16 Juni 2015
Sel Denritik
ATP Eosinofil
Schulman ES, Glaum MC, Post T, et al. ATP modulates anti-IgE-induced release of
histamine from human lung mast cells. Am J Respir Cell Mol Biol 1999; 20:530–537
Adenosin 5’ Trifosfat (ATP)
Neurogenik
Vagal
ATP Bronkhokonstriksi
Ekstrasel &
Neuropeptida Inflamasi
Lee DK, Gray RD, Lipworth BJ. Adenosine monophosphate bronchial provocation and
the actions of asthma therapy. Clin Exp Allergy 2003; 33:287–294
ATP, AMP & Adenosin
Pada penelitian sebelumnya, ATP dalam
bentuk aerosol (bukan AMP/adenosin) juga
menyebabkan bronkhokostriksi pada subjek
yang sehat
Sebagai tambahan, ATP (bukan adenosin)
mengaktifasi vagal C fibers, juga secara
bersamaan mengaktifasi reseptor – reseptot
yang mampu beradaptasi dengan cepat atau
A-Λ Fibers pada jalan napas, sebuah proses
yang dimediasi oleh reseptor P2X yang
berbeda dari P1 reseptor adenosin
Pelleg A, Hurt CM. Mechanism of action of ATP on canine pulmonary vagal C fibre nerve
terminals. J Physiol 1996; 490:265–275
Hipotesis
Sepertinya terlihat bahwa mekanisme aksi
ATP adalah “adenosin independen”, produk
dari degradasi enzimatiknya
Hingga saat ini (saat penelitian ini dilakukan,
2005), perbandingan tes provokasi antara
ATP dan AMP pada pasien – pasien dengan
asma belum pernah dilakukan
Hipotesis yang dibuat, pengaruh ATP inhalasi
akan berbeda dengan AMP inhalasi
Pengaruh dosis ekuimolar aerosol ATP dan
AMP pada kaliber jalan napas, persepsi sesak
napas dan gejala – gejala lain diukur pada
subjek yang tidak merokok dan pasien asma
MATERIAL & METODE
Pasien
Disain Studi
Disain pada penelitian ini adalah prospektif,
random dan double blind.
Setiap subjek datang ke laboratorium dengan
3 tujuan :
1. Screening visit, prosedur yang dilakukan
termasuk; catatan medik, penilaian fungsi
paru, reversibilitas dan tes skin-prick
terhadap aeroalergen
2. Kunjungan ke – 2 & 3 dengan jarak 2 sampai
7 hari, pasien diberikan provokasi dengan
ATP atau AMP
Disain Studi
Sebelum, segera setelah dan 30 menit setelah
provokasi, dilakukan tes spirometri
Skor Borg untuk sesak napas ditentukan dan
gejala selain sesak napas dicatat
Tes Skin-Prick
Standar sensitifitas kulit diukur terhadap 4
aeroalergen yang biasa didapat (debu rumah,
serbuk rerumputan, rambut kucing dan
Aspergillus fumingatus dengan kontrol positif
dan negatif)
Fungsi Paru
Tes spirometrik dan reversibilitas digunakan
dengan menggunakan spirometer
Skor Borg
Digunakan skala Borg yang telah
dimodifikasi, memberikan gambaran sesak
yang dirasakan dengan angka 0 hingga 10
Semua subjek (yang memberikan respons
maupun tidak pada ATP/AMP) diminta untuk
memilih angka yang paling sesuai
menggambarkan sesak yang dirasakan
Perubahan pada sesak yang dirasakan juga
digambarkan sebagai Λ Borg, yang
merupakan perbedaan skor Borg sebelum
dan sesudah provokasi
Tes Provokasi Inhalasi
ATP dan AMP yang baru dilarutkan dalam
larutan saline untuk mengahasilkan jarak dari
konsentrasi yang digandakan antara
• 0.227 - 929 µmol/mL (0.125 - 512mg/mL)
untuk ATP
• 0.138 - 1152 µmol/mL (0.048 – 400mg/mL)
untuk AMP
Diberikan dengan menggunakan breath-
activated dosimeter dengan output sebesar 10
µL per inhalasi
Chai H, Farr RS, Froehlich LA, et al. Standardization of bronchial inhalation challenge
procedures. J Allergy Clin Immunol 1975; 56:323–327
Tes Provokasi Inhalasi
Dengan menggunakan penjepit hidung,
subjek menghirup sebanyak 5X larutan saline,
yang kemudian diikuti dengan konsentrasi
penggadaan berurutan dari ATM maupun
AMP
VEP1 diukur 2 menit setelah inhalasi yang ke
– 5 hingga terjadi penurunan VEP1 hingga >
20% yang dicatat setelah inhalasi larutan
saline (nilai dasar) atau hingga dicapai
konsentrasi maksimal baik ATP maupun AMP
setelah inhalasi
Tes Provokasi Inhalasi
Dosis provokatif menyebabkan penurunan
nilai VEP1 hingga 20% (PD20) yang dihitung
dengan menggunakan interpolasi dari kurva
respons dosis logaritmik
Analisis Statistik
Berbagai perbedaan yang signifikan di antara
kelompok – kelompok dinilai dengan
