FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON Tujuan Berkomunikasi Komunikasi berguna untuk pertukaran informasi Membina hubungan dengan orang lain atau dengan kata lain komunikasi merupakan aspek dasar pada hubungan antar manusia dan merupakan sarana untuk berhubungan dengan orang lain Komponen pada proses komunikasi
1. Pembicara : Orang yang menyampaikan pesan.
2. Pendengar : Orang yang menerima pesan. 3. Pesan verbal : Kata kata yang secara aktual diucapkan atau disampaikan. 4. Pesan nonverbal: Kesan yang ditangkap saat kata kata tersebut diucapkan termasuk ekspresi wajah, tekanan suara, postur dan sikap tubuh dan pilihan kosa kata yang digunakan. Komponen pada proses komunikasi 5. Umpan Balik : Respon berupa tanggapan baik verbal maupun non verbal. 6. Konteks : Fisik dan lingkungan sosial atau pengaturan dalam pesan yang dikirim. 7. Persepsi : Kemampuan untuk memilih, mengatur, dan menafsirkan informasi indrawi menjadi dimengerti dan bermakna. 8. Evaluasi : Kemampuan menganalisa informasi yang diterima, berdasarkan pengalaman dan pengetahuan masa lalu. (Smith & Buckwalter, 1993) Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi pada Pasien lanjut usia Komunikasi pada lanjut usia dapat menjadi lebih sulit akibat dari gangguan sensori yang terkait usia dan penurunan memori Kehadiran orang ketiga juga dapat mempengaruhi komunikasi tersebut (Vieder et al, 2002) Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi pada Pasien lanjut usia Pasien lanjut usia sering hadir dengan masalah yang kompleks dan beberapa keluhan utama waktu lebih lama Untuk setiap dekade kehidupan setelah usia 40 tahun, pasien kemungkinan mengalami satu penyakit kronik baru. Sehingga setelah 80 tahun, lansia akan memiliki 4 penyakit kronis (Vieder et al., 2002) Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi pada Pasien lanjut usia Pasien lanjut usia umumnya lebih sedikit bertanya dan menunggu untuk ditanya sesuai kewenangan dokter (Haug & Ory, 1987;Greene et al.,1989) Usia lazim dijumpai pada perawatan kesehatan dan secara tidak sengaja berperan terhadap buruknya komunikasi dengan pasien lanjut usia (Ory et al., 2003) Teknik Umum untuk Berkomunikasi dengan Pasien lanjut usia
Menunjukkan Memastikan bahwa
Hormat dan Pasien Didengar dan Keprihatinan Dipahami (Adelman et al., 2000) (Adelman et al., 2000)
Menghindari Ageism Mengenal Kultur dan
(Butler, 1969) Budaya (Ong et al., 1995) Menunjukkan Hormat dan Keprihatinan
Rasa hormat ditunjukkan dgn sapaan formal
Pandangan mata menunjukkan apresiasi Sentuhan lembut di tangan, lengan, atau pundak menunjukkan rasa turut prihatin dan perhatian (Adelman et al., 2000) Memastikan bahwa Pasien Didengar dan Dipahami
Mempertahankan langkah yang tidak
tergesa-gesa dan mendengarkan adalah kunci komunikasi efektif antara pasien lanjut usia dan dokter (Adelman et al., 2000) Mempertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa
Membiarkan pasien lanjut usia untuk berbicara beberapa menit
tentang masalahnya tanpa interupsi akan memberikan lebih banyak informasi (Adelman et al., 2000) Mempertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa
Berbicara pelan, jelas, dan keras tanpa berteriak, menggunakan
bahasa dan kalimat yang singkat dan sederhana. Karena pasien lanjut usia umumnya lebih sedikit bertanya dan menunggu untuk ditanya (Adelman et al., 2000;Robinson et al., 2006) Menghindari Ageism
Ageism, suatu istilah yang pertama disampaikan oleh
Robert Butler, berupa systematic stereotyping dan diskriminasi terhadap seseorang karena mereka berusia lanjut (Butler, 1969) Ageism adalah hal yang lazim pada perawatan kesehatan dan dapat direfleksikan berupa
Meremehkan masalah medis
Menggunakan bahasa yang bersifat merendahkan Sedikit edukasi tentang regimen preventif Menggunakan panggilan yang bernada menghina Menghabiskan lebih sedikit masalah psikososial Membuat stereotype orang tua (Ory et al., 2003) Untuk menghindarkan ageism
Kenali pasien lanjut usia sebagai satu pribadi dengan
riwayat dan penyelesaian yang jelas Pendekatan ini memungkinkan anda untuk menemui setiap pasien lanjut usia sebagai individu yang unik dengan pengalaman seumur hidup yang berharga bukan orang tua yang tidak produktif dan lemah (Roter, 2000) Mengenal Kultur dan Budaya
Mengenal latar belakang kultur dan budaya pasien akan
mempengaruhi persepsi pasien terhadap baik dan berkualitasnya pelayanan kesehatan yang diberikan dokter. (Ong et al., 1995) Strategi umum tambahan untuk memperbaiki komunikasi pada lansia
Pelajari data sebelum perjanjian untuk
bertemu, karena pasien lanjut usia khas memiliki berbagai masalah kesehatan yang kompleks Meminta pasien menceritakan keluhannya hanya sekali (yaitu tidak bercerita dulu kepada perawat atau asisten kemudian baru kepada anda) untuk meminimalkan frustasi & kelelahan (Adelman et al., 2000;Robinson et al., 2006) Strategi umum tambahan untuk memperbaiki komunikasi pada lansia
Menghindarkan bahasa medis.
