Mamalia

13
System sirkulasi pada mamalia di mulai dari kontraksi ventrikel kanan
memompa darah ke paru-paru melalui arteri pulmomer. Saat mengalir melalui
bantalan-bantalan kapiler didalam paru-paru kiri dan kanan, darah mengambil
O2 dan melepaskan CO2. Darah kaya oksigen kembali ke paru-paru melalui
vena pulmoner ke atrium kiri jantung. Selanjutnya, darah kaya okseigen
mrngalir ke dalam ventrikel kiri, yang memompa darah kaya oksigen keluar ke
jaringan-jaringan tubuh melalui sirkuit sistemik. Darah meninggalkan ventrikel
kiri melalui aorta, yang mengantarkan darah ke arteri-arteri yang menuju
keseluruh tubuh. Cabang-cabang pertama dari aorta adalah arteri koroner (tidak
ditunjukkan), yang menyuplai darah ke otot jantung ini sendiri. Cabang-cabang
kemudian mengarah ke bantalan-bantalan kapiler di dalam kepala dan lengan
(tungkai depan). Aorta kemudian turun ke dalam abdomen, menyuplai darah
kaya oksigen ke arteri-arteri yang menuju bantalan kapiler di dalam organ-organ
abdominal dan kaki (tungkai belakang). Di dalam kapiler, terjadi difusi neto O2
dari darah ke jaringan-jaringan dan CO2 yang dihasilkan oleh respirasi selular
ke dalam darah, kapiler-kapiler bergabung kembali, membentuk venula-venula,
yang mengantarkan darah ke vena. Darah miskin oksigendari kepala, leher dan
tungkai depan disalurkan ke dalam suatu vena besar, vena kaya superior. Vena
besar yang lain, vena kaya interior, mengalirkan darah dari batang tubuh dan
tungkai belakang. Kedua vena kava mengosongkan darahnya ke dalam atrium
kanan tempat darah miskin-oksigen mengalir kedalam ventrikel kanan.

C. Macam Cairan Tubuh Hewan


Pada semua hewan multisel, cairan tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
cairan intrasel dan cairan ekstrasel. Kira-kira 70% dari seluruh bagian tubuh hewan
berupa air, sekitar 45%di antaranya terdapat di dalam sel (intrasel), dan 25% sisanya
terdapat di luar sel (ekstrasel). Bagian berikutnya akan membahas tentang cairan
ekstraseluler.

14
Cairan eksternal dapat ditemukan diberbagai tempat dan masing-masing disebut
dengan nama yang berbeda. Ada empat cairan eksternal, yaitu cairan jaringan
(cairan eksternal), limfe, darah dan homolimfe. Hewan invertebrata yang tidak
mempunyai sistem sirkulasi mempunyai cairan jaringan atau cairan limfe yang
mengelilingi sel-sel tubuhnya. Cairan jaringan mengandung sedikit protein,
sejumlah garam dan bahan nutritif, serta zat sisa. Cairan jaringan juga mengandung
sel darah yang berfungsi fagositik dan mampu bergerak melalui ruang antar
jaringan.
Pada hewan tertentu yang memiliki sistem sirkulasi tertutup, darah dan cairan
jaringan merupakan dua macam cairan yang terpisah secara jelas. Darah tersusun
atas cairan plasma dan sel darah. Sementara, cairan jaringan, yang disebut juga
cairan interstitiel, dibentuk dengan menyaring plasma yang kemudian akan berdifusi
melalui dinding kapiler menuju ruang antarsel, menurut gradien tekanan hidrostatik.
Filtrat tersebut bukan koloid karena hanya mengandung 0,85% protein (sebagai
perbandingan darah manusia mengandung 7% protein). Filtrat/cairan yang keluar
dari kapiler tersebut akan dikembalikan lagi ke sistem sirkulasi melalu sistem
pembuluh khusus, yaitu pembuluh limfe.
Pada vertebrata tingkat tinggi, pembulu limfe dimulai sebagai saluran buntu
dengan ujung terbuka. Pembulu limfe berfungsi mengangkut kelebihan cairan yang
tertimbun dilingkungan ekstrasel dan mengembalikannya ke sirkulsi darah. Pada
invertebrata dan ikan (selainan teleostei) tidak ditemukan adanya pembulu limfe.
Pada berbagai hewan yang memiliki tingkat perkembangan lebih rendah, dapat
ditemukan berbagai bentuk peralihan (intermediet) yang menunjukkan adanya
perkembanagnan sistem pembulu limfe.
Bagi ahli fisiologi komparatif, membedakan antara cairan jaringan dan cairan
limfe secara tegas merupakan hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Hal ini
dapatdijelaskan sebagai berikut. Apanila diperhatikan, cairan dalam pembulu limfe
sebenarnya berasal dari cairan jaringan, yang masuk kedalam pembulu dengan

15
cara difusi melalui dinding pembulu, atau mengalir langsung kedalam pembulu
melalui lubang yang terbuka pada ujungnya.

