Anda di halaman 1dari 9

PROFIL INTERLEUKIN PRO INFLAMASI PADA PASIEN TB

Edwin Anto Pakpahan1, Hendrika Andriana Silitonga2


1
Staf Pengajar Departemen Ilmu Respirasi dan Penyakit Paru, 2Staf Pengajar Departemen Histologi
Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia
e-mail: eapakpahan@gmail.com1, andr38482@gmail.com2

ABSTRAK
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari kelompok
Mycobacterium yaitu Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies
Mycobacterium, antara lain: M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M. leprae dsb yang
juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok bakteri Mycobacterium selain
Mycobacterium tuberculosis yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal
sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu
penegakan diagnosis dan pengobatan TB. Untuk itu pemeriksaan bakteriologis yang mampu
melakukan identifikasi terhadap Mycobacterium tuberculosis menjadi sarana diagnosis
ideal untuk TB dan merupakan prediktor kuat dari awal keberhasilan pengobatan. Namun,
tidak jarang pasien yang sudah melaksanakan pengobatan program TB tidak bisa
mengeluarkan sputum di akhir evaluasi, sehingga penegakkan penyembuhan secara
bakteriologis sulit disampaikan kepada pasien tersebut. Oleh sebab itu cara lain untuk
mengetahui sembuh atau belum pasien tersebut yaitu dengan melakukan pemeriksaan
interleukin pro inflamasi.
Kata Kunci: Tuberkulosis, MOTT, Interleukin Pro Inflamasi
ABSTRACT
Tuberculosis is an infectious disease caused by germs from the Mycobacterium group,
Mycobacterium tuberculosis. There are several species of Mycobacterium, including: M.
tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M. leprae etc, which is also known as Acid Resistant
Bacteria (BTA). The group of Mycobacterium bacteria besides Mycobacterium tuberculosis
which can cause disruption in the airways is known as MOTT (Mycobacterium Other Than
Tuberculosis) that sometimes can interfere the enforcement of TB diagnosis and treatment.
For this reason, bacteriological examination capable of identifying Mycobacterium
tuberculosis is an ideal diagnostic tool for TB and the strong predictor of early treatment
success. However, it is not uncommon for patients who have carried out of TB program
treatment, because they are not be able to remove sputum at the end of the evaluation, so that
bacteriological healing is difficult to convey to these patients. Therefore another way to find
out that they have healed or not is by doing a pro inflammatory interleukin examination.
Keywords: Tuberculosis, MOTT, Interleukin Pro Inflamasi

1. PENDAHULUAN bulan kedua (95%), dan 9% tidak mengalami


Konversi sputum merupakan prediktor kuat konversi.
dan awal keberhasilan terapi pada TB paru. Infeksi TB merupakan hasil interaksi antara
Konversi sputum pada TB paru ditentukan faktor kuman Mycobacterium tuberculosis
berdasarkan tidak ditemukannya bakteri tahan (MTB), imunitas pejamu, dan lingkungan.
asam (BTA) pada kultur sputum yang diambil Respon imun terhadap TB melibatkan interaksi
pada akhir bulan kedua dan kelima pengobatan. yang kompleks antara makrofag, sel T, juga
Konversi sputum pada kasus TB paru terjadi produksi sitokin dan kemokin (Katial, 2001).
pada akhir bulan pertama (60-80%), pada akhir Infeksi Mycobacterium tuberculosis awalnya
terjadi dalam makrofag alveolar (Flynn, 2001).

MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 8, Nomor 3 , September-Desember 2018 : 25-33; ISSN:2088-9534 | 25