Menyederhanakan dan menuliskan instruksi. Menggunakan diagram, model, dan gambar. Menjadwalkan pasien lanjut usia terlebih dahulu, karena mereka umumnya lebih siap dari segi waktu (Adelman et al., 2000;Robinson et al., 2006) Hambatan Komunikasi pada Lansia
Pasien dengan Defisit Sensorik
Pasien dengan Demensia Pasien yang Ditemani oleh orang ketiga Pasien dengan Defisit Sensorik Pendengaran
16% - 24% individu berusia lebih dari 65
tahun mengalami pengurangan pendengaran yang mempengaruhi komunikasi (Crews & Campbell) Sedangkan pasien yang berusia diatas 80 tahun, jumlah gangguan sensorik akan meningkat menjadi lebih dari 60% (Chia et al., 2006) Pasien dengan Defisit Sensorik Pendengaran
Penurunan fungsi pendengaran yang dikenal
sebagai presbyacussis Berhubungan dengan suara berfrekuensi tinggi. Suara berfrekuensi tinggi adalah suara konsonan yang berdampak pada pemahaman pasien diawal dan akhir kata (Fook & Morgan, 2000 ; Ross et al., 2007) Pasien dengan Defisit Sensorik Visual
Gangguan visual yang berhubungan dengan usia :
Reduksi diameter pupil & lensa mata mengeruh, yang mempersulit untuk membedakan warna dengan panjang gelombang pendek seperti lavender, biru, & hijau menurunnya elastisitas ciliary muscles, yang mengakibatkan penurunan akomodasi ketika bahan cetakan dipegang diberbagai jarak (Crews & Campbell, 2004) Pasien dengan Defisit Sensorik Visual
Kebanyakan pasien lanjut usia mengalami penyakit
mata yang menurunkan ketajaman penglihatan (mis. katarak, degenerasi macular, glaucoma, komplikasi ocular pada diabetes) Lebih dari 15% orang tua berusia lebih dari 70 tahun melaporkan penglihatannya yang buruk, dan 22% lagi melaporkan penglihatannya hanya cukup untuk jarak tertentu (Crews & Campbell, 2004) Pendekatan berkomunikasi pada gangguan Sensorik Pendengaran
Tataplah pasien sehingga pasien dapat membaca
bibir dan anda dapat menggunakan isyarat mata Meminimalkan kebisingan Berbicara perlahan, jelas, dan dalam nada yang normal. Berteriak akan menghambat komunikasi, mengubah nada berfrekuensi tinggi, dan mempersulit pasien untuk memahami kata-kata anda (Adelman et al., 2000) Pendekatan berkomunikasi pada gangguan Sensorik Pendengaran Ketika memberikan instruksi untuk medikasi, tes, atau pengobatan, hindarkan untuk bertanya kepada pasien apakah dia mengerti Orang dengan gangguan pendengaran mungkin akan menjawab “ya” tanpa menyadari bahwa mereka belum mendengar apapun atau salah memahami beberapa informasi (Adelman et al., 2000) Pendekatan berkomunikasi pada gangguan Sensorik Pendengaran Pendekatan yang lebih baik untuk mengecek pemahaman pasien adalah dengan meminta pasien untuk mengulang instruksi (Adelman et al., 2000) Jika tersedia, pengeras suara khusus diketahui sangat memudahkan komunikasi dengan pasien yang mengalami gangguan pendengaran (Fook & Morgan, 2000) Pendekatan berkomunikasi pada gangguan Sensorik Visual Lingkungan klinik dapat diperbaiki dengan memperbanyak pencahayaan, menggunakan warna- warna kontras untuk membuat objek lebih jelas (mis. kerangka pintu, kursi) Setiap bahan dengan tulisan harus dicetak paling tidak dengan huruf berukuran 14 diatas kertas berwarna (Roter, 2000) Pendekatan berkomunikasi pada gangguan Sensorik Visual Pasien lanjut usia biasanya meletakkan obatnya dalam satu wadah dan tergantung pada satu warna untuk mengenalinya Banyak obat yang berwarna putih, biru muda, hijau muda, yang akan terlihat berwarna abu-abu oleh mata yang telah menua Warna merah, oranye, dan kuning paling baik dilihat dan dapat dipilih sebagai warna pembeda (Adelman et al., 2000) Pasien dengan Demensia