D. Komposisi Darah
Cairan yang ditranspor oleh sistem sirkulasi terbuka terhubung dengan cairan
yang mengelilingi semua sel-sel tubuh sehingga memiliki komposisi yang sama.
Sebaliknya, cairan dalam sistem sirkulasi tertutup bisa jadi jauh lebih
terspesialisasi , seperti yang terjadi pada darah vertebrata. Darah vertebrata
merupakan jaringan ikat yang terdiri dari sel-sel yang tertanam dalam matriks cair
yang disebut dengan plasma. Yang terlarut didalam plasma adalah ion-ion dan
protein-protein yang bersama dengan sel darah, berfungsi dalam regulasi osmotik,
tranpor,dan pertahanan tubuh. Pemisahan komponen-komponen darah
menggunakan sentrifus mengungkapkan bahwa unsur-unsur selular (sel-sel dan
fragmen-fragmen).

16
1. Eritrosit (Sel Darah Merah)

Sel-sel darah merah, atau eritrosit (erythrocytes), sejauh ini merupakan sel-sel darah
yang paling banyak. Setiap microliter (µL, atau mm) darah manusia mengandung 5-6 juta
sel-sel darah merah, dan ada sekitar 25 triliun sel-sel jenis ini di dalam 5 L darah didalam
tubuh. Fungsi utamanya adalah transport O2, dan strukturnya terkait erat dengan fungsi
tersebut. Eritrosit-eritrosit manusia merupakan cakram kecil (berdiameter 7-8µm) yang
bikonkaf-lebih tipis dibagian tengah daripada di bagian tep. Bentuk ini mempebesar area
permukaan sehingga meningkatkan laju difusi O2 melintasi menbran-membran plasmanya.
Eritrosit-eritrosit mamalia dewasa tidak memiliki nukleus. Karakteristik yang tak lazim ini
menyisakan lebih banyak ruang dalam sel-sel yang mungil ini untuk hemoglobin, protein
yang mengandung besi dan mentranspor O2 . eritrosit juga tidak memiliki mitokondria dan
menghasilkan ATP secara ekslusif melalui metabolisme anaerobik. Transport oksigen akan
kurang efisien jika eritrosit-eritrosit bersifat aerobik dan mengomsumsi sebagian O2 yang
dibawanya.

Meskipun ukurannya kecil, satu eritrosit mengandung sekitar 250 juta molekul
hemoglobin. Karena setiap molekul hemoglobin berikatan dengan empat molekul-molekul
O2 , satu eritrosit dapat mentranspor sekitar satu miliar molekul-molekul O2. Saat eritrosit
melewati bantalan-bantalan kapiler paru-paru, insang, atau organ respirasi lain, O2
berdifusi ke dalam eritrosit-eritrosit dan berikatan dengan hemoglobin. Di dalam kapiler-
kapiler sistematik, O2 berdisosiasi dari hemoglobin dan berdifusi ke dalam sel-sel tubuh.

Oxyhemoglobin (HbO2) terbentuk di paru-paru ketika eritrosit terpapar oksigen ketika


mereka melewati paru-paru. Deoxyhemoglobin (Hb) terbentuk ketika oksigen melepaskan
bentuk besi dan berdifusi ke jaringan sekitarnya. Carbaminohemoglobin (HbCO2)
terbentuk ketika CO2 menempel pada asam amino dari bagian globin dari molekul
hemoglobin. Sekitar 25 persen dari CO2 yang diangkut dari jaringan ke paru-paru ada
dalam bentuk ini.

17
Karbon anhidrase, enzim dalam eritrosit, mengubah CO2 dan H2O dalam plasma darah
menjadi H + dan HCO3-. Sekitar 65% dari CO2 yang dikumpulkan dari jaringan perjalanan
dalam plasma darah sebagai HCO3-.

a. Pembentukan Eritrosit

Hemopoiesis (hermatoiesis) adalah proses yang menghasilkan unsur-unsur yang


terbentuk dari darah. Hemopoiesis terjadi di sumsum tulang merah yang ditemukan di
epifisis tulang panjang (misalnya, humerus dan tulang paha), tulang pipih (tulang rusuk
dan tulang tengkorak), tulang belakang, dan tulang panggul. Dalam sumsum tulang merah,
sel punca hemopoietik (hemocytoblas) membagi untuk menghasilkan berbagai sel
“ledakan”. Masing-masing sel ini matang dan menjadi elemen yang di bentuk khusus

1) Erythropoiesis

Erythropoiesis, proses pembuatan eritrosit, dimulai dengan pembentukan proeythroblats


dan sel punca hemopoietik. Selama tiga hingga lima hari, beberapa tahap perkembangan
mengikuti ribosom berproliferasi dan hemoglobin disintesis. Akhirnya, nucleus
dikeluarkan, menghasilkan depresi di tengah sel. Eritrosit muda, yang disebut retikulosit,
masih mengandung beberapa ribosom dan reticulum endoplassma, masuk ke aliran darah
dan berkembang menjadi eritrosit matang setelah satu atau dua hari.