menggunakan student t test
Analisis variabel kategori diuji dengan
menggunakan tes X²
Pearson correlation coefficient dan analisis
regresi linear digunakan untuk menganalisis
hubungan antara perubahan presentasi VEP1
dan skor Borg
Analisis Statistik
Nilai PD20 untuk ATP dan AMP secara
logaritma diubah untuk menormalisasi
distribusi dan dipresentasikan sebagai rerata
geometrik
Semua variabel numerik yang lain
diekspresikan sebagai rerata+ SEM dan nilai
yang signifikan ditetapkan sebagai p<0.05
HASIL
Responsifitas Jalan Napas
terhadap AMP dan ATP
Tidak satu pun dari subjek yang tidak
merokok memberikan respons terhadap ATP
atau AMP
Semua pasien asma (100%) memberikan
respons terhadap ATP
Sebayak 90% pasien memberikan respons
terhadap AMP (menunjukkan >20%
penurunan nilai VEP1 lebih dari konsentrasi
maksimal yang diberikan)
Responsifitas Jalan Napas
terhadap AMP dan ATP
Rerata geometrik PD20 ATP sebesar 48.7
µmol/mL (26.9 mg/mL) dan PD20 AMP
sebesar 113.5 µmol/mL (39.6 mg/mL) pada
subjek yang memberikan respons (p<0.05)
Bronkhokonstriksi yang diprovokasi oleh ATP,
digambarkan sebagai presentasi dari nilai
dasar VEP1 (Λ VEP1), memiliki nilai lebih
besar dibandingkan yang disebabkan oleh
provokasi AMP pada kedua kelompok
Responsifitas Jalan Napas
terhadap AMP dan ATP
Namun demikian, perbedaan tersebut
terlihat signifikan hanya pada pasien – pasien
dengan asma (Λ VEP1 ATP = 29% vs Λ VEP1
AMP = 22%, p<0.05)
Pengaruh dari Provokasi ATP
& AMP pada Keluhan Sesak
Persepsi sesak, yang dinilai dengan
menggunakan skor Borg, meningkat secara
signifikan setelah provokasi ATP (mulai 0.1
sampai 3.3 p<0.01) dan AMP (mulai 0.2
sampai 2.5 p<0.01) pada pasien – pasien
dengan asma
Λ Borg (perbedaan antara skor Borg sebelum
dan sesudah tes provokasi) setelah provokasi
ATP memiliki nilai yang lebih besar dibanding
kan setelah AMP pada pasien – pasien asma
Pengaruh dari Provokasi ATP
& AMP pada Keluhan Sesak
(Λ Borg ATP = 3.2 vs Λ Borg AMP = 2.3,
p<0.05) bahkan saat pasien yang tidak
memiliki rsepons terhadap AMP
dieksklusikan
Terdapat korelasi negatif antara PD20 dan
skor Borg segera setelah, baik provokasi ATP
(r = -0.85 p<0.01) atau AMP (r = -0.88 p ,0.001)
ketika semua subjek dipertimbangkan
bersama
Pengaruh dari Provokasi ATP
& AMP pada Keluhan Sesak
Sebaliknya, terdapat korelasi positif antara Λ
VEP1 dan skor Λ Borg setelah, baik provokasi
ATP (r = 0.82 p<0.0001) atau AMP (r = 0.77
p<0.0001)
Pengaruh dari Provokasi ATP
& AMP pada Keluhan Lain
Sebanyak 16 subjek (80%) mengeluh batuk
setelah provokasi ATP, sedangkan provokasi
AMP memicu batuk pada 8 subjek (40%)
[p<0.05]
Persentasi subjek yang mengeluhkan iritasi
tenggorokan lebih tinggi setelah provokasi
ATP dibanding AMP (masing – masing 70% vs
35%; p<0.05)
Pengaruh dari Provokasi ATP
& AMP pada Keluhan Lain
Subjek sehat yang mengeluhkan iritasi
tenggorokan lebih tinggi secara signifikan
setelah provokasi ATP dibanding AMP (80%
vs 20%, p<0.01)
ATP menginduksi batuk pada 70% subjek
yang sehat, sedangkan ahanya 20% dari
mereka mengeluh batuk setelah diprovokasi
dengan AMP
ATP dan AMP menyebabkan batuk pada
masing – masing 90% dan 60% pasien
dengan asma
DISKUSI
Data – data menunjukkan bahwa ATP
merupakan bronkhokonstriktor yang lebih
poten dan memiliki pengaruh yang lebih
besar pada keluhan sesak dan gejala lain
dibandingkan dengan AMP pada pasien –
pasien asma
Terlihat hubungan yang signifikan antara
perubahan akut pada ukuran jalan napas dan
skor Borg baik terhadap provokasi ATP
maupun AMP
Semua pasien asma yang saat penelitian ini
dilakukan tidak merokok, merespon ATP,
90% di antaranya responsif terhadap AMP
ATP 2.3 kali lipat lebih poten sebagai
bronkhokonstriktor dibandingkan AMP pada
pasien – pasien asma
Derajat dari pasien – pasien yang
memberikan respons terhadap ATM dan AMP
berbeda pada setiap individu dengan asma
Pada penelitian yang dilakukan sebelumnya,
menunjukkan ATP aerosol memicu
bronkhokonstriksi pada subjek yang sehat
dan pasien asma yang tidak merokok;