Anda di halaman 1dari 38

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

PADA LANJUT USIA

OLEH:
RIZA ARISANTY LATIFAH

PROGRAN STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
Tujuan Berkomunikasi
 Komunikasi berguna untuk pertukaran informasi
 Membina hubungan dengan orang lain
 atau dengan kata lain komunikasi merupakan aspek dasar pada
hubungan antar manusia dan merupakan sarana untuk
berhubungan dengan orang lain
Komponen pada proses komunikasi

1. Pembicara : Orang yang menyampaikan pesan.


2. Pendengar : Orang yang menerima pesan.
3. Pesan verbal : Kata kata yang secara aktual
diucapkan atau disampaikan.
4. Pesan nonverbal: Kesan yang ditangkap saat
kata kata tersebut diucapkan termasuk ekspresi
wajah, tekanan suara, postur dan sikap tubuh dan
pilihan kosa kata yang digunakan.
Komponen pada proses komunikasi
5. Umpan Balik : Respon berupa tanggapan baik
verbal maupun non verbal.
6. Konteks : Fisik dan lingkungan sosial atau
pengaturan dalam pesan yang dikirim.
7. Persepsi : Kemampuan untuk memilih,
mengatur, dan menafsirkan informasi indrawi
menjadi dimengerti dan bermakna.
8. Evaluasi : Kemampuan menganalisa informasi
yang diterima, berdasarkan pengalaman dan
pengetahuan masa lalu. (Smith & Buckwalter, 1993)
Faktor Yang Mempengaruhi
Komunikasi pada Pasien lanjut usia
 Komunikasi pada lanjut usia dapat menjadi lebih sulit akibat
dari gangguan sensori yang terkait usia dan penurunan
memori
 Kehadiran orang ketiga juga dapat mempengaruhi komunikasi
tersebut (Vieder et al, 2002)
Faktor Yang Mempengaruhi
Komunikasi pada Pasien lanjut usia
 Pasien lanjut usia sering hadir dengan masalah yang kompleks dan
beberapa keluhan utama waktu lebih lama
 Untuk setiap dekade kehidupan setelah usia 40 tahun, pasien
kemungkinan mengalami satu penyakit kronik baru.
 Sehingga setelah 80 tahun, lansia akan memiliki 4 penyakit kronis
(Vieder et al., 2002)
Faktor Yang Mempengaruhi
Komunikasi pada Pasien lanjut usia
 Pasien lanjut usia umumnya lebih sedikit bertanya dan menunggu
untuk ditanya sesuai kewenangan dokter (Haug & Ory,
1987;Greene et al.,1989)
 Usia lazim dijumpai pada perawatan kesehatan dan secara tidak
sengaja berperan terhadap buruknya komunikasi dengan pasien
lanjut usia (Ory et al., 2003)
Teknik Umum untuk Berkomunikasi
dengan Pasien lanjut usia

Menunjukkan Memastikan bahwa


Hormat dan Pasien Didengar dan
Keprihatinan Dipahami
(Adelman et al., 2000) (Adelman et al., 2000)

Menghindari Ageism Mengenal Kultur dan


(Butler, 1969) Budaya
(Ong et al., 1995)
Menunjukkan Hormat dan Keprihatinan

Rasa hormat ditunjukkan dgn sapaan formal


Pandangan mata menunjukkan apresiasi
Sentuhan lembut di tangan, lengan, atau
pundak menunjukkan rasa turut prihatin dan
perhatian (Adelman et al., 2000)
Memastikan bahwa Pasien Didengar dan
Dipahami

Mempertahankan langkah yang tidak


tergesa-gesa dan mendengarkan
adalah kunci komunikasi efektif
antara pasien lanjut usia dan dokter
(Adelman et al., 2000)
Mempertahankan langkah yang tidak
tergesa-gesa

Membiarkan pasien lanjut usia untuk berbicara beberapa menit


tentang masalahnya tanpa interupsi akan memberikan lebih banyak
informasi (Adelman et al., 2000)
Mempertahankan langkah yang tidak
tergesa-gesa

Berbicara pelan, jelas, dan keras tanpa berteriak, menggunakan


bahasa dan kalimat yang singkat dan sederhana. Karena pasien lanjut
usia umumnya lebih sedikit bertanya dan menunggu untuk ditanya
(Adelman et al., 2000;Robinson et al., 2006)
Menghindari Ageism

Ageism, suatu istilah yang pertama disampaikan oleh


Robert Butler, berupa systematic stereotyping dan
diskriminasi terhadap seseorang karena mereka berusia
lanjut (Butler, 1969)
Ageism adalah hal yang lazim pada perawatan
kesehatan dan dapat direfleksikan berupa

Meremehkan masalah medis


Menggunakan bahasa yang bersifat
merendahkan
Sedikit edukasi tentang regimen preventif
Menggunakan panggilan yang bernada menghina
Menghabiskan lebih sedikit masalah psikososial
Membuat stereotype orang tua (Ory et al., 2003)
 Untuk menghindarkan ageism

