V1 - 200523 - Bahan Paparan NTP Untuk Sosialisasi Surat Edaran IK Dan TPT
V1 - 200523 - Bahan Paparan NTP Untuk Sosialisasi Surat Edaran IK Dan TPT
Surat Edaran
Investigasi Kontak (IK)
dan Terapi
Pencegahan TBC
(TPT)
Senin, 22 Mei 2023
1 Situasi Pemberian TPT di Indonesia
2 Alur Pemeriksaan ILTB dan TPT
Agend
a 3 Paduan TPT untuk kontak TBC RO pada Anak
2
Pedoman Kebijakan Pemberian TPT di
Indonesia
Juknis ILTB (2020) untuk RAN Kolaborasi TB-HIV Juknis Penatalaksanaan TBC
Pemberian TPT SO (2021) untuk Target TPT RO di Indonesia (2020)
ODHIV untuk TPT RO
TIDAK
TERINFEKSI TBC
TERINFEKSI TBC
60 – 70%
30 – 40 %
2. Persentase pasien TB-HIV yang mendapatkan ARV 33% 100% 100% 100% 100% 100%
selama pengobatan TBC
3. Persentase pemberian TPT pada ODHIV 12% 35% 40% 45% 50% 55%
4. Persentase ODHIV yang menyelesaikan TPT NA 60% 65% 70% 75% 80%
Capaian Pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis pada Anak <5 Tahun pada Tahun 2016 s.d. 2023 di Indonesia
JATIM
1.0%
1.0%
0.9%
SULTENG
MALUKU
1525
40042
4.104 Faktor
987
BABEL
PAPU
0.9%
0.9%
0.9%
NTB
KEPRI
8610
3697
Risiko Lain
BARA
A
T
0.9%
0.8%
JATIM 3813
2787
50225 menerima
0.7% BABEL
TPT
SUMSEL 4333
JAMBI 0.7% PAP
SULUT 0.5% UA 2550
KALTIM
0.4% SULBAR
BARA 1419
pada tahun 2022
SULBAR
JABAR LAMPUNGT
LAMPUNG 0.4% 8604
KALTENG SUMSEL
NTT 0.4% NTT 5597
(1.5%)
KALSEL JAMBI
GORONTALO 0.3% GORONTALO 1233
KALTIM
SUMBAR 5559
SUMBAR 0.3%
JABAR 5192
KALBAR 0.3%
KALTENG
KALBAR 7208
RIAU 0.3%
KALSEL
ACEH 0.2% RIAU 5526
SULUT
SUMUT 0.1% ACEH 14897
BENGKULU 0.0% SUMUT 2047
BENGKU
LU 10
Sumber: Data SITB per 13 Maret 2023
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
0%
5%
2022
Cakupan Pemberian TPT pada ODHIV Tahun
Sumber: Data SIHA per Februari 2023
Nasional 9%
Sumbar 36%
Lampung 33%
Kaltara 26%
Sultra 26%
Kalteng 21%
DKI Jakarta 20%
Sulteng 19%
17%
Kepri 16%
DIY 16%
Banten 13%
12%
Maluku 11%
Babel 11%
Jabar 10%
Aceh 9%
Jatim 8%
Kalsel 7%
Jambi 5%
Jateng 4%
Kalbar 4%
NTB 4%
Sulbar 4%
4%
Sumut 3%
Bali 3%
3%
NTT 2%
Sumsel 2%
Kaltim 1%
Sulsel 1%
Riau
Target 45%
0%
Sulut 0%
Malut 0%
Papua
Papbar
Bengkulu
Goront
alo
orang (9%)
sebanyak 47.288
jumlah ODHIV on ART
dengan denumerator
pada tahun 2022
ODHIV menerima TPT
kasus
Sebanyak
tahun 2022
pada ODHIV (on ART)
Capaian Pemberian TPT
4.485
11
Tantangan Pemberian TPT dan Rencana Tindak
Lanjut
• Tantangan Rencana Tindak Lanjut
Kurangnya Pengetahuan Masyarakat dan Nakes Strategi Komunikasi, Workshop, dan Pelatihan
• Pengetahuan orang tua/keluarga dan masyarakat kurang (untuk diberikan TPT • Peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga, komunitas mengenai TPT melalui
pada anak yang tidak sakit) pengembangan strategi komunikasi yang bekerja sama dengan Yayasan Project Hope
• Pemahaman nakes belum merata (Belum semua kab/kota terupdate dengan • Peningkatan kapasitas nakes mengenai TPT melalui Workshop dan Pelatihan yang rutin
juknis, belum berani memberikan TPT) dilakukan
• Keterbatasan logistik TPT dan TST karena belum dapat menentukan target • Inovasi alert system digital platform untuk info stockout logistik TPT
dan kebutuhan logistik dengan tepat. Akibatnya di beberapa wilayah ada • Penyediaan logistik dari pusat untuk 2023 karena anggaran tahun 2023 sudah
yang stoknya banyak dan lainnya stok habis. ditetapkan
• Daerah tidak melakukan update stok logistik TPT secara rutin • Memastikan mapping kebutuhan target yang ditetapkan Kemenkes dan
memastikan pencatatan dan pelaporan distribusi logistik di SITB
• TPT belum dapat diklaim ke BPJS (konsultasi medis). Namun, pembiayaan IK dan • Pembiayaan BPJS untuk klaim TPT TBC sudah dalam pembahasan, namun diskusi belum
TPT disediakan dalam DAK NF 2023.
