Anda di halaman 1dari 69

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERBILIRUBIN PADA KLIEN By. Ny.

N
DI RUANG BAYI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULIN
BANJARMASIN

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :
AKHMAD SUGIANNOOR
NPM : 12144011009

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN REGULER
BANJARMASIN, 2015

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERBILIRUBIN PADA KLIEN By. Ny. N


DI RUANG BAYI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULIN
BANJARMASIN

Diajukan Untuk
Memenuhi Salah Satu Persyaratan Kelulusan
Program Studi D3 Keperawatan Reguler

Oleh :
AKHMAD SUGIANNOOR
NPM : 12144011009

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN REGULER
BANJARMASIN, 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat taufik dan hidayah-nya jualah
maka Penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah berjudul Asuhan
Keperawatan Hiperbilirubin Pada Klien By. Ny. N Di Ruang Bayi Rumah Sakit
Umum Daerah Ulin Banjarmasin.

Penulisan ini disusun sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan program


pendidikan D3 Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Banjarmasin. Penulis menyadari selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah .
Penulisan ini tidak lepas dari bimbingan berbagai pihak, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1.

M. Syafwani, S. Kp., M. Kep. Sp. Jiwa selaku Ketua Sekolah Tinggi


Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin

2.

Muhsinin, M.Kep Sp. Anak selaku pembimbing I yang telah


berkenan membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian
Karya Tulis Ilmiah ini

3.

Dedi Hartanto, S.Far, Apt selaku pembimbing II yang telah berkenan


membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian Karya Tulis
Ilmiah ini

4.

Seluruh staf dosen pengajar serta staf pendidikan di Sekolah Tinggi


Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin

5.

Kedua orang tua dan saudara yang telah memberikan dukungan dan
doa-nya.

6.

Temanteman yang telah berkenan membantu penulis dalam


menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah yang telah dibuat belum sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya
membangun, untuk menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Banjarmasin, 18 Juni 2015

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................iii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iv
DAFTAR ISI........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................x
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan...........................................................................4
1.5 Sistematika Penulisan.....................................................................5

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS


2.1 Tinjauan Medis...............................................................................6
2.2 Landasan Keperawatan...................................................................18
BAB 3 HASIL ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Gambaran Kasus.............................................................................20
3.2 Analisis Data dan Diagnosa Keperawatan......................................26
3.3 Intervensi Keperawatan..................................................................27
3.4 Implementasi dan evaluasi..............................................................30
3.5 Catatan Perkembangan...................................................................34
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN
4.1

Kesimpulan.....................................................................................47
4.2 Saran...............................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................49
7

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Derajat dan rentang nilai Hiperbilirubin..............................................13
Tabel 2.2 Terapi Sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum...............................15
Tabel 3.1 Respon Orang Tua Terhadap Bayi.......................................................23
Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Laboraturium.........................................................24
Tabel 3.3 Analisis Data.......................................................................................26
Tabel 3.4 Intervensi Keperawatan.......................................................................27
Tabel 3.5 Implementasi Keperawatan.................................................................30
Tabel 3.6 Evaluasi Keperawatan.........................................................................32
Tabel 3.7 Catatan Perkembangan Hari ke - 2.....................................................34
Tabel 3.8 Catatan Perkembangan Hari ke - 3.....................................................36
Tabel 3.9 Catatan Perkembangan Hari ke - 4.....................................................39
Tabel 3.10 Catatan Perkembangan Hari ke - 5...................................................41
Tabel 3.11 Catatan Perkembangan Hari ke - 6....................................................44

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Pembagian Daerah Ikterus...............................................................13
Gambar 3.1 Genogram.........................................................................................23

10

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Tingkat Kesadaran
Glasgow Coma Scale (GCS )
Skala Nyeri
Skala Otot
Skala Aktivitas
Penilaian Kekuatan Otot
Lembar Konsul
Lembar Absensi Pengambilan Kasus
Daftar Riwayat Hidup

11

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kematian neonatal adalah kematian bayi yang lahir hidup dalam
minggu pertama setelah kelahirannya (Manuaba, 2007). Menurut Survey
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2009 Angka Kematian Bayi
(AKB) 34 Per 1.000 kelahiran.
Keadaan bayi sangat bergantung pada pertumbuhan janin didalam uterus,
kualitas pengawasan antenatal, penanganan dan perawatan setelah lahir.
Penanggulangan bayi bergantung pada keadaan apa dia normal atau tidak.
Diantara bayi yang normal ada yang membutuhkan pertolongan medik segera
seperti bayi baru lahir dengan asfiksia, perdarahan dan hiperbilirubinemia
(Wiknjosastro, 2010)
Hiperbilirubin adalah adalah istilah yang dipakai untuk iktrus neonaturom
setelah ada hasil laboraturium yang menunjukan peningkatan kadar serum
bilirubin (Royyan, 2012). Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus
terdapat pada 50% bayi cukup bulan (aterm) dan 75% bayi kurang bulan
(preterm) (Wiknjosastro, 2010).
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2006,
setiap tahunnya, kematian bayi terjadi pada usia neonatus dengan penyebab
infeksi 33%, asfiksia/ trauma 28%, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) 24%,
kelainan bawaan 10%, dan lain-lain 5%. Salah satu penyebab mortalitas pada
bayi baru lahir adalah kern-ikterus. Kern-ikterus

merupakan komplikasi

ikterus neonatorum yang paling berat. Hiperbiliirubin adalah suatu keadaan


yang mempunyai potensi menimbulkan kern-ikterus, jika tidak ditanggulangi

dengan

baik.A>

http://simtakp.uui.ac.id/jurnal/HAFIZAH-journal.pdf

<

(diakses tanggal 29 Juni 2015)


Angka kematian bayi di Indonesia sangat tinggi yaitu angka kematian bayi 32
per 1.000 kelahiran hidup. Setiap 1 jam terdapat 10 kematian bayi di
Indonesia. Salah satu penyebab kematian bayi terbanyak adalah prematuritas
dan infeksi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) tahun 2007, penyebab kematian neonatus 0-6 hari di
Indonesia adalah asfiksia (37 persen), prematuritas (34 persen), dan sepsis (12
persen). Sementara itu, penyebab kematian neonatus 7-28 hari adalah sepsis
(20,5 %), kelainan kongenital (19 %), pneumonia (17 %), respiratory distress
syndrome/ RDS (14 %), dan prematuritas (14 %). >http://idai.or.id/publicarticles/seputar-kesehatan-anak/salah-satu_penanganan -bayi-prematur-yangperlu-diketahui.html< (diakses tanggal 29 Juni 2015)

Menurut Data yang diambil penulis di Rumah Sakit Umum Daerah Ulin
Banjarmasin pada tahun 2014 terdapat 1.924 bayi sakit dengan angka
kejadian Neonatal Infeksi sebanyak 440 bayi (23%), BBLR 308 bayi (16%),
Asfiksia sedang 281 bayi (15%), Hiperbilirubin 211 bayi (11%), lain-lain
(sepsis, pneumonia, cholestasis, asfiksia berat, distress respiratory, Berat Bayi
Lahir Sangat Rendah (BBLSR), kelainan bawaan, anemia,GE, Nec) 684 bayi
(45%).
Dampak dalam jangak pendek, hiperbilirubin bisa menyebabkan bayi kejangkejang sampai mengakibatkan kematian. Dalam jangka panjang, penumpukan
bilirubin bisa mencemari otak yang mengakibatkan kelumpuhan karena otak
luka (cerebral palsy) atau sistem saraf tidak berfungsi dengan normal akibat
gangguan susunan saraf pusat (Anonim, 2015).
Perawatan Hiperbilirubin dapat dilakukan dengan mempercepat proses
konjugasi (pemberian fenobarbitel) 1-2 hari sebelum ibu melahirkan,
3

memberikan substart yang kurang untuk transportasi inkonjugasi (pemberian


Albumin), melakukan dekomposisi bilirubin dan fototerapi, Serta transfusi
tukar (Royyan, 2012).

Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk mengambil kasus


bayi dengan hiperbilirubin di Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin ,
yang disusun dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan judul

Asuhan

Keperawatan Hiperbilirubin pada bayi Ny. N di ruang Bayi RSUD Ulin


Banjarmasin.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka perumusan masalah pada studi
kasus ini adalah Bagaimana Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan
Hiperbilirubin pada bayi Ny. N di ruang Bayi RSUD Ulin Banjarmasin?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Penulis dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada bayi baru lahir
1.3.2

dengan hiperbilirubin secara komprehensif.


Tujuan Khusus
1.3.2.1
Melakukan pengkajian terhadap bayi baru lahir
dengan Hiperbilirubin secara lengkap dan sistematis
1.3.2.2
Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa
kebidanan, masalah-masalah dan kebutuhan pada bayi baru
lahir dengan hiperbilirubin
1.3.2.3
Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial
pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubin
1.3.2.4
Mengidentifika kebutuhan yang
penanganan

segera

hiperbilirubin
1.3.2.5
Merencanakan

pada

bayi

asuhan

baru

memerlukan
lahir

dengan

keperawatan

yang

menyeluruh pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubin


1.3.2.6
Melaksanakan perencanaan yang menyeluruh sesuai
dengan pengkajian data pada bayi baru lahir dengan
hiperbilirubin
4

1.3.2.7

Melakukan

evaluai

pada

pelaksanaan

asuhan

keperawatan pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubin.\


1.3.2.8
Menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus
nyata

dilapangn

termasuk

faktor

pendukung

dan

penghambat pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubin.