http://ojs.lppmmethodistmedan.net
Pengenalan basil Mycobacterium tuberculosis Pada penderita TB juga diekspresikan
oleh sel fagosit memicu terjadinya aktifasi dan berbagai sitokin anti inflamasi yang dapat
produksi sitokin dan kemokin. Terdapat dua menurunkan respon imun dan menghambat
macam kelompok sitokin yang berperan dalam respon inflamasi. Jika berlebihan sitokin anti
respon imun terhadap Mycobacterium inflamasi dalam TB, sehingga dapat menyebar
tuberculosis, yaitu sitokin pro inflamasi dan anti (Sharma, 2001). Salah satu sitokin anti inflmasi
inflamasi. Sejumlah sitokin pro inflamasi yang IL-10 yang telah diidentifikasi menghambat
terlibat dalam proses infeksi Mycobacterium sitokin lain, disekresi pleh sel T, sel B dan
tuberculosis yaitu tumor necrosing factor-𝛼 monosit teraktivasi. Interleukin-10 mampu
(TNF- 𝛼), interleukin-1𝛽 (IL-1𝛽), IL-6, IL-12, menghambat fagositosis dan elemninasi
IL-8, IL-15 dan interferon-𝛾 (IFN- 𝛾). Sitokin mikroma seperti Mycobacterium tuberculosis
anti inflamasi yaitu IL-10, transformin growth dengan cara membatasi produksi intermediate
factor- 𝛽(TGF- 𝛽) dan IL-4. Sementara kemokin oxygen dan nitrogen reaktif yang dimediasi
yang terlibat dalam proses respon imun terhadap aktivasi IFN- 𝛾. Interleukin-10 juga bisa
infeksi Mtb adalah IL-8 dan monocyte chemo menghambat pematangan fagoson sehingga
attractant protein-1 (MCP-1) (Crevel, 2002). memfasilitasi kelangsungan hidup dan
Interleukin-8 adalah suatu polipeptida asam perkembangan Mycobacterium tuberculosis
amino yang memiliki kemampuan aktivasi kuat (Mendez-Samperio, 2002; Redford, 2011).
terhadap neutrophil dan juga memiliki aktivitas Berbagai studi pada manusia maupun mencit
kemotaksis terhadap neutrophil, limfosit T dan membuktikan, IL-10 berkorelasi dengan
basophil, interleukin-8 diproduksi oleh monosit kerentanan terhadap TB. Satu percobaan
atau makrofag, fibroblast, sel epitel, dan sel mast terhadap mencit yang terinfeksi Mycobacterium
sebagai respon tehadap sinyal eksogen seperti tuberculosis menunjukkan, produksi IL-10
lipopolisakarida (LPS) atau sinyal endogen selama infeksi kronis dapat mendorong
seperti TNF-𝛼 dan IL-1. Interleukin-8 telah pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis serta
dibukltikan telah terlibat dalam proses imun memperparah penyakit. Interleukin-10 dianggap
terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis bisa dijadikan biomarker klinis yang penting
yang berkaitan inflamasi jaringan dan terhadap progesivitas penyakit (Bamer, 2008).
pembentukan granuloma. Neutrophil yang Turner (2002) membuktikan, IL-10 tidak dapat
ditarik ke dalam alveolus oleh IL-8, mungkin digunakan sebagai kontrol awal terhadap infeksi
berperan langsung membunuh basil Mycobacterium tuberculosis, akan tetapi
Mycobacterium tuberculosis. Sebagai kemokin, aktivitas I-10 tinggi selama fase kronis dan laten
IL-8 mampu menarik sel T kedalam formasi penyakit TB. Ekspresi IL-10 telat terbukti telah
granuloma TB dan mengontrol Influks seluler ke meningkat pada penderita TB aktif.
lokasi infeksi Mycobacterium tuberculosis. Lipoarabinomannan (LAM) yang merupkan
Semakin banyak basil Mycobacterium komponen utama dinding sel Mycobacterium
tuberculosis yang masuk ke dalam tubuh IL-8 di tuberculosis dapat mengikat molekul dendritic
hipotesakan akan meningkat. Selain faktor cell specific intercellular molecule-3-grabbing
jumlah, tingkat virulensi juga mungkin non-integrin (DC SIGN), dikenal pula dengan
berpengaruh terhadap tingginya kadar IL-8 nama cluster differentiation-209 (CD-209) yang
dalam serum seseorang yang berpapar atau yang mengakibatkan terhambatnya proses
terinfeksi Mtb (Zhang, 1995; Ogushi, 1997; pematangan sel dendritik, penurunan produksi
Mendez-Samperio, 2004). Beberapa penelitian IL-12, dan menginduksi sekresi IL-10
menunjukkan bahwa fagositosis Mycobacterium interleukin-10 yang diekspresikan mampu
tuberculosis oleh sel-sel monosit merupakan menghambat presentasi antigen dan ekspresi
stimulus pemting dalam produksi IL-8 dan major histocompatibility complex (MHC)
peningkatan kadar IL-8 ditemukan pada darah (Dietrich, 2009). Produksi IL-10 yang tinggi
pasien yang terinfeksi Mycobacterium diduga dapat mempengaruhi efektivitas
tuberculosis (Mendez-Samperio, 2004). vaksinasi basil calmette Guerin (BCG) terhadap

