pengaruh kegiatan manusia akan mengalami gangguan atau kerusakan yang parah.Hancurnya
komunitas tumbuhan ini akan menimbulkan situasi permukaan tanah,yang tadinya rimbun
tertutup lapisan vegetasi atau komunitas tumbuhan.Keadaan ini merupakan habitat baru yang
bisa digunakan untuk tempat hidup tumbuhan liar,baik cepat maupun lambat.pertama kali
tumbuh adalah tumbuhan pelopor atau pionir yaitu tumbuhan yang berkemampuan tinggi
untuk hidup pada lingkungan yang terbatas atau mempunyai beberapa faktor pembatas,seperti
kesuburan tanah yang rendah sekali ,kurang atau ketiadaan air dalam tanah,intensitas cahaya
yang terlalu berlebihan atau tinggi.
Kehadiran kelompok pionir ini mampu menciptakan kondisi lingkungan tertentu dan
memberikan kemungkinan untuk tumbuhan yang lain hidup,proses ini akan berkembang
dengan berjalannya waktu,dan akan menciptakan komunitas tumbuhan yang semakin lama
semakin padat dan kompleks,mengarah pada pematangan bentuk komunitas
tumbuhannya.Seluruh proses pematangan bentuk dan komunitas disebut suksesi.
Menurut Tansley ( 1920 ) suksesi adalah perubahan yang perlahan – lahan dari
komunitas tumbuhan dalam suatu daerah tertentu dinama terjadi pengalihan atau pergantian
dari suatu jenis tumbuhan oleh tumbuhan lain ( tingkat populasi ).
Menuruut Clemets ( 1916 ) terdapat 6 unsur yang akan terjadi sehubungan dengan
proses suksesi yaitu :
Menurut Gams ( 1918) suksesi dapat terjadi secara alami,tetapi juga bisa timbul
karena perbuatan manusia.Gams mengkategorikan suksesi kedalam tiga keadaan yaitu :
1. Suksesi dengan urutan normal. yang berasal dari adanya pengaruh terhadap vegetasi yang
terus menerus dan cepat. Misalnya vegetasi rumput yang selalu terinjak-injak ternak, di
mamah biak, dijadikan tempat beristirahat ternak, atau tempat berguling-guling ternak.
Kondisi vegetasi akan mengalami Fasa perubahan selama ternak tetap berada di tempat
itu.
2. Suksesi dengan urutan berirama, yang berasal dari gangguan berulang-ulang, mungkin
siklis tetapi mempunyai interval waktu antara satu gangguan dengan gangguan
berikutnya. Misalnya terjadi pada perubahan vegetasi karena adanya proses rotasi dalam
pemanfaatan lahan pertanian.
3. Suksesi dengan urutan katastrofik, yang menjadi secara hebat dan tiba-tiba, tidak
berirama, seperti meletusnya gunung berapi, gempa bumi, kebakaran, penebangan,
pengeringan habitat akuatika, yang kesemuanya ini bisa menimbulkan dampak
katastrofik pada komunitas tumbuhan, yang kemudian cepat atau lambat akan diikuti
oleh suatu proses suksesi tumbuhan.
Berdasarkan kondisi habitat pada awal proses suksesi,dibagi menjadi 2 macam yaitu :
1. Suksesi primer
Studi yang berkaitan dengan suksesi primer pertama kali dilakukan di indoneisa yaitu
di kepulauan kerakatau
2. Suksesi sekunder
Proses suksesi sekunder relatif sama dengan yang terjadi pada suksesi primer.
Perbedaannya terletak pada keadaan kerusakan dan kondisi awal dari habitatnya.
Terjadinya gangguan menyebabkan komunitas alami tersebut rusak baik secara alami
maupun buatan, dimana gangguan tersebut tidak merusak total komunitas dan tempat
hidup organisme sehingga substrat lama (substrat tanah sudah terben-tuk
sebelumnya), masih ada komunitas awal yang tersisa. Maka pada substrat terse-but
terjadi perkembangan komunitas yang selanjutnya disebut suksesi sekunder. Proses
kerusakan komunitas disebut denudasi, yang dapat disebabkan oleh api, pengolahan,
angin kencang, banjir, gelombang laut, penebangan hutan, dan kegi-atan-kegiatan
biotis lainnya menyebabkan vegetasi asal musnah. Proses suksesi se-kunder ini
membutuhkan waktu sampai puluhan tahun.