1.3.2.9
memberikan alternatif pemecahan kesenjangan teori
dan kasus nyata pada penatalaksanaan bayi baru lahir
dengan hiperbilirubin.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi penulis
Dapat menambah pengetahuan dan mendapat gambaran yang nyata
dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada bayi baru lahir dengan
1.4.2

hiperbilirubin.
Bagi profesi
Dapat memberikan informasi dan sebagai bahan pertimbangan bagi
profesi dalam memberikan asukan keperawatan pada bayi baru lahir
dengan hiperbilirubin

1.4.3

Bagi institusi
1.4.3.1
Rumah Sakit
Dapat digunakan sebagai acuan dan masukan dalam upaya
meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan pada bayi
baru lahir dengan hiperbilirubin.
1.4.3.2
Pendidikan
Dapat menambah referensi dan sebagai bahan acuan bagi
pendidik dalam pemberian bimbingan pada mahasiswa
tentang asuhan keperawatan pada bayi baru lahir dengan
hiperbilirubin.

1.5 Sistematika Penulisan


Penulisan Karya Tulis ilmiah ini dibagi menjadi empat bab, yang masingmasing bab memuat tentang:
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam bab ini terdiri atas latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan umum dan tujuan khusus, manfaat penulisan dan
sistematika penulisan.
5

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS
Berisi tentang tinjauan teoritis medis dan tinjauan teoritis

BAB 3

keperawatan
HASIL ASUHAN KEPERAWATAN
Berisi gambaran kasus, analisis data dan diagnosa keperawata,

BAB 4

interverensi, implementasi, dan evaluasi.


PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran.

BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 TINJAUAN MEDIS


2.1.1 Hiperbilirubin
2.1.1.1Pengertian
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan kadar bilirubin serum total
yang lebih dari 10 mg % pada minggu pertama yang ditandai
dengan ikterus pada kulit, sclera dan organ lain, kejadian ini
mempunyai potensi menimbulkan kern ikterus (Royyan, 2012).
Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah
>13 mg/dl (Dwienda et al., 2011).
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan bayi baru lahir dimana
kadar bilirubin serum total lebih dari 10 mg % pada cukup
bulan dan 15 mg % pada bayi kurang bulan sehingga
mengakibatkan jaundice pada kulit, sklera, mukosa, dan urine
(Maryuni dan Nurhayati

2009). Hiperbilirubinemia adalah

suatu keadaan dimana kadar bilirubin mencapai suatu nilai


yang mempunyai potensi menimbulkan kern ikterik bila tidak
ditangani dengan baik (Prawirohardjo, 2005)
2.1.1.2Macam Hiperbilirubin
Menurut Prawirohardjo (2005), meliputi :
a. Hiperbilirubin fisiologis
1. Timbulnya pada hari kedua atau ketiga
2. Kadar bilirubin indirek sesudah 2 x 24 jam tidak
melewati 15 mg % pada neonates cukup bulan dan 10
mg % pada neonates kurang bulan
3. Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg %
4. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 1
mg %
5. Hiperbilirubin menghilang pada 10 hari pertama
6. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan
patologik

b. Hiperbilirubin patologis
1. Hiperbilirubin yang terjadi pada 24 jam pertama setelah
lahir apabila kadar bilirubin meningkat melebihi 15 mg
%.
2. Peningkatan kadar bilirubin 5 mg % atau lebih setiap 24
jam
3. Hiperbilirubin klinis yang menetap setelah bayi berusia
8 hari atau 14 hari
4. Hiperbilirubin yang disertai proses hemolisis
5. Hiperbilirubin yang disertai berat lahir kurang dari 200
gram, masa gestasi kurang dari 36 minggu, asfiksia,
hipoksia, infeksi
2.1.1.3Etiologi
Menurut Prawirohardjo (2005), yaitu: Penyebab hiperbilirubin
pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat
disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar etiologi
hiperbilirubin dapat dibagi sebagai berikut :
a. Faktor produksi yang berlebihan melampaui kemampn bayi
untuk mengeluarkannya, misalnya pada : hemolisis yang
meningkat seperti pada ketidakcocokan golongan darah
(Rh,ABO antogonis, defisiensi enzim G6-PD, golongan
darah lain, sepsis)
b. Gangguan dalam up take dan konjugasi hepar disebabkan
imaturitas, kurangnya substrak untuk konjugasi (mengubah)
bilirubin, gangguan fungsi hepar akibat asidosis, hipoksia,
dan infeksi atau tidak terdapat enzim glukuronil transferase
( G-6-PD ).
c. Gangguan transportasi bilirubin dalam darah terikat oleh
albumin kemudian diangkut ke hepar. Ikatan ini dapat
dipengaruhi oleh obat seperti salisilat, sulfafurazole.
Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak bilirubin
indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat pada
sel otak ( terjadi kern ikterus ).

d. Gangguan dalam ekskresi akibat sumbatan dalam hepar atau


diluar hepar. Akibat kelainan bawaan atau infeksi, atau
kerusakan hepar oleh penyebab lain.
2.1.1.4Metabolismee Bilirubin
Untuk mendapatkan pengertian yang cukup mengenai masalah
ikterus pada neonates, perlu diketahui tentang metabolisme
bilirubin pada janin dan neonates. Menurut Prawiroharjo
(2005) metabolisme bilirubin mempunyai tingkat seperti
berikut:
a. Produksi
Sebagian besar bilirubin terbentuk akibat pemecahan
haemoglobin pada sistem Retikulo Endotelial Sistem (RES).
Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonates lebih
tinggi dari bayi yang lebih tua.
b. Transportasi
Bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin ke uptake
bilirubin oleh hepar dilakukan oleh protein Y dan Z.
c. Konjugasi
Didalam hepar bilirubin ini mengalami proses konjugasi
yang

membutuhkan

energi

dan

enzim

glukoronil

transferase. Sesudah mengalami proses ini bilirubin berubah


menjadi bilirubin direk.
d. Ekskresi
Bilirubin direk kemudian di eksresi ke usus, sebagian
dikeluarkan dalam bentuk bilirubin dan sebagian lagi dalam
bentuk sterkobilin. Bilirubin ini kemudian diangkut ke
hepar lagi untuk diproses.
2.1.1.5Patofisiologis
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa
keadaan. Keadaan yang sering ditemukan adalah apabila
terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang
berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan
penghancuran eritrosit, polisitemia. Gangguan pemecahan
bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar
9

bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y


dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan
lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah
apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus
yang mengalami gangguan ekskresi, misalnya sumbatan
saluran empedu. Pada derajat tertentu bilirubin ini akan
bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas terutama
ditemukan ada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam
air tapi mudah larut dalam lemak. Saat ini memungkinkan
terjadinya efek patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi
dapat menembus darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak
disebut kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan
pada syaraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar
bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dL.Mudah tidaknya kadar
bilirubin melewati darah otak ternyata tidak hanya tergantung
pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek akan mudah
melewati darah otak apabila bayi terdapat keadaan berat badan
lahir rendah, hipoksia, dan hipoglikemia (Trionika, 2009).
2.1.1.6Tanda dan Gejala
Menurut Maryunani dan Nurhayati (2009). tanda dan gejala
neonatus dengan hiperbilirubin adalah sebagai berikut :
a. Kulit jaundice (kuning)
b. Sclera ikterik
c. Peningkatan konsentrasi biliubin serum 10 mg%

pada

neonatus yang cukup bulan dan 12,5 mg% pada neonatus


kurang bulan.
d. Kehilangan berat badan sampai 5% selama 24 jam yang
e.
f.
g.
h.

disebabkan oleh rendahnya Intake kalori


Asfiksia
Hipoksia
Sindrom gangguan pernafasan
Pada pemeriksaan abdomen terjadi bentuk perut yang
membuncit.

10

i. Feses
j.
k.
l.
m.
n.

berwarna

seperti

dempul

dan

pemeriksaan

neorulogist dapat ditemukan adanya kejang.


Epistotonus ( posisi tubuh bayi melengkung )
Terjadi pembesaran hati
Tidak mau minum ASI
Latergi
Refleks moro lemah atau tidak ada sama sekali

2.1.1.7Jenis-jenis hiperbilirubin
Menurut Prawirohardjo (2005), jenis-jenis hiperbilirubin yaitu
sebagai berikut :
a. Hiperbilirubin hemolitik
Pada umumnya merupakan suatu golongan penyakit yang
disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah ibu dan
bayi, seperti :
1. Inkompabilitas Rhesus
2. Inkompabilitas ABO
3. Inkompabilitas golongan darah lain
4. Kelainan eritrosit konginetal
5. Defisiensi enzim G6PD
b. Hiperbilirubin Obstruktiva
Hiperbilirubin yang terjadi karena sumbatan penyaluran
empedu baik dalam hati maupun luar hati. Akibat sumbatan
itu terjadi penumpukan bilirubin tidak langsung.
c. Hiperbiliruin yang disebabkan oleh hal lain, seperti :
1. Pengaruh hormon atau obat yang mengurangi
kesanggupan

hepar

untuk

mengadakan

konjugasi

bilirubin.
2. Hipoalbuminemia
3. Adanya obat atau zat kimia yang mengurangi ikatan
bilirubin tidak langsung pada albumin misalnya,
sulfafurzole, salsilat dan heparin.
4. Sindroma Griger Najur. Penyakit ini tidak terdapat atau
sangat kurang glukorenil transferase dalam hepar.
5. Ikterus karena late feeding
6. Asidosis metabolik
7. Pemakaian vitamin K, kalau dosis melebihi 10 mg %

11

d. Kern Hiperbilirubin
Hiperbilirubin ini menimbulkan sindrom neurologis akibat
pengendapan bilirubin tak terkonjugasi di dalam sel-sel
otak. Pada permulaan tanda klinik tidak jelas tetapi dapat
disebutkan, seperti :
1. Letargi
2. Layuh dan malas minum
3. Hipertonik
4. Opistotonus
5. Tangisan melengking
6. Kejang (Prawirohardjo, 2005)
Oleh karena itu, bidan perlu mengetahui dengan baik kapan
terjadinya

ikterus

berkepanjangan
sehingga

dapat

atau

atau

hiperbilirubinemia

tingkat

melakukan

intensitasnya
konsultasi

apakah
meninggi,

atau

merujuk

penderita ke rumah sakit (Prawirohardjo, 2005).