berkembang kearah klaim karena belum ada rujukan peraturan terkait sehingga
diharapkan adanya peraturan pembiayaan terkait klaim tersebut.
Minimnya Dukungan Regulasi di tingkat Daerah
• TBC belum menjadi prioritas kebijakan dari setiap daerah.
12
1 Situasi Pemberian TPT di Indonesia
2 Alur Pemeriksaan ILTB dan TPT
Agend
a 3 Paduan TPT untuk kontak TBC RO pada Anak
13
Update Kebijakan
•ILTB
Saat ini, terdapat perubahan alur pemeriksaan ILTB dan pemberian TPT dari alur yang berada pada petunjuk teknis penanganan
ILTB tahun 2020. Perubahan ini mengakomodir agar tidak ada pasien TBC yang diberikan TPT sehingga penegakan diagnosis
TBC (TCM dan atau rontgen) untuk menyingkirkan ada tidaknya infeksi perlu ditegakan dengan tepat. serta manfaat
penambahan Etambutol pada TPT anak belum jelas dan dikaitkan dengan adanya peningkatan efek samping pengobatan.
• Perubahan alur ini akan tertuang pada Surat Edaran Nomor 2175 tentang Perubahan Pelaksanaan Investigasi Kontak dan Alur
Pemeriksaan Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB) serta Pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) di Indonesia.
• Perubahan alur yang dimaksud berkaitan dengan:
1. Alur akan dipecah permasing-masing 3 kelompok sasaran yaitu ODHIV, kontak serumah, dan kelompok risiko lain. Sebagai
catatan bahwa urutan sasaran yang terdapat pada SE ini, tidak mempengaruhi skala prioritas sasaran pemberian TPT
sesuai dengann poin 4 bahwa ketiga sasaran tersebut merupakan sasaran dalam pemberian TPT.
2. Pada ODHIV, penegakan diagnosis TBC melalui TCM dan atau rontgen toraks dan atau diagnosis dari tenaga klinisi.
diarahkan untuk diberikan TPT jika dikatakan sebagai bukan TBC dari penegakan diagnosis TBC atau tidak memiliki gejala
TBC.
3. Pada Kontak serumah, tidak bergejala TBC tidak dilakukan pemeriksaan TST/IGRA langsung, namun dilakukan
pemeriksaan rontgen toraks. Diarahkan untuk diberikan TPT jika pada anak usia <5 tahun tidak bergejala, ≥5 tahun tidak
memiliki gejala atau bergejala dengan hasil akhir diagnosis dikatakan sebagai bukan TBC dan dilanjutkan pemeriksaan
TST/IGRA positif.
4. Pada semua kelompok risiko lain, dilakukan pemeriksaan skrining gejala TBC dahulu sehingga tidak dilakukan
pemeriksaan
TST/IGRA secara langsung. Diarahkan untuk diberikan TPT jika TST/IGRA positif.
Update Alur Pemeriksaan ILTB dan Pemberiaan TPT pada
ODHIV
• ODHIV dilakukan skrining gejala TBC seperti batuk atau demam atau Penjelasan Alur Pemeriksaan
berkeringat di malam hari atau riwayat kontak dengan orang TBC aktif atau
mengalami penurunan berat badan. Jika tidak memiliki gejala TBC dan tidak ILTB dan Pemberiaan TPT pada
memiliki kontraindikasi TPT dapat diberikan TPT. ODHIV
• Pemeriksaan foto toraks dapat dilakukan jika tersedia di fasyankes tersebut
namun jika tidak tersedia atau sulitnya akses terhadap layanan pemeriksaan
foto toraks maka dapat menggunakan alur foto toraks tidak tersedia. Bagi faskes
yang memiliki layanan foto toraks dapat melakukan pemeriksaan TCM dan
foto toraks pada hari yang sama agar tidak ada kunjungan berulang untuk
pemeriksaan (ini berlaku juga untuk sasaran kontak serumah dan kelompok
risiko lain).