2) Erythroprotein

Erythroprotein (EPO), yang merangsang produksi eritsosit. Jika darah mengantarkan


O2 lebih banyak daripada yang dapat digunakan oleh jaringan-jaringan kadar EPO turun
dan produksi eritrosit melambat. hormon yang sebagian besar diproduksi oleh ginjal,
menstimulasi sumsum tulang untuk menghasilkan eritrosit. Ketika jumlah oksigen yang
tidak memadai dikirimkan ke sel-sel tubuh, suatu kondisi yang disebut hipoksia, ginjal
meningkatkan sekresi EPO, yang pada gilirannya merangsang peningkatan produksi
eritrosit. Tingkat produksi rata-rata eritrosit pada individu yang sehat adalah dua juta sel per

18
detik. Produksi normal membutuhkan jumlah zat besi dan vitamin B12 dan asam folat yang
cukup.

Para dokter menggunakan EPO sintetik untuk menangani penderita masalah kesehatan
seperti anemia, suatu kondisi kadar hemoglobin yang rendah daripada normal. Sejumlah
atlet menyuntik dirinya sendiri dengan EPO untuk meningkatkan kadar eritrosit, walaupun
praktik ini, bentuk doping darah, telah dilarang oleh komite Olimpiade Internasional dan
organisasi-organisasi olahraga yang lain. Selama tahun-tahun terakhir, sejumlah pelari dan
pesepeda tenar terbukti positif pada tes obat-obatan terkait EPO dan telah di cabut gelar dan
haknya untuk berpartisipasi dalam kompetisi-kompetisi mendatang.

3) Pemecahan Eritrosit

Karena kurang organel seluler dan dengaan demiikian fisiologi untuk mempertahankan
diri, eritrosit bertahan hanya selama 120 hari. Eritrosit yang terdegenerasi di pecah di limpa
dan dihati oleh magrofag (sel darah putih phagocytic) sebagai berikut :

a) Bagian globin dan heme dari hemoglobin dipisahkan. Globin direduksi menjadi
asam amino, yang dikembalikan ke plasma darah.
b) Besi dikeluarkan dari gugus heme dan terikat dengan protein ferritin dan
hemosiderin, yang menyimpan besi untuk digunakan nanti (karena besi tak terikat
adalah racun). Besi juga melekat pada transferrin, yang memasuki aliran darah.
Transferrin dapat diambil oleh otot-otot atau sel-sel hati, dimana ia dapat disimpan
sebagai ferritin atau hemosiderin atau diambil oleh sumsum tulang, dimana besi
digunakan untuk mmenghasilkan eritrosit baru.
c) Sisa dari kelompok heme dipecah menjadi bilirubin (pigmen kuning-orange), yang
memasuki aliran darah dan diambil oleh hati. Sel-sel hati menggabungkan bilirubin
ke dala empedu, yang memasuki usus kecil selama pencernaan lemak. Bilirubin
kemudian di uabh menjadi urobilinogen oleh bakteri usus. Akhirnya, sebagian besar
urobilinogen diubah menjadi stercobilin pigmen coklat, yang dieliminasi dengan
feses dan (yang memberi tinja warna coklat). Sejumlah kecil urobilinogen diserap

19
ke dalam darah, diubah menjadi urobilin pigmen kuning, diambil oleh ginjal, dan
dihilangkan dengan urin (berkontribusi terhadap warna kuning urin)

2. Leukosit

Darah mengandung lima tipe utama sel-sel darah putih, atau leukosit (leukocyte).
Fungsinya adalah untuk memerangi infeksi. Sebagian diantaranya bersifat fagositik,
menelan dan mencerna mikroorganisme-mikroorganisme maupun sisa-sisa dari sel-sel
tubuh yang sudah mati. Tipe leukosit yang lain, disebut limfosit, berkembang menjadi sel-
sel B dan sel-sel B dan sel-sel T terspesialisasi yang melancarkan respon kekebalan
melawan zat-zat asing. Secara normal 1 µL darah manusia mengandung sekitar 5.000-
10.000 leukosit, jumlahnya meningkat secara temporer setiap kali tubuh memerangi infeksi.
Tidak seperti eritrosit, leukosit juga ditemukan di luar sistem sirkulasi, berpatroli di dalam
cairan interstisial maupun sistem limfatik.

Leukosit atau sel darah putih (leukosit) adalah sel yang melindungi tubuh dari mikroba dan
racun asing. Dalam aliran darah, beberapa secara permanen meninggalkan aliran darah
untuk memasuki jaringan dimana mereka menghadapi mikroba atau racun, sementara jenis
lain dari leukosit siap bergerak masuk dan keluar dari aliran darah. Leukosit
diklasifikasikan menjadi dua kelompok, granulosit dan agranulosit, berdasarkan ada atau
tidak adanya butiran di sitoplasma dan bentuk nuklues.

a. Granulosit

Granulosit mengandung banyak butiran di sitoplasma dan memiliki nucleus yang


terbentuk tidak beraturan dengan lobus. Masing-masing dari tiga jenis granulosit dinmai
setelah noda darah yang butiran butiranya menyerap.

