Anda di halaman 1dari 48

LBM 2

STEP7

1. Klasiikasi mata merah ?


Jawab :

GOLONGAN PENYAKIT MATA


1. Mata merah visus tidak turun Prinsipnya: mengenai
struktur yang bervaskuler (konjungtiva atau sklera)
yang tidak menghalangi media refraksi. Contoh antara
lain konjungtivitis murni, trakoma, mata kering,
xeroftalmia, pterigium, pinguekula, episkleritis,
skleritis
2. Mata merah visus turun Prinsipnya: mengenai
struktur bervaskuler yang mengenai media refraksi
(kornea, uvea, atau seluruh mata). Contoh keratitis,
keratokonjungtivitis, uveitis, glaukoma akut,
endoftalmitis, panoftalmitis
3. Mata tenang visus turun mendadak = uveitis
posterior, perdarahan vitreous, ablasio retina, oklusi
arteri atau vena retinal, neuritis optik, neuropati
optik akut karena obat (misalnya etambutol), migrain,
tumor otak
4. Mata tenang visus turun perlahan = katarak,
glaukoma, retinopati penyakit sistemik, retinitis
pigmentosa, kelainan refraksi
5. Trauma mata = trauma fisik (tumpul dan tajam),
trauma kimia (asam dan basa), trauma radiasi
(ultraviolet dan infrared).
Mata merah terbagi menjadi mata merah akibat

melebarnya pembuluh darah konjungtiva seperti

pada peradangan mata akut, misalnya:

konjungtivitis, keratitis, atau iridosiklitis.

Selain melebarnya pembuluh darah, mata merah

dapat terjadi akibat pecahnya salah satu

pembuluh darah mata yang menyebabkan darah

tertimbun di bawah jaringan konjungtiva, keadaan

ini disebut sebagai perdarahan subkonjungtiva.

Kemerahan yang paling nyata pada fornix dan

mengurang ke arah limbus. Hal ini disebabkan

oleh dilatasi pembuluh pembuluh konjungtiva

posterior. Pembuluh darah konjungtiva posterior

berasal dari cabang nasal dan lakrimal yang

merupakan cabang teminal arteri oftalmika,

menuju kelopak mata melalui forniks. Diantara

keduanya terdapat anastomosis. Injeksi


konjungtiva menunjukkan adanya kelainan pada

konjungtiva superficial.

Daniel Vaughan, General Ophthalmology.


Fifteenth edition, Appleton and Lange, San
Fransisco, USA. 1999

Cari perbedaan injeksi konjungtiva dan injeksi


ciliar

NO INJEKSI INJEKSI INJEKSI


KONJUNGTIV SILIAR EPISKLERA
A
1 Melebarnya Melebarnya Melebarnya
arteri pembuluh arteri siliaris
konjungtiva darah longusyg
posterioryg perikornea memeperdarah
memperdarahi (a.siliar i intraokular.
konjungtiva anterior)yg
bulbi memperdarahi
kornea

2 Mudah Padat Arah aliran ke


digerakkan, disekitar sentral, warna
injeksi terutama kornea dan merah gelap,
terletak daerah berkurang ke tidak ikut
forniks, ukuran arah forniks, bergerak.
pembuluh darah tidak ikut
semakin perifer serta dalam
semakin pergerakan
besar,fotofobia konjungtiva,
(-) fotofobia (+),
nyeri tekan (+)

3
Injeksi Injeksi Injeksi

konjungti siliar/perkorn episkleral

va eal
Asal a. a. siliar longus a. siliar

konjungti

va

posterior
Memperdar Konj. Kornea Intraokula

ahi Bulbi segmen r

anterior
Warna Merah Ungu Merah

gelap
Arah aliran Ke Ke sentral Ke perifer

perifer
Konjungtiva Ikut Tidak Tidak ikut

digerakkan bergerak bergerak bergerak


Dengan Menciut Tidak Tidak

epinefrin
Kelainan Konjungti Kornea/iris Glaukoma/
va endoftalmi

tis
Sekret + - -
Visus N Turun Sangat

turun

Injeksi konjungtiva injeksi siliar

Injeksi episklera
penyebab yang bisa membuat mata merah dan
cara membedakannya ?
Injeksi Injeksi Injeksi

konjungti siliar/perkorn episkleral

va eal
Asal a. a. siliar longus a. siliar

konjungti

va

posterior
Memperdar Konj. Kornea Intraokula

ahi Bulbi segmen


anterior r
Warna Merah Ungu Merah

gelap
Arah aliran Ke Ke sentral Ke perifer

perifer
Konjungtiva Ikut Tidak Tidak ikut

digerakkan bergerak bergerak bergerak


Dengan Menciut Tidak Tidak

epinefrin
Kelainan Konjungti Kornea/iris Glaukoma/

va endoftalmi

tis
Sekret + - -
Visus N Turun Sangat

turun

At a Glance Anamnesis

Konjungtivitis
Merupakan radang konjungtiva atau radang

selaput lender yang menutupi belakang kelopak

mata dan bola mata.


(ILMU PENYAKIT MATA, Prof.Dr.H.Sidarta

ilyas , SpM)
Etiologi

Infeksi:

a. Bakterial
Neisseria GO
Neiseria meningitides
Pneumokokus
Haemofilus influenza
Stafilokokus
Streptokokus
Klamidia trakomatis
b. Virus
Adenovirus
Varicella-Zooster
Herpes simpleks
Riccketsia
c. Fungi
Candida
d. Parasit
Onchocerca volvulus
Loa-loa
Ascaris lumbricoides
Larva lalat
Imunologik ( alergik )
Reaksi hipersensitifitas segera ( humoral )
Kerato konjungitivitis vernal ( musim semi )
Kerato konjungitivitis atopic
Konjungitivitis papiler raksasa
Reaksi hipersensitifitas tertunda ( seluler )
Phlyctenulosis ( reaksi hipersensitivitas

lambat terhadap antigen mikroba, spt

stafilokokus, mikrobakterial)
Penyakit autoimun
Keratokonjungtivitis sicca pada sindrom

Sjogren
Kimiawi atau iritatif
Iatrogenik
Miotika
Idoxuridine
Obat topical lain
Larutan lensa kontak

Yang berhubungan dengan pekerjaan


Asam

Basa

Asap

Angin

Cahaya ultra violet

Bulu ulat

Etiologi tidak diketahui

Folikulosis

Konjungitivitis folikuler menahun

Rosasea akuler

Psoriasis

Dermatitis herpetiform

Epidermolisis bulosa

Keratokonjungtivitis limbic superior

Sindrom Reiter

Sindrom limfondus mukokutaneus (penyakit

kawasaki)

Bersama penyakit sistemik


Sekunder terhadap dakriosistitis atau kanakulitis

Oftalmologi umum. Vaughan

Mekanisme masuk ?

ANATOMIC AND MECHANICAL


DEFENSES

EYELIDS AND EYELASHES

The first line of defense against ocular


infection is provided by the eyelids. This
mechanical barrier, when closed, protects
the ocular surface and its surrounding
tissues from exposure to pathogens,
allergens, and other foreign bodies. The
ocular surface is highly innervated and
exquisitely sensitive to mechanical
disturbance. Even the slightest contact
with the eyelids, eyelashes, or corneal
surface elicits the blink reflex. This
blinking action serves to wash pathogens
and other foreign particles from the
ocular surface and to renew the tear film.

Conditions that interfere with normal lid


function, including conjunctivitis and
keratitis, may render the eye more
susceptible to infections.4

TEARS AND LACRIMAL DRAINAGE

The tear film (Table 2) serves multiple


functions in the nonspecific defense
against ocular infection. It bathes the
ocular surface and provides a mechanical
barrier to adhesion by pathogenic
organisms. It lubricates the corneal
surface and facilitates the washing action
of the eyelids. Bacteria, fungi, foreign
bodies, and desquamated epithelial cells
are flushed nasally toward the two puncta
by this highly efficient washing
mechanism.
Kelopak mata dan EYELASHES

Baris pertama pertahanan terhadap infeksi okular


disediakan oleh kelopak mata . Penghalang mekanik
ini , ketika tertutup , melindungi permukaan mata dan
jaringan sekitarnya dari paparan patogen , alergen ,
dan benda asing lainnya . Permukaan mata sangat
diinervasi dan sangat peka terhadap gangguan
mekanis . Bahkan sedikit kontak dengan kelopak
mata , bulu mata , atau permukaan kornea
memunculkan refleks berkedip . Tindakan berkedip
ini berfungsi untuk mencuci patogen dan partikel
asing lainnya dari permukaan okular dan
memperbaharui film air mata .

Kondisi yang mengganggu fungsi tutup normal,


termasuk konjungtivitis dan keratitis , dapat
membuat mata lebih rentan terhadap infections.

AIR MATA DAN DRAINASE lakrimal

Film air mata ( Tabel 2 ) menyajikan beberapa fungsi


dalam pertahanan nonspesifik terhadap infeksi okular
. Ini menggenangi permukaan okular dan menyediakan
penghalang mekanik untuk adhesi oleh organisme
patogen . Ini melumasi permukaan kornea dan
memfasilitasi tindakan pencucian kelopak mata .
Bakteri , jamur , benda asing , dan sel-sel epitel
desquamated memerah sengau terhadap dua puncta
oleh mekanisme cuci yang sangat efisien ini .

Mata memiliki beragam mekanisme pertahanan yang


melindungi bidang visual dari konsekuensi merusak
infeksi . Jumlah yang relatif besar nonspesifik dan
spesifik pertahanan ( Tabel 1 ) , lokal dalam sistem
organ yang relatif kecil ini , menyediakan penghalang
tangguh untuk bakteri , virus , jamur , dan parasit .
Dalam bab ini , informasi terkini tentang pertahanan
dari permukaan mata dan jaringan sekitarnya , serta
mekanisme pertahanan yang ada di bagian dalam
mata , dibahas .

http://www.oculist.net/downaton502/prof/ebook/du
anes/pages/v8/v8c045.html#top
5.Kenapa matanya memproduksi cairan kental
berwarna kuning?
Jawab :
Macam-macam dari discharge ??

serous, (cair bening)

Encer seperti air dengan penyebabnya virus.

Setelah dua/ tiga hari dapat menjadi

mukopurulen, karena super infeksi dari kuman

komensal, (daya tahan menurun sehingga

kuman komensal tumbuh tak terkendali)


mucous, (kental bening elastis)

kental, bening, elastis (bila ditarik dengan

ujung kapas). Penyebabnya biasanya karena

proses khronis/alergi . Fibrin-fibrin dalam

keadaan utuh.
Klinis : bila ditutul kapas akan mulur (elastis)

Sebab zat mucous terdiri dari fibrin

purulen, (cair keruh kuning)

Makin ganas kumannya makin purulen (nanah)

mis : Gonococcen

Banyak sel yang mati, terutama leucocyt, dan

jaringan nekrose

Kuman-kumannya type ganas, fibrin sudah

hancur.

Bila ditutul kapas, ia akan terhisap,

sifatnya seperti air,berwarna kuning


Campuran : mucopurulen, kental berwarna

kuning, elastis. Penyebabnya: biasanya

kuman coccen yang lain.

membran, (keruh lengket pada permukaan, bila

diangkat tak berdarah)

Misal : pada conjunctivitis diphtherica.

Terbentuk sekret, sel - sel lepas dan

terbentuk jaringan nekrotik.

Terjadi defek konjungtiva.

Membran sukar dilepas dan bila dipaksa

akan berdarah karena ada ulkus

dibawahnya.

Bila dilepas /dikupas akan berdarah

pseudomembran, (keruh lengket pada pemukaan,

bila diangkat berdarah)


Seolah-olah seperti melekat pada conjunctiva

tetapi mudah diambil dan tak mengakibatkan

perdarahan. Penyebabnya antara lain

streptococcus haemoliticus

Sanguis, (cair merah ada darah)

Sekret berdarah. Terdapat pada konjungtivitis

karena virus yang sangat virulent. Sering

disertai sekret purulent setelah dua/ tiga hari,

karena ada super infeksi dari bakteri komensal.


ILMU PENYAKIT MATA, PROF. DR. H.

SIDARTA IILYAS, SP. M

Mekanisme pembentukan discharge ??


Patofisiologi
Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi
oleh flora normal seperti streptococci,
staphylococci dan jenis Corynebacterium.
Perubahan pada mekanisme pertahanan tubuh
ataupun pada jumlah koloni flora normal tersebut
dapat menyebabkan infeksi klinis. Perubahan pada
flora normal dapat terjadi karena adanya
kontaminasi eksternal, penyebaran dari organ
sekitar ataupun melalui aliran darah (Rapuano,
2008).
Penggunaan antibiotik topikal jangka panjang
merupakan salah satu penyebab perubahan flora
normal pada jaringan mata, serta resistensi
terhadap antibiotik (Visscher, 2009).
Mekanisme pertahanan primer terhadap
infeksi adalah lapisan epitel yang meliputi
konjungtiva sedangkan mekanisme pertahanan
sekundernya adalah sistem imun yang berasal
dari perdarahan konjungtiva, lisozim dan
imunoglobulin yang terdapat pada lapisan air
mata, mekanisme pembersihan oleh lakrimasi
dan berkedip. Adanya gangguan atau kerusakan
pada mekanisme pertahanan ini dapat
menyebabkan infeksi pada konjungtiva (Amadi,
2009).

http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345678
9/31458/4/Chapter%20II.pdf

Kenapa matanya lengket dan susah dibuka ?


Jawab :
Mengapa matanya tidak kabur ?
Jawab :
Penglihatan kabur: Penglihatan boleh menjadi
kabur apabila terdapat halangan cahaya dari
hadapan mata (kornea) untuk sampai kebelakang
mata (retina). Gangguan pada saraf optik yang
berfungsi untuk menghantar maklumat
penglihatan ke otak juga antara punca kabur
penglihatan.

1. Mata merah visus tidak turun Prinsipnya:


mengenai struktur yang bervaskuler (konjungtiva
atau sklera) yang tidak menghalangi media
refraksi. Contoh antara lain konjungtivitis murni,
trakoma, mata kering, xeroftalmia, pterigium,
pinguekula, episkleritis, skleritis
2. Mata merah visus turun Prinsipnya: mengenai
struktur bervaskuler yang mengenai media
refraksi (kornea, uvea, atau seluruh mata).
Contoh keratitis, keratokonjungtivitis, uveitis,
glaukoma akut, endoftalmitis, panoftalmitis

http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345678
9/31458/4/Chapter%20II.pdf

1. Mengapa didapatkan pelebaran pembuluh darah


dan chemosis ?
Jawab :
sumber: buku Diagnosis Fisik Evaluasi Diagnosis &
Fungsi di Bansal

Bangunan patologis konjungtiva, mekanisme


pembentukannya dan kelainan yang
menyertainya ?

Bangunan patologis
Sebagai akibat proses infiltrasi

Bentuknya macam-macam :

papula,

folikel,

vesicula,

excrecencies,

concretio,

phlyctaen,

pinguiculum.

Papula :

Ujud kelainan yang menonjol dari permukaan


konjungtiva dengan diameter kurang dari 5 mm
karena terkumpulnya infiltrat, neutrofil, limphocyt
dan leukosit yang lain
Follicel:

Merupakan pembesaran lymphadenoid. Besarnya


kira-kira sama. Tersusun berderet-deret. Lebih
sering di conjunctiva palpebrae inferior

Vesicula :

Karena terkumpulnya cairan. Batasnya tegas.

Causa : proses degenerasi, penyakit virus


(herpes), combustio.
Excrecensies :

Hypertrophie papillair ( papula ) di palpebra


superior.

Dasar : hypertrophie papula dan


adanya degenerasi hyalin permukaan datar,
seperti bludru.

Kalau lebih besar dari biasa : seperti batu yang


disusun (pada tembok) = cobble stone pavement.

Warna : merah kasar.

Terdapat pada konjungtivitis vernalis.


Concretio :

Disini terdapat hypertrophie yang berlebihan dan


pemadatan sehingga berwarna putih seperti
kapur.

Pemadatan ini dapat dicukil keluar.

Sering disebut lithiasis

Phlyctaen :
Lokasasi : konjungtiva bulbi, limbus kornea dan
kornea.

Tonjolan berwarna putih kekuningan, berisi


limfosit, dengan tanda radang disekitarnya.

Pinguiculum :

Merupakan proses regresi/ kemunduran.

Kausa :irritasi kronis misalnya debu, asap, angin.

Misalnya : tinggal dekat pabrik.

Letak : pada konjungtiva bulbi yang tak tertutup


palpebra.

Terjadi dari jaringan pengikat hyalin/elastis.


(SUHARDJO, Sub Bagian Uvea-Lensa dan
Imunologi Mata, Bagian Mata FK UGM/RSUP
Dr. Sardjito, Yogyakarta)

2. Apa interpretasi dari px. Mikrobiologi, yang


didapatkan hasil stapilococcus pada discharge?
Jawab :
Bagian mata yang ditempati oleh

mikroorganisme adalah konjungtiva


Mikroorganisme yang dapat ditemukan

adalah Corynebacterium xerosis,

Staphylococcus epidermidis, Streptococcus non

hemolitik, Neisseria sicca, dan Moraxella


Pemeriksaan air mata
Corynebacterium xerosis
Batang dengan kedua ujungnya membulat

seperti bentuk halter, diujungnya terdapat

granula metakromatik (Babes ernest) sebagai

cadangan makanan, tersusun seperti anyaman

pagar atau kadang-kadang bergerombol seperti

V, L, Y. Bersifat Gram positif


Pewarnaan: Gram, Methylen blue, Neisser,

Albert
Patologi: Difteri
Spesimen: Swab tenggorok/mukosa hidung,

mukosa vagina, kulit


Media: Loeffler, Blood agar tellurite

Staphylococcus epidermidis
Bentukbulat/sferis, ukuran 0,8-1 m, non

motil, spora (-), tampak bergerombol seperti

buah anggur, Gram (+)


Pewarnaan: Gram dan pewarnaan sederhana

(Methylen Blue, Air Fuchsin)


Patologi: Pyogenic infection
Spesimen: Pus, exudat, aspirasi trachea,

cairan spinal, sputum


Spesies :
S. albus : hemolitik (-), pigmenputih
S. citreus : hemolitik (-), pigmenhijau
S. aureus : hemolitik (+), pigmenkuningemas
Streptococcus non hemolitik
Bentukbulat/sferis, ukuran 0,5-1 m, non

motil, non spora, tampakberderetsepertirantai,

Gram (+)
Pewarnaan: Gram danpewarnaansederhana
Patologi: Pyogenic infection, demamrematik,

endocarditis, faringitis
Spesimen: Pus, swab tenggorok
Spesies :
Streptococcus viridansatau alpha hemolitik
Streptococcus hemolitikatau beta hemolitik
Streptococcus faecalisataugamahemolitik

3. DD?
TERAPI DARI KASUS SKENARIO dan MACAM
KONJUNGTIVITIS, CARA MEMBEDAKAN
DIAGNOSIS

Konjungtivitis Bakteri

A. Definisi

Konjungtivitis Bakteri adalah inflamasi konjungtiva


yang disebabkan oleh bakteri. Pada konjungtivitis ini
biasanya pasien datang dengan keluhan mata merah,
sekret pada mata dan iritasi mata (James, 2005).

B. Etiologi dan Faktor Resiko

Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat


bentuk, yaitu hiperakut, akut, subakut dan kronik.
Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanya disebabkan
oleh N gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N
meningitidis. Bentuk yang akut biasanya disebabkan
oleh Streptococcus pneumonia dan Haemophilus
aegyptyus. Penyebab yang paling sering pada bentuk
konjungtivitis bakteri subakut adalah H influenza dan
Escherichia coli, sedangkan bentuk kronik paling
sering terjadi pada konjungtivitis sekunder atau pada
pasien dengan obstruksi duktus nasolakrimalis (Jatla,
2009).

Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu


mata kemudian mengenai mata yang sebelah melalui
tangan dan dapat menyebar ke orang lain. Penyakit
ini biasanya terjadi pada orang yang terlalu sering
kontak dengan penderita, sinusitis dan keadaan
imunodefisiensi (Marlin, 2009).

C. Patofisiologi

Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora


normal seperti

streptococci, staphylococci dan jenis


Corynebacterium. Perubahan pada mekanisme
pertahanan tubuh ataupun pada jumlah koloni flora
normal tersebut dapat menyebabkan infeksi klinis.
Perubahan pada flora normal dapat terjadi karena
adanya kontaminasi eksternal, penyebaran dari
organ sekitar ataupun melalui aliran darah
(Rapuano, 2008).

Penggunaan antibiotik topikal jangka panjang


merupakan salah satu penyebab perubahan flora
normal pada jaringan mata, serta resistensi terhadap
antibiotik (Visscher, 2009).

Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi


adalah lapisan epitel yang meliputi konjungtiva
sedangkan mekanisme pertahanan sekundernya adalah
sistem imun yang berasal dari perdarahan
konjungtiva, lisozim dan imunoglobulin yang terdapat
pada lapisan air mata, mekanisme pembersihan oleh
lakrimasi dan berkedip. Adanya gangguan atau
kerusakan pada mekanisme pertahanan ini dapat
menyebabkan infeksi pada konjungtiva (Amadi, 2009).

D. Gejala Klinis

Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri


biasanya dijumpai injeksi konjungtiva baik segmental
ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada
kongjungtivitis bakteri biasanya lebih purulen
daripada konjungtivitis jenis lain, dan pada kasus yang
ringan sering dijumpai edema pada kelopak mata
(AOA, 2010).

Ketajaman penglihatan biasanya tidak mengalami


gangguan pada konjungtivitis bakteri namun mungkin
sedikit kabur karena adanya sekret dan debris pada
lapisan air mata, sedangkan reaksi pupil masih normal.
Gejala yang paling khas adalah kelopak mata yang
saling melekat pada pagi hari sewaktu bangun tidur.
(James, 2005).

E. Diagnosis

Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi


usia, karena mungkin saja penyakit berhubungan
dengan mekanisme pertahanan tubuh pada pasien yang
lebih tua. Pada pasien yang aktif secara seksual, perlu
dipertimbangkan penyakit menular seksual dan
riwayat penyakit pada pasangan seksual. Perlu juga
ditanyakan durasi lamanya penyakit, riwayat
penyakit yang sama sebelumnya, riwayat penyakit
sistemik, obat-obatan, penggunaan obat-obat
kemoterapi, riwayat pekerjaan yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit, riwayat alergi dan
alergi terhadap obat-obatan, dan riwayat
penggunaan lensa-kontak (Marlin, 2009).

Komplikasi
Blefaritis marginal kronik sering menyertai
konjungtivitis bateri, kecuali pada pasien yang
sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut
di konjungtiva paling sering terjadi dan dapat
merusak kelenjar lakrimal aksesorius dan
menghilangkan duktulus kelenjar lakrimal. Hal ini
dapat mengurangi komponen akueosa dalam film air
mata prakornea secara drastis dan juga komponen
mukosa karena kehilangan sebagian sel goblet. Luka
parut juga dapat mengubah bentuk palpebra superior
dan menyebabkan trikiasis dan entropion sehingga
bulu mata dapat menggesek kornea dan
menyebabkan ulserasi, infeksi dan parut pada
kornea (Vaughan, 2010).

G. Penatalaksanaan

Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung


pada temuan agen mikrobiologiknya. Terapi dapat
dimulai dengan antimikroba topikal spektrum luas.
Pada setiap konjungtivitis purulen yang dicurigai
disebabkan oleh diplokokus gram-negatif harus
segera dimulai terapi topical dan sistemik . Pada
konjungtivitis purulen dan mukopurulen, sakus
konjungtivalis harus dibilas dengan larutan saline
untuk menghilangkan sekret konjungtiva (Ilyas,
2008).

Konjungtivitis Virus

A. Definisi

Konjungtivitis viral adalah penyakit umum yang dapat


disebabkan oleh berbagai jenis virus, dan berkisar
antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat
hingga infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan
dapat berlangsung lebih lama daripada konjungtivitis
bakteri (Vaughan, 2010).

B. Etiologi dan Faktor Resiko

Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis


virus, tetapi adenovirus adalah virus yang paling
banyak menyebabkan penyakit ini, dan herpes
simplex virus yang paling membahayakan. Selain itu
penyakit ini juga dapat disebabkan oleh virus
Varicella zoster, picornavirus (enterovirus 70,
Coxsackie A24), poxvirus, dan human
immunodeficiency virus (Scott, 2010).

Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering


kontak dengan penderita dan dapat menular melalu di
droplet pernafasan, kontak dengan benda-benda yang
menyebarkan virus (fomites) dan berada di kolam
renang yang terkontaminasi (Ilyas, 2008).

C. Patofisiologi

Mekanisme terjadinya konjungtivitis virus ini


berbeda-beda pada setiap jenis konjungtivitis
ataupun mikroorganisme penyebabnya (Hurwitz,
2009).

Mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit ini


dijelaskan pada etiologi.

D. Gejala Klinis

Gejala klinis pada konjungtivitis virus berbeda-beda


sesuai dengan etiologinya. Pada keratokonjungtivitis
epidemik yang disebabkan oleh adenovirus biasanya
dijumpai demam dan mata seperti kelilipan, mata
berair berat dan kadang dijumpai pseudomembran.
Selain itu dijumpai infiltrat subepitel kornea atau
keratitis setelah terjadi konjungtivitis dan bertahan
selama lebih dari 2 bulan (Vaughan & Asbury, 2010).
Pada konjungtivitis ini biasanya pasien juga
mengeluhkan gejala pada saluran pernafasan atas dan
gejala infeksi umum lainnya seperti sakit kepala dan
demam (Senaratne & Gilbert, 2005).

Pada konjungtivitis herpetic yang disebabkan oleh


virus herpes simpleks (HSV) yang biasanya
mengenai anak kecil dijumpai injeksi unilateral,
iritasi, sekret mukoid, nyeri, fotofobia ringan dan
sering disertai keratitis herpes. Konjungtivitis
hemoragika akut yang biasanya disebabkan oleh
enterovirus dan coxsackie virus memiliki gejala
klinis nyeri, fotofobia, sensasi benda asing,
hipersekresi airmata, kemerahan, edema palpebra
dan perdarahan subkonjungtiva dan kadang-kadang
dapat terjadi kimosis (Scott,2010).

herpes simplex virus yang paling membahayakan.


Selain itu penyakit ini juga dapat disebabkan oleh
virus Varicella zoster, picornavirus (enterovirus 70,
Coxsackie A24), poxvirus, dan human
immunodeficiency virus (Scott, 2010). Penyakit ini
sering terjadi pada orang yang sering kontak dengan
penderita dan dapat menular melalu di droplet
pernafasan, kontak dengan benda-benda yang
menyebarkan virus (fomites) dan berada di kolam
renang yang terkontaminasi (Ilyas, 2008).

herpes simplex virus yang paling membahayakan.


Selain itu penyakit ini juga dapat disebabkan oleh
virus Varicella zoster, picornavirus (enterovirus 70,
Coxsackie A24), poxvirus, dan human
immunodeficiency virus (Scott, 2010)Penyakit ini
sering terjadi pada orang yang sering kontak dengan
penderita dan dapat menular melalu di droplet
pernafasan, kontak dengan benda-benda yang
menyebarkan virus (fomites) dan berada di kolam
renang yang terkontaminasi (Ilyas, 2008).

C. Patofisiologi

Mekanisme terjadinya konjungtivitis virus ini


berbeda-beda pada setiap

jenis konjungtivitis ataupun mikroorganisme


penyebabnya (Hurwitz, 2009).

Mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit ini


dijelaskan pada

etiologi.
D. Gejala Klinis

Gejala klinis pada konjungtivitis virus berbeda-beda


sesuai dengan

etiologinya. Pada keratokonjungtivitis epidemik yang


disebabkan oleh

adenovirus biasanya dijumpai demam dan mata seperti


kelilipan, mata berair

berat dan kadang dijumpai pseudomembran. Selain itu


dijumpai infiltrat

subepitel kornea atau keratitis setelah terjadi


konjungtivitis dan bertahan

selama lebih dari 2 bulan (Vaughan & Asbury, 2010).


Pada konjungtivitis ini

biasanya pasien juga mengeluhkan gejala pada saluran


pernafasan atas dan

gejala infeksi umum lainnya seperti sakit kepala dan


demam (Senaratne &

Gilbert, 2005).
Pada konjungtivitis herpetic yang disebabkan oleh
virus herpes simpleks

(HSV) yang biasanya mengenai anak kecil dijumpai


injeksi unilateral, iritasi,

sekret mukoid, nyeri, fotofobia ringan dan sering


disertai keratitis herpes.

Konjungtivitis hemoragika akut yang biasanya


disebabkan oleh

enterovirus dan coxsackie virus memiliki gejala klinis


nyeri, fotofobia, sensasi

benda asing, hipersekresi airmata, kemerahan, edema


palpebra dan perdarahan

1.subkonjungtiva dan kadang-kadang dapat terjadi


kimosis (Scott, 2010).
2.
3.10 Apa pemeriksaan penunjang untuk
scenario?
a.Pengecatan gram untuk mengetahui
jenis bakteri gram negative N. Gonore
b.Pengecatan giemsa untuk mengetahui
sel radang terdapat eosinophil
meningkat
c. Tes air mata untuk mengetahui
pertahanan oleh air mata memakai
kertas saring pada konjungtiva apakah
basah atau tidak,Uji fluorescent
d.Tes anel punctum lakrimalis dirangsang
dan dapat dirasakan masuk hidung
Bagaimana penatalaksanaan dari scenario?
1.Bakteri tetes kloramfenikol, eritromisin
2.Virus tergantung penyebab jika herpes
virus acyclovir
3.Alergi antihistamin klorverinamin maleat,
mast stabilizer (sodium kromoglikat)

Anda mungkin juga menyukai