2.1.1.8Penilaian
Pengamatan hiperbilirubin paling baik dilakukan dalam cahaya
matahari dan dengan menekan sedikit kulit yang akan diamati
untuk menghilangkan warna karena pengaruh sirkulasi darah.
Untuk penilaian hiperbilirubin, Kremer membagi tubuh bayi
baru lahir dalam 5 bagian yang dimulai dari kepala dan leher,
dada sampai pusat, pusat bagian bawah sampai tumit, tumit
pergelangan kaki dan bahu pergelangan tangan dan kaki serta
tangan termasuk telapak tangan (Prawirohardjo, 2006).

12

Di bawah ini dapat dilihat pembagian derajat dan daerah


ikterus.
Tabel 2.1 Derajat dan rentang nilai Hiperbilirubin
Deraja
t

Daerah Ikterus

Ikterus
I
Daerah kepala dan leher
II
Sampai badan atas
Sampai badan bawah
III
hingga tungkai
Sampai daerah lengan, kaki
IV
bawah, lutut
Sampai daerah telapak
V
tangan dan kaki

Perkiraan Kadar
Bilirubin
5,0 mg%
9,0 mg%
11,4 mg%
12,4 mg%
16,0 mg%

Gambar 2.1 pembagian daerah Ikterus

13

2.1.1.9Penatalaksanaan Hiperbilirubin
Penanganan hiperbilirubin pada bayi baru lahir menurut
Varney (2007), antara lain :
a. Memenuhi kebutuhan atau nutrisi
1. Beri minum sesuai kebutuhan. Karena bayi malas
minum,

berikan

berulang-ulang,

jika

tidak

mau

menghisap dot berikan pakai sendok. Jika tidak dapat


habis berikan melalui sonde.
2. Perhatikan frekuensi buang air besar, mungkin susu tidak
cocok (jika bukan ASI) mungkin perlu ganti susu.
b. Mengenal gejala dini mencegah meningkatnya ikterus
1. Jika bayi terlihat mulai kuning, jemur pada matahari pagi
(sekitar pukul 7 8 selama 15 30 menit).
2. Periksa darah untuk bilirubin, jika hasilnya masih
dibawah 7 mg% ulang esok harinya
3. Berikan banyak minum.
4. Perhatikan hasil darah bilirubin, jika hasilnya 7 mg%
lebih segera hubungi dokter, bayi perlu terapi.
c. Gangguan rasa aman dan nyaman akibat pengobatan
a) Mengusahakan

agar

bayi

tidak

kepanasan

atau

kedinginan
b) Memelihara

kebersihan

tempat

tidur

bayi

dan

lingkungannya.
c) Mencegah terjadinya infeksi (memperhatikan cara
bekerja aseptik)
Bila kadar bilirubin serum bayi tinggi sehingga di duga akan
terjadi kern ikterik, maka perlu dilakukan penatalaksanaan
khusus. Penanganan terapi khusus antara lain :
a. Terapi sinar
Terapi sinar diberikan jika bilirubin indirek darah mencapai 15

14

mg %. Pada bayi penderita ikterus yang diberi sinar matahari


lebih dari penyinaran biasa, ikterus lebih cepat menghilang
dibandingkan dengan bayi lain yang tidak disinari. Dengan
penyinaran bilirubin dipecah menjadi dipyrole yang kemudian
dikeluarkan melalui ginjal dan traktus digestivus. Hasil
perusakan bilirubin ternyata tidak toksik untuk tubuh dan di
keluarkan tubuh dengan sempurna. Mekanisme utama terapi
sinar adalah fotoisomer. Dengan kata lain bilirubin 42,152
diubah menjadi bilirubin 42,15 E, bilirubin isomer mudah larut
dalam air.
Penggunaan terapi sinar untuk mengobati hiperbilirubinemia
harus dilakukan dengan hati-hati, karena jenis pengobatan ini
dapat menimbulkan komplikasi, yaitu dapat menyebabkan
kerusakan retina, dapat meningkatkan kehilangan air tidak
terasa (insenible water losses), dan dapat mempengaruhi
pertumbuhan serta perkembangan bayi walaupun hal ini masih
dapat dibalikkan, kalau digunakan terapi sinar, sebaiknya
dipilih sinar dengan spektrum antara 420 480 nano meter.
Sinar ultraviolet harus dicegah dengan plexiglass dan bayi
harus mendapat cairan yang cukup (Prawirohardjo, 2005).
Table 2.2 Terapi Sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum
Bayi Cukup Bulan

Bayi dengan Faktor

Saat Timbul

Sehat Kadar

Resiko (kadar

Ikterus

Bilirubin, mg/dl

bilirubin, mg/dl:

Hari ke 1
Hari ke 2
Hari ke 3
Hari ke 4 dst

(mol/L)
Setiap terlihat ikterus.
15 (260)
18 (310)
20 (340)

mol/L)
Setiap terlihat ikterus
13 (220)
16 (270)
17 (290)

Alat-alat untuk terapi sinar menurut Prawirohardjo, (2005) :

15

1. 10 lampu neon biru masing-masing berkekuatan 20 watt.


2. Susunan lampu dimasukkan ke dalam bilik yang diberi ventilasi
3. Di bawah susunan dipasang plexiglass setebal 1,5 cm untuk
mencegah sinar ultraviolet.
4. Alat terapi sinar diletakkan 45 cm di atas permukaan bayi.
5. Terapi sinar diberikan selama 72 jam atau sampai kadar
bilirubin mencapai 7,5 mg %.
6. Mata bayi dan alat kelamin ditutupi dengan bahan yang
dapat memantulkan sinar.
7. Gunakan kain pada boks bayi atau incubator, dan letakkan
tirai putih mengelilingi area sekeliling alat tersebut berada
untuk memantulkan kembali sinar sebanyak mungkin ke
arah bayi.
Menurut Ladewig, (2006) Pelaksanaan pemberian terapi sinar
dan yang perlu di perhatikan antara lain :
1. Letakkan bayi tanpa mengenakan pakaian di bawah sinar
fototerapi, kecuali untuk menutupi alat kelamin, untuk
memaksimalkan pajanan terhadap sinar.
2. Tutup mata bayi saat disinar
3. Pantau tanda-tanda vital setiap 4 jam.
4. Pantau asupan dan keluaran setiap 8 jam
5. Berikan asupan cairan 25% diatas kebutuhan cairan normal.
Untuk memenuhi peningkatan kehilangan cairan yang tidak
tampak mata serta pada feces.
6. Reposisi bayi sedikitnya setiap 2 jam
7. Matikan sinar terapi saat orang tua berkunjung dan
memberikan ASI.
8. Pantau panjang gelombang sinar fototerapi menggunakan
bilimeter, setiap penggantian sorotan cahaya ke area mata
yang lain.

16

9. Pantau kadar bilirubin setiap 8 jam selama 1 hingga 2 hari


pertama atau setiap pemberian sesuai dengan protokol
institusi setelah penghentian fototerapi.
Menurut Ladewig, (2006) kelainan yang mungkin timbul pada
neonatus yang mendapat terapi sinar antara lain :
1. Peningkatan

kehilangan

cairan

yang

tidak

tertukar

(insensible water loss)


2. Frekuensi defekasi meningkat, pemberian susu dengan
kadar laktosa rendah akan mengurangi timbulnya diare.
3. Timbulnya kelainan kulit flea bite rash di daerah muka
badan dan ekstremitas, kelainan ini akan segera hilang
setelah terapi dihentikan.
4. Beberapa

neonatus

yang

mendapat

terapi

sinar

menunjukkan kenaikan suhu tubuh, disebabkan karena suhu


lingkungan yang meningkat atau gangguan pengaturan suhu
tubuh bayi.
5. Kadang ditemukan kelainan seperti, gangguan minum,
letargi, dan iritabilitas. Keadaan ini bersifat sementara dan
akan hilang dengan sendirinya.
6. Gangguan pada mata dan pertumbuhan.
b. Transfusi Tukar
Penggantian darah sirkulasi neonatus dengan darah dan donor
dengan cara mengeluarkan darah neonatus dan memasukkan
darah donor secara berulang dan bergantian melalui suatu
prosedur. Jumlah darah yang diganti sama dengan yang
dikeluarkan. Pergantian darah bisa mencapai 75 85 % dan
jumlah darah neonatus.
Transfusi tukar akan dilakukan pada neonatus dengan kadar

17

bilirubin indirek sama dengan atau lebih tinggi dan 20 %, pada


neonatus dengan kadar bilirubin tali pusat kurang dari 14 mg%
dan coombs test langsung positif (Prawirohardjo, 2005).
Tujuan transufi tukar :
1. Menurunkan kadar bilirubin indirek
2. Mengganti eritrosit yang dapat dihemolisis
3. Membuang antibodi yang menyebabkan hemolisis
4. Mengoreksi anemia
Menurut Prawirohardjo, (2005) prosedur pelaksanaan
pemberian transfusi tukar antara lain :
a) Bayi ditidurkan rata diatas meja dengan fiksasi longgar
b) Pasang monitor jantung, alarm jantung diatur diluar batas
100 180 kali / menit.
c) Masukkan kateter ke dalam vena umbilikalis
d) Melalui kateter, darah bayi dihisap sebanyak 20 cc dimasukkna ke dalam
tubuh bayi. Setelah menunggu 20 detik, lalu darah bayi diambil lagi
sebanyk 20 cc dan dikeluarkan. Kemudian dimasukkan darah pengganti
dengan jumlah yang sama, demikian siklus pengganti tersebut diulang
sampai selesai.
e) Kecepatan menghisap dan memasukkan darah ke dalam tubuh bayi
diperkirakan 1,8 kg/cc BB/menit. Jumlah darah yang ditransfusi tukar
berkisar 140 180 cc/ kg BB tergantung pada tinggi kadar bilirubin
sebelum tranfusi tukar.