26 | MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 8, Nomor 3 , September-Desember 2018 : 25-33; ISSN:2088-9534


http://ojs.lppmmethodistmedan.net/
TB. Pemberian vaksinasi BCG mengakibatkan tahun 2011 terdapat 8,7 juta kasus baru TB di
reaksi silang terhadap sel T regulator yang dunia dan 1,4 juta orang meninggal akibat TB.
mensekresi IL-10 dan TGF- 𝛽, sehingga Indonesia saat ini menempati peringkat keempat
menghambat aktifitas IFN- 𝛾. Akibatnya di dunia dalam hal jumlah penderita. Insidensi
eradikasi Mycobacterium tuberculosis akan TB di Indonesia pada tahun 2011 adalah 313.601
gagal (Coleman, 2010). kasus. Sedangkan, hasil Riset Kesehatan Dasar
Selain IL-8, IL-12 juga berperan penting terbaru 2018 mendapatkan prevalensi TB di
sebagai proinflamasi pada infeksi Indonesia mencapai 6,8 % dan provinsi yang
Mycobacterium tuberculosis. Inteleukin-12 menempati urutan pertama yaitu Bengkulu. Hal
merupakan sitokin heterodinamik terdiri dari ini menunjukkan terjadinya peningkatan kasus
polipeptida p40 dan p35. Sitokin ini berperan TB dari hasil Riset Kesehatan Dasar 2013
dalam control infeksi Mycobacterium sebelumnya yang hanya mencapai 4,5%.
tuberculosis yang secara langsung
mengeleminasi patogen interseluler (Zahran, PATOGENESIS
2006). Interleukin-12 terutama diproduksi oleh Mekanisme terjadinya inflamasi secara
sel fagosit, dan menginduksi produksi IFN- 𝛾. umum (Gambar 1). Adanya rangsang iritan
Pada TB, IL-12 telah terdeteksi di infiltrat paru, atau cidera jaringan akan memicu pelepasan
pleura, didalam granuloma dan limfadenitis. mediator-mediator inflamasi. Senyawa ini
Interleukin-12 merupakan regulator sitokin yang dapat mengakibatkan vasokontriksi singkat
menghubungkan respon imun alami dan adiktif pada arteriola yang diikuti oleh dilatasi
terhadap basil Mycobacterium tuberculosis dan pembuluh darah, venula dan pembuluh limfa
memberikan efek proteksi terutama melalui serta dapat meningkatkan permeabilitas
induksi IFN- 𝛾 (Crevel, 2002). Respon seluler vaskuler pada membran sel. Peningkatan
yang berbeda telah banyak diteliti diantaranya permeabilitas vaskuler yang lokal
dengan mempelajari produksi sitokin didalam dipengaruhi oleh komplemen melalui jalur
cairan pleura dan terbukti kadar IL-12 tinggi klasik (kompleks antigen-antibodi), jalur
setelah cairan efusi distimulasi dengan lectin (mannose binding lectin) ataupun jalur
Mycobacterium tuberculosis (Raja, 2004). Kim alternatif.
(2005) mendapatkan kadar IL-12 meningkat Peningkatan permeabilitas vaskuler lokal
pada pasien TB aktif disbanding orang sehat. terjadi atas pengaruh anafilatoksin (C3a, C4a,
Studi lain menjelaskan bahwa sitokin C5a). Aktivasi komplemen C3 dan C5
proinflamasi seperti TNF, IL-12 (p40) dan IL-17 menghasilkan fragmen kecil C3a dan C5a
meningkat pada kasus TB dan dapat yang merupakan anafilatoksin yang dapat
membedakan antara kasus TB aktif dengan memacu degranulasi sel mast dan basofil
infeksi laten (Sutherland, 2010). Wu (2007), untuk melepaskan histamin. Histamin yang
melaporkan TB laten dapat dibedakan dengan dilepas sel mast atas pengaruh komplemen,
TB aktif melalui pengukuran ekspresi messenger meningkatkan permeabilitas vaskuler dan
ribonucleic acid (mRNA) pada IL-8, Forkhead kontraksi otot polos, memberikan jalan untuk
Box-3 (FOXP3) dan IL-12 setelah stimulasi migrasi sel-sel leukosit serta keluarnya plasma
terhadap early secreted antigen target-6 (ESAT yang mengandung banyak antibodi, opsonin
6). dan komplemen ke jaringan perifer tempat
terjadinya inflamasi. Sel-sel ini akan melapisi
2. TINJAUAN PUSTAKA lumen pembuluh darah selanjutnya akan
EPIDEOMOLOGI menyusup keluar pembuluh darah melalui sel-
Tuberkulosis (TB) telah menginfeksi hampir sel endotel.
sepertiga penduduk dunia. Insidensi TB terus Aktivasi komplemen C3a, C5a dan C5-6-
meningkat sejak awal tahun 1980 dengan angka 7 dapat menarik dan mengerahkan sel-sel
kematian yang tinggi. World Health fagosit baik mononuklear dan
Organization (WHO) melaporkan bahwa pada polimorfonuklear. C5a merupakan

MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 8, Nomor 3 , September-Desember 2018 : 25-33; ISSN:2088-9534 | 27


http://ojs.lppmmethodistmedan.net
kemoaktraktan untuk neutrofil yang juga
merupakan anafilatoksin. Makrofag yang 3. PEMBAHASAN
diaktifkan melepaskan berbagai mediator Penemuan Kasus Tuberkulosis
yang ikut berperan dalam reaksi inflamasi. Penemuan kasus bertujuan untuk
Beberapa jam setelah perubahan vaskuler, mendapakan kasus TB melalui serangkaian
neutrofil menempel pada sel endotel dan kegiatan mulai dari penjaringan terhadap suspek
bermigrasi keluar pembuluh darah ke rongga TB, pemeriksaan fisik dan laboratories,
jaringan, memakan patogen dan melepaskan menentukan diagnosis dan menentukan
mediator yang berperan dalam respon klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB, sehingga
inflamasi. Makrofag jaringan yang diaktifkan dapat dilakukan pengobatan agar sembuh dan
akan melepaskan sitokin diantaranya IL-1 tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain.
(interleukin-1), IL-6 dan TNF-α (tumor Kegiatan penemuan pasien terdiri dari
necrosis factor-α) yang menginduksi penjaringan suspek, diagnosis, penentuan
perubahan lokal dan sistemik. Ketiga sitokin klasifikasi penyakit dan tipe pasien. Kegiatan ini
tersebut menginduksi koagulasi. IL-1 akan membutuhkan adanya pasien yang memahami
menginduksi ekspresi molekul adhesi pada sel dan sadar akan gejala TB, akses terhadap fasilitas
endotel sedangkan TNF-α akan meningkatkan kesehatan dan adanya tenaga kesehatan yang
ekspresi selektin-E yang kemudian kompeten yang mampu melakukan pemeriksan
menginduksi peningkatan ekspresi terhadap gejala dan keluhan tersebut. Penemuan
intracellular adhesion molecule-1 (ICAM-1) pasien merupakan langkah pertama dalam
dan vascular cell adhesion molecule-1 kegiatan tatalaksana pasien TB. Penemuan dan
(VCAM-1). Neutrofil, monosit, dan limfosit penyembuhan pasien TB menular, secara
mengenali molekul adhesi tersebut dan bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan
bergerak ke dinding pembuluh darah kematian akibat TB, penularan TB di masyarakat
selanjutnya bergerak menuju ke jaringan. IL- dan sekaligus merupakan kegiatan pencegahan
1 dan TNF-α juga berperan dalam memacu penularan TB yang paling efektif di masyarakat.
makrofag dan sel endotel untuk memproduksi
kemokin yang berperan pada influks neutrofil Strategi penemuan
melalui peningkatan ekspresi molekul adhesi. Penemuan pasien TB, secara umum dilakukan
IFN-γ (interferon-γ) dan TNF-α akan secara pasif dengan promosi aktif. Penjaringan
mengaktifkan makrofag dan neutrofil yang tersangka pasien dilakukan di fasilitas pelayanan
dapat meningkatkan fagositosis dan pelepasan kesehatan; didukung dengan penyuluhan secara
enzim ke rongga jaringan. aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun
masyarakat, untuk meningkatkan cakupan
penemuan tersangka pasien TB. Pelibatan semua
layanan dimaksudkan untuk mempercepat
penemuan dan mengurangi keterlambatan
pengobatan. Penemuan secara aktif pada
masyarakat umum, dinilai tidak cost efektif.

Penemuan secara aktif dapat dilakukan terhadap


a. Kelompok khusus yang rentan atau beresiko
tinggi sakit TB seperti pada pasien dengan
HIV (orang dengan HIV AIDS).
b. Kelompok yang rentan tertular TB seperti di
rumah tahanan, lembaga pemasyarakatan
(para narapidana), mereka yang hidup pada
daerah kumuh, serta keluarga atau kontak
Gambar 1. Mekanisme Terjadinya Inflamasi

28 | MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 8, Nomor 3 , September-Desember 2018 : 25-33; ISSN:2088-9534


http://ojs.lppmmethodistmedan.net/
pasien TB, terutama mereka yang dengan TB
BTA positif.
c. Pemeriksaan terhadap anak dibawah lima
tahun pada keluarga TB harus dilakukan
untuk menentukan tindak lanjut apakah
diperlukan pengobatan TB atau pegobatan
pencegahan. d. Kontak dengan pasien TB
resistan obat

Tahap awal penemuan dilakukan dengan


menjaring mereka yang memiliki gejala:
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk
berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk
dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas,
badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan Gambar 3 Alur Diagnosis TB untuk Fasilitas
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa Kesehatan Tanpa TCM
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu
bulan. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi Tuberkulosis Paru
Diagnosis TB Ada beberapa gambaran radiologi thorax
a. Mikroskopis merupakan diagnosis utama. yang khas pada Tuberkulosis paru. Pola kelainan
Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan tersebut yaitu kelainan di apeks berupa infiltrat,
dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai ditemukan kavitas atau ditemukannya nodul
penunjang diagnosis sepanjang sesuai retikuler. Sensitivitas dan spesifisitas foto thorax
dengan indikasinya. dalam mendiagnosis Tuberkulosis yaitu 86% dan
b. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya 83% apabila ditemukan ketiga pola kelainan
berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. diatas. Tuberkulosis paru minimal ditemukan 1
Foto toraks tidak selalu memberikan dari 3 pola kelainan diatas. Gambaran klasik TB
gambaran yang khas pada TB paru, sehingga paru post primer yaitu kelainan di apeks
sering terjadi overdiagnosis. disebabkan karena tekanan oksigen di apeks paru
c. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak lebih tinggi sehingga bakteri berkembang lebih
selalu menunjukkan aktifitas penyakit. baik. (Arun C, dkk, 2017)
Fokus primer di paru dapat membesar dan
menyebabkan pneumonitis dan pleuritis fokal.
Jika terjadi nekrosis perkejuan yang berat, bagian
tengah lesi akan mencair dan keluar melalui
bronkus sehingga meninggalkan rongga di paru
yang disebut kavitas. Kavitas terdapat pada 19-
50% kasus. Kavitas Tuberkulosis biasanya
berdinding tebal dan irreguler. Jarang dijumpai
air-fluid level dan bila ada air-fluid level dapat
menunjukkan abses anaerob atau superinfeksi.
Penyebaran endobronkial bisa menimbulkan
gambaran foto thorax yang berupa kelainan
noduler yang berkelompok pada lokasi tertentu
paru. Setelah imunitas selular terbentuk, fokus
Gambar 2 Alur Diagnosis TB untuk Fasilitas primer di jaringan paru biasanya mengalami
Kesehatan Dengan TCM resolusi secara sempurna membentuk fibrosis

MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 8, Nomor 3 , September-Desember 2018 : 25-33; ISSN:2088-9534 | 29


http://ojs.lppmmethodistmedan.net
atau kalsifikasi setelah terjadi nekrosis perkejuan dianjurkan sebelum memulai anti-TNF-terapi
dan enkapsulasi. (Gomez-Reino JJ, 2003).
Perawatan pencegahan harus ditawarkan
Gambaran foto thorax pada penderita TB paru: untuk semua pasien dengan bukti tuberkulosis
1). Infiltrat : gambaran benang-benang halus laten infeksi sebelum memulai anti TNF-a terapi
yang berwarna radioopak di lapangan paru, (Keane J, 2001), bahkan jika tidak muncul untuk
dapat di manapun dari lapangan paru. Paling menawarkan perlindungan lengkap (Sichletidis
sering di apek paru, L, Settas L, 2006), sementara pasien dengan
2). Fibrosis : gambaran radioopak menyerupai tanda-tanda tuberkulosis aktif harus ditawarkan
benang (lebih opaq dari infiltrat) dengan tarikan perawatan lengkap. Berbagai rekomendasi dan
dari parenkim paru sekitar. Fibrosis terjadi panduan telah dikeluarkan untuk skrining laten
akibat infeksi kronik yang berupa jaringan infeksi tuberkulosis. Mereka secara tradisional
parut, berdasarkan riwayat, x-ray dada (CXR) dan
3). Kavitas : adalah rongga pada paru yang tuberculin tes kulit (TST). Namun, TST punya
terbentuk akibat rusaknya jaringan paru, beberapa kerugian. Spesifikasinya rendah, hasil
biasanya alveoli. Kavitas memberikan positif palsu yang umum di BCG vaccinated
gambaran bulat dengan radioluscent tanpa subyek atau karena efek booster (Tissot F, 2005).
corakan paru. Kadang kavitas dapat berisi Sensitivitasnya juga lebih rendah pada
cairan yang merupakan produk radang yang imunosupresi pasien dari pada subyek sehat
memberikan gambaran air fluid level, (Piana F, Codecasa LR, 2006), dan beberapa
4). Kalsifikasi : adalah pengapuran pada pasien mungkin karenanya memiliki TST negatif
parenkim paru yang terjadi akibat proses palsu. Selanjutnya, TST direproduksi dengan
infeksi kronik. Kalsifikasi memberikan buruk, membutuhkan dua kunjungan untuk
gambaran radioopak, lebih opaq dari fibrosis. kinerjanya (untuk aplikasi dan membaca) dan
Diameter kalsifikasi berkisar kurang dari 0,5 tunduk pada kesalahan pengamat. Akhirnya, itu
cm. Bila berukuran lebih dari 0,5 cm disebut Batasi di atas mana TST dipertimbangkan positif
tuberkuloma, (yaitu indikasi infeksi laten) tidak jelas dan
5). Tuberkuloma : proses pembentukannya sebenarnya berbeda antar Negara dan pedoman
sama dengan kalsifikasi, bedanya pada (5 hingga 10 mm).
tuberkuloma diameter lebih besar dari Dua tes in vitro telah dikembangkan yang
kalsifikasi (lebih 0,5 cm), mendeteksi gamma-interferon (g-IFN) dirilis
6). Effusi pleura : gambaran opasitas di oleh limfosit T peka untuk spesifik antigen M.
hemithorax paru, yang berisi cairan (darah, pus, tuberculosis. Tes-tes ini memiliki sensitivitas
cairan serosa). Cairan yang minimal yang lebih baik daripada TST di
menyebabkan sinus costofrenicus tumpul atau immunocompromised subyek (Lee JY, 2006)
diafragma menghilang dan lebih tinggis pesifisitas, karena mereka tidak
dipengaruhi oleh sebelumnya vaksinasi dengan
TERAPI ANTI TNF-α BCG atau kontak dengan non tuberculous
Pasien yang menerima terapi anti-TNF untuk mycobacteria (Richeldi L., 2006). False negative
radang rematik atau penyakit usus kronis dan hasil yang tidak pasti telah diamati dalam
berisiko lebih tinggi berkembang tuberkulosis kasus yang jarang dengan kedua tes, tetapi
selama pengobatan dibandingkan pasien dengan kurang sering dibandingkan dengan TST (Piana
penyakit serupa tidak menerima anti-TNF-terapi F, 2006). Namun, dan meskipun ada bukti kinerja
atau subjek di sekitar populasi (Wallis RS, 2004). yang lebih baik uji pelepasan gamma interferon
Seperti kebanyakan kasus muncul menjadi (IGRA) daripada TST, tidak ada tes yang
sekunder untuk reaktivasi dari keadaan infeksi dilakukan dimasukkan ke dalam beberapa
laten dan bukan infeksi de novo, skrining pasien pedoman untuk skrining infeksi laten sebelum
untuk tuberculosis dan infeksi tuberkulosis laten anti TNF-a terapi (Wrighton-Smith P, 2006).
Efektivitas biaya skrining untuk infeksi laten

30 | MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 8, Nomor 3 , September-Desember 2018 : 25-33; ISSN:2088-9534


http://ojs.lppmmethodistmedan.net/
dengan IGRA bukannya TST telah dibuktikan d. Anti-TNFaterapi dapat dilanjutkan kembali
(Diel R, 2007). Pedoman baru dari Paru Swiss A setelah pasien berada di bawah pengobatan
sosiasi dan Kantor Publik Federal Kesehatan antituberkulosis.
telah menentukan indikasi untuk Tes IGRA e. Perawatan pencegahan sesuai dengan
untuk mendeteksi tuberkulosis laten infeksi rekomendasi terkini dari Swiss Asosiasi Paru
(Westhovens R, 2006). (isoniazid 300 mg / hari selama 9 bulan atau
Rekomendasi Sekelompok ahli: (WHO, 2017) rifampisin 10 mg / kg setiap hari selama 4
a. Risiko pasti tuberkulosis adaagen anti-TNF, bulan) (Westhovens R,2006) harus
dan semua pasien harus disaring untuk diresepkan untuk setiap pasien yang
tuberkulosis dan laten infeksi tuberkulosis dianggap pada risiko reaktivasi laten yang
sebelum antiTNF-aterapi. signifikan infeksi tuberkulosis didefinisikan
b. Pasien dengan temuan x-ray yang abnormal sebagai salah satu dari yang berikut:
sugesti tuberkulosis masa lalu seharusnya 1. Tes IGRA positif
menjalani klinis dan bakteriologis lengkap 2. Sebuah X-ray abnormal sugestif dari
pengujian untuk mengesampingkan atau masa lalu tuberculosis tidak ditangani
mengkonfirmasi aktif tuberkulosis. secara adekuat tanpa bukti aktivitas saat
c. Pasien dengan tuberkulosis aktif harus ini
menerima kursus lengkap pengobatan anti 3. Riwayat paparan sebelumnya yang
tuberkulosis. signifikan ke tuberkulosis tanpa adekuat
Panduan OAT lini pertama pengobatan. Pasien berikut pengobatan
a) Kategori I pencegahan untuk laten infeksi dapat
2RHZE/4R3H3 menerima anti-TNF-aterapi. Praktek saat
b) Kategori II ini adalah menunda pengenalan anti-
2RHZES/RHZE/5R3H3E3 TNF-terapi untuk satu bulan setelah
pencegahan pengobatan.
Panduan OAT lini kedua f. Pemutaran dan perawatan preventif
Grup A Levofloksasin Lfx dilakukan tidak menawarkan perlindungan
Fluorokuinolon Moxifloksasin Mfx lengkap, dan pasien di bawah anti-TNF-
Gatilfloksasin Gfx
Grup B Amikasin Am
terapi harus ditindak lanjuti secara klinis
Obat injeksi lini Capreomisin Cm untuk tanda-tanda reaktivasi tuberkulosis.
kedua Kanamisin Km g. Dalam kejadian langka yang tidak tentu hasil
(Streptomisin)* (S) tes adalah mungkin bahwa pasien limfosit
Grup C Etionamid/Protionamid Pto tidak menghasilkan interferon gamma. Jika
Obat lini kedua Sikloserin/terizidone Cs/Trd
utama lainnya
hasil tak tentu terus berlanjut meskipun
Linezolid Lzd
Clofazimine Cfz pengulangan tes, yang kebutuhan untuk
Grup D D1 Pirazinamid Z perawatan pencegahan ditentukan hanya
Obat tambahan Etambutol E dengan riwayat dan x-ray dada temuan;
Isoniazid dosis Hdt dalam pengaturan ini pendekatan yang hati-
tinggi hati sangat disarankan.
D2 Bedaquiline Bdq
Delamanid Dlm Skrining untuk infeksi tuberkulosis laten
D3 Asam p- PAS diindikasikan sebelum administrasi anti-TNF-
aminosalisilat terapi. Karena semakin baik sensitivitas dan
Imipenem- Ipm spesifisitas tes IGRA, penggabungan ke
silastatin
rekomendasi saat ini harus berfungsi untuk
Meropenem Mpm
Amoksisilin- Amx- mendeteksi lebih banyak kasus yang berisiko
klavulanat Clv reaktivasi infeksi tuberkulosis laten dan untuk
Thiosetazone T mencegah profilaksis yang tidak perlu efek yang
berpotensi merugikan pada pasien dengan TTS
positif palsu.

MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 8, Nomor 3 , September-Desember 2018 : 25-33; ISSN:2088-9534 | 31


http://ojs.lppmmethodistmedan.net
4. KESIMPULAN Haute Autorité de Santé. Test de détection de la
Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, production d’Interféron-Gamma pour le
antara lain: M. tuberculosis, M. africanum, M. diagnostic des infections tuberculeuses. Dec
bovis, M. leprae dsb, yang juga dikenal sebagai 2006. www.has-sante.fr
Bakteri Tahan Asam (BTA). Keane J, Gershon S, Wise RP, et al. Tuberculosis
Kelompok bakteri Mycobacterium selain associated with infliximab, a tumor necrosis
Mycobacterium tuberculosis yang bisa factor alpha-neutralizing agent. N Engl J
menimbulkan gangguan pada saluran nafas Med. 2001;345(15):1098–104.
dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Lee JY, Choi HJ, Park IN, et al. Comparison of
Than Tuberculosis). Kuman ini bisa two commercial interferon gamma assays for
mengganggu penegakan diagnosis dan diagnosing Mycobacterium tuberculosis
pengobatan TB. Untuk itu pemeriksaan kultur infection. Eur Respir J. 2006;28:24–30.
sputum dan pemeriksaan serologi darah Ligue Pulmonaire Suisse.Manuel de la
diharapkan mampu membantu klinisi dalam tuberculose. 2nd ed. Berne: Ligue
penegakkan diagnosis Tuberculosis serta Pulmonaire Suisse, www.tbinfo.ch. 2007.
mengevaluasi pengobatan. Piana F, Codecasa LR, Besozzi G, Migliori GB,
Kedepan penelitian-penelitian menggunakan Cirillo DM. Use of commercial
tes serologi diharapkan menjadi salah satu interferongamma assays in
program penanggulangan TB nasional. immunocompromised patients for
tuberculosis diagnosis. Am J Respir Crit Care
DAFTAR PUSTAKA Med. 2006;173(1):130–1.
Agence française de sécurité sanitaire des Piana F, Codecasa LR, Cavallerio P, et al. Use of
produits de santé, editor. Recommandations a T-cell based test for detection of TB
nationales sur la prévention et la prise en infection among immunocompromised
charge des tuberculoses survenant sous anti- patients. Eur Respir J. 2006;28:31–4.
TNF-a. 2005. Richeldi L.An update on the diagnosis of
Brock I, Ruhwald M, Lundgren B, Westh H, tuberculosis infection. Am J Respir Crit Care
Mathiesen LR, Ravn P. Latent Tuberculosis Med. 2006;174(7):736–42.
in HIV positive, diagnosed by the M. Sichletidis L, Settas L, Chloros D, Patakas D.
Tuberculosis Specific Interferon Gamma test. Tuberculosis in patients receiving anti-TNF
Respir Res. 2006;7(1):56. agents despite chemoprophylaxis. Int J
BTS recommendations for assessing risk and for Tuberc Lung Dis. 2006;10(10):1127–32.
managing Mycobacterium tuberculosis Tissot F, Zanetti G, Francioli P, Zellweger JP,
infection and disease in patients due to start Zysset F. Influence of bacille Calmette-
anti-TNFalpha treatment. Thorax. Guerin vaccination on size of tuberculin skin
2005;60(10):800–5. test reaction: to what size? Clin Infect Dis.
Diel R, Nienhaus A, Loddenkemper R. Cost- 2005;40(2): 211–7.
effectiveness of Interferon-(gamma) Release Wallis RS, Broder MS, Wong JY, Hanson ME,
Assay Screening for Latent Tuberculosis Beenhouwer DO. Granulomatous infectious
Infection Treatment in Germany. Chest. diseases associated with tumor necrosis
2007;131(5): 1424–34. factor antagonists. Clin Infect Dis.
Gomez-Reino JJ, Carmona L, Valverde VR, 2004;38(9):1261–5.
Mola EM, Montero MD. Treatment of Wang L, Turner MO, Elwood RK, Schulzer M,
rheumatoid arthritis with tumor necrosis FitzGerald JM.A meta-analysis of the effect
factor inhibitors may predispose to of Bacille Calmette Guerin vaccination on
significant increase in tuberculosis risk: a tuberculin skin test measurements. Thorax.
multicenter active-surveillance report. 2002; 57(9):804–9.
Arthritis Rheum. 2003;48(8):2122– 7. Westhovens R,Yocum D, Han J, et al. The safety
of infliximab, combined with background

32 | MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 8, Nomor 3 , September-Desember 2018 : 25-33; ISSN:2088-9534


http://ojs.lppmmethodistmedan.net/
treatments, among patients with rheumatoid
arthritis and various comorbidities: a large,
randomized, placebo-controlled trial.
Arthritis Rheum. 2006; 54(4):1075–86.
Wrighton-Smith P, Zellweger JP. Direct costs of
three models for the screening of latent
tuberculosis infection. Eur Respir J.
2006;28:45–50.
Arun C, Nachiappan, Kasra Rahbar, et al.
Pulmonary Tuberculosis: Role of Radiology
in Diagnosis and Management. Radiological
Society of North America. 2017.
WHO. Guideline for Treatment of Drug-
Suspectible Tuberculosis and Patient Care.
World Health Organization. 2017.

MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 8, Nomor 3 , September-Desember 2018 : 25-33; ISSN:2088-9534 | 33


http://ojs.lppmmethodistmedan.net

Anda mungkin juga menyukai