Pada suksesi sekunder benih ataupun biji-biji bukan berasal dari luar tetapi
dari dalam habitat itu sendiri. Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh kebakaran,
banjir, angin kencang dan gelombang laut (tsunami) secara alami dan penebangan
hutan secara selektif, pembakaran padang rumput secara sengaja dan kegiatan biotis
menyebabkan vegetasi asal musnah.contoh suksesi sekunder adalah kebakaran
Beberapa pemasalahan konsep suksesi
a. Stabilitas
konsep klimaks lama menyatakan secara tidak langsung suatu keadaan
keseimbangan dengan lingkungan,terutama yang dianggap penting adalah faktor
iklim.pendekatan ini adalah lemah, karena iklim seperrti diketahui adalah teratur
dan berfluktuasi,terutama di daerah temperate.
b. Kemantapan
Kemantapan adalah pusat perhatian pola berfikir konsep lama dalam fase
klimaks.sangat sedikit komunitas yang benar – benar terlihat mantap baik struktur
maupun komposisi jenisnya.
c. Suksesi dan keteraturan.
Sejalan dengan perkembangan dari ekologi Umumnya makadalam kajian suksesi ini pun
mengalami perkembangan, dan dapat dibagi dua periode pendekatan, yaitu pendekatan secara
lama atau tradisional disatu pihak dan pendekatan yang ditujukan untuk melengkapi atau
mengoreksi pendekatan lama berdasarkan konsep-konsep ekosistem yang mendasari di pihak
lain (Syafei, 1990).
Teori suksesi pola pendekatan lama didasari oleh pada beberapa pemikiran , yaitu:
1. Suksesi adalah suatu proses perkebangan komunitas yang teratur dan meliputi
perubahan komposisi jenis dan fungsi ekosistem melalui waktu tertentu. Suksesi
merupakan proses yang progressif dan dapat diperkirakan (predictable).
2. Fase awal dari suksesi (sere awal) struktur komunitas sederhana dan dikuasai oleh
tumbuhan berumur pendek. Sere berikutnya menjadi lebih progresif, lebih kompleks
dan dikuasai oleh tumbuhan yang berumur panjang.
3. Suksesi berkulmisasi dalam komunitas klimaks, yang paling besar paling efisien dan
komunitas paling kompleks dari habitat yang mendukungnya. Komunitas klimaks
adalah stabil dan mandiri.
4. Suksesi dari habitat yang berbeda dapat mengarah kepada komunitas klimaks yang
sama. Pemikiran ini disebut “kesamaan akhir” atau Equifinalty. Jadi baik hidroseres
maupun xeroseres kan berkembang menjadi komunitas klimaks berupa hutan.
5. Faktor penting yang berpengaruh terhadap bentuk komunitas klimaks adalah iklim.
Cowles dan Clements berpendapat bahwa untuk setiap daerah iklim akan mempunyai
suatu bentuk komunitas klimaks. Pendapat ini disebut teori monoklimaks. Varis
lokal dari komunitas klimaks akan ditentukan oleh tanah, drainage sebagai fenomena
temporal, dan apabila diberi waktu yang cukup akan berkembang mengarah ke
bentuk klimaks regionalnya.
Teori suksesi tradisional atau lama ini sangat kaku, lebih ditekankan pada pola berfikir
deduktif dan pembuktian yang bersifat relatif. Sangat sedikit kasus telah dikaji secara rinci
karena perubahan meliputi waktu yang panjang (beberapa decade) dan sulit mengelola
penelitian lapangan untuk waktu yang lama ini.
Akhir-akhir ini timbul suatu pemikiran bahwa dalam kajian suksei harus diperhitungkan, pula
segala aspek dari ekosistem untuk menggambarkan perubahan struktur dan fungsi ekositem
salam suksesi ini.
Selama suksesi mencapai klimaks pola aliran energi dalam ekosistem berubah secara
mendasar. Perubahan ini direfleksikan dalam beberapa standing crop dalam sistem.
a. Selama fase seral awal masukan energi ke ekosistem lebih besar dari yang hilang.
Komunitas tumbuhan dan hewan berkembang, mengakumulasi energy dalam benntuk
biomasa. Beberapa standing crop atau tegakan yang ada meningkat selama suksesi.
b. Ketika komunitas klimaks dikembangkan maka steady state tercapai. Dalam keadaan ini
masukan energy ke ekosistem sama dengan energy yang hilang. Hasilnya perubahan
tegakan hutan adalah kecil. Aliran energy melalui system pada fase klimaks dan
maksimum.
c. Bila ekosistem terganggu oleh factor luar, misalnya kebakaran, energy yang hilang
mungkin lebih besar dari masukan energy. Dalam hal ini besaran tegakan hutan dalam
sistem menurun.
d. Akumulasi energi sebagai biomasa selama suksei paling besar dalam ekosistem dataran,
tumbuh-tumbuhan terbesar membentuk komunitas klimaks. Tegakan berada dalam
maksimum meskipun ada sedikit fluktuasi.