Hal-hal yang perlu diperhatikan selama transfusi tukar :


1. Neonatus harus dipasangi alat monitor kardio-respirasi
2. Tekanan darah neonatus harus selalu dipantau
3. Neonatus dipuasakan bila perlu dipasang selang nasogastrik
18

4. Neonatus dipasang infus


5. Suhu tubuh dipantau dan dijaga dalam batas normal
6. Disediakan peralatan resusitasi.
2.2 TINJAUAN KEPERAWATAN
2.2.1
Penegakan Diagnosa
Menurut Maryunani dan Nurhayati (2009) penegakan diagnosa dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
2.2.1.1
Anamnesis
a. Riwayat ibu hamil : adanya infeksi, golongan darah ibu.
b. Riwayat anak terdahulu : adakah yang kuning pada masa bayi
c. Riwayat obat-obatan : oksitosin, jamu, memakai kamfer
d. Riwayat partus dengan tindakan, infeksi intrapartum.
e. Riwayat kelahiran : adanya asfiksia
f. Riwayat penyakit : kapan mulai kuning, gejala infeksi : muntah,
mencret, malas minum, ssak, kejang.
2.2.1.2
a.
b.
c.
d.

Pemeriksaan klinis
Periksalah keadaan umum bayi, berat badan, suhu
Adakah gejala iritabel, gelisah, kejang terutama meliuk-liuk
Adakah gejala malas minum, tidur terus.
Apakah berat bayi berkurang banyak? Nilailah turgor dan

tonus
e. Adakah sefalhematoma, jejas vakum, bercak perdarahan.
f. Selain kuning apakah bayi Nampak pucat? Rabalah hepar dan
lien/limpa. Periksa sejauh mana bayi Nampak kuning.
2.2.1.3
Pemeriksaan laboraturium
a. Kadar bilirubin total pada minggu pertama kehidupan
b. Bila umur bayi diatas 1 minggu, sebaiknya diperiksa juga
bilirubin direk untuk melihat gangguan fungsi ekskresi hati.
c. Cek darah rutin untuk melihat adanya hemolisis/ sepsis
d. Tergantung indikasi : tes comb, G6PD, kultur darah
2.2.2 Diagnosa Yang mungkin muncul
Menurut Royyan (2012) diagnosa yang mungkin muncul adalah:
2.2.2.1Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan aktif
volume cairan (evaporasi), diare, kegagalan mekanisme
pengaturan
2.2.2.2Hipertermi berhubungan dengan paparan lingkungan panas
19

(efek fototherapi), dehidrasi


2.2.2.3Diare berhubungan dengan efek fototerapi
2.2.2.4Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
pigmentasi (jaundice), hipertermi, perubahan turgor kulit,
eritema

20

BAB 3
HASIL ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Gambaran Kasus


3.1.1 Pengkajian
Nama klien By. Ny. N, berjenis kelamin perempuan, lahir hari sabtu
tanggal 23 Mei 2015 berusia 2 hari, nomor RMK 1.15.XX.XX . Masuk
di RSUD Ulin Banjarmasin ruang bayi pada hari sabtu tanggal 23 Mei
2015 dengan diagnosa Hiperbilirubin. Pengkajian dilakukan pada hari
senin tanggal 25 Mei 2015. Ibu bayi bernama Ny. N, berumur 19 tahun,
bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga, berpendidikan terakhir SMP
beralamat di Kelayan, Ayah bayi bernama Tn. H, berumur 23 tahun,
bekerja sebagai karyawan, pendidikan terakhir SMA dan beralamat di
Kelayan.
3.1.2

Riwayat Persalinan

Bayi lahir pada Usia Kehamilan 40/41 minggu, di RS, ditolong


oleh dokter, melalui operasi Sectio Caesarea atas indikasi
Ketuban Pecah Dini (KPD) >24 jam, bayi lahir tunggal,
keadaan bayi baru lahir menangis spontan, tonus otot kuat,
warna kulit bayi kemerahan, APGAR skor: 7 8 9, berat badan

3300 gram, panjang badan 51 cm, lingkar kepala 33 cm.

3.1.3

Riwayat kehamilan

Pada saat hamil ibu tidak pernah mengalami pendarahan, tekanan darah
tinggi atau sakit yang lain, ibu tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan
selain yang diberikan bidan pada saat periksa, Ibu rutin memeriksakan
kehamilannya 3 bulan sekali.
3.1.4

Riwayat Obstetri
21

Ibu bayi berusia 19 tahun dengan Gravida 1, Partus 1, Abortus 0


3.1.5

Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu bayi mengatakan dalam keluarga ada yang menderita penyakit


menurun yaitu hipertensi pada ibu (nenek bayi dari pihak ibu), serta
tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis,
HIV/AIDS.
3.1.6

Pengkajian Fisik Neonatus

Pada pemeriksaan fisik didapat keadaan umum bayi baik, kesadaran


compos mentis, dengan suhu 35,6 oC, nadi 139 x/m, respirasi 45 x/m
Refleks bayi moro, Bayi bergerak aktif dan menangis kuat. Pada
pengkajian kepala terlihat ubun-ubun datar, sutura tidak teraba
penyusupan, tidak ada caput succedaneum dan tidak

ada cepal

hematoma. Rambut bersih, hitam, tidak mudah rontok. Pada leher


tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar limfe serta vena
jugularis. pewarnaan kuning.
Mata tidak cekung, sklera berwarna kuning, konjungtiva merah muda,
simetris. Telinga nampak bersih, tidak ada serumen, kanan dan kiri
simetris warna kuning. Hidung bersih, tidak terdapat secret, simetris,
warna kuning. Pada mulut nampak mukosa bibir tampak kering, tidak
ada labioskisis dan labiopalatoskisis, tidak ada stomatitis.
Pada pengkajian abdomen tidak teraba benjolan, tidak ada perdarahan
tali pusat, tali pusat sudah kering, dan tidak ada tanda-tanda infeksi,
serta perut berwarna kemerahan dan dinding perut tidak lembek. Pada
pengkajian dada tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak
ada suara ronci dan weezing, serta dada berwarna kuning.
Pada pengkajian ekstremitas gerak aktif, jari kaki dan tangan lengkap,
dan tidak terjadi fraktur pada ekstremitas, pewarnaan pada ekstremitas

22

tidak kuning, akral teraba dingin, terpasang neuflon pada ekstremitas


atas sinistra.
Pada pengkajian kulit nampak bersih, kering, turgor masih bagus,
tampak kekuningan pada tubuh bagian atas yaitu bagian muka, leher
hingga dada dan anggota tubuh lain berwarna kemerahan. Kulit teraba
dingin, Suhu ruangan boks terbuka 26 oC dan Suhu kulit : 35,6o C. Pada
pengkajian genital labia mayora kanan dan kiri menutupi labia minora
kanan dan kiri, terdapat 1 lubang uretra dan 1 lubang vagina. Umbilicus
normal, Anus berlubang, Spina normal.
3.1.7 Pola Kebiasaan Bayi

Jenis nutrisi yang diberikan adalah ASI on demand sebanyak 10 cc per


3 jam. Bayi BAK rata-rata 5-7 kali dalam sehari , warna jernih, bau
tidak berbau dan BAB 4-5 kali sehari warna kuning kehijauan, bau khas
feses. Bayi menggunakan popok. Gerakan bayi aktif. Bayi dibersihkan
dan diseka sebanyak 1 kali sehari pada pagi hari . Bayi tidur dalam
sehari rata-rata 19 jam, yaitu tidur malam 10 jam dan tidur siang 9
jam. Bayi memiliki jadwal fototerapi dengan perbandingan 6 jam
penyinaran 2 jam istirahat.