Kenali pasien lanjut usia sebagai satu pribadi dengan


riwayat dan penyelesaian yang jelas
Pendekatan ini memungkinkan anda untuk menemui setiap
pasien lanjut usia sebagai individu yang unik dengan
pengalaman seumur hidup yang berharga bukan orang tua
yang tidak produktif dan lemah (Roter, 2000)
 Mengenal Kultur dan Budaya

Mengenal latar belakang kultur dan budaya pasien akan


mempengaruhi persepsi pasien terhadap baik dan
berkualitasnya pelayanan kesehatan yang diberikan
dokter. (Ong et al., 1995)
Strategi umum tambahan untuk
memperbaiki komunikasi pada lansia

 Pelajari data sebelum perjanjian untuk


bertemu, karena pasien lanjut usia khas
memiliki berbagai masalah kesehatan yang
kompleks
 Meminta pasien menceritakan keluhannya hanya
sekali (yaitu tidak bercerita dulu kepada
perawat atau asisten kemudian baru kepada
anda) untuk meminimalkan frustasi & kelelahan
(Adelman et al., 2000;Robinson et al., 2006)
Strategi umum tambahan untuk
memperbaiki komunikasi pada lansia

 Menghindarkan bahasa medis.


 Menyederhanakan dan menuliskan instruksi.
 Menggunakan diagram, model, dan gambar.
 Menjadwalkan pasien lanjut usia terlebih
dahulu, karena mereka umumnya lebih siap dari
segi waktu (Adelman et al., 2000;Robinson et al., 2006)
Hambatan Komunikasi pada Lansia

Pasien dengan Defisit Sensorik


Pasien dengan Demensia
Pasien yang Ditemani oleh orang
ketiga
 Pasien dengan Defisit Sensorik
Pendengaran

16% - 24% individu berusia lebih dari 65


tahun mengalami pengurangan pendengaran
yang mempengaruhi komunikasi (Crews &
Campbell)
Sedangkan pasien yang berusia diatas 80
tahun, jumlah gangguan sensorik akan
meningkat menjadi lebih dari 60% (Chia et al.,
2006)
Pasien dengan Defisit Sensorik
Pendengaran

Penurunan fungsi pendengaran yang dikenal


sebagai presbyacussis
Berhubungan dengan suara berfrekuensi
tinggi. Suara berfrekuensi tinggi adalah suara
konsonan yang berdampak pada pemahaman
pasien diawal dan akhir kata (Fook & Morgan,
2000 ; Ross et al., 2007)
Pasien dengan Defisit Sensorik Visual

Gangguan visual yang berhubungan dengan usia :


Reduksi diameter pupil & lensa mata mengeruh, yang
mempersulit untuk membedakan warna dengan
panjang gelombang pendek seperti lavender, biru, &
hijau
menurunnya elastisitas ciliary muscles, yang
mengakibatkan penurunan akomodasi ketika bahan
cetakan dipegang diberbagai jarak (Crews & Campbell,
2004)
Pasien dengan Defisit Sensorik Visual

Kebanyakan pasien lanjut usia mengalami penyakit


mata yang menurunkan ketajaman penglihatan
(mis. katarak, degenerasi macular, glaucoma,
komplikasi ocular pada diabetes)
Lebih dari 15% orang tua berusia lebih dari 70
tahun melaporkan penglihatannya yang buruk, dan
22% lagi melaporkan penglihatannya hanya cukup
untuk jarak tertentu (Crews & Campbell, 2004)
Pendekatan berkomunikasi pada gangguan
Sensorik Pendengaran

Tataplah pasien sehingga pasien dapat membaca


bibir dan anda dapat menggunakan isyarat mata
Meminimalkan kebisingan
Berbicara perlahan, jelas, dan dalam nada yang
normal. Berteriak akan menghambat komunikasi,
mengubah nada berfrekuensi tinggi, dan
mempersulit pasien untuk memahami kata-kata
anda (Adelman et al., 2000)
Pendekatan berkomunikasi pada gangguan
Sensorik Pendengaran
Ketika memberikan instruksi untuk medikasi, tes,
atau pengobatan, hindarkan untuk bertanya kepada
pasien apakah dia mengerti
Orang dengan gangguan pendengaran mungkin
akan menjawab “ya” tanpa menyadari bahwa mereka
belum mendengar apapun atau salah memahami
beberapa informasi (Adelman et al., 2000)
Pendekatan berkomunikasi pada gangguan
Sensorik Pendengaran
Pendekatan yang lebih baik untuk mengecek
pemahaman pasien adalah dengan meminta pasien
untuk mengulang instruksi (Adelman et al., 2000)
Jika tersedia, pengeras suara khusus diketahui
sangat memudahkan komunikasi dengan pasien yang
mengalami gangguan pendengaran (Fook & Morgan, 2000)
Pendekatan berkomunikasi pada gangguan
Sensorik Visual
Lingkungan klinik dapat diperbaiki dengan
memperbanyak pencahayaan, menggunakan warna-
warna kontras untuk membuat objek lebih jelas
(mis. kerangka pintu, kursi)
Setiap bahan dengan tulisan harus dicetak paling
tidak dengan huruf berukuran 14 diatas kertas
berwarna (Roter, 2000)
Pendekatan berkomunikasi pada gangguan
Sensorik Visual
Pasien lanjut usia biasanya meletakkan obatnya
dalam satu wadah dan tergantung pada satu warna
untuk mengenalinya
Banyak obat yang berwarna putih, biru muda,
hijau muda, yang akan terlihat berwarna abu-abu
oleh mata yang telah menua
Warna merah, oranye, dan kuning paling baik
dilihat dan dapat dipilih sebagai warna pembeda
(Adelman et al., 2000)
Pasien dengan Demensia