B. Produktivitas
a) Dalam fase seral awal tumbuhan dominan berkecenderungan untuk menjadi kecil
dan berumur pendek. Bentuk tumbuhan ini, meliputi tumbuhan setahun,
produktivitas bersihnya tinggi. Tumbuhan yang kecil memerlukan energi yang
relatif sedikit untuk pengelolaannya.
b) Dalam fase seral akhir tumbuhan dominan berkecenderungan besar dan berumur
panjang, seperti pohon. Ketika tumbuhan sempurna memerlukan bagian yang
besar dari produktivitas kotornya untuk respirasi dalam pengelolaan tumbuhan.
Organisme muda berada dalam laju pertumbuhan yang maksimum dan
karakteristik oleh penurunan produktivitas bersih ketika dewasa. Akibatnya
tumbuhan besar dan berumur panjang mempunyai periode kehidupan dalam
keadaan relative produktif. Hal ini terefleksikan dalam pola produktivitas dari
ekosistem secara keseluruhan.
C. Efisiensi ekologi
Teori suksesi lama menyatakan bahwa proses suksesi membawa suatu komunitas
mencapai konservasi energi yang maksimum. Energi merupakan sumber pembatas
yang ekstrim bagi ekosistem , sehingga sangat logis apabila orang menduga bahwa
kematangan akan tercapai pada saat ketersediaan energi berada dalam keadaan terbaik
untuk dimanfaatkan. Padahal pemikiran ini bertentangan dengan apa yang diketahui
tentang pola aliran energi produktivitas.
Telah dinyatakan bahwa dalam suksesi primer produktivitas kotor mulai dengan
nol dan kemudia meningkat. Tetapi peningkatan terbatas apabila produktivitas bersih
menurun sampai mencapai klimaks. Efisiensi konversi energi menurun dalam fase seral
akhir.
Penurunan efisiensi ekologi dari suatu ekosistem yang matang adalah fungsi pola
produktivitas dari tumbuhan besar yang hidup dalam komunitas klimaks. Tumbuhan
mempunyai adaptasi yang tinggi untuk dapat tumbuh dengan cepat ketika muda dan
peka, apabila telah besar dan mandiri maka rendahnya produktivitas bersih tidak
menjadi masalah lagi.
D. Struktur Trofik
Fase seral awal mempunyai rantai makanan yang pendek dan linier. Kerusakan
dapat terjadi dengan mudah apabila salah satu mata rantai hilang maka tidak ada
alternatif pengalir lain lagi bagi energi. Begitu pelapis dari ekosistem terbentuk dan
diversitas jenis meningkat mata struktur trofik menjadi lebih kompleks dan terbentuk
jaringan makanan.
Struktur trofik yang lebih komplek menghasilkan ekosistem yang stabil. Berbagai
kemungkinan aliran energi tidak lagi menjadi masalah apabila salah satu dari mata
rantai rusak atau terganggu. Rantai makanan detritus memegang peranan penting pada
ekosistem matang ini.
Meningkatnya biomasa pada fase seral akhir berarti tingginya jumlah nutrisi yang
disimpan dalam sistem. Laju siklus nutrisi berumur panjang. Jumlah nutrisi yang
diperlukan pada fase seral akhir ini besar. Tumbuhan besar dari komunitas klimaks
memiliki akar yang luar biasa yang sangat efektif dalam menyerap nutrisi. Peranan
detritus dalam regenerasi nutrisi adalah penting. Karakteristika ini berarti bahwa
sistem matang mempunyai kemampuan untuk menahan nutrisi dalam waktu yang
lama. Fase organic dari nutrisi yang dikeluarkan dari perbatasan ekosistem siklus
nutrisi menjadi lebih tertutup dan sempurna, hal ini relative efisien dan keseimbangan
akan terbentuk.
1.Stratifikasi
Sere awal biasanya terdiri dari kelompok-kelompok tumbuhan pendek yang tidak
merata peyebarannya dan dengan pelapisan yang sederhana. Suksesi berjalan terus,
tumbuhan yang lebih tinggi membentuk lapisan tambahan dan terjadi peneduhan.
Koloni tumbuhan pertama menyinggkir keteduhan dan digantikan oleh jenis
tumbuhan lainnya yang bias hidup dibawah naungan perdu dan pohon, suatu formasi
hutan klimaks akhirnya terbentuk dengan stratifikasinya yang kompleks. Untuk hutan
tropika misalnya akan dikenal pelapisan dari kanopi pohon. Lapisan perdu, lapisan
herba dan lapisan dasar yang terdiri dari lumut.