3.1.8

Riwayat Sosial

23

Gambar 3.1 Genogram

Keterangan
= Perempuan
= Laki-laki
= Perempuan meninggal dunia
= Laki-laki meninggal dunia
= Bayi

Tabel 3.1 Respon Orang Tua Terhadap Bayi


IBU

TINGKAH LAKU

AYAH

Menyentuh
Memeluk
Berbicara
Berkunjung
Memanggil nama
Kontak mata

3.1.9Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 25 Mei 2015 (16:15:17)
Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Laboraturium

24

PEMERIKSAAN

HEMATOLOGI
Hemoglobin
leukosit
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit
RDW-CV
MCV,MCH,MCHC
MCV
MCH
MCHC
Hitung Jenis
Gran %
Limfosit %
MID %
Gran #
Limfosit #
MID #
HATI
Bilirubin total
Bilirubin Direk
Bilirubin Indirek
KIMIA
GULA DARAH
Gula Darah Sewaktu

HASIL

NILAI RUJUKAN

SATUAN

13.9*
22.6 *
3.78*
41.6*
320
15.8*

14.00-24.00
4.0-10.5
4.80-7.10
44.00-64.00
150-450
11.5-14.7

g/dl
ribu/ul
juta/ul
vol%
ribu/ul
%

110.1*
36.7*
33.4

80.0-97.0
27.0-32.0
32.0-38.0

fl
pg
%

62.3
25.6
12.1*
14.10*
5.8
2.7

50.0-70.0
25.0-40.0
4.0-11.0
2.50-7.00
1.25-4.0

%
%
%
ribu/ul
ribu/ul
ribu/ul

10.9*
1.82*
7.26*

0.20-1.20
0.00-0.40
0.20-0.60

mg/dl
mg/dl
mg/dl

54

<200

mg/dl

25

3.1.10 Farmakologi
3.1.10.1 Inj. I.V Ampicillin 2 x 165 mg
3.1.10.2 Inj. I.V Gentamicin 16,5 mg/36 jam
3.1.11 DATA FOKUS
3.1.11.1
Data Subjektif (DS)
Bidan L mengatakan bahwa tubuh By. Ny. N dingin
3.1.11.2
Data Objektif (DO)
a. Kepala dan leher tampak berwarna kuning
b. Sklera tampak berwarna kuning
c. Telinga dan hidung tampak berwarna kuning
d. Dada tampak berwarna kuning
e. Bayi tampak memakai popok
f. Kulit teraba dingin
g. Akral teraba dingin
h. Respirasi : 45 x/menit
i. Nadi : 139 x/menit
j. Suhu tubuh : 35,6 o C
k. Suhu ruangan boks terbuka : 26 o C
l. Bilirubin total : 10.9 mg/dl (usia bayi 3 hari)
m. Bilirubin Direk : 1.82 mg/dl (usia bayi 3 hari)
n. Bilirubin Indirek : 7.26 mg/dl (usia bayi 3 hari)
o. Hemoglobin : 13.9 g/dl (usia bayi 3 hari)
p. Bayi memiliki jadwal fototerapi
q. Mukosa bibir tampak kering
r. BAB (+)
s. BAK (+)

3.2 Analisis Data dan Diagnosa Keperawatan


Tabel 3.3 Analisis Data
NO

DATA

MASALAH

26

ETIOLOGI

Data Subjektif :
-

Hipotermi

Ketidakmatangan
pengaturan suhu

Bidan L mengatakan bahwa

neonatal

tubuh By. Ny. N dingin


Data Objektif:
-

Akral teraba dingin

Kulit teraba dingin

Suhu tubuh : 35,6 o C

Suhu ruangan boks terbuka: 26


o

C
FAKTOR RESIKO
- Kepala dan leher klien tampak
-

berwarna kuning
Sklera
tampak

kuning
Telinga dan hidung tampak

Resiko Cidera

Peningkatan kadar
bilirubin toksik

berwarna

berwarna kuning
- Dada tampak berwarna kuning
- Bilirubin total : 10.9 mg/dl
- Bilirubin Direk : 1.82 mg/dl
- Bilirubin Indirek : 7.26 mg/dl
- Hemoglobin : 13.9 g/dl
- Bayi tampak memakai popok
FAKTOR RESIKO
- Bayi tampak menangis
- Mukosa bibir tampak kering
- Fototerapi
- Penghangatan
- BAB (+)
- BAK (+)
- Respirasi : 45 x/menit
- Nadi : 139 x/menit

Resiko

Paparan lingkungan

Kekurangan

panas (fototerapi)

volume cairan

Prioritas Masalah
1. Hipotermi berhubungan dengan Ketidakmatangan pengaturan suhu
2.
3.

neonatal
Resiko Cidera berhubungan dengan Peningkatan kadar bilirubin toksik
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan Paparan
lingkungan panas (fototerapi)

27

3.3 Intervensi Keperawatan


Tabel 3.4 Intervensi Keperawatan
N
O
1

TUJUAN

DIAGNOSA

INTERVENSI

Hipotermi

NOC :

NIC :

berhubunga

Thermoregulation :

Temperature regulation

n dengan

neonate

1. Monitor suhu minimal tiap 2

Ketidakmat

Setelah dilakukan

angan

tindakan keperawatan

jam
2. Rencanakan Monitoring suhu

pengaturan

selama 6 jam

suhu

diharapkan Klien tidak

neonatal

mengalami hipotermi
dengan Kriteria Hasil :

Suhu tubuh dalam


rentang normal
Nadi dan RR dalam
rentang normal

secara kontinyu
3. Monitor TD, nadi, dan RR
4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
6. Tingkatkan Intake cairan dan
nutrisi
7. Selimuti bayi untuk mencegah hilangnya kehangatan
tubuh
8. Ajarkan

pada

bayi

cara

mencegah keletihan akibat


panas
9. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan
kemungkinan efek

negatif

dari kedinginan
10. Beritahukan tentang indikasi
terjadinya

keletihan

dan

penanganan emergency yang


diperlukan
11. Ajarkan
indikasi

dari

hipotermi dan penanganan

28

yang diperlukan
12. Berikan anti piretik jika perlu

29

Resiko

NOC :

NIC

Cidera

Risk Kontrol

Environment Management

berhubunga

Immune status

1. Sediakan lingkungan yang

n dengan

Safety Behavior

aman untuk bayi

Peningkatan Setelah dilakukan tindak- 2. Identifikasi

kebutuhan

kadar

an keperawatan selama

keamanan

bilirubin

6 Jam Klien tidak me-

dengan kondisi fisik dan

toksik

ngalami Cidera dengan

fungsi kognitif

kriterian hasil:

riwayat penyakit terdahulu

Kli

bayi,

bayi dan

bayi
3. Hindarkan lingkungan yang

en terbebas dari

berbahaya

cedera

sesuai

Kli

(misalnya

memindahkan perabotan)
4. Pasang side rail tempat tidur

en mampu men-

jelaskan cara / metode 5. Sediakan tempat tidur yang


nyaman dan bersih
untuk mencegah
6. Tempatkan

cedera

Kli

ditempat

saklar
yang

jelaskan faktor risiko

7. Batasi pengunjung

dari lingkungan /

8. Berikan

M
ampu memodifik-asi

keluarga

untuk

9. Anjurkan

menemani bayi.
lingkungan

dari

kebisingan

mencegah cidera
M
enggunakan fasilitas
kesehatan yang ada
M
30

yang

10. Kontrol

gaya hidup untuk

penerangan

cukup

perilaku personal

mudah

dijangkau bayi.

en mampu men-

lampu

11. Pindahkan

barang-barang

yang dapat membahayakan


12. Berikan penjelasan pada bayi
dan keluarga atau

ampu mengenali

pengunjung adanya

perubahan status

perubahan status kesehatan

kesehatan

dan penyebab penyakit.

Resiko

NOC:

NIC:

kekurangan

Fluid balance

Fluid management

volume

Hydration

1. Timbang

cairan

Nutritional Status : Food

berhubunga

and Fluid Intake

jika diperlukan
2. Pertahankan catatan Intake

n dengan

Kriteria Hasil :

Paparan

popok/pembalut

dan output yang akurat


3. Monitor
status
hidrasi

Mempertahankan

lingkungan

urine output sesuai

mukosa,

panas

dengan usia dan BB,

tekanan darah ortostatik ),

(penghangat

BJ urine normal, HT

an dan

normal
Tekanan darah, nadi,

jika diperlukan
4. Monitor vital sign
5. Monitor
masukan

fototerapi)

membran

nadi

adekuat,

dalam

makanan / cairan dan hitung

batas normal
Tidak ada tanda tanda

Intake kalori harian


Lakukan terapi IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan
Berikan cairan IV pada suhu

suhu

kelembaban

tubuh

dehidrasi,
turgor

Elastisitas

kulit

membrane

baik,
mukosa

lembab, tidak ada rasa


haus yang berlebihan

6.
7.
8.
9.

ruangan
10. Dorong masukan oral
11. Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
12. Dorong keluarga

untuk

membantu pasien makan


13. Tawarkan snack ( jus buah,
buah segar )
14. Kolaborasi dokter jika tanda
cairan
meburuk

31

berlebih

muncul

15. Atur kemungkinan tranfusi


16. Persiapan untuk tranfusi

3.4 Implementasi dan Evaluasi


Tabel 3.5 Implementasi Keperawatan
NO
1

HARI/TG
L
Senin, 25

JAM
09.00

DX
I

IMPLEMENTASI
1. Memonitor suhu

EVALUASI
1. Suhu tubuh bayi :

minimal tiap 2 jam


35,6oC
2. Memonitor warna dan 2. Warna kulit kuning

Mei 2015

turgor kulit
3. Menyelimuti
untuk

pada bagian atas dan


bayi

kemerahan pada

mencegah

bagian bawah.
hilangnya kehangatan 3. Bayi dibedong dan
tubuh
4. Melakukan
penghangatan bayi
2

Senin, 25
Mei 2015

09.00

II

diselimuti
4. Bayi dihangatkan
pada suhu

1. Mengkaji status

1. Status neorulogis bayi

neurologi
2. Mengobservasi

baik
2. Keadaan umum baik,

keadaan umum dan

suhu tubuh 35,6 oC,

tanda-tanda vital
3. Menyediakan

nadi 139 x/menit,

untuk bayi
4. Menghindarkan

dilingkungan yang

respirasi 45 x/menit
lingkungan yang aman 3. Bayi ditempatka

lingkungan yang
berbahaya

aman dan bayi selalu


didampingi
4. Tidak terdapat benda/
alat yang
membahayakan
dilingkungan sekitar
bayi

32

Senin, 25

09.00

III

1. Memonitor TTV dan 1. Suhu tubuh bayi : 37,9

Mei 2015

kulit
2. Mengkaji status
hidrasi
3. Memonitor Intake dan
output
4. Memberi minum ASI
tambahan saat