Demensia memiliki efek yang merugikan pada


penerimaan dan ekspresi komunikasi pasien
Pasien mengalami kehilangan memori
Kesulitan mengingat kejadian yang baru terjadi
Memiliki rentang konsentrasi yang sangat singkat
Sulit untuk tetap berada dalam satu topik
tertentu (Miller, 2008)
 Pasien dengan Demensia

Ada banyak tingkatan demensia, yang memiliki


berbagai kesulitan komunikasi
pada stadium awal sering mengalami masalah untuk
menemukan kata yang ingin disampaikan
Pada demensia parah, pasien dapat menggunakan
kata-kata yang tidak dapat dipahami atau bisa
hanya berdiam diri (Orange & Ryan, 2000)
Pendekatan berkomunikasi pada Demensia

Akan sangat membantu bila melibatkan caregiver


(Roter, 2000)
Yang paling penting adalah merawat pasien
demensia dengan penuh martabat dan hormat
Ada kecenderungan untuk memperlakukan &
berbicara pada pasien demensia sepertinya mereka
adalah anak-anak (Smith et al., 2006 ; Miller, 2008)
Pendekatan berkomunikasi pada Demensia

Pasien demensia juga sangat sensitif terhadap


emosi orang lain. Pada umumnya pasien tersebut,
lebih merespon kepada bagaimana cara seseorang
berbicara kepada mereka daripada apa yang
sebetulnya dikatakan (Smith et al., 2006 ; Miller,
2008)
Tehnik tambahan berkomunikasi pada Demensia
Perkenalkan diri anda
Mengobrol sejenak, ini akan membangkitkan
memori& kilas balik, serta mengurangi ketegangan
(Puentes, 1998)
Isyarat tubuh yang sederhana dapat membantu
(Miller, 2008)
Ketika melakukan pemeriksaan fisik, lebih disukai
untuk memberikan instruksi satu persatu (Miller,
2008)
Pasien dengan orang ketiga (Caregiver)

Karakteristik utama kunjungan poliklinik geriatri adalah


adanya orang ketiga, berupa anggota keluarga atau
caregiver informal lainnya yang hadir sedikitnya pada
sepertiga kunjungan geriatrik (Roter, 2000)
Pasien dengan orang ketiga (Caregiver)

Caregiver memudahkan komunikasi antara


dokter & pasien serta mempertinggi keterlibatan
pasien dalam perawatan mereka sendiri (Clayman et al.,
2005 ; Wolff & Roter, 2008).
Penting untuk memperlakukan pasien lanjut usia
dalam konteks atau sudut pandang caregiver-nya
agar didapatkan hasil terbaik bagi keduanya
(Griffith et al., 2004)
Pendekatan berkomunikasi

Pada kunjungan I, untuk privacy pasien, paling


baik untuk menemui pasien sendirian dan kemudian
meminta ijin kepada pasien untuk berbicara
dengan caregiver sendirian
 Pada kunjungan berikutnya, jika disetujui
pasien, caregiver dapat bergabung dengan pasien
selama perjanjian (Silliman, 2000)
Pendekatan berkomunikasi

Ketika caregiver hadir, komunikasi menjadi


interaksi 3 arah. Maka duduklah dalam satu posisi
berbentuk segitiga
Lalu berikan pertanyaan kepada pasien dan
kemudian meminta masukan dari caregiver
Penting bagi anda untuk selalu mencoba
melibatkan pasien sepenuhnya dalam semua
keputusan (Majerovitz et al., 1994)
Tehnik Tambahan

Caregiver terlibat sepenuhnya pada keadaan


pasien, sehingga:
Penting untuk mewaspadai tanda fisik verbal dan
nonverbal atau stress emosional caregiver
Pujian akan memberikan dorongan kepada pasien
dan caregiver untuk hasil yang lebih baik bagi
keduanya (Razani et al., 2007)

Anda mungkin juga menyukai