1) Neutrofil, yang paling banyak granulosit, memiliki nukleus dengan tiga hingga
enam lobus. Granul mereka, yang kecil dan tidak mencolok, kurang menyerap baik

20
noda dasar dan asam (prefensi pH netral), menghasilkan warna pucat, ungu. Karena
bentuk nukleus sangat bervariasi, neutrofil disebut sebagai leukosit
polimorfonuklear (PMN), atau polys. Neutrofil muda, dengan inti yang belum
matang yang berbentuk seperti batang, disebut neutrophil band. Neutrofil adalah
leukosit pertama yang tiba di tempat infeksi, merespon (oleh chemotaxis) terhadap
bahan kimia yng dikeluarkan oleh sel yang rusak. Neutrofil, oleh fagositosis, secara
aktif menelan bakteri, yang kemudian dihancurkan oleh berbagai protein antibiotik
(seperti defensin dan lisozim) yang terdapat di dalam granula. Neutrofil, biasanya
hancur dalam proses, berkontribusi, bersama dengan jaringan mati lainnya, ke
pembentukan nanah.
2) Eosinofil memiliki inti bilobed (dua lobus dihubungkan oleh untaian sempit
kromatin). Granul mereka, yang berwarna merah dengan pewarna asam (eosin),
mengandung enzim pencernaan dan dianggap lisosom. Eosinofil secara aktif
memfagositosis kompleks yang terbentuk oleh aksi antibodi paada antigen (zat
asing). Jumlah eosinofil meningkat selama infeksi parasite dan reaksi alergi.
3) Basofil memiliki nukleus berbentuk U atau S dengan dua sampai lima lobus
dihubungkan oleh untaian sempit kromatin. Granula mereka, yang berwarna biru
keunguan dengan pewarna dasar, mengandung histamine, serotonin, dan heparin.
Basofil melepaskan histamine sebagai respon terhadap kerusakan jaringan dan
invasi patogen (sebagai bagian dari respon inflamasi). Basofil menyerupai sel mast,
sel yang mirip dalam penampilan dan berfungsi ke bassofil, tetapi hanya ditemukan
di jaringan ikat.
b. Agranulosit

Agranulosit merupakan kelompok leukosit kedua, tidak memiliki butiran yang terlihat di
sitoplasma dan nuklues tidak dilubangi, ada dua jenis leukosit

1) Limfosit, sering diklasifikasikan sebagai kecil, sedang, dan besar, memiliki inti
bulat-bulat dikelilingi oleh sejumlah kecil sitoplasma berwarna biru. Limfosit
adalah satu-satunya leukosit yang kembali ke aliran darah, beredar di antara aliran

21
darah, cairan jaringan, jaringan, dan cairan getah bening. Ada dua kelompok besar
limfosit, yang bervariasi berdasarkan peran mereka dalam respon imun. Limfosit T
(sel T), yang matang di kelenjar thymus, menyerang sel yang menyimpang (seperti
sel tumor, sel transplantasi organ, atau sel yang terinfeksi oleh virus). Limfosit B
(sel B), yang matang di sumsum tulang, merespon antigen yang bersirkulasi (seperti
racun, virus, atau bakteri) dengan membagi untuk menghasilkan sel-sel plasma,
yang pada gilirannya, menghasilkan antibody
2) Monosit memiliki nukleus berbentuk ginjal besar yang dikelilingi oleh sitoplasma
berwarna biru keabu-abuan. Ketika monocytes meningglkan aliran darah dan pindah
ke jaringan, mereka memperbesar dan menjadi makrofag yang menelan mikroba
dan puing-puing seluler.

c. Pembentukan Leukosit

Leucopoiesis, proses pembuatan leukosit, dirangsang oleh berbagai faktor penstimulasi


koloni (CSFs), hormone yang dihasilkan oleh sel darah putih yang matang. Perkembangan
setiap jenis sel darah putih dimulai dengan pembagian sel-sel induk themopoietik ke salah
satu sel “ledakan” berikut.

1) Myeoblas membagi untuk membentuk mielosit eosinofilik, neutroffilik, atau


basofilik, yang mengarah pada pengembangan ketiga jenis granulosit.
2) Monoblas menyebabkan perkembangan monosit
3) Limfoblas menyebabkan perkembangan limfosit.
3. Plasma Darah
Plasma darah merupakan komponen penyusun darah yang memiliki komposisi sangat
berbeda dari cairan intrasel. Plasma darah adalah bagian dari cairan darah yang memiliki
warna kuning seperti jerami. Plasma darah mengandung :
a. Air 90%
b. Protein 8 %, diantaranya adalah 1,0 mg/ml (terdapat pada Echinodermata, beberapa
moluska dan Annelida) hingga 100-150 mg/ml (pada Cephalopoda besar yang