C
2. Mukosa bibir tampak
kering, kulit tampak
kering
3. Bayi belum ada diberi
ASI, BAB (+), BAK
(+)
4. Pemberian ASI 20cc

fototerapi

Tabel 3.6 Evaluasi Keperawatan


N
O
1

HARI/TGL

JAM

NO.DX

Senin, 25

13.0

Juli 2015

EVALUASI HASIL
S:O: kulit klien teraba hangat
Suhu tubuh : 37,6 oC
Penghangatan dihentikan
Nadi : 142 x/menit
Pernafasan : 42 x/menit
A: masalah hipotermi teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
1. Memonitor suhu minimal tiap 2 jam
2. Memonitor warna dan turgor kulit
3. Menyelimuti bayi untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh

33

Senin, 25

13.0

Juli 2015

II

S:O: Kepala dan leher klien tampak berwarna


kuning
Sklera tampak berwarna kuning
Telinga dan hidung tampak berwarna
kuning
Dada tampak berwarna kuning
Suhu : : 37,8 oC
Nadi : 142 x/menit
Pernafasan : 42 x/menit
Fototerapi diteruskan
A: masalah resiko Cidera masih ada
P: lanjutkan intervensi
1. Mengkaji status neurologi
2. Mengobservasi keadaan umum dan
tanda-tanda vital
3. Menyediakan lingkungan yang aman
untuk bayi
4. Menghindarkan lingkungan yang
berbahaya

34

Senin, 25

13.0

Juli 2015

III

S:O: kulit bayi teraba hangat dan kering


Mukosa bibir tampak kering
Bayi tampak difototerapi
Suhu tubuh : 37,8 oC
Nadi : 142 x/menit
Pernafasan : 42 x/menit
BAB (+) BAK (+)
Pemberian ASI 20 cc
A: masalah resiko kekurangan volume cairan
masih ada
P: Lanjutkan intervensi
1. Memonitor TTV dan kulit
2. Mengkaji status hidrasi
3. Memonitor Intake dan output
4. Member minum ASI tambahan saat
fototerapi

3.5 Catatan Perkembangan


Tabel 3.7 Catatan Perkembangan Hari ke - 2
NO
1

HARI/TGL
Selasa, 26
Mei 2015

JAM
09.00

NO.DX

IMPLEMENTASI
1. Memonitor suhu
minimal tiap 2 jam
Evaluasi tindakan :
Suhu tubuh bayi :
36,0oC
2. Memonitor warna
dan turgor kulit
Evaluasi tindakan :
Warna kulit kuning
pada bagian atas
dan

keme-rahan

pada bagian bawah


3. Menyelimuti bayi

35

EVALUASI
Jam : 11.00
S:O: kulit klien teraba
hangat
Suhu tubuh : 37,4 oC
Penghangatan
dihentikan
Nadi : 139x/menit
Pernafasan : 45
x/menit
A: masalah hipotermi

untuk

mencegah

hilangnya

teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi

kehangatan tubuh
Evaluasi tindakan :
Bayi dibedong dan
diMenyelimuti
4. Melakukan

1. Memonitor suhu
minimal tiap 2 jam
2. Memonitor warna
dan turgor kulit
3. Menyelimuti bayi

penghangatan bayi
Evaluasi tindakan :
Bayi difototerapi
2

Selasa, 26
Mei 2015

09.00

II

1. Mengkaji status
neurologi
Evaluasi tindakan :
Status neorulogis
bayi baik
2. Mengobservasi

untuk

mencegah

hilangnya
kehangatan tubuh
Jam : 14.00
S:O: Kepala dan leher klien
tampak

ber-warna

kuning.

keadaan umum dan

Sklera tampak ber-

tanda-tanda vital
Evaluasi tindakan :

warna kuning.

Keadaan umum
baik, suhu tubuh
36 oC, nadi 139
x/menit, respirasi
45 x/menit

berwarna

kuning
Dada

tampak

berwarna kuning
Nadi : 139 x/menit

yang

aman untuk bayi


Evaluasi tindakan :
Bayi ditempatka
dilingkungan yang
aman dan bayi
selalu didampingi
4. Menghindarkan
lingkungan yang
berbahaya
Evaluasi tindakan :
Tidak terdapat

36

tampak

Suhu : : 37,4 oC

3. Menyediakan
lingkungan

Telinga dan hidung

Pernafasan : 45
x/menit
Fototerapi diteruskan
A: masalah resiko cidera
masih ada
P: lanjutkan intervensi
1. Mengkaji status
neurologi
2. Mengobservasi
keadaan umum dan
tanda-tanda vital

benda/ alat yang

3. Menyediakan

membahayakan
dilingkungan
sekitar bayi

lingkungan

yang

aman untuk bayi


4. Menghindarkan
lingkungan yang
berbahaya

Selasa, 26
Mei 2015

09.00

III

1. Memonitor TandaTanda Vital


Evaluasi tindakan :
Suhu tubuh bayi :
37,9 o C
2. Mengkaji status
hidrasi
Evaluasi tindakan :
mukosa bibir dan
kulit tampak kering
3. Memonitor Intake
dan output
Evaluasi tindakan :
Intake (-)
BAB (+), BAK (+)
4. Member minum
ASI tambahan saat
fototerapi
Evaluasi tindakan :
Diberikan ASI 10
cc per 3 jam

S:O: kulit bayi teraba


hangat dan kering
Mukosa bibir tampak
kering
Bayi tampak
difototerapi
Suhu tubuh : 37,8 oC
Nadi : 142 x/menit
Pernafasan : 42
x/menit
BAB (+) BAK (+)
Pemberian ASI 20 cc
A: masalah resiko
kekurangan volume
cairan masih ada
P: Lanjutkan intervensi
1. Memonitor

TTV

dan kulit
2. Mengkaji status
hidrasi
3. Memonitor

Intake

dan output
4. Member minum
ASI tambahan saat
fototerapi

Tabel 3.8 Catatan Perkembangan Hari ke - 3

37

NO
1

HARI/TGL
Rabu, 27

JAM
14.00

NO.DX

Mei 2015

IMPLEMENTASI
1. Memonitor suhu
minimal tiap 2 jam
Evaluasi tindakan :
Suhu tubuh bayi :
36,0oC
2. Memonitor warna
dan turgor kulit
Evaluasi tindakan :
Warna kulit kuning
pada bagian atas
dan

kemerahan

pada bagian bawah


3. Menyelimuti bayi
untuk

mencegah

hilangnya
kehangatan tubuh
Evaluasi tindakan :
Bayi dibedong dan
diMenyelimuti
4. Melakukan

EVALUASI
Jam : 16.00
S:O: kulit klien teraba
hangat
Suhu tubuh : 37,4 oC
Nadi : 139x/menit
Pernafasan : 45
x/menit
Penghangatan
dihentikan
A: masalah hipotermi
teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
1. Memonitor suhu
minimal tiap 2 jam
2. Memonitor warna
dan turgor kulit
3. Menyelimuti bayi

penghangatan bayi
Evaluasi tindakan :
Bayi difototerapi

untuk

hilangnya
kehangatan tubuh

pada suhu 38-39oC


2

Rabu, 27
Mei 2015

14.00

II

1. Mengkaji status
neurologi
Evaluasi tindakan :
Status neorulogis
bayi baik
2. Mengobservasi

mencegah

Jam : 21.00
S:O: Kepala dan leher klien
tampak

berwarna

kuning.

keadaan umum dan

Sklera tampak ber-

tanda-tanda vital
Evaluasi tindakan :

warna kuning.

Keadaan umum
baik, suhu tubuh
36 oC, nadi 139
x/menit, respirasi

38

Telinga dan hidung


tampak

berwarna

kuning
Dada

tampak

berwarna kuning

Suhu : : 37,4 oC

45 x/menit
3. Menyediakan
lingkungan

Nadi : 139 x/menit


yang

Pernafasan : 45

aman untuk bayi


Evaluasi tindakan :
Bayi ditempatka
dilingkungan yang
aman dan bayi
selalu didampingi
4. Menghindarkan
lingkungan yang
berbahaya
Evaluasi tindakan :
Tidak terdapat

x/menit
Fototerapi diteruskan
A: masalah resiko Cidera
masih ada
P: lanjutkan intervensi
1. Mengkaji status
neurologi
2. Mengobservasi
keadaan umum dan
tanda-tanda vital
3. Menyediakan

benda/ alat yang


membahayakan
dilingkungan

lingkungan

aman untuk bayi


4. Menghindarkan
lingkungan yang

sekitar bayi
3

Rabu, 27
Mei 2015

14.00

III

1. Memonitor TandaTanda Vital


Evaluasi tindakan :
Suhu tubuh bayi :
37,9 o C
2. Mengkaji status
hidrasi
Evaluasi tindakan :
mukosa bibir dan
kulit tampak kering
3. Memonitor Intake
dan output
Evaluasi tindakan :
Intake (-)
BAB (+), BAK (+)
4. Memberi minum
ASI tambahan saat
fototerapi
Evaluasi tindakan :
Diberikan ASI

39

yang

berbahaya
Jam : 21.00
S:O: kulit bayi teraba
hangat dan kering
Mukosa bibir tam-pak
kering
Bayi tampak
difototerapi
Suhu tubuh : 37,4 oC
Nadi : 139 x/menit
Pernafasan : 45
x/menit
BAB (+) BAK (+)
Pemberian ASI 20 cc
A: masalah resiko
kekurangan volume

10cc per 3 jam

cairan masih ada


P: Lanjutkan intervensi
1. Monitor

Tanda-

Tanda Vital
2. Kaji status hidrasi
3. Monitor Intake &
output
4. Member minum
ASI tambahan saat
fototerapi

Tabel 3.9 Catatan Perkembangan Hari ke - 4


NO
1

HARI/TGL
Kamis, 28
Mei 2015

JAM
21.00

NO.DX

IMPLEMENTASI
1. Memonitor suhu
minimal tiap 2 jam
Evaluasi tindakan :
Suhu tubuh bayi :
35,5oC
2. Memonitor warna
dan turgor kulit
Evaluasi tindakan :
Warna kulit kuning
pada bagian atas
dan

keme-rahan

pada bagian bawah


3. Menyelimuti bayi
untuk

mencegah

hilangnya
kehangatan tubuh
Evaluasi tindakan :
Bayi dibedong dan
diMenyelimuti
4. Melakukan
penghangatan bayi

40

EVALUASI
Jam : 24.00
S:O: kulit klien teraba
hangat
Suhu tubuh : 37,8 oC
Penghangatan
dihentikan
Nadi : 140x/menit
Pernafasan : 45
x/menit
A: masalah hipotermi
teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
1. Memonitor suhu
minimal tiap 2 jam
2. Memonitor warna
dan turgor kulit
3. Menyelimuti bayi

Evaluasi tindakan :
Bayi difototerapi

untuk

hilangnya

pada suhu 38-39oC


Kamis, 28
Mei 2015

21.00

II

1. Mengkaji status
neurologi
Evaluasi tindakan :
Status neorulogis
bayi baik
2. Mengobservasi

mencegah

kehangatan tubuh
Jam : 24.00
S:O: Kepala dan leher klien
tidak

tampak

ber-

warna kuning.

keadaan umum dan

Sklera tidak tampak

tanda-tanda vital
Evaluasi tindakan :

berwarna kuning.