Demensia memiliki efek yang merugikan pada
penerimaan dan ekspresi komunikasi pasien Pasien mengalami kehilangan memori Kesulitan mengingat kejadian yang baru terjadi Memiliki rentang konsentrasi yang sangat singkat Sulit untuk tetap berada dalam satu topik tertentu (Miller, 2008) Pasien dengan Demensia
Ada banyak tingkatan demensia, yang memiliki
berbagai kesulitan komunikasi pada stadium awal sering mengalami masalah untuk menemukan kata yang ingin disampaikan Pada demensia parah, pasien dapat menggunakan kata-kata yang tidak dapat dipahami atau bisa hanya berdiam diri (Orange & Ryan, 2000) Pendekatan berkomunikasi pada Demensia
Akan sangat membantu bila melibatkan caregiver
(Roter, 2000) Yang paling penting adalah merawat pasien demensia dengan penuh martabat dan hormat Ada kecenderungan untuk memperlakukan & berbicara pada pasien demensia sepertinya mereka adalah anak-anak (Smith et al., 2006 ; Miller, 2008) Pendekatan berkomunikasi pada Demensia
Pasien demensia juga sangat sensitif terhadap
emosi orang lain. Pada umumnya pasien tersebut, lebih merespon kepada bagaimana cara seseorang berbicara kepada mereka daripada apa yang sebetulnya dikatakan (Smith et al., 2006 ; Miller, 2008) Tehnik tambahan berkomunikasi pada Demensia Perkenalkan diri anda Mengobrol sejenak, ini akan membangkitkan memori& kilas balik, serta mengurangi ketegangan (Puentes, 1998) Isyarat tubuh yang sederhana dapat membantu (Miller, 2008) Ketika melakukan pemeriksaan fisik, lebih disukai untuk memberikan instruksi satu persatu (Miller, 2008) Pasien dengan orang ketiga (Caregiver)
Karakteristik utama kunjungan poliklinik geriatri adalah
adanya orang ketiga, berupa anggota keluarga atau caregiver informal lainnya yang hadir sedikitnya pada sepertiga kunjungan geriatrik (Roter, 2000) Pasien dengan orang ketiga (Caregiver)
Caregiver memudahkan komunikasi antara
dokter & pasien serta mempertinggi keterlibatan pasien dalam perawatan mereka sendiri (Clayman et al., 2005 ; Wolff & Roter, 2008). Penting untuk memperlakukan pasien lanjut usia dalam konteks atau sudut pandang caregiver-nya agar didapatkan hasil terbaik bagi keduanya (Griffith et al., 2004) Pendekatan berkomunikasi
Pada kunjungan I, untuk privacy pasien, paling
baik untuk menemui pasien sendirian dan kemudian meminta ijin kepada pasien untuk berbicara dengan caregiver sendirian Pada kunjungan berikutnya, jika disetujui pasien, caregiver dapat bergabung dengan pasien selama perjanjian (Silliman, 2000) Pendekatan berkomunikasi
Ketika caregiver hadir, komunikasi menjadi
interaksi 3 arah. Maka duduklah dalam satu posisi berbentuk segitiga Lalu berikan pertanyaan kepada pasien dan kemudian meminta masukan dari caregiver Penting bagi anda untuk selalu mencoba melibatkan pasien sepenuhnya dalam semua keputusan (Majerovitz et al., 1994) Tehnik Tambahan
Caregiver terlibat sepenuhnya pada keadaan
pasien, sehingga: Penting untuk mewaspadai tanda fisik verbal dan nonverbal atau stress emosional caregiver Pujian akan memberikan dorongan kepada pasien dan caregiver untuk hasil yang lebih baik bagi keduanya (Razani et al., 2007)