Pengecualian-pengecualian untuk terbentuknya stratifikasi yang kompleks ini
memang bias juga terjadi misalnya pada hutan dengan lapisan kanopi yang rapat dan
mengakibatkan energi cahaya tidak dapat meneunjang vegetasi dilantai
dasar.Fenomena ini dapat diteukan pada hutan alami yang padat atau rapat
kanopinya, baik di tropika maupun di temperate. Meningkatnya kekomplekkan
struktur vertical dari ekosistem diikuti oleh agregasi special dari fungsi diantara
lapisan. Contohnya yang baik adalah hutan, fotosintesis terjadi di lapisan kanopi
pohon, penguraian berada dilapisan dasar atau permukaan tanah, dan batang-batang
pohon pengangkut kembali nutrisi ke kanopi.
2. Keanekaragaman jenis
Peningkatan yang cepat dari jumlah jenis merupakan gambaran awal dari fase
suksesi, banyak tumbuhan berkoloni. Gambaran awal dari suksesi, peningkatan
diversitas jenis cepat dan fase berikutnya peningkatan berjalan lambat. Jumlah jenis
yang berbeda dalam ekosistem mungkin jadi meningkat terus sampai terbentunya
komunitas klimak, tetapi banyak pula terjadi penurunan keanekaragaman sampai
akhir dari suksesi.
Tumbuhan yang dominan pada seral akhir besar-besar dan lebih kompleks
sejarah pertumbuhannya daripada tumbuhan pada seral awal. Dengan demikian hasil
kompetisi tidak banyak terbentuk ragam dari jenis. Pada suksesi dengan hasil akhir
hanya terdiri dengan beberapa jenis dominan, seral intermedier mengandung jumlah
yang maksimum. Keanekaragaman jenis dapat meningkat terus sampai komunitas
klimaks. Apabila struktur dan energi yang tersedia mendukungnya. Contoh yang
baik adalah di tropika, hutan hujan tropika mempunyai struktur yang kompleks dan
didominasi berbagai jenis tumbuhan serta disuplai oleh sejumlah energi yang
melimpah berbagai jenis habitat tercipta dan terpakai sampai terbentuk klimaks.
Konsep klimaks dalam teori tradisional menyatakan bahwa ekologi mengarah kepada
suatu komunitas akhir yang stabil yaitu klimaks. Fase klimaks ini mempunyai sifat-sifat
tertentu dan yang terpenting adalah (Syafei, 1990):
a) Fase klimaks merupakan sistem yang stabil dalam keseimbangan antara lingkungan
biologi dengan lingkungan non-biologinya.
b) Komposisi jenis pada fase klimask relative tetap atau tidak berubah
c) Pada fase klimaks tidak ada akumulasi tahunan berlebih darimateri organik
sehingga tidak ada perubahan yang berarti.
2. Teori pliklimaks
beberapa pakar ekologi berpendapat bahwa teori monoklimaks terlalu kaku. Tidak
memberikan kemungkinan untuk menerangkan variasi lokal dalam suatu komunitas
tumbuhan. Dalam tahun 1939 tansley, seorang pakar botani dari inggris mengusulkan
suatu alternatif yaitu teori poliklimaks dengan teori ini memungkinkan mendapatkan
mosaik dari bentuk klimaks dari setiap daerah iklim. Dia menyadari bahwa komunitas
klimaks erat hubungannya dengan berbagai factor yang mempengaruhinya yaitu
meliputi: tanah, drainase dan berbagai factor-faktor lainya.
3. Teori Potensi Biotik atau Pola Klimaks Hipotesis Dalam tiga decade terakhir para
pakar menyadari bahwa komunitas klimaks tidak ditentukan oleh hanya satu atau
lebih faktor lingkungan yang berinteraksi terhadapnya, seperti iklim tanah; topografi;
dan sebagainya. Dengan demikian sekian banyak bentuk klimaks akan terjadi sebagai
akibat kombinasi dari kondisi-kondisi tadi. Perhatikan konsep faktor holosinotik atau
holismal. Pemikiran ini pertama-tama diformulasikan oleh R.H. Whittaker pada tahun
1950-an. Ia menekankan bahwa komunitas alami teradaptasi terhadap seluruh pola
dari faktor lingkungan, dan komunitas klimaks itu akan bervariasi secara teratur
meliputi suatu region dan merefleksikan perubahan faktor-faktor (suhu, tanah, bentuk
lahan, dansebagainya), secara gradual. Klimaks dari setiap daerah merefleksikan
potensi perkembangan ekosistem di lokasi itu. Pemikiran ini dikenal sebagai pola
klimaks hipotesis atau teori potensial biotik.