Keadaan umum
baik, suhu tubuh
36 oC, nadi 139
x/menit, respirasi
45 x/menit

Bayi ditempatka
dilingkungan yang
aman dan bayi
selalu didampingi
4. Menghindarkan
lingkungan yang
berbahaya
Evaluasi tindakan :
Tidak terdapat
benda/ alat yang
membahayakan
sekitar bayi

41

tampak

ber-

warna kuning
Dada tidak tampak
berwarna kuning
Nadi : 139 x/menit

yang

aman untuk bayi


Evaluasi tindakan :

dilingkungan

tidak

Suhu : : 37,4 oC

3. Menyediakan
lingkungan

Telinga dan hidung

Pernafasan : 45
x/menit
A: masalah resiko Cidera
masih ada
P: lanjutkan intervensi
1. Mengkaji status
neurologi
2. Mengobservasi
keadaan umum dan
tanda-tanda vital
3. Menyediakan
lingkungan

yang

aman untuk bayi


4. Menghindarkan
lingkungan yang
berbahaya

Kamis, 28

21.30

III

Mei 2015

1. Memonitor TandaTanda Vital


Evaluasi tindakan :
Suhu tubuh bayi :
37,9 o C
2. Mengkaji status
hidrasi
Evaluasi tindakan :
mukosa bibir dan
kulit tampak kering
3. Memonitor Intake
dan output
Evaluasi tindakan :
Intake (-)
BAB (+), BAK (+)
4. Memberi minum
ASI tambahan saat
fototerapi
Evaluasi tindakan :
Diberikan ASI
10cc per 3 jam

Jam : 24.00
S:O: kulit bayi teraba
hangat dan kering
Mukosa bibir tampak
kering
Bayi tampak
difototerapi
Suhu tubuh : 37,4 oC
Nadi : 139 x/menit
Pernafasan : 45
x/menit
BAB (+) BAK (+)
Pemberian ASI 20 cc
A: masalah resiko
kekurangan volume
cairan masih ada
P: Lanjutkan intervensi
1. Monitor

Tanda-

Tanda Vital
2. Kaji status hidrasi
3. Monitor Intake &
output
4. Member minum
ASI tambahan saat
fototerapi

Tabel 3.10 Catatan Perkembangan Hari ke - 5


NO

HARI/TGL

JAM

NO.DX

IMPLEMENTASI

42

EVALUASI

Jumat, 29
Mei 2015

06.00

1. Memonitor suhu
minimal tiap 2 jam
Evaluasi tindakan :
Suhu tubuh bayi :
36,0oC
2. Memonitor warna
dan turgor kulit
Evaluasi tindakan :
Warna kulit kuning
pada bagian atas
dan

keme-rahan

pada bagian bawah


3. Menyelimuti bayi
untuk

mencegah

hilangnya
kehangatan tubuh
Evaluasi tindakan :
Bayi dibedong dan
diMenyelimuti
4. Melakukan
penghangatan bayi
Evaluasi tindakan :
Bayi dihangatkan
pada suhu 38-39oC

43

Jam : 09.00
S:O: kulit klien teraba
hangat
Suhu tubuh : 37,4 oC
Penghangatan
dihentikan
Nadi : 139x/menit
Pernafasan : 45
x/menit
A: masalah hipotermi
teratasi
P: hentikan intervensi

Jumat, 29
Mei 2015

06.30

II

1. Mengkaji status
neurologi
Evaluasi tindakan :
Status neorulogis
bayi baik
2. Mengobservasi

Jam : 09.00
S:O: Kepala dan leher klien
tidak

tampak

berwarna kuning.

keadaan umum dan

Sklera tidak tampak

tanda-tanda vital
Evaluasi tindakan :

berwarna kuning.

Keadaan umum
baik, suhu tubuh
36 oC, nadi 139
x/menit, respirasi
45 x/menit

Bayi ditempatka
dilingkungan yang
aman dan bayi
selalu didampingi
4. Menghindarkan
lingkungan yang
berbahaya
Evaluasi tindakan :
Tidak terdapat
benda/ alat yang
membahayakan
sekitar bayi

tampak

warna kuning
Dada tidak tampak
berwarna kuning

Pernafasan : 45
x/menit
Fototerapi diteruskan
A: masalah resiko Cidera
masih ada
P: lanjutkan intervensi
1. Mengkaji status
neurologi
2. Mengobservasi
keadaan umum dan
tanda-tanda vital
3. Menyediakan
lingkungan

yang

aman untuk bayi


4. Menghindarkan
lingkungan yang
berbahaya

44

ber-

Nadi : 139 x/menit


yang

aman untuk bayi


Evaluasi tindakan :

dilingkungan

tidak

Suhu : : 36,8 oC

3. Menyediakan
lingkungan

Telinga dan hidung

Jumat, 29

07.30

III

Mei 2015

1. Memonitor TandaTanda Vital


Evaluasi tindakan :
Suhu tubuh bayi :
36,9 o C
2. Mengkaji status
hidrasi
Evaluasi tindakan :
mukosa bibir dan
kulit tampak kering
3. Memonitor Intake
dan output
Evaluasi tindakan :
Intake (-)
BAB (+), BAK (+)
4. Member minum
ASI tambahan saat
fototerapi
Evaluasi tindakan :
Diberikan ASI 10
cc per 3 jam

Jam : 09.00
S:O: kulit bayi teraba
hangat dan kering
Mukosa bibir tam-pak
kering
Suhu tubuh : 37,4 oC
Nadi : 139 x/menit
Pernafasan : 45
x/menit
BAB (+) BAK (+)
Pemberian ASI 20 cc
A: masalah resiko
kekurangan volume
cairan masih ada
P: Lanjutkan intervensi
1. Monitor

Tanda-

Tanda Vital
2. Kaji status hidrasi
3. Monitor Intake &
output
4. Member minum
ASI tambahan

Tabel 3.11 Catatan Perkembangan Hari ke - 6


NO

HARI/TGL

JAM

NO.D
X

IMPLEMENTASI

45

EVALUASI

Sabtu , 30
Mei 2015

10.00

II

1. Mengkaji status
neurologi
Evaluasi tindakan :
Status neorulogis
bayi baik
2. Mengobservasi

Jam : 14.00
S:O: Kepala dan leher klien
tidak

tampak

ber-

warna kuning.

keadaan umum dan

Sklera tidak tampak

tanda-tanda vital
Evaluasi tindakan :

berwarna kuning.

Keadaan umum
baik, suhu tubuh
37 oC, nadi 139
x/menit, respirasi
45 x/menit

Bayi ditempatka
dilingkungan yang
aman dan bayi
selalu didampingi
4. Menghindarkan
lingkungan yang
berbahaya
Evaluasi tindakan :
Tidak terdapat
benda/ alat yang
membahayakan
sekitar bayi

tampak

warna kuning
Dada tidak tampak
berwarna kuning

Pernafasan : 44
x/menit
Fototerapi diteruskan
A: masalah resiko Cidera
masih ada
P: lanjutkan intervensi
1. Mengkaji status
neurologi
2. Mengobservasi
keadaan umum dan
tanda-tanda vital
3. Menyediakan
lingkungan

yang

aman untuk bayi


4. Menghindarkan
lingkungan yang
berbahaya

46

ber-

Nadi : 132 x/menit


yang

aman untuk bayi


Evaluasi tindakan :

dilingkungan

tidak

Suhu : 36,9 oC

3. Menyediakan
lingkungan

Telinga dan hidung

Sabtu , 30
Mei 2015

10.30

III

1. Memonitor TandaTanda Vital


Evaluasi tindakan :
Suhu tubuh bayi :
37,9 o C
2. Mengkaji status
hidrasi
Evaluasi tindakan :
mukosa bibir dan
kulit tampak kering
3. Memonitor Intake
dan output
Evaluasi tindakan :
Intake (-)
BAB (+), BAK (+)
4. Memberi minum
ASI tambahan saat
fototerapi
Evaluasi tindakan :
Diberikan ASI 10
cc per 3 jam

Jam : 12.00
S:O: kulit bayi teraba
hangat dan kering
Mukosa bibir tam-pak
kering
Suhu tubuh : 37,4 oC
Nadi : 139 x/m
Pernafasan : 45 x/m
BAB (+) BAK (+)
Pemberian ASI 10cc
per 3 jam
A: masalah resiko
kekurangan volume
cairan masih ada
P: Lanjutkan intervensi
1. Monitor