22
memiliki banyak hemosianin pada hemolimfenya). Sedangakan pada burung dan
mammalian bersikar antara 30-75 mg/ml. protein yang paling umum adalah protein
albumin yang diproduksi oleh hati dan berfungsi untuk menjaga tekanan osmotik
antara darah dan jaringan. Dimana tekanan osmotiknya ditimbulkan oleh tekanan
osmotic koloid. selain itu ada juga protein lainnya seperti globulin alpha dan beta
(protein yang mengankut lipid dan ion logam), gamma globulin(antibody),
fibrinogen dan prothrombin (protein pembeku) dan hormon.
c. Produksi limbah ( urea, asam urat, kreatinin, bilirubin dan lain-lainnya)
d. Nutrisi yang diserap dari saluran pencernaan
e. Elektrolit merupakan berbagai ion seperti natrium, kalsium, klorida dan karbonat
f. Gas respirasi (O2 dan CO2)
Volume plasma pada hewan memiliki sistem sirkulasi tertutup tergantung pada
keseimbangan antara laju filtrasi cairan atau plasma dari kapiler menuju ruang jaringan
dan laju reabsorbsi fitrat tersebut. Berdasarkan proses pertukaran cairan tersebut ada 2
kekuatan yang berkerja yaitu tekanan darah (tekanan hidrostatik) dan tekanan osmotik
koloid. Tekanan hidrostatik yang ditimbulkan oleh darah mengendalikan laju fitrasi
sedangkan tekanan osmotik berkerja untuk reabsorbsi dimana arahnya berlawanan
dengan arah filtrasi. Protein dalam plasma memiliki peran yang penting untuk
menentukan besarnya tekanan osmotic dalam plasma.
Kekuatan osmotik pada hewan invertebrat yang mempunyai sistem sirkulasi terbuka
memiliki peranan penting untuk menjaga keseimbangan tubuh. Protein plasma pada
hewan vertebrata tingkat tinggi dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu fibrinogen yang
bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah; Globulin yang bertanggung jawab
dalam berbagai fungsi, terutama yang berkaitan dengan reaksi kekebalan (Immun) dan
transport molekul tertentu seperti hormone, vitamin dan zat besi; dan albumin
bertanggung jawab mempertahankan volume plasma.

4. Trombosit (keping darah)

23
Platelets (trombosit) adalah fragmen sel besar yang disebut megakaryocytes.
Trombosit tidak memiliki nukleus dan terdiri dari sitoplasma (dengan sedikit organel)
dikelilingi oleh membran plasma. Trombosit melekat pada dinding pembuluh darah
yang rusak dan melepaskan enzim yang mengaktifkan hemostasis, penghentian
perdarahan. Thrombopoiesis, proses pembuatan trombosit, dimulai dengan
pembentukan megakaryoblas dari sel induk hemopoietik. Trombosit membelah tanpa
cytokinesis menjadi megakaryocytes, sel-sel besar dengan nukleus multilobik yang
besar. Trombosit kemudian terfragmentasi menjadi segmen ketika membran plasma
masuk ke dalam sitoplasma

5. Hemostasis

Hemostasis merupkan penghentian pendarahan, yang melalui beberapa tahapan yaitu :


a. Kejang vascular, penyempitan pembuluh darah yang rusak, terjadi ditempat cedera
vasokontriksi diprakarsai oleh otot polos pembuluh darah sebagai respon terhadap cedera
dan dengan sinyal saraf dari reseptor rasa sakit.
b. Sebuah sumbat platelet, yang terdiri dari sejumlah trombosit yang terhubung meninggalkan
pembuluh darah yang rusak pembentukan sumbat platelet memiliki beberapa langkah-
langkah sebagai berikut: a. adhesi platelet, trombosit menempel pada serat kolagen yang
terbuka didinding pembuluh darah yang rusak, b. pelepaan trombosit. Trombosit
melepaskan ADP (yang menarik trombosit lain ke luka), serotonin (yang menstimulasi
vasokonstriksi), dan tromboksan A (yang menarik trombosit dan menstimulasi
vasokonstriksi). Ekstensi seluler dari platelet interkoneksi dan membentuk mesh yang
longgar, c. agregasi platelet. Trombosit tambahaan tiba di lokasi cedera sebagai respon
terhadap ADP yang dilepaskan dan memperluas akumulasi trombosit,
c. Koagulasi (pembekuan darah) adalah serangkaian reaksi kompleks yang mengubah darah
cair menjadi gel yang memberikan keamanan tambalan kepembuluh darah yang terluka.
Tiga belas factor koagulasi (nomor I melalui XIII dalam urutan penemuan mereka) terlibat
sebagian besar factor-faktor ini adalah protein yang dilepas ke dalam darah oleh hati. Factor