• Diagnosis dan tindak lanjut ditentukan oleh dokter berdasarkan pertimbangan
klinis pasien. Rekomendasi dokter dapat berupa pemantauan dengan
pemberian terapi non spesifik atau dikatakan sebagai TBC klinis jika terdapat
tanda/ gejala mengarah ke TBC untuk dapat diberikan OAT atau dikatakan
sebagai Bukan TBC jika tidak terdapat tanda/ gejala mengarah ke TBC untuk
dipertimbangkan diberikan TPT.
• Kontraindikasi pemberian TPT yaitu adanya hepatitis akut atau kronis, neuropati
perifer (jika menggunakan isoniazid), konsumsi alkohol biasa atau berat.
Kehamilan atau riwayat TBC sebelumnya bukan merupakan kontraindikasi.
• Paduan TPT untuk ODHIV sama jenisnya dengan paduan TPT untuk kontak
serumah dengan pasien TBC SO, kecuali jika ODHIV tersebut memiliki kontak
serumah dengan pasien TBC RO maka paduan TPT yang diberikan adalah
paduan TPT untuk kontak serumah TBC RO.
• Pada pasien koinfeksi TB-HIV yang telah menyelesaikan pengobatan OAT dan
dinyatakan sembuh/ pengobatan lengkap, pasien tersebut masih diperlukan
pemberian TPT (TPT Sekunder), adapun jenis paduan TPT sekunder yang
diberikan sesuai dengan tipe TBC yang pernah dideritanya (SO/RO).
Update Alur Pemeriksaan ILTB dan Pemberiaan TPT pada Kontak
serumah
• Kontak serumah dilakukan skrining gejala TBC, Jika kontak serumah dengan Penjelasan Alur Pemeriksaan ILTB
pasien TBC SO/RO memiliki salah satu gejala TBC seperti adanya batuk atau
demam atau keringat di malam hari atau batuk darah atau nyeri dada atau dan Pemberiaan TPT pada Kontak
sesak napas atau lemah dan lesu atau penurunan berat badan. maka kontak
serumah tersebut harus dilakukan penegakan diagnosis lebih lanjut dengan serumah
Tes Cepat Molekuler (TCM)
• Pemeriksaan Foto toraks dapat dilakukan jika tersedia di fasyankes tersebut,
namun jika tidak tersedia atau sulitnya akses terhadap layanan foto toraks
maka dapat menggunakan alur foto toraks tidak tersedia.
• Diagnosis dan tindak lanjut ditentukan oleh dokter berdasarkan
pertimbangan klinis pasien. Rekomendasi dokter dapat berupa pemantauan
dengan pemberian terapi non spesifik atau dikatakan sebagai TBC klinis jika
terdapat tanda/ gejala mengarah ke TBC untuk dapat diberikan OAT atau
dikatakan sebagai Bukan TBC jika tidak terdapat tanda/ gejala mengarah ke
TBC untuk dilakukan pemeriksaan TST/IGRA.
• Pemberian TPT dapat dilakukan jika tidak ada kontraindikasi pemberian
TPT. Adapun kontraindikasi pemberian TPT antara lain hepatitis akut atau
kronis, neuropati perifer (jika menggunakan isoniazid), konsumsi alkohol
biasa atau berat. Kehamilan atau riwayat TBC sebelumnya bukan merupakan
kontraindikasi, kecuali Rifapentin hingga saat ini belum direkomendasikan
pada ibu hamil dan ibu menyusui.
• Pada kontak serumah <5 tahun tidak perlu dilakukan pemeriksaan
TST/IGRA untuk membuktikan ada tidaknya infeksi karena pada studi
menunjukkan bahwa pemberian TPT tanpa pemeriksaan TST/IGRA pada usia
tersebut cost-effective (hemat biaya).
• Paduan TPT yang diberikan untuk kontak serumah tergantung pada tipe
kasus indeksnya (SO/RO).
• Obeservasi yang dimaksud adalah pemantauan selama jangka waktu
tertentu jika sewaktu-waktu timbul gejala TBC maka dapat dilakukan
skrining gejala TBC mengikuti alur yang awal
Update Alur Pemeriksaan ILTB dan Pemberiaan TPT pada Kelompok risiko
lain
• Kelompok risiko lain yang dimaksud adalah orang dengan HIV negatif.