Tanda-

Tanda Vital
2. Kaji status hidrasi
3. Monitor Intake &
output
4. Member minum
ASI tambahan saat
fototerapi

47

BAB 4
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan bayi baru lahir dengan kadar bilirubin
total lebih dari 10mg% pada bayi cukup bulan dan lebih dari 15mg% pada
bayi kurang bulan. Berdasarkan hasil Asuhan Keperawatan pada By. Ny. N,
dengan diagnosis Hiperbilirubinemia dapat disimpulkan bahwa :
Pada pengkajian By. Ny. N diketahui nilai bilirubin total adalah 10,9 mg/dl,
pada pemeriksaan fisik didapat kulit bayi nampak kekuningan pada bagian
kepala, leher, hidung, sklera, telinga dan dada sedangkan pada bagian
abdomen, dan ekstremitas tampak kemerahan, kulit teraba dingin, akral
teraba dingin, frekuensi nafas 45x/menit, nadi 139x/menit, suhu tubuh
35,6oC. Dari interpretasi data yang ditegakkan masalah yang timbul pada
By. Ny. N adalah hipotermi berhubungan dengan Ketidakmatangan
pengaturan suhu neonatal, resiko Cidera berhubungan dengan Peningkatan
kadar bilirubin toksik , dan resiko kekurangan volume cairan berhubungan
dengan Paparan Lingkungan Panas (Fototerapi & penghangatan ).
Implementasi yang dilakukan untuk masalah hipotermi adalah : memonitor
suhu minimal tiap 2 jam, memonitor warna dan turgor kulit, menyelimuti
bayi untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh, dan melakukan
penghangatan bayi. Untuk resiko injuri : Mengkaji status neurologi,
mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital, menyediakan
lingkungan yang aman untuk bayi, dan menghindarkan lingkungan yang
berbahaya. untuk resiko kekurangan volume cairan tindakan keperawatan
dilakukan adalah memonitor tanda-tanda vital, mengkaji status hidrasi,
memonitor Intake dan output, memberi minum

ASI tambahan saat

fototerapi. Evaluasi dari hasil perawatan selama 6 hari adalah masalah

48

hipotermi dapat teratasi, resiko infeksi dapat dicegah dan resiko kekurangan
volume cairan dapat dicegah.
4.2 SARAN
Dari kesimpulan tersebut di atas, penulis ingin memberikan sedikit
saran supaya peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan menjadi
lebih baik, diantaranya sebagai berikut :
4.2.1 Bagi Rumah Sakit
Diharapkan

lebih

meningkatkan

profesionalisme

dalam

melaksanakan asuhan pada bayi baru lahir agar dapat mempercepat


proses penyembuhan khususnya pada bayi baru lahir dengan
hiperbilirubin dan men-cegah terjadinya komplikasi.
4.2.2 Bagi pasien
Diharapkan

Ibu

lebih

memperhatikan

dalam

merawat

dan

memantau bayinya dirumah dengan baik dan memberikan ASI saja


selama 6 bulan apabila terjadi kegawat daruratan segera di bawa ke
tenaga kesehatan terdekat agar segera memperoleh penanganan.
4.2.3 Bagi Penulis yang lain
Penulis

selanjutnya

melakukan

diharapkan
asuhan

lebih mengembangkan
kebidanan

dalam
pada

bayi hiperbilirubin, sehingga akan didapatkan hasil dari asuhan


keperawatan yang baik.

49

DAFTAR PUSTAKA

Dwienda, R., Soharsono., dan Riyadi, S. (2011). Asuhan Keperawatan Neonatus.


Yogyakarta. Pustaka Pelajar
Ladewig, M. L. (2006). Buku saku asuhan ibu dan bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC
Manuaba. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Maryunani, A., Nurhayati. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit Pada
Neonatus. Jakarta : TIM
Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Musculoskeletal. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, R. (2005). Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Priharjo, R. (2006). Pengkajian Fisik Keperawatan Edisi 2. Jakarta:EGC
Royyan, A. (2012). Asuhan Keperawatan Klien
Pelajar

Anak. Yogyakarta : Pustaka

Susanti, N. (2013) . Pengkajian Kesehatan untuk Perawat. Jakarta: Katalog


Dalam Terbitan
Trionika. (2009). Asuhan Kebidanan Anak dan Bayi. Jakarta: EGC
Varney, H. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta;EGC
Wiknjosastro, H. (2010). Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Wilkinson, J., Nancy, R. (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9.
Jakarta. EGC
Anonim. (2015). Kelebihan Bilirubin. (Internet). Termuat dalam :
>http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/kelebihan.biliru
bin/001/001/1879/1/4< (diakses tanggal 29 Juni 2015)
http://simtakp.uui.ac.id/docjurnal/HAFIZAH-journal.pdf < (diakses tanggal 29
Juni 2015)< diakses tanggal 29 Juni 2015)
http://idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatan-anak/salah-satu-penangananbayi-prematur-yang-perlu-diketahui.html< (diakses tanggal 29 Juni 2015)
50

Lampiran 1
TINGKAT KESADARAN

1. Kompos mentis
Sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan
tentang keadaan sekeliling.
2. Apatis
Keadaan

kesadaran

yang

segan

untuk

berhubungan

dengan kehidupan sekitarnya, sikap acuh tak acuh.


3. Samnolen
Keadaan

kesadarann

yang

mau

tidur

saja.

Dapat

dibangunkan dengan rangsangan nyeri, tetapi jatuh tidur


lagi.
4. Delirium
Keadaan

kacau

motorik

yang

sangat,

memberontak,

berteriak- teriak, dan tidak sadar terhadap orang lain,


tempat dan waktu.
5. Sopor/Semikoma
Keadaan kesadaran yang menyerupai koma, reaksi hanya
dapat ditimbulkan dengan rangsangan nyeri.
6. Koma
Keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak
dapat dibangunkan dengan rangsangan apapun.
Sumber : Priharjo, 2006

Lampiran 2
Nilai GCS
Respon
1. Membuka mata = Eye open (E)
a. Spontan membuka mata
b. Terhadap suara membuka mata
c. Terhadap nyeri membuka mata
d. Tidak ada respon
2. Motorik= motoric response (M)
a. Menurut perintah
b. Dapat melokalisir rangsangan sensorik dikulit
(raba)
c. Menolak rangsangan nyeri pada anggota gerak
d. Menjauhi rangsangan nyeri (fleksi abnormal/
posturdekortikasi)
e. Ekstensi abnormal/ postur deserebrasi
f. Tidak ada respon
3. Verbal= verbal response (R)
a. Berorientasi baik
b. Bingung
c. Kata-kata respon tidak jelas
d. Respon suara tidak bermakna
e. Tidak ada respon
(Sumber: Susanti, 2013)

Scoring
4
3
2
1
6
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1

Lampiran 3
SkalaNyeri
Intensitas

Skala
0
1
2
3
4

Tidak nyeri
Nyeri ringan
Nyeri sedang
Nyeri berat
Nyeri amat berat

Nyeri paling berat yang tidak

tertahankan
(Sumber: Susanti, 2013)

Lampiran 4
Skala Kekuatan Otot
Skala
0
1

Kekuatan (%)
0
10

Ciri-ciri
Paralisis total
Tidak ada gerakan, teraba/terlihat

25

kontraksi otot
Gerakan otot penuh, menentang gravitasi

3
4

50
75

dengans okongan
Gerakan normal menentang gravitasi
Gerakan normal penuh, menentang

100

gravitasi dengan sedikit tahanan


Gerakan normal penuh, menentang

gravitasi dengan tahanan penuh


Sumber : Priharjo, 2006

Lampiran 5

Skala Aktivitas
Nilai
0
1
2
3
4

Kemampuan Aktivitas
Mandiri total
Memerlukan penggunaan peralatan ataua lat bantu
Memerlukan bantuan dari orang lain untuk
pertolongan, pengawasan, atau pengajaran
Membutuhkan bantuan dari orang lain dan
peralatan atau alat bantu
Ketergantungan ; tidak berpartisipasi dalam

aktivitas
(Sumber: Wilkinson. 2011)

Lampiran 6
Penilaian kekuatan otot
Derajat
0
1

Kekuata notot
Paralisis total/ tidak ditemukan kontraksi otot
Kontraksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan
tonus otot yang dapat diketahui dengan palpasi dan

tidak dapat menggerakkan sendi


Otot hanya mampu menggerakkan persendian, tetapi
kekuatannya tidak dapat melawan pengaruh gravitasi
3

Disamping dapat mengerakkan sendi, otot juga dapat


melawan pengaruh gravitasi, tetapi tidak kuat terhadap

tahanan yang diberikan oleh pemeriksa


Kekuatan otot seperti pada derajat 3 disertai dengan

kemampuan otot terhadap tahanan yang ringan


5
Kekuatanotot normal
(Sumber: Muttaqin. 2008)

Lampiran 9
RIWAYAT HIDUP

1.
2.
3.
4.

Nama lengkap
Tempat tanggal lahir
Alamat
Nama Orang Tua
Ayah
Ibu
5. Nama Saudara Kandung
6. Riwayat pendidikan
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Perguruan Tinggi

: Akhmad Sugiannoor
: Awang Besar, 17 april1994
: Jl.S.Pipa Gg. keluarga Ds. Lombok
: Masrani
: Saniah
: a. Nur Nafila Sari
b.Azma
: SD Negeri 007 Muara Adang (2000-2006)
: SMP Negeri 1 Long Ikis (2006- 2009)
: SMA Negeri 1 Long Ikis (2009-2012)
: STIKES Muhammadiyah Banjarmasin
(2012-2015)

Anda mungkin juga menyukai