24
Iii adalah Ca. Vitamin K diperlukan untuk sintesis beberapa factor ini.proses koagulasi
dapat dijelaskan dalam tiga langkah:
1) Pembentukan factor X dan prothrombinase. Activator porthrombin (prothrombinase)
dapat terbentuk baik secara intrinsic (didalam pembuluh darah) atau secara ekstrinsik
(diluar pembuluh darah). Dalam jalur intrinsic, kolagen pembuluh darah yang rusak
memulai reaksi yang mengaktifkan factor X. di ekstrinsik, jaringan yang rusak
melepaskan tromboplastin ( factor jaringan) yang memulai urutan reaksi yang lebih
pendek dan lebih cepat. Untuk mengaktifkan factor X di kedua jalur, diaktifkan factor x
com bines dengan factor V (dengan Ca hadir) untuk membentuk prothrombinase
2) Prothrombin diubah menjadi thrombin. Dalam jalur umum ini yang mengikuti jalur
intrinsic danekstrinsik , prothrom binase (dengan Ca) mengubah prothrombin menjadi
thrombin.
3) Fibrinogen diubah menjadi fibrin. Jalur ini berlanjut ketika thrombin (dengan Ca)
mengubah fibrinogen menjadi fibrin. fibrin membentuk untai panjang yang mengikat
trombosit bersama-sama untuk membentuk jaringan padat thrombin juga mengaktifkan
factor XIII, membantu untaian fibrin menyatu dengan yang lain, hasilnya adalah
gumpalan. Setelah pembentukannya, bekuan semakin diperkuat oleh proses yang
disebut retraksi bekuan. Trombosit dalam kontrak bekuan, menarik pada fibrin stran
yang melekat padanya. Hasilnya adalah penutup yang lebih rapat. Fibrinolysis adalah
pemecahan bekuan karena pembuluh darah yang rusak diperbaiki. Selama
pembentukan gumpalan, plasma protein plasminogen dimasukkan kedalam bekuan.
Jaringan endotel yang sehat yang menggantikan daerah yang rusak dari pembuluh darah
mensekresi jaringan activator plasminogen (t-Pa), yang mengubah plasminogen
menjadi bentuk aktifnya, plasmin (fibrinolisin). Plasmin pada gilirannya memecah
fibrin dan mengarah ke pembubaran bekuan.
6. Koagulasi
Koagulasi (pembekuan darah) adalah serangkaian reaksi kompleks yang mengubah darah
cair menjadi gel yang memberikan keamanan tambalan kepembuluh darah yang terluka. Berikut
proses koagulasi.
a. Jalur Ekstrinsik

25
Jalur ekstrinsik pembekuan darah memiliki langkah lebih sedikit daripada jalur
intrinsik dan terjadi dengan cepat - dalam hitungan detik jika trauma parah. Dinamakan
demikian karena protein jaringan yang disebut faktor jaringan (TF), juga dikenal
sebagai tromboplastin, bocor ke dalam darah dari sel di luar (ekstrinsik ke) pembuluh
darah dan memulai pembentukan prothrombinase. TF adalah campuran kompleks
lipoprotein dan fosfolipid yang dilepaskan dari permukaan sel yang rusak. Di hadapan
Ca2+, TF memulai serangkaian reaksi yang pada akhirnya mengaktifkan faktor
pembekuan X. Setelah faktor X diaktifkan, itu menggabungkan dengan faktor V di
hadapan Ca2? untuk membentuk enzim prothrombinase aktif, menyelesaikan jalur
ekstrinsik.

b. Jalur Intrinsik
Jalur intrinsik pembekuan darah lebih kompleks daripada jalur ekstrinsik, dan itu
terjadi lebih lambat, biasanya membutuhkan beberapa menit. Jalur intrinsik dinamakan
demikian karena aktivasinya berada dalam kontak langsung dengan darah atau
terkandung dalam (intrinsik) darah; kerusakan jaringan luar tidak diperlukan. Jika sel-
sel endotel menjadi kasar atau rusak, darah dapat bersentuhan dengan serabut-serabut
kolagen di jaringan ikat di sekitar endothelium pembuluh darah. Sebagai tambahan,
trauma pada sel-sel endotel menyebabkan kerusakan trombosit, yang mengakibatkan
pelepasan fosfolipid oleh trombosit. Kontak dengan serabut kolagen (atau dengan sisi
kaca tabung pengumpul darah) mengaktifkan faktor pembekuan XII, yang memulai
urutan reaksi yang akhirnya mengaktifkan faktor pembekuan X. Fosfolipid trombosit
dan Ca2 juga dapat berpartisipasi dalam aktivasi faktor X. Sekali faktor X diaktifkan,
itu menggabungkan dengan faktor V untuk membentuk enzim prothrombinase aktif
(seperti yang terjadi di jalur ekstrinsik), menyelesaikan jalur intrinsik.
c. Jalur Umum
Pembentukan prothrombinase menandai awal dari jalur umum. Pada tahap kedua
pembekuan darah, prothrombinase dan Ca2 mengkatalisis konversi prothrombin
menjadi trombin. Pada tahap ketiga, trombin, di hadapan Ca2, mengubah fibrinogen,

26
yang larut, menjadi benang fibrin longgar, yang tidak larut. Trombin juga mengaktifkan
faktor XIII (faktor penstabil fibrin), yang memperkuat dan menstabilkan benang fibrin
menjadi gumpalan kokoh. Plasma mengandung beberapa faktor XIII, yang juga
dilepaskan oleh trombosit yang terperangkap dalam bekuan darah.
Thrombin memiliki dua efek umpan balik positif. Pada loop umpan balik positif
pertama, yang melibatkan faktor V, ia mempercepat pembentukan prothrombinase.
Prothrombinase pada gilirannya mempercepat produksi lebih banyak trombin, dan
seterusnya. Pada loop umpan balik positif kedua, trombin mengaktifkan trombosit, yang
memperkuat agregasi dan pelepasan fosfolipid trombosit.

d. Retraksi Bekuan
Setelah terbentuk gumpalan, gumpalan ini menyumbat daerah pembuluh darah yang
pecah dan dengan demikian menghentikan kehilangan darah. Retraksi bekuan adalah
konsolidasi atau pengetatan bekuan fibrin. Benang fibrin yang melekat pada permukaan
yang rusak dari pembuluh darah secara bertahap berkontraksi sebagai trombosit
menariknya. Ketika gumpalan memendek, ia menarik tepi pembuluh yang rusak lebih
dekat, mengurangi risiko kerusakan lebih lanjut. Selama retraksi, beberapa serum dapat
lolos antara benang fibrin, tetapi unsur-unsur yang terbentuk dalam darah tidak bisa.
Retraksi normal tergantung pada jumlah trombosit dalam jumlah yang cukup, yang
melepaskan faktor XIII dan faktor lainnya, dengan demikian memperkuat dan
menstabilkan bekuan darah. Perbaikan permanen pembuluh darah dapat terjadi. Pada
waktunya, fibroblas membentuk jaringan ikat di area yang pecah, dan sel-sel endotel
baru memperbaiki lapisan pembuluh darah.
e. Peran Vitamin K dalam Pembekuan
Pembekuan normal tergantung pada tingkat vitamin K yang cukup dalam tubuh.
Meskipun vitamin K tidak terlibat dalam pembentukan gumpalan yang sebenarnya,
diperlukan untuk sintesis empat faktor pembekuan. Biasanya dihasilkan oleh bakteri
yang menghuni usus besar, Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak yang
dapat diserap melalui lapisan usus dan masuk ke dalam darah jika penyerapan lipid

27
adalah normal. Orang yang menderita gangguan yang memperlambat penyerapan lipid
(misalnya, pelepasan empedu ke dalam yang tidak memadai usus kecil) sering
mengalami perdarahan yang tidak terkontrol sebagai konsekuensi dari defisiensi
vitamin K.
f. Mekanisme Kontrol Hemostatik
Banyak sekali sehari gumpalan kecil mulai terbentuk, sering di tempat kekasaran
kecil atau pada plak aterosklerotik berkembang di dalam pembuluh darah. Karena
pembekuan darah melibatkan amplifikasi dan siklus umpan balik positif, gumpalan
memiliki kecenderungan untuk memperbesar, menciptakan potensi penurunan aliran
darah melalui pembuluh yang tidak rusak. Sistem fibrinolitik (fı¯-bri-no ¯-LIT-ik)
melarutkan gumpalan kecil yang tidak tepat; itu juga melarutkan gumpalan di lokasi
kerusakan setelah kerusakan diperbaiki. Disolusi dari gumpalan disebut fibrinolisis (f ı
¯-bri-NOL-i-sis). Ketika bekuan terbentuk, enzim plasma yang tidak aktif disebut
plasminogen dimasukkan ke dalam bekuan. Kedua jaringan tubuh dan darah
mengandung zat yang dapat mengaktifkan plasminogen menjadi plasmin (fibrinolisin),
enzim plasma aktif. Di antara zat-zat ini adalah trombin, diaktifkan faktor XII, dan
aktivator jaringan plasminogen (t-PA), yang disintesis dalam sel-sel endotel sebagian
besar jaringan dan dibebaskan ke dalam darah. Setelah plasmin terbentuk, ia dapat
melarutkan bekuan dengan mencerna benang fibrin dan menginaktivasi substansi
seperti fibrinogen, prothrombin, dan faktor V dan XII.
Meskipun trombin memiliki efek umpan balik positif pada pembekuan darah,
pembentukan bekuan biasanya tetap terlokalisasi di lokasi kerusakan. Sebuah bekuan
tidak meluas melebihi situs luka ke dalam sirkulasi umum, sebagian karena fibrin
menyerap trombin ke dalam bekuan. Alasan lain untuk pembentukan bekuan lokal
adalah karena penyebaran beberapa faktor pembekuan oleh darah, konsentrasinya tidak
cukup tinggi untuk menyebabkan pembekuan yang meluas.
Beberapa mekanisme lain juga mengontrol pembekuan darah. Misalnya, sel-sel
endotel dan sel-sel darah putih menghasilkan prostaglandin yang disebut prostasiklin

28
yang menentang tindakan-tindakan thromboxane A2. Prostacyclin sangat kuat
inhibitor adhesi platelet dan pelepasan.
Selain itu, zat yang menunda, menekan, atau mencegah pembekuan darah, yang
disebut antikoagulan, hadir dalam darah. Ini termasuk antitrombin, yang memblokir
aksi beberapa faktor, termasuk XII, X, dan II (prothrombin). Heparin, antikoagulan
yang diproduksi oleh sel mast dan basofil, bergabung dengan antitrombin dan
meningkatkan efektivitasnya dalam memblokir trombin. Antikoagulan lain, protein
aktif C (APC), menonaktifkan dua faktor pembekuan utama yang tidak terhalang oleh
antitrombin dan meningkatkan aktivitas aktivator plasminogen. Bayi yang kurang
mampu memproduksi APC karena mutasi genetik biasanya mati karena pembekuan
darah pada masa bayi. gumpalan juga dapat terbentuk ketika aliran darah terlalu lambat
(stasis), memungkinkan faktor pembekuan untuk berakumulasi secara lokal dalam
konsentrasi yang cukup tinggi untuk memulai koagulasi. Pembekuan dalam pembuluh
darah tak terputus (biasanya vena) disebut trombosis. Bekuan itu sendiri, disebut
trombus, dapat larut secara spontan. Jika tetap utuh, bagaimanapun, trombus mungkin
menjadi copot dan hanyut dalam darah. Bekuan darah, gelembung udara, lemak dari
tulang yang patah, atau sepotong puing yang diangkut oleh aliran darah disebut
embolus. Embolus yang memecah diri dari dinding arteri dapat menempel di hilir arteri
berdiameter lebih kecil dan menyumbat aliran darah ke organ vital. Ketika embolus
masuk ke paru-paru, kondisi ini disebut emboli paru.

29
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

30
Berdasarkan pembahasan dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Menurut Wiwi Isnaeni (2006), fungsi sirkulasi adalah 1) Menjamin/memastikan
terpenuhinya kebutuhan tubuh akan sari makanan dan oksigen, serta pembuangan
zat sisa metabolisme dari tubuh dengan segera; 2) Berperan penting dalam
penyebaran panas tubuh; 3) Menyebarkan tekanan/kekuatan.
2. Sirkulasi terbuka yaitu darah yang diedarkan langsung menuju jaringan tubuh tanpa
melalui pembuluh darah. Alat peredarannya dapat berupa pembuluh jantung. Pada
sistem pembuluh pada sirkulasi terbuka tidak dilengkapai dengan pembuluh darah
perifer (kapiler) , sehingga pada tingkat jaringan , darah akan keluar dari pembuluh,
kemudian akan mengalir bebas diantara sel jaringan, selanjutnya darah/cairan tubuh
tersaring dan secara perlahan-lahan kembali ke jantung melalui ostia. Pada sirkulasi
terbuka bekerja dengan tekanan rendah, sehingga pada setiap kontraksi jantung,
volume darah dapat dikeluarkan dari jantung ke rongga tubuh hanya sedikit pada
peredaran ini juga darah akan mengalir secara lambat karna tekanan dari jantung
yang mendorong darah rendah. Contohnya pada Moluska dan Arthopoda.
Sedangkan sirkulasi tertutup merupakan sistem peredaran darah yang memiliki
tekanan darah yang kuat yang berasal dari dari hasil kerja jantung. Dimana jantung
bergerak dengan memompa darah terus menerus sehingga tekanan darah dalam
pembuluh dapat dipertahankan tetap tinggi. Sehingga darah yang keluar dari
pembuluh langsung kesetiap sel tubuh. Contohnya pada organisme yang memiliki
tingkat metabolisme yang tinggi dan organisme berukuran besar.
3. Pada semua hewan multisel, cairan tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu cairan
intrasel dan cairan ekstrasel. Kira-kira 70% dari seluruh bagian tubuh hewan berupa
air, sekitar 45%di antaranya terdapat di dalam sel (intrasel), dan 25% sisanya
terdapat di luar sel (ekstrasel). Ada empat cairan eksternal, yaitu cairan jaringan
(cairan eksternal), limfe, darah dan homolimfe.
4. Komposisi darah terdiri dari Erytrosit (sel darah merah), Leukosit (sel darah putih),
Trombosit (keeping darah) dan Plasma darah.

31
B. Saran
1. Bagi pembaca, makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga pembaca diharapkan
menambah referensi dari buku-buku yang relevan terkait fungsi sirkulasi hewan.
2. Bagi mahasiswa, penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat dijadikan referensi
dalam mempelajari materi tentang fungsi sirkulasi hewan.
3. Bagi Dosen, semoga dapat memberikan masukan mengenai materi yang dibahas pada
makalah ini, sehingga penulis dapat memperbaikinya dikemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, Mukayat D. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : PT. Kanisius.

32
Neil A. Campbell & Jane B. Reece. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta: Erlangga

Pack, Philip E. 2001. Anatomy and Physiology. New York: Hungry Mind. Inc.

Rusyana, Adun. 2014. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktek). Bandung: Alfabeta.

Tortora, Gerard J. 2009. Principles of Anatomy and Physiology. United States of Amerika: John
Miley & Sons, Inc.

33

Anda mungkin juga menyukai