Semua kelompok risiko lain dilakukan skrining gejala TBC. Penjelasan Alur Pemeriksaan ILTB
• Jika Kelompok risiko lain dengan memiliki salah satu gejala TBC seperti
adanya batuk atau demam atau keringat di malam hari atau batuk darah
dan Pemberiaan TPT pada
atau nyeri dada atau sesak napas atau lemah dan lesu atau penurunan
berat badan maka kelompok risiko lain tersebut harus dilakukan
Kelompok risiko lain
penegakan dengan TCM.
• Pemeriksaan Foto toraks dapat dilakukan jika tersedia di fasyankes
tersebut, namun jika tidak tersedia atau sulitnya akses terhadap layanan
foto toraks maka dapat menggunakan alur foto toraks tidak tersedia.
• Diagnosis dan tindak lanjut ditentukan oleh dokter berdasarkan
pertimbangan klinis pasien. Rekomendasi dokter dapat berupa
pemantauan dengan pemberian terapi non spesifik atau dikatakan sebagai
TBC klinis jika terdapat tanda/ gejala mengarah ke TBC untuk dapat
diberikan OAT atau dikatakan sebagai Bukan TBC jika tidak terdapat tanda/
gejala mengarah ke TBC untuk dilakukan pemeriksaan TST/IGRA.
• Pemberian TPT dapat dilakukan jika tidak ada kontraindikasi pemberian
TPT. Adapun kontraindikasi pemberian TPT antara lain hepatitis akut atau
kronis, neuropati perifer (jika menggunakan isoniazid), konsumsi alkohol
biasa atau berat. Kehamilan atau riwayat TBC sebelumnya bukan
merupakan kontraindikasi, kecuali Rifapentin hingga saat ini belum
direkomendasikan pada ibu hamil dan ibu menyusui.
• Paduan TPT untuk kelompok risiko lain sama jenisnya dengan paduan TPT
untuk kontak dengan pasien TBC SO, kecuali jika kelompok risiko lain
tersebut memiliki kontak dengan pasien TBC RO maka paduan TPT yang
diberikan adalah paduan TPT untuk kontak TBC RO.
• Obeservasi yang dimaksud adalah pemantauan selama jangka waktu
tertentu jika sewaktu-waktu timbul gejala TBC maka dapat dilakukan
skrining gejala TBC mengikuti alur yang awal
1 Situasi Pemberian TPT di Indonesia
2 Alur Pemeriksaan ILTB dan TPT
Agend
a 3 Paduan TPT untuk kontak TBC RO pada Anak
3
4 Kelompok Sasaran Pemberian TPT
21
Rekomendasi TPT
SO/RO Paduan TPT Interval Pemberian Durasi Pemberian Sasaran
FDC Isoniazid dan Rifampisin 50/75mg (3HR) Setiap hari 3 Bulan Kontak TB SO
Umur < 2 tahun
Isoniazid dan Rifapentine Lepasan 300/150 mg (3HP) Satu kali seminggu 3 Bulan Kontak TB SO
Umur 2 – 14 tahun
FDC Isoniazid dan Rifapentine 300/300 mg (3HP) Satu kali seminggu 3 Bulan Kontak TB SO
Umur ≥ 15 tahun*
Levofloxacin dan Etambutol 100/100mg atau 250/400mg (6Lfx+E) Setiap hari 6 Bulan Kontak TB RO
Semua umur
Update
: - TPT RO anak : Levofloxacin (saja)**
- TPT RO dewasa : Levofloxacin dan Etambutol
Evidens : regimen TPT apapun yang mengandung fluoroquinolon memberikan efek baik.
*) FDC 3HP 300/300 mg belum direkomendasikan untuk anak <15 tahun karena belum ada studi yang menyatakan keamanan penggunaan TPT tersebut pada anak
**) Penerima TPT RO anak dengan rejimen Levofloxacin dan Etambutol yang masih dalam masa pengobatan TPT dapat dilanjutkan pemberian rejimen etambutolnya
hingga selesai. Sedangkan yang baru memulai TPT RO anak dapat menggunakan rekomendasi terbaru yaitu rejimen Levofloxacin saja.
1 Situasi Pemberian TPT di Indonesia
2 Alur Pemeriksaan ILTB dan TPT
Agend
a 3 Paduan TPT untuk kontak TBC RO pada Anak
23
Update Kelompok Sasaran Pemberian
TPT
Sasaran pemberian TPT meliputi orang dengan HIV (ODHIV) semua usia, kontak serumah semua
usia dengan pasien T B C paru terkonfirmasi bakteriologis, dan kelompok risiko lainnya. Selain dari
sasaran tersebut, belum menjadi prioritas pemberian TPT (informasi lengkap dapat dilihat
dalam Petunjuk Teknis Penanganan Infeksi Laten Tuberkulosis